Tag: Doddy Rahadi

  • Cara Pemerintah Bikin SDM Industri Makin Unggul & Siap Kerja

    Cara Pemerintah Bikin SDM Industri Makin Unggul & Siap Kerja

    Jakarta

    Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menyiapkan sumber daya manusia (SDM) industri yang unggul. Salah satu langkah proaktif pemerintah, yakni memperkuat kesiapan angkatan kerja memasuki pasar kerja nasional maupun global

    Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan Indonesia saat ini berada pada titik krusial bonus demografi, dengan penduduk usia produktif mencapai lebih dari 218 juta orang. Momentum ini, menurutnya, harus dimanfaatkan secara optimal untuk mengakselerasi industrialisasi dan memperluas kesempatan kerja.

    “Tingkat pengangguran yang masih berada pada kisaran lima persen mendorong pemerintah untuk mengambil langkah proaktif dalam memperkuat kesiapan angkatan kerja memasuki pasar kerja nasional maupun global,” ujar Agus dalam keterangannya, Minggu (30/11/2025).

    Oleh karena itu, dalam konteks memperkuat SDM industri nasional, Agus menekankan bahwa arah pembangunan pendidikan vokasi selaras dengan arahan Presiden Prabowo Subianto. Ia menegaskan penguatan pendidikan vokasi merupakan strategi utama untuk memutus rantai kemiskinan.

    “Bapak Presiden menekankan bahwa pendidikan vokasi harus menjadi prioritas nasional agar lulusan dapat memiliki kompetensi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, baik di dalam negeri maupun di pasar global,” terangnya.

    Hal ini juga selaras dengan Asta Cita pemerintah sebagai misi pembangunan nasional, yang menempatkan pembangunan manusia unggul, percepatan industrialisasi berbasis nilai tambah, penguatan hilirisasi berkelanjutan, serta transformasi digital dan inovasi teknologi sebagai agenda strategis.

    “Semua agenda besar tersebut hanya dapat dicapai apabila Indonesia memiliki SDM industri yang kompeten, adaptif, produktif, dan siap menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional,” tambahnya.

    Ia memaparkan pihaknya telah menyusun Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN) sebagai kerangka pembangunan industri nasional ke depan. Strategi ini menempatkan transformasi industri dalam empat arah besar, yang meliputi peningkatan nilai tambah melalui industrialisasi, pembangunan industri yang lebih hijau dan berkelanjutan, percepatan penerapan teknologi digital dalam proses manufaktur, serta pembangunan industri yang inklusif agar seluruh lapisan masyarakat merasakan manfaat industrialisasi.

    “Seluruh arah tersebut hanya dapat berjalan apabila Indonesia memiliki SDM yang unggul dan inovatif dalam mengelola kemajuan teknologi dan dinamika pasar global,” tutur Agus.

    Dalam rangka memastikan kebutuhan SDM industri terpenuhi, Kemenperin telah membangun ekosistem vokasi yang terintegrasi melalui jaringan 13 Politeknik dan Akademi Komunitas, 9 Sekolah Menengah Kejuruan, serta 7 Balai Diklat Industri. Seluruh lembaga ini memiliki spesialisasi pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan sektor industri secara langsung.

    Kemenperin juga terus memperkuat kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri melalui kurikulum link and match, teaching factory, magang industri, serta peningkatan kapasitas tenaga pendidik untuk memastikan pendidikan vokasi selalu selaras dengan perkembangan teknologi terbaru.

    Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Doddy Rahadi dalam laporannya menyampaikan bahwa dari total 2.993 lulusan tahun ini, sebanyak 49,28 persen telah terserap bekerja, melanjutkan studi, atau menjalankan usaha mandiri.

    Selain itu, sebanyak 151 lulusan Program Setara Diploma 1 yang merupakan hasil kerja sama dengan industri, seluruhnya telah terserap bekerja. Hal ini menjadi bukti kuat atas meningkatnya kepercayaan sektor industri terhadap kualitas pendidikan vokasi Kemenperin.

    Doddy juga menjelaskan bahwa BPSDMI terus mendorong transformasi kelembagaan dengan memperluas status Badan Layanan Umum (BLU) bagi Politeknik di bawah Kemenperin, serta meningkatkan akreditasi nasional dan internasional. Langkah ini diambil untuk memastikan lembaga pendidikan vokasi memiliki tata kelola yang unggul, fleksibel, dan mampu bersaing di kancah global.

    Pada kesempatan yang sama, Agus telah mengukuhkan dua Guru Besar baru, yaitu Prof. Dr. Candra Irawan, M.Si. dari Politeknik AKA Bogor dan Prof. Dr. Siti Aisyah, S.T., M.T. dari Politeknik STMI Jakarta. Keduanya memiliki kontribusi signifikan dalam pengembangan riset di bidang kimia bahan alam, teknik industri otomotif, serta inovasi proses industri.

    Agus menyampaikan bahwa pengukuhan Guru Besar ini bukan hanya menjadi kebanggaan pribadi para akademisi, tetapi juga menjadi kebanggaan institusional karena akan memperkuat peran perguruan tinggi vokasi dalam menghasilkan riset terapan yang relevan bagi kebutuhan industri.

    (rea/kil)

  • Sejalan Asta Cita, Menperin Perkuat Pendidikan Vokasi Pacu Kualitas SDM Industri
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        28 November 2025

    Sejalan Asta Cita, Menperin Perkuat Pendidikan Vokasi Pacu Kualitas SDM Industri Nasional 28 November 2025

    Sejalan Asta Cita, Menperin Perkuat Pendidikan Vokasi Pacu Kualitas SDM Industri
    Penulis
    KOMPAS.com
    – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmennya dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) industri yang unggul melalui penyelenggaraan Wisuda Serentak Politeknik dan Akademi Komunitas Tahun 2025 
    Sebanyak 2.993 lulusan dari berbagai jenjang pendidikan vokasi resmi dikukuhkan, bersamaan dengan pengukuhan dua guru besar baru yang diharapkan memperkuat peran riset dan inovasi dalam
    pembangunan industri
    nasional.
    Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa keberhasilan meluluskan ribuan tenaga vokasi industri menjadi momentum penting dalam upaya memperkuat daya saing manufaktur nasional, terutama di tengah percepatan transformasi industri global.
    Menurut dia, kemajuan industri tidak hanya ditentukan oleh infrastruktur dan investasi, melainkan sangat bergantung pada kualitas manusia yang menggerakkannya.
    “Visi Indonesia Emas 2045 tidak dapat diwujudkan hanya dengan membangun fisik atau menarik investasi. Fondasinya adalah SDM unggul yang menguasai teknologi masa depan, memahami proses industri modern, dan mampu beradaptasi dengan perubahan global yang begitu cepat,” ujar Agus dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Jumat (28/11/2025).
    Pernyataan tersebut disampaikan Agus dalam sambutannya pada Wisuda Bersama Politeknik dan Akademi Komunitas Kemenperin 2025 di Politeknik AKA Bogor, Kamis (27/11/2025).
    Dia menjelaskan bahwa Indonesia saat ini berada pada titik krusial bonus demografi, dengan penduduk usia produktif mencapai lebih dari 218 juta orang. Momentum tersebut harus dimanfaatkan secara optimal untuk mempercepat industrialisasi dan memperluas kesempatan kerja.
    “Tingkat pengangguran yang masih berada di kisaran 5 persen mendorong pemerintah untuk mengambil langkah proaktif dalam memperkuat kesiapan angkatan kerja memasuki pasar kerja nasional maupun global,” kata Agus.
    Dalam konteks itu, ia menegaskan bahwa pembangunan pendidikan vokasi sejalan dengan arahan Presiden RI Prabowo Subianto, yang menekankan bahwa penguatan pendidikan vokasi merupakan strategi utama untuk memutus rantai kemiskinan.
    “Bapak Presiden menekankan bahwa pendidikan vokasi harus menjadi prioritas nasional agar lulusan memiliki kompetensi yang benar-benar sesuai kebutuhan dunia kerja, baik di dalam negeri maupun di pasar global,” tambah Agus.
    Penegasan itu juga sejalan dengan Asta Cita pemerintah sebagai misi pembangunan nasional yang memuat agenda pembangunan manusia unggul, percepatan industrialisasi berbasis nilai tambah, hilirisasi berkelanjutan, serta transformasi digital dan inovasi teknologi.
    “Seluruh agenda tersebut hanya dapat dicapai apabila Indonesia memiliki SDM industri yang kompeten, adaptif, produktif, dan siap menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional,” tegas Agus.
    Lebih lanjut, Agus memaparkan bahwa Kemenperin telah menyusun Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN) sebagai kerangka pembangunan industri ke depan.
    Strategi tersebut menempatkan transformasi industri dalam empat arah utama, yakni peningkatan nilai tambah melalui industrialisasi, pembangunan industri hijau dan berkelanjutan, percepatan penerapan teknologi digital dalam manufaktur, serta pembangunan industri inklusif agar manfaat industrialisasi dapat dirasakan masyarakat luas.
    “Seluruh arah tersebut hanya dapat berjalan apabila Indonesia memiliki SDM unggul dan inovatif dalam mengelola kemajuan teknologi dan dinamika pasar global,” ujar Agus.
    Untuk menjamin ketersediaan SDM industri, Kemenperin membangun ekosistem vokasi terintegrasi melalui jaringan 13 politeknik dan akademi komunitas, 9 sekolah menengah kejuruan (SMK), serta 7 balai diklat industri. Seluruh lembaga ini memiliki spesialisasi pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan industri secara langsung.
    Kemenperin juga memperkuat kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri melalui kurikulum
    link and match, teaching factory
    , magang industri, serta peningkatan kapasitas tenaga pendidik agar pendidikan vokasi selalu selaras dengan perkembangan teknologi terbaru.
    Kepala Badan Pengembangan
    Sumber Daya Manusia
    Industri (BPSDMI) Doddy Rahadi melaporkan bahwa dari total 2.993 lulusan pada 2025, sebanyak 49,28 persen telah terserap bekerja, melanjutkan pendidikan, atau menjalankan usaha mandiri.
    Adapun 151 lulusan program setara Diploma 1 (D1) hasil kerja sama dengan industri seluruhnya telah terserap bekerja, sebagai bukti meningkatnya kepercayaan industri terhadap kualitas pendidikan vokasi Kemenperin.
    Doddy menambahkan bahwa BPSDMI terus mendorong transformasi kelembagaan melalui perluasan status Badan Layanan Umum (BLU) di politeknik Kemenperin serta peningkatan akreditasi nasional dan internasional. Langkah ini diambil untuk memastikan lembaga pendidikan vokasi memiliki tata kelola unggul, fleksibel, dan berdaya saing global.
    Pada kesempatan tersebut, Agus mengukuhkan dua guru besar baru Profesor (Prof) Doktor (Dr) Candra Irawan (Politeknik AKA Bogor), dan Prof Dr Siti Aisyah (Politeknik STMI Jakarta).
    Keduanya berkontribusi signifikan dalam riset kimia bahan alam, teknik industri otomotif, serta inovasi proses industri. Menurut Agus, pengukuhan ini bukan hanya kebanggaan pribadi para akademisi, tetapi juga kebanggaan institusi karena memperkuat kontribusi riset terapan bagi kebutuhan industri.
    Di hadapan para wisudawan, ia berpesan agar lulusan menjaga integritas, memperkuat karakter, dan terus meningkatkan kompetensi sebagai kunci sukses di dunia kerja.
    Agus mendorong para lulusan untuk tidak berhenti belajar, adaptif terhadap perubahan, membangun jejaring, dan memberikan kontribusi bagi Indonesia maupun di tingkat global.
    “Bermimpilah setinggi mungkin dan wujudkan mimpi itu dengan kerja keras, disiplin, serta ketekunan. Jadilah SDM unggul yang mampu menjawab tantangan masa depan dan membawa Indonesia menuju Indonesia Emas 2045,” pesannya.
    Kemenperin mencatat, lulusan lembaga vokasi di bawah Kemenperin tidak hanya berkarier di industri dalam negeri, tetapi juga di lebih dari 15 negara. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas lulusan vokasi Indonesia telah mendapatkan pengakuan global dan menjadi kekuatan penting dalam meningkatkan posisi Indonesia dalam rantai pasok manufaktur dunia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kemenperin perkuat kerja sama kembangkan AI pacu digitalisasi industri

    Kemenperin perkuat kerja sama kembangkan AI pacu digitalisasi industri

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkuat kerja sama dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI) sebagai upaya mendorong ekosistem transformasi digital yang inklusif dan berkelanjutan di sektor perindustrian.

    ‎Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam pernyataan di Jakarta, Selasa menyampaikan bahwa penerapan AI tidak hanya berperan terhadap pertumbuhan dan inovasi pada sektor industri manufaktur, namun juga memiliki peran krusial dalam meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing.

    ‎“Pengembangan SDM Industri menjadi faktor kunci dalam keberhasilan transformasi digital. Kami optimis tenaga kerja industri Indonesia memiliki potensi untuk menguasai kompetensi digital dan teknologi masa depan,” ujarnya.

    ‎Berdasarkan data Global AI Index 2024 yang dirilis oleh Tortoise Media, Indonesia yang menduduki peringkat ke-49 dari 83 negara masih memerlukan penguatan pada aspek infrastruktur digital, pengembangan ekosistem AI, dan strategi pemerintah.

    ‎Menanggapi hal ini, Menperin menekankan pentingnya kolaborasi lintas lembaga untuk memacu pengembangan AI dapat berjalan sistematis dan berkelanjutan.

    ‎Untuk mewujudkan percepatan tersebut, Kemenperin melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema Electrification AIoT Transformation 4.0 2025 pada Rabu (5/11/2025) di Jakarta.

    ‎Kegiatan ini merupakan forum strategis hasil kerja sama dengan Indonesia Robotics Association (IRA) dan perusahaan teknologi global asal Singapura, Arrow Electronics, Inc, yang mempertemukan para pelaku industri nasional dan internasional.

    ‎Kepala BPSDMI Doddy Rahadi menyampaikan penyelenggaraan FGD ini penting bagi akselerasi transformasi digital serta elektrifikasi industri nasional.

    ‎Doddy mengatakan, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membangun pemahaman bersama mengenai arah transformasi industri, seperti arah teknologi AIoT, sistem otomasi, sensor, hingga supply chain komponen semikonduktor yang bisa memberikan lompatan besar dalam efisiensi dan produktivitas industri.

    ‎Selain itu, FGD ini juga merupakan upaya untuk memastikan bahwa SDM Indonesia mampu menguasai teknologi masa depan, bukan hanya sebagai pengguna, tetapi juga sebagai inovator dan pengembang.

    ‎“Perkembangan robotics saat ini menjadi salah satu fokus utama bagi agenda Making Indonesia 4.0. Industri-industri ini membutuhkan ekosistem yang kuat, mulai dari kesiapan teknologi, rantai pasok, hingga kapasitas sumber daya manusia,” kata dia.

    ‎Dihadiri oleh hampir 100 peserta dari berbagai perusahaan dan lembaga yang bergerak di sektor robotics, semikonduktor, dan kendaraan listrik (EV), forum ini menghadirkan ruang kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat ekosistem industri cerdas yang adaptif terhadap perkembangan teknologi global.

    ‎Lebih lanjut, Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Industri (Pusdiklat SDMI) Sidik Herman menyampaikan kegiatan ini merupakan wadah strategis untuk memperkuat ekosistem robotics, semikonduktor, dan EV di Indonesia.

    ‎“Saya optimis FGD ini akan menghasilkan masukan yang konstruktif dan rekomendasi nyata untuk memperkuat ekosistem robotics, semikonduktor, dan EV. Semoga kegiatan ini dapat menjadi titik awal kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, industri, dan mitra global dalam mendorong transformasi teknologi nasional,” ujarnya.

    ‎Managing Director Arrow Electronics Tak Chow mengemukakan bahwa keikutsertaannya dalam kegiatan ini merupakan wujud komitmen perusahaan untuk mendukung transformasi industri di Indonesia melalui penyediaan teknologi dan solusi inovatif.

    ‎“Kami hadir untuk mendukung perusahaan-perusahaan Indonesia dengan teknologi dan solusi guna membantu mereka meningkatkan kandungan lokal (TKDN),” kata dia.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bonus Demografi, Generasi Muda Didorong Ambil Peran Lewat Industri Kreatif

    Bonus Demografi, Generasi Muda Didorong Ambil Peran Lewat Industri Kreatif

    JAKARTA – Di tengah meningkatnya kesadaran global terhadap isu keberlanjutan, batik tidak hanya dipandang sebagai produk budaya, tetapi juga sebagai representasi gaya hidup yang selaras dengan nilai-nilai pelestarian lingkungan. 

    Momentum ini menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk menegaskan kembali komitmen pelestarian wastra melalui pendekatan yang lebih inklusif, inovatif, dan berorientasi masa depan. Generasi muda menempati posisi strategis dalam menggerakkan transformasi ini.

    “Bonus demografi yang tengah kita alami membuka ruang besar bagi generasi muda untuk menjadi penggerak utama perubahan. Mereka adalah agen penting dalam mewujudkan sustainability, termasuk di sektor industri kreatif seperti batik,” ujar Staf Ahli Menteri Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kementerian Perindustrian, Doddy Rahadi, dalam Talkshow Community Engagement sebagai rangkaian kegiatan Industrial Festival feat. Gelar Batik Nusantara 2025 dalam siaran pers disitat Sabtu 2 Agustus.  

    Kegiatan talkshow mengusung tema “Batik dan Keberlanjutan: Lestarikan Tradisi, Lestarikan Bumi” ini, menjadi bagian dari kampanye Kemenperin untuk mendorong adopsi praktik industri ramah lingkungan dan memperkuat nilai budaya dalam sektor manufaktur nasional.

    Peluang tersebut selaras dengan geliat industri kecil dan menengah (IKM) sektor fesyen yang terus menunjukkan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Sebab, sektor ekonomi kreatif mampu menyumbang sebesar 7,8 persen terhadap PDB nasional, dengan salah satu kontribusi terbesarnya berasal dari industri kreatif subsektor fesyen dan kriya.

    Di samping itu, berdasarkan data BPS, hingga tahun 2022 tercatat terdapat lebih dari 958 ribu IKM fesyen, yang terdiri atas IKM tekstil sebanyak 303.485 unit, pakaian jadi sebanyak 594.912 unit, serta kulit dan alas kaki sebanyak 60.760 unit. Ketiga subsektor tersebut secara kumulatif pula menyerap lebih dari 1,6 juta tenaga kerja, yang sebagian besar berasal dari kalangan usia produktif.

    Sebanyak 67,5 persen penduduk Indonesia yang merupakan generasi muda dan berada pada usia produktif, menurut Doddy, memiliki kapasitas tinggi dalam hal kreativitas, pemanfaatan teknologi digital, serta semangat inovasi. Dalam pelestarian batik, generasi muda tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga pencipta tren dan pelaku industri yang aktif.

    Doddy menyampaikan, terdapat pergeseran positif dalam cara generasi muda memaknai batik. Jika dahulu batik identik dengan pakaian formal dan kesan konservatif, kini anak muda mulai mengadopsinya sebagai bagian dari gaya kasual dan streetwear. Bahkan, banyak dari mereka yang melahirkan label fesyen lokal berbasis batik, menciptakan desain yang segar, serta mempromosikannya melalui platform digital dengan pendekatan visual yang menarik.

    “Batik bukan lagi sekadar pakaian upacara. Bagi generasi muda, batik telah menjadi simbol identitas dan ekspresi budaya yang bisa dibanggakan. Ini potensi besar yang harus terus kita dukung,” katanya.

    Kementerian Perindustrian terus mendorong narasi keberlanjutan dalam industri batik, termasuk dengan mempromosikan proses produksi yang ramah lingkungan, penggunaan pewarna alami, serta mendorong transparansi rantai pasok dari pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM). Edukasi kepada konsumen muda juga dilakukan melalui berbagai kampanye dan festival.

    “Kita harus membangun hubungan emosional yang lebih dalam. Ini bukan hanya tugas satu pihak. Harus ada kolaborasi dari pemerintah, pelaku industri, pendidikan, media, hingga komunitas. Semuanya perlu bergerak bersama untuk menjaga batik tetap hidup dan dikenal, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di mata dunia,” tutur Doddy.

    Ia menambahkan, kegiatan seperti Gelar Batik Nusantara dan Industrial Festival merupakan wujud nyata komitmen Kemenperin dalam membuka ruang kolaborasi antara industri, komunitas, dan generasi muda. Platform ini sekaligus menjadi sarana edukasi publik dan promosi batik Indonesia di pasar domestik maupun global.

    “Melestarikan batik bukan sekadar mempertahankan kain bermotif indah. Ini tentang merawat identitas bangsa, menghormati perajin, dan bertanggung jawab terhadap bumi tempat kita berpijak. Mari terus berkolaborasi, mulai dari diri sendiri, mulai dari hari ini,” tegasnya.

    Sebagai bagian dari upaya membangun ekosistem industri fashion yang berkelanjutan, salah satu brand fesyen lokal yaitu KaIND, turut berperan melalui penerapan prinsip sustainable fashion yang mengedepankan pelestarian budaya dan ramah lingkungan.

    “KaIND berangkat dari keyakinan bahwa kearifan lokal merupakan fondasi penting dalam membangun industri fashion masa depan. Melalui pendekatan yang etis, estetis, dan berdampak sosial, kami ingin mendorong transformasi industri yang tidak hanya berdaya saing secara global, tetapi juga berpihak pada lingkungan dan komunitas,” ujar Founder KaIND, Melie Indarto.

    Penyelenggaraan Industrial Festival 2025 berkolaborasi dengan Gelar Batik Nusantara berlangsung pada 30 Juli – 3 Agustus 2025 di Pasaraya Blok M. Festival ini mengusung tagline #BATIKRIZZ yang menegaskan bahwa batik bukan sekadar warisan budaya, tetapi juga bagian dari industri kreatif masa kini yang menjunjung tinggi inovasi, digitalisasi, dan prinsip keberlanjutan.

    Festival ini juga akan dimeriahkan dengan Kompetisi Konten Kreatif dan peluncuran Sayembara Maskot Industri yang terbuka bagi publik termasuk mahasiswa, untuk merancang maskot yang merepresentasikan semangat industri 4.0 Indonesia.

  • Berubah! Batik Tak Lagi “Kuno”, Orang Muda RI Jadi Kunci

    Berubah! Batik Tak Lagi “Kuno”, Orang Muda RI Jadi Kunci

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia berpeluang menegaskan kembali komitmen pelestarian wastra melalui pendekatan yang lebih inklusif, inovatif, dan berorientasi masa depan. Generasi muda menempati posisi strategis dalam menggerakkan transformasi ini.

    Peluang tersebut selaras dengan geliat industri kecil dan menengah (IKM) sektor fesyen yang terus menunjukkan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.

    Di mana, sektor ekonomi kreatif mampu menyumbang sebesar 7,8% terhadap PDB nasional, dengan salah satu kontribusi terbesarnya berasal dari industri kreatif subsektor fesyen dan kriya.

    Belum lagi, berdasarkan data BPS, hingga tahun 2022 tercatat terdapat lebih dari 958 ribu IKM fesyen, yang terdiri atas IKM tekstil sebanyak 303.485 unit, pakaian jadi sebanyak 594.912 unit, serta kulit dan alas kaki sebanyak 60.760 unit.

    Ketiga subsektor tersebut secara kumulatif pula menyerap lebih dari 1,6 juta tenaga kerja, yang sebagian besar berasal dari kalangan usia produktif.

    Hal itu disampaikan Staf Ahli Menteri Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi dalam Talkshow Community Engagement, Jumat (1/8/2025). Kata dia, di tengah meningkatnya kesadaran global terhadap isu keberlanjutan, batik tidak hanya dipandang sebagai produk budaya. Tapi juga sebagai representasi gaya hidup yang selaras dengan nilai-nilai pelestarian lingkungan.

    “Bonus demografi yang tengah kita alami membuka ruang besar bagi generasi muda untuk menjadi penggerak utama perubahan. Mereka adalah agen penting dalam mewujudkan sustainability, termasuk di sektor industri kreatif seperti batik,” katanya dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (2/8/2025).

    “Sebanyak 67,5 persen penduduk Indonesia yang merupakan generasi muda dan berada pada usia produktif memiliki kapasitas tinggi dalam hal kreativitas, pemanfaatan teknologi digital, serta semangat inovasi. Dalam pelestarian batik, generasi muda tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga pencipta tren dan pelaku industri yang aktif,” tambahnya.

    Dia mengatakan, terdapat pergeseran positif dalam cara generasi muda memaknai batik. Jika dahulu batik identik dengan pakaian formal dan kesan konservatif, kini anak muda mulai mengadopsinya sebagai bagian dari gaya kasual dan streetwear.

    “Bahkan, banyak dari mereka yang melahirkan label fesyen lokal berbasis batik, menciptakan desain yang segar, serta mempromosikannya melalui platform digital dengan pendekatan visual yang menarik,” ujarnya.

    “Batik bukan lagi sekadar pakaian upacara. Bagi generasi muda, batik telah menjadi simbol identitas dan ekspresi budaya yang bisa dibanggakan. Ini potensi besar yang harus terus kita dukung,” sambung Dody.

    Foto: Dok. Kemenperin
    Staf Ahli Menteri Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi dalam Talkshow Community Engagement, Jumat (1/8/2025).

    Kemenperin, sebutnya, terus mendorong narasi keberlanjutan dalam industri batik, termasuk dengan mempromosikan proses produksi yang ramah lingkungan, penggunaan pewarna alami, serta mendorong transparansi rantai pasok dari pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM). Edukasi kepada konsumen muda juga dilakukan melalui berbagai kampanye dan festival.

    “Kita harus membangun hubungan emosional yang lebih dalam. Ini bukan hanya tugas satu pihak. Harus ada kolaborasi dari pemerintah, pelaku industri, pendidikan, media, hingga komunitas. Semuanya perlu bergerak bersama untuk menjaga batik tetap hidup dan dikenal, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di mata dunia,” tuturnya.

    Kegiatan seperti Gelar Batik Nusantara dan Industrial Festiva, imbu dia, wujud nyata komitmen Kemenperin membuka ruang kolaborasi antara industri, komunitas, dan generasi muda. Sekaligus menjadi sarana edukasi publik dan promosi batik Indonesia di pasar domestik maupun global.

    “Melestarikan batik bukan sekadar mempertahankan kain bermotif indah. Ini tentang merawat identitas bangsa, menghormati perajin, dan bertanggung jawab terhadap bumi tempat kita berpijak. Mari terus berkolaborasi, mulai dari diri sendiri, mulai dari hari ini,” katanya.

    Sebagai bagian dari upaya membangun ekosistem industri fashion yang berkelanjutan, salah satu brand fesyen lokal yaitu KaIND, turut berperan melalui penerapan prinsip sustainable fashion yang mengedepankan pelestarian budaya dan ramah lingkungan.

    “KaIND berangkat dari keyakinan bahwa kearifan lokal merupakan fondasi penting dalam membangun industri fashion masa depan. Melalui pendekatan yang etis, estetis, dan berdampak sosial,” ujar Founder KaIND Melie Indarto dalam kesempatan yang sama.

    “Kami ingin mendorong transformasi industri yang tidak hanya berdaya saing secara global, tetapi juga berpihak pada lingkungan dan komunitas,” ujarnya.

    Penyelenggaraan Industrial Festival 2025 berkolaborasi dengan Gelar Batik Nusantara berlangsung pada 30 Juli-3 Agustus 2025 di Pasaraya Blok M. Festival ini mengusung tagline #BATIKRIZZ yang menegaskan bahwa batik bukan sekadar warisan budaya, tetapi juga bagian dari industri kreatif masa kini yang menjunjung tinggi inovasi, digitalisasi, dan prinsip keberlanjutan.

    (dce/dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 4 Jurus Kemenperin Dukung Keberlanjutan Industri Batik

    4 Jurus Kemenperin Dukung Keberlanjutan Industri Batik

    Jakarta

    Kementerian Perindustrian RI (Kemenperin) mendorong keberlanjutan industri batik nasional. Batik dinilai tak hanya menjadi warisan budaya, namun diakui sebagai salah satu sektor industri kreatif yang mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.

    Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Triwulan I 2025, nilai ekspor mencapai USD7,63 juta atau Rp 123,60 miliar (kurs Rp 16.200). Angka ini mengalami kenaikan 76,2% dibandingkan periode yang sama pada 2024.

    Sebagai regulator, pemerintah melalui Kemenperin memiliki empat strategi untuk mendukung berkelanjutan industri batik. Pertama adalah menyiapkan sertifikasi industri hijau (SIH).

    “Bagaimana peran Kementerian Perindustrian untuk mendukung sustainability (keberlanjutan) di industri batik? Kita punya sertifikasi hijau,” kata Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kemenperin Dr Ir Doddy Rahadi, dalam sesi talkshow ‘Batik & Keberlanjutan: Lestarikan Tradisi, Lestarikan Bumi’ dalam acara Gelar Batik Indonesia di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (1/8/2025).

    Dikutip dari laman Kemenperin, SIH merupakan sistem penilaian yang mengukur tingkat penerapan prinsip industri hijau. Beberapa indikatornya yaitu efisiensi bahan baku, energi pengelolaan limbah, dan aspek manajemen perusahaan.

    Implementasi SIH membawa beragam keuntungan nyata. Di antaranya:

    – Mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) rata-rata 37%.

    – Meningkatkan OEE (Overall Equipment Effectiveness/Efektivitas Peralatan Secara Keseluruhan) sekitar 10%.

    – Mendukung akses pasar hijau secara global.

    “Kita harus ikuti prosedurnya, SOP-nya,” sambung Doddy.

    Langkah kedua, yaitu menyediakan teknologi produksi bersih untuk mengelola limbah industri batik. Limbah yang biasanya dibuang di sungai, diolah di sentra-sentra industri kecil dan menengah (IKM) agar lebih ramah lingkungan.

    “Pengelolaan limbahnya satu saja, bersama-sama. Jadi itu lebih efektif dan harus yang irit,” kata Doddy.

    Berikutnya, Doddy menyebut Kemenperin juga menggelar program inkubator bisnis dan pelatihan sumber daya manusia (SDM). Hal ini dilakukan untuk mendorong produktivitas dan daya saing IKM di seluruh Indonesia. Sehingga, mereka pun siap untuk mengembangkan ekspor produk batik di mancanegara.

    Terakhir, kampanye dan edukasi melalui festival serta pameran juga digalakkan oleh Kemenperin agar industri batik semakin naik kelas dan berkelanjutan. Salah satunya gelaran Industrial Fest x Gelar Batik Nusantara.

    (prf/ega)