Tag: Donald Trump

  • Video: China Ingatkan AS Akan Dikucilkan Dunia

    Video: China Ingatkan AS Akan Dikucilkan Dunia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan niatnya untuk mencapai kesepakatan dagang dengan China, di tengah memanasnya konflik tarif antar dua ekonomi terbesar dunia.

    Selengkapnya saksikan di Program Nation Hub CNBC Indonesia, Jumat (11/04/2025).

  • Jerman Tarik Emas Besar-Besaran 1.200 Ton dari New York, Ada Apa?

    Jerman Tarik Emas Besar-Besaran 1.200 Ton dari New York, Ada Apa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Jerman kemungkinan akan memulangkan sejumlah besar emas yang saat ini disimpannya di New York. Rencana ini mencuat di tengah kekhawatiran atas kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Isu ini dilaporkan oleh Telegraph pada Jumat (11/4/2025). Surat kabar yang berbasis di Inggris tersebut, mengutip laporan surat kabar Jerman Bild, mengatakan bahwa sejumlah tokoh senior dalam partai Persatuan Demokratik Kristen (CDU) telah membahas kemungkinan untuk menarik cadangan emasnya dari AS.

    CDU sendiri dijadwalkan untuk memimpin pemerintahan Jerman berikutnya. Ini setelah kemenangannya dalam pemilihan umum pada Februari lalu.

    “Tentu saja, pertanyaan itu muncul lagi,” kata mantan menteri CDU Marco Wanderwitz kepada Bild.

    Wanderwitz sebelumnya melobi untuk memeriksa sendiri cadangan emas New York pada tahun 2012, tetapi permintaannya ditolak. Ia telah menyerukan kebijakan yang akan memungkinkan pejabat Jerman untuk memeriksa emas secara berkala, atau mengembalikannya ke Jerman.

    Markus Ferber, anggota Parlemen Eropa untuk CDU, mengatakan kepada Bild bahwa ia juga bersikeras agar pejabat Jerman diizinkan untuk memeriksa sendiri emas batangan negara itu yang berbasis di AS.

    “Saya menuntut pemeriksaan rutin terhadap cadangan emas Jerman,” katanya.

    “Perwakilan resmi Bundesbank harus menghitung sendiri emas batangan dan mendokumentasikan hasilnya,” ujarnya lagi.

    Saat ini, Jerman masih memiliki sekitar 1.200 ton, atau sekitar sepertiga dari emasnya, yang disimpan di brankas Federal Reserve New York di Manhattan, ditambah 430 ton lainnya di Bank of England. Pada harga saat ini, emas yang dimiliki AS akan bernilai lebih dari 100 miliar euro.

    Selain itu, Jerman juga memiliki cadangan emas terbesar kedua di dunia sekitar 3.350 ton. Ini hanya di belakang AS yang memiliki 8.100 ton.

    Keinginan Jerman untuk mendapatkan emas telah terdokumentasi dengan baik karena sejarahnya yang bergejolak. Setelah kekalahannya dalam Perang Dunia II, brankas emas batangan negara itu pada dasarnya dikosongkan.

    Namun, ledakan ekonomi pascaperang memberinya sarana keuangan untuk mulai menimbun logam kuning, yang dipermudah oleh sistem Bretton Woods. Pada tahun 1960-an, Jerman telah menjadi salah satu pemegang emas terbesar di dunia, dengan sebagian besar cadangannya disimpan di luar negeri- di New York, London, dan Paris- untuk memastikan aksesibilitas jika terjadi konflik.

    Di balik keputusan untuk menyimpan emas itu di luar negeri adalah besarnya kepercayaan yang telah dibangunnya dengan sekutu-sekutu Baratnya, khususnya AS. Namun, di bawah iklim geopolitik saat ini, kepercayaan itu mungkin telah memudar di antara anggota partai penguasa Jerman berikutnya.

    The New York Fed, sebagai kustodian emas terbesar di dunia, menyimpan sekitar 6.300 ton emas atas nama lebih dari 30 bank sentral asing. Selain Jerman, negara-negara Eropa terkemuka lainnya yang menyimpan emas mereka di New York Fed termasuk Italia dan Swiss.

    (sef/sef)

  • Video: Kredit Macet Naik – China & AS Saling Balas Kenaikan Tarif

    Video: Kredit Macet Naik – China & AS Saling Balas Kenaikan Tarif

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pengawas Lembaga Pembiayaan Agusman mengungkapkan pembiayaan modal ventura mengalami kontraksi. Sedangkan, untuk pinjaman online (pinjol) masih mengalami pertumbuhan signifikan.

    Sementara itu, Amerika Serikat kembali menaikkan tarif impor dari China menjadi 145%. Tarif baru ini diumumkan sehari setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menaikkan tarif menjadi 125%.

    Selengkapnya saksikan di Program Evening Up CNBC Indonesia, Jumat (11/04/2025).

  • Salah Langkah Hadapi Tarif Trump, Durian Runtuh Hilang-RI Kena Sial

    Salah Langkah Hadapi Tarif Trump, Durian Runtuh Hilang-RI Kena Sial

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kebijakan perdagangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang kembali mengetatkan tarif impor terhadap produk asal China menuai dampak global, termasuk ke Indonesia. Di tengah derasnya arus impor dan wacana pelonggaran kuota impor oleh pemerintah Indonesia, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa menyebut RI bisa kena sial akibat tarif tinggi yang diterapkan Trump. 

    Apalagi, kebijakan Trump itu juga dibalas Presiden China, Xi Jinping, dengan memberlakukan tarif lebih tinggi atas AS. China kembali melakukan manuver signifikan dalam menanggapi perang tarif dengan Amerika Serikat dengan menaikkan tarif atas impor AS menjadi 125% pada Jumat (11/4/2025). Tarif ini akan mulai berlaku pada Sabtu, 12 April 2025.

    Seharusnya Indonesia bisa menikmati efek positif, kata Jemmy, tapi RI bisa terancam jadi “jalan tikus” baru bagi barang-barang China untuk menembus pasar AS.

    “Harusnya dengan dampak kebijakan Trump ini, kita itu dapat windfalls (durian runtuh). Ini kesempatan emas buat industri kita, dan nggak akan datang dua kali,” kata Jemmy dalam Profit CNBC Indonesia, Jumat (11/4/2025).

    Menurutnya, kebijakan Presiden Trump sejatinya bertujuan menurunkan defisit dagang AS terhadap negara-negara mitra, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia seharusnya lebih cermat dan berhati-hati dalam menyesuaikan kebijakan dalam negeri.

    “Jangan sampai malah Indonesia dijadikan tempat transhipment atau tempat ganti certificate trade origin,” tegasnya.

    Adapun transhipment yang dimaksud adalah praktik memindahkan barang dari China ke Indonesia hanya untuk diubah dokumen asalnya, lalu dikirim ke Amerika seolah-olah buatan Indonesia.

    Praktik ini tidak hanya mencederai integritas dagang, tetapi juga berisiko memperlebar defisit perdagangan Indonesia dengan Amerika, sesuatu yang justru ingin dikoreksi oleh kebijakan Trump.

    “Neraca perdagangan ekspor ke Amerikanya harus real produk Indonesia, hasil anak bangsa. Itu yang diinginkan. Bukan barang dari China yang kita bantu lepas ke sana,” kata Jemmy.

    Ia menegaskan, segala bentuk kebijakan baru, termasuk soal impor, harus diterjemahkan secara arif dalam konteks misi Presiden Prabowo untuk menciptakan lapangan kerja dan menjaga pertumbuhan ekonomi.

    “Kita jangan asal membuka keran impor, jangan seperti membalikkan telapak tangan. Harus tetap jaga keseimbangan,” imbuhnya.

    Meski begitu, Jemmy juga menyampaikan optimisme, sejalan dengan pemerintah yang sebenarnya paham betul sensitivitas isu ini dan akan menjaga kehati-hatian.

    “Kalau pembicaraan saya dengan berbagai kementerian, mereka tidak akan melakukan hal yang gegabah. Mereka tahu pentingnya balancing antara hulu dan hilir,” tukas dia.

    Ia pun mengajak semua pihak, termasuk pelaku industri dan pembuat kebijakan, untuk tidak panik namun tetap waspada.

    “Jadi mungkin jangan terlalu dikhawatirkan, jangan terlalu dibesar-besarkan juga, ya,” pungkasnya.

    (dce)

  • Indonesia Ajukan Pertemuan dengan Trump Jauh Sebelum Tarif AS Diumumkan

    Indonesia Ajukan Pertemuan dengan Trump Jauh Sebelum Tarif AS Diumumkan

    JAKARTA – Pemerintah Indonesia telah mengajukan permintaan resmi untuk menggelar pertemuan bilateral antara Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Permintaan tersebut diajukan sejak awal masa jabatan Trump pada Januari 2025, jauh sebelum kebijakan tarif resiprokal diumumkan.

    Hal ini diungkapkan Menteri Luar Negeri RI Sugiono, sebagai respons atas isu rencana pertemuan kedua pemimpin yang kembali mencuat setelah Presiden Trump menunda pengenaan tarif resiprokal kepada sejumlah negara, termasuk Indonesia.

    “Kita sudah melayangkan permintaan pertemuan dengan Presiden Trump itu beberapa waktu lalu, jauh sebelum pengumuman tarif sebenarnya,” ujar Menlu Sugiono saat memberikan keterangan di Ankara, seperti dikutip dari ANTARA.

    Sugiono menjelaskan bahwa sejumlah delegasi, termasuk dari Kementerian Luar Negeri, telah dikirim ke Washington D.C. untuk membahas hubungan bilateral Indonesia–AS, serta dinamika kebijakan perdagangan terbaru dari Negeri Paman Sam.

    Hingga saat ini, lanjut Menlu, pihaknya masih menunggu konfirmasi resmi dari Gedung Putih mengenai jadwal pertemuan antara kedua kepala negara.

    “Permintaan sudah disampaikan sejak sesaat setelah Presiden Trump dilantik. Kita masih menantikan jadwal pastinya,” jelasnya.

    Sebelumnya, Presiden Donald Trump pada Rabu (9/4) mengumumkan penundaan selama 90 hari terhadap kebijakan tarif resiprokal bagi sejumlah negara mitra dagang. Meski demikian, AS tetap menaikkan tarif impor terhadap produk asal Tiongkok hingga 125 persen.

    Untuk negara lain, termasuk Indonesia, tarif resiprokal yang sebelumnya direncanakan akan dinaikkan kini hanya dikenakan tarif dasar sebesar 10 persen, berlaku untuk komoditas seperti baja, aluminium, dan kendaraan bermotor.

    Trump mengklaim bahwa lebih dari 75 negara telah menyatakan kesiapan untuk bernegosiasi dengan Amerika Serikat, meskipun AS juga mempertimbangkan peningkatan tarif di sektor farmasi.

    Menanggapi kebijakan ini, Pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan sejumlah opsi dan paket negosiasi yang akan dibawa dalam perundingan di Washington D.C., sebagai langkah strategis dalam menghadapi tekanan tarif dagang dari AS.

  • Imbas Perang Tarif, Tiongkok Boikot Film Hollywood?

    Imbas Perang Tarif, Tiongkok Boikot Film Hollywood?

    Jakarta: Industri film dunia kembali diguncang keputusan besar dari Tiongkok. 
     
    Negeri Tirai Bambu itu mengumumkan akan mengurangi secara moderat jumlah film Hollywood yang dirilis di bioskop mereka. 
     
    Keputusan ini bukan tanpa alasan. Langkah ini diambil sebagai respons atas kebijakan tarif impor tinggi dari Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.

    Dalam pernyataan resminya, yang dilansir dari Aljazeera, Jumat, 11 April 2025, Administrasi Film Nasional Tingkok menyebut langkah Washington yang menaikkan tarif produk-produk Tiongkok hingga 145 persen sebagai pemicu utama.
     
    “Langkah yang salah dari pemerintah AS untuk menyalahgunakan tarif pada China pasti akan semakin mengurangi kesukaan penonton domestik terhadap film-film Amerika,” kata administrasi film dalam pengumumannya.
     

    Hollywood kena imbas 
    Langkah Tiongkok ini makin menegaskan bahwa perang tarif antara AS dan Tiongkok tidak cuma berdampak pada sektor teknologi dan manufaktur, tapi juga menjalar ke industri hiburan.
     
    “Kami akan mengikuti aturan pasar, menghormati pilihan penonton, dan secara moderat mengurangi jumlah film Amerika yang diimpor,” katanya.
     
    Menurut pengamat industri film internasional Chris Fenton, yang juga penulis buku Feeding the Dragon, ini bukan sekadar soal ekonomi tetapi juga permainan simbolik dan kekuatan budaya.
     
    “Hukuman yang begitu keras terhadap Hollywood adalah sebuah gerakan kekuatan yang dilakukan oleh Beijing yang pasti akan diperhatikan oleh Washington,” kata Fenton.
    Dampak ke Box Office 
    Keputusan Tiongkok ini bisa jadi pukulan telak bagi studio-studio besar AS. Pasalnya, meski hanya sekitar 10 film Hollywood dirilis di Tiongkok tiap tahun, pasar Tiongkok pernah menjadi penyumbang pendapatan terbesar di Box Office global.
     
    Namun dalam beberapa tahun terakhir, minat penonton Tiongkok terhadap film Barat mulai menurun. Data menunjukkan, film-film Hollywood kini hanya menyumbang 5 persen dari total pendapatan box office di Tiongkok.
     
    Masih belum jelas bagaimana keputusan tersebut akan berdampak pada rilis yang sangat ditunggu-tunggu yang akan dirilis akhir tahun ini, seperti Mission Impossible, The Final Reckoning dari Paramount, film Superman terbaru dari Warner Brothers, dan versi lain dari The Fantastic Four dari Marvel.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Profil Agustin Escobar, Sosok Visioner di Balik Transformasi Siemens Spanyol – Halaman all

    Profil Agustin Escobar, Sosok Visioner di Balik Transformasi Siemens Spanyol – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut ini profil CEO Siemens Mobility Spanyol dan salah satu pemimpin kunci di sektor teknologi Eropa, Agustin Escobar.

    Escobar tewas dalam kecelakaan helikopter tragis di Sungai Hudson, New York, Amerika Serikat (AS), Kamis (10/4/2025) waktu setempat.

    Dalam insiden itu, Escobar tidak hanya kehilangan nyawa, tetapi juga istri tercintanya, Merce Camprubi Montal, dan ketiga anak mereka yang masih berusia 4, 5, dan 11 tahun.

    Dilaporkan New York Post, helikopter Bell 206L-4 LongRanger IV milik New York Helicopters itu jatuh hanya 16 menit setelah lepas landas dari Wall Street Heliport.

    Helikopter sempat melintasi Jembatan George Washington dan terbang mengelilingi Patung Liberty.

    Kemudian helikopter menuju ke arah utara menyusuri Sungai Hudson sebelum berbalik arah ke selatan dan menghantam permukaan Sungai Hudson dalam posisi terbalik.

    Menurut ABC News, empat korban meninggal di tempat kejadian.

    Sementara dua lainnya menghembuskan napas terakhir di rumah sakit.

    Pilot berusia 36 tahun juga termasuk di antara korban tewas.

    Sosok Profesional dengan Visi Global

    Agustin Escobar dikenal luas sebagai pemimpin visioner dengan pengalaman lebih dari dua dekade di sektor energi dan transportasi internasional.

    Mengutip Spain Investors Today yang dilansir oleh Livemint (11/4/2025), Escobar menjabat sebagai CEO Siemens Mobility Southwest Europe sejak 2019, dan ditunjuk sebagai CEO Siemens Spanyol sejak 2022.

    Sebelum menjabat posisi tersebut, ia memimpin Divisi Manajemen Energi dan Infrastruktur Perkotaan Siemens di Amerika Latin antara tahun 2014 hingga 2018.

    Karier globalnya juga mencakup posisi sebagai Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis Internasional di Amerika Utara, serta peran strategis di Siemens Spanyol sejak akhir 1990-an.

    Escobar adalah lulusan teknik industri dari Universidad Pontificia Comillas di Madrid dan telah memimpin berbagai tim di seluruh Spanyol, Amerika Latin, dan Amerika Serikat.

    Penghargaan dan Pengakuan

    Kontribusinya terhadap kemajuan Siemens di sektor mobilitas dan teknologi tidak luput dari perhatian, dikutip dari deccanherald.

    Dalam siaran pers resmi Siemens, mantan CEO Siemens Spanyol Miguel Ángel López menyebut Escobar sebagai figur sentral kesuksesan perusahaan.

    “Dalam beberapa tahun terakhir, karyanya telah menjadi kunci keberhasilan Siemens di bidang mobilitas dan transportasi,” ujar López.

    Escobar juga menjabat sebagai Wakil Presiden Kamar Dagang Jerman untuk Spanyol selama lebih dari satu tahun, memperkuat posisinya sebagai tokoh penting dalam hubungan bisnis Eropa.

    Dari Liburan Keluarga ke Tragedi Global

    Keluarga Escobar diketahui baru tiba di New York dari Barcelona untuk berlibur.

    Beberapa jam sebelum kecelakaan, mereka sempat berpose di depan helikopter yang kemudian menjadi saksi bisu tragedi besar.

    Video amatir yang beredar di media sosial memperlihatkan detik-detik jatuhnya helikopter, disusul dengan potongan baling-baling dan benda besar yang menghantam air.

    Barang-barang pribadi seperti sepatu anak-anak, dompet, pamflet keselamatan, dan pintu helikopter ditemukan terdampar di tepi sungai.

    Penyebab kecelakaan masih dalam penyelidikan oleh Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) dan Federal Aviation Administration (FAA).

    Dunia Berduka

    Tragedi ini memicu gelombang duka dari berbagai penjuru dunia.

    Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez menyampaikan belasungkawa mendalam.

    “Lima warga Spanyol dari satu keluarga, tiga di antaranya anak-anak, dan pilot telah kehilangan nyawa mereka. Sebuah tragedi yang tak terbayangkan,” tulis Sánchez melalui platform X.

    Wali Kota New York Eric Adams juga menyampaikan simpati. “Kami turut berduka cita kepada keluarga dan mereka yang ada di dalam pesawat,” ujarnya dalam konferensi pers.

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut insiden itu sebagai “kehilangan besar bagi dunia teknologi global” dan menyampaikan duka cita kepada keluarga korban.

    Siemens: “Kami Sangat Kehilangan”

    Siemens, perusahaan tempat Escobar mengabdi selama lebih dari dua dekade, merilis pernyataan resmi pada Jumat (11/4/2025).

    “Kami sangat berduka atas kecelakaan helikopter tragis yang merenggut nyawa Agustin Escobar dan keluarganya. Ucapan belasungkawa terdalam kami sampaikan kepada seluruh kerabatnya,” tulis perusahaan itu.

    Nama Lengkap: Agustín Escobar

    Kebangsaan: Spanyol

    Tempat Tinggal Terakhir: Barcelona, Spanyol

    Profesi: Eksekutif Teknologi / CEO Siemens Mobility Southwest Europe

    Pendidikan: 

    Gelar: Teknik Industri
    Almamater: Universidad Pontificia Comillas, Madrid, Spanyol

    Karier:

    2022–2025: CEO Siemens Mobility Spanyol dan Southwest Europe
    2019–2022: CEO Siemens Mobility Southwest Europe
    2014–2018: CEO Divisi Manajemen Energi dan Sektor Infrastruktur & Kota – Amerika Latin
    2012–2014: CEO Sektor Infrastruktur & Kota – Amerika Latin
    2010–2012: Direktur Korporat Strategi dan Pengembangan Bisnis Internasional Siemens – Amerika Utara
    1998–2010: Berbagai posisi strategis di Siemens Spanyol, terutama di sektor energi

    Pengalaman Internasional:

    Telah memimpin tim dan proyek di Amerika Latin, Amerika Serikat, Jerman, dan Spanyol dengan pengalaman lebih dari 25 tahun di sektor energi dan transportasi.

    Organisasi:

    Wakil Presiden Kamar Dagang Jerman untuk Spanyol (selama lebih dari satu tahun)

    Keluarga:

    Istri: Merce Camprubi Montal
    Anak: Tiga anak (masing-masing berusia 4, 5, dan 11 tahun)
    Tanggal Meninggal: 10 April 2025

    Tempat Meninggal: Sungai Hudson, New York, AS

    Penyebab Kematian: Kecelakaan helikopter (dalam penyelidikan)

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • China Hajar Tarif AS Jadi 125 Persen, Sindir Trump Lelucon Ekonomi

    China Hajar Tarif AS Jadi 125 Persen, Sindir Trump Lelucon Ekonomi

    Beijing, Beritasatu.com – Pemerintah China resmi menaikkan bea masuk atas produk impor atau tarif dari barang Amerika Serikat (AS) hingga 125%. Hal ini sebagai respons terhadap kebijakan tarif baru Presiden Donald Trump yang meningkatkan tekanan terhadap ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.

    Kementerian Keuangan Tiongkok mengutuk langkah Trump sebagai lelucon dan tindakan sepihak yang melanggar aturan perdagangan internasional. Mereka juga menyebut strategi tersebut tidak masuk akal serta bertentangan dengan prinsip ekonomi dasar.

    “Jika AS terus menaikkan tarif, itu tidak lagi relevan secara ekonomi dan hanya akan tercatat sebagai lelucon dalam sejarah ekonomi global,” demikian pernyataan resmi dari Beijing seperti dikutip dari Reuters, Jumat (11/4/2025).

    Keputusan Trump yang diumumkan Rabu (9/4/2025) lalu mencakup kenaikan tarif hingga 145% terhadap barang-barang Tiongkok, disertai dengan penangguhan sementara bea masuk terhadap sejumlah produk dari negara lain selama 90 hari. Hal ini membuat para investor menanti langkah balasan dari Tiongkok.

    Pada Kamis (10/4/2025), nilai tukar yuan anjlok ke titik terendah sejak krisis keuangan global, meski sempat menguat kembali pada Jumat.

    Analis menyatakan bahwa perang tarif AS dan China ini telah membuat perdagangan antara kedua negara nyaris tidak mungkin dilakukan.

    “Dengan tarif yang melampaui 100%, keuntungan eksportir terhapus dan harga barang impor menjadi tidak kompetitif,” ucap dia.

    Menurut UBS, keputusan China untuk tidak membalas tarif lebih lanjut mencerminkan bahwa hubungan dagang dengan AS telah nyaris terputus sepenuhnya.

    Meski tidak akan lagi membalas dalam bentuk tarif, Tiongkok membuka kemungkinan pembalasan dalam bentuk lain. Beijing telah mengumumkan pembatasan impor film-film Hollywood dan memperingatkan warganya untuk berhati-hati saat bepergian ke AS. Imbauan juga diberikan kepada mahasiswa yang ingin belajar di Ohio.

    Saat ini, hampir seluruh perdagangan barang antara kedua negara dikenakan tarif tinggi. Porsi barang yang dikenai bea masuk oleh China naik menjadi 100% sejak Rabu (9/4/2025) menyusul perluasan tarif oleh AS yang sebelumnya mencapai 67%.

    Data dari Peterson Institute for International Economics menunjukkan bahwa rata-rata tarif AS atas barang China kini mencapai 135% dan meningkat drastis dibandingkan sebelum perang dagang dimulai pada 2018.

  • ASEAN Pilih Negosiasi dan Tolak Ajakan China

    ASEAN Pilih Negosiasi dan Tolak Ajakan China

    PIKIRAN RAKYAT – Dalam pertemuan di Malaysia 10 April 2025, ASEAN memutuskan untuk tak membalas tarif impor Donald Trump, Organisasi kawasan ini akan menempuh jalur negosiasi.

    “Kami menyatakan niat bersama untuk terlibat dalam dialog yang jujur dan konstruktif dengan AS untuk mengatasi masalah terkait perdagangan,” demikian pernyataan resmi organisasi yang beranggotakan 10 negara tersebut.

    Sebelum pertemuan tersebut, para pemimpin ASEAN berdiskusi seputar hal tersebut melalui sambungan telepon. Diskusi ini dihadiri juga oleh Presiden Prabowo.

    Malaysia saat ini menjadi ketua. Anggotanya mencakup Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

    Sebelumnya, pada Kamis 10 April 2025, Pemerintah China mengajak Malaysia dan ASEAN untuk bergabung dengan blok yang membalas tarif Trump. China secara tegas telah menyatakan sikap tersebut.

    Karena Negeri Tirai Bambu ini membalas, Trump menaikan tarif impor produk China menjadi 125%. Lalu negara yang dipimpin Xi Jinping ini menaikkan tarif impor produk AS menjadi 84%.

    Saat ini, sejak 9 April 2025. Trump menunda penerapan tarif yang sudah ditetapkan ke banyak negara tersebut dalam waktunya 30 hari. Namun, penetapan ‘pungutan’ dasar 10% tetap berlaku. Meski demikian, tetap menetapkan tarif impor 125% untuk produk China.

    AS jadi mitra dagang terbesar kedua

    Pada 2024, perdagangan ASEAN dengan AS mencapai $305,98 miliar. AS menjadi mitra dagang terbesar kedua bagi ASEAN. Sedangkan mitra dagang terbesar diisi oleh China.

    Produk terbanyak yang diekspor organisasi regional kawasan ini yaitu perangkat IC. Sedangkan sejumlah produk terbanyak yang diimpor ASEAN dari negara adidaya ini yaitu mesin turbojet.

    Terlepas dari negosiasi bersama organisasi regional ini, Indonesia telah menyiapkan 4 tawaran yang akan diajukan kepada AS. Yaitu, Investment Framework Agreement. Proposal deregulasi Non-Tariff, meningkatkan impor dan investasi dari AS melalui pembelian migas, dan nsentif fiskal maupun non-fiskal.

    Patut ditunggu hasil negosiasi ASEAN dengan AS. Apakah akan meringankan atau bahkan menghapus tarif Trump? Hasil pertemuan ini berdampak terhadap perekonomian Indonesia.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Kronologi Perang Tarif Trump vs China dari 10% hingga Kini 145%

    Kronologi Perang Tarif Trump vs China dari 10% hingga Kini 145%

    Bisnis.com, JAKARTA — Tensi perang tarif impor antara China dan Amerika Serikat (AS) semakin panas menyusul langkah China yang kembali menaikkan tarif impor untuk barang dari AS menjadi 125%.

    Tarif balasan tersebut merupakan respons Negeri Tirai Bambu setelah Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor AS terhadap China menjadi 145%.

    Mengutip Bloomberg pada Jumat (11/4/2025) Kementerian Keuangan China menjelaskan bahwa negaranya akan mengabaikan tarif lebih lanjut dari AS terhadap produk-produk China.

    “Mengingat tidak ada lagi kemungkinan penerimaan pasar untuk barang-barang AS yang diekspor ke China berdasarkan tingkat tarif saat ini, jika pihak AS kemudian terus mengenakan tarif pada barang-barang China yang diekspor ke AS, pihak China tidak akan memperhatikannya,” tertulis dalam keterangan resmi Kementerian Keuangan China. 

    Tarif terbaru tersebut juga menjadi babak terbaru perang dagang antara China-AS sejak Trump kembali menjabat sebagai Presiden AS mulai Januari 2025 lalu. 

    Melansir berbagai sumber, aksi saling balas melalui tarif ini dimulai pada Februari 2025 lalu. Kala itu, Trump mengenakan tarif impor sebesar 10% untuk barang-barang China. 

    China kemudian menanggapi kebijakan tersebut dengan mengenakan tarif sebesar 15% pada batu bara dan produk gas alam cair. China juga menetapkan tarif sebesar 10% pada minyak mentah, mesin pertanian, dan mobil berkapasitas besar.

    Pada 3 Maret 2025, Trump menaikkan tarif impor barang-barang China sebesar 10% menjadi 20%. Dia juga menerapkan tarif baru sebesar 25% terhadap impor dari Meksiko dan Kanada, yang memicu sengketa dagang baru dengan tiga mitra dagang utama AS.

    Sehari setelah tarif baru tersebut, China langsung membalas dengan mengenakan tarif sebesar 15% pada produk ayam, gandum, jagung, dan kapas yang berasal dari Amerika Serikat. 

    China juga memberikan tarif sebesar 10% pada sorgum, kedelai, daging babi, daging sapi, produk perairan, buah-buahan, sayur-sayuran, dan produk susu yang berasal dari AS. Kebijakan tarif itu mulai berlaku pada 10 Maret 2025.

    Sebulan berselang, Trump kembali menaikkan tarif terhadap China sebesar 34%. Trump menuduh China mengenakan tarif dan hambatan perdagangan non-tarif sebesar 67% terhadap AS.

    Gedung Putih mengonfirmasi bahwa tarif baru itu akan diterapkan di atas tarif yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga menghasilkan tarif efektif sebesar 54% terhadap semua impor China ke AS.

    Merespons tarif tersebut, China kemudian mengumumkan akan mengenakan tarif tambahan sebesar 34% pada semua barang AS yang berlaku mulai 10 April 2025.

    Trump kemudian mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50% pada barang-barang China pada 9 April lalu jika China tidak menarik tindakan balasan tersebut paling lambat pada 8 April 2025. 

    Setelah China tidak mengindahkan ancaman tersebut, AS resmi meningkatkan tarif efektif impor barang-barang China sebesar 54% menjadi 104%.

    China kemudian menanggapinya dengan tarif balasan sebesar 84% atas barang-barang AS. Sebagai tanggapan balik, Trump meningkatkan tarif atas barang-barang China menjadi 125% pada hari yang sama. 

    Namun, Gedung Putih mengklarifikasi keesokan harinya bahwa tarif telah meningkat menjadi 145%. 

    Kemudian, pada 11 April 2025, China pun kembali menanggapi tarif terbaru AS itu dengan meningkatkan tarif atas barang-barang AS menjadi 125%.