Tag: Dmitry Peskov

  • Rusia Tegaskan Perang Ukraina Berlanjut Sampai Tujuan Putin Tercapai

    Rusia Tegaskan Perang Ukraina Berlanjut Sampai Tujuan Putin Tercapai

    Moskow

    Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia menegaskan perang Ukraina akan terus berlanjut hingga tujuan-tujuan yang ditetapkan Presiden Vladimir Putin tercapai, baik melalui aksi militer atau pun melalui negosiasi.

    Putin, seperti dilansir Reuters, Selasa (10/12/2024), telah menuntut agar Kyiv meninggalkan ambisinya bergabung dengan aliansi militer Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan sepenuhnya menarik pasukan dari empat wilayah Ukraina yang diklaim Moskow sebagai bagian wilayah kedaulatannya.

    Persyaratan semacam itu telah ditolak mentah-mentah oleh Ukraina, dan dianggap sebagai sama saja dengan menyerah pada Rusia.

    Dalam pernyataan terbaru, Kremlin menegaskan perang Ukraina hanya akan diakhiri saat semua tujuan Rusia tercapai.

    “Operasi militer khusus akan berakhir ketika semua tujuan yang ditetapkan oleh presiden dan panglima tertinggi telah tercapai,” tegas juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, saat berbicara kepada wartawan, menggunakan istilah Moskow untuk menyebut invasinya ke Ukraina.

    “Tujuan-tujuan ini dapat dicapai melalui operasi militer khusus atau hasil negosiasi yang relevan,” sebutnya.

    Peskov menambahkan bahwa tidak ada pembicaraan yang sedang dilakukan oleh Moskow dan Kyiv saat ini, karena “pihak Ukraina menolak negosiasi apa pun”.

    Lihat juga Video ‘Ekspresi Warga Suriah Merayakan Runtuhnya Rezim Assad’:

  • Siapa Saling Berperang di Suriah?

    Siapa Saling Berperang di Suriah?

    Jakarta

    Sudah empat tahun terakhir perang saudara di Suriah seakan membisu, dengan garis konflik yang tidak lagi bergeser. Satu-satunya ketegangan tercipta di barat laut. Di Aleppo, pasukan pemerintahan diktator Bashar al Assad berusaha menghalau pemberontakan yang merongrong lewat serangan-serangan kecil.

    Namun pada Rabu (27/11) pekan lalu, gerilyawan Hay’at Tahrir al-Sham, HTS, melancarkan serangan besar-besaran terhadap Aleppo. Hanya butuh waktu dua hari bagi milisi sokongan Turki itu untuk memukul mundur serdadu pemerintah di seluruh penjuru kota dan desa-desa di sekitar.

    Target strategis selanjutnya adalah kota Hama yang berjarak 138 kilometer di selatan Aleppo, dan terletak di jalur utama menuju ibu kota Damaskus.

    “Bala bantuan bersenjata berat dari pemerintahan Assad tiba di Hama pada hari Minggu dan mulai bergerak ke utara, merebut kembali beberapa kota dan desa,” kata analis Nanar Hawach dari International Crisis Group, dalam wawancara dengan DW.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Dia berspekulasi bahwa serangan balasan besar-besaran akan segera terjadi. Menurutnya, fase berikutnya dari “perang saudara Suriah akan dimulai lagi dengan intensitas tinggi dalam beberapa minggu dan bulan ke depan.”

    Siapa yang beroposisi di Suriah?

    HTS, yang bermazhabkan Ahlu Sunnah, saat ini menjadi kekuatan oposisi terbesar di Suriah. Kelompok yang didirikan oleh pembelot ISIS ini ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat pada tahun 2018 dan berbaiat kepada kelompok teror Al-Qaeda.

    Kekuatan oposisi terbesar lain adalah Tentara Nasional Suriah alias SNA yang juga didukung Turki. Belum lama ini, mereka meluncurkan Operasi Fajar Kebebasan di wilayah timur laut yang dikendalikan Pasukan Demokratik Suriah Kurdi, SDF.

    Turki memandang SDF sebagai organisasi teroris, dan telah berulang kali melakukan serangan di wilayah yang mereka kuasai. Ankara juga menguasai beberapa wilayah Suriah di dekat perbatasan dan kemungkinan besar berharap bahwa kemajuan SNA akan memperluas zona penyangga di mana mereka dapat mendeportasi pengungsi Suriah.

    Siapa dukung rejim Assad?

    Di bawah dinasti Assad, Suriah bergabung ke dalam poros Moskow-Teheran yang saling melindungi kepentingan bersama. “Tentu saja kami akan terus mendukung Bashar al-Assad dan menjaga kontak pada tingkat yang tepat untuk menganalisis situasi,” kata juru bicara pemerintah Rusia Dmitry Peskov.

    Moskow telah mendukung Assad sejak perang saudara pecah pada tahun 2011 dan terlibat secara langsung sejak tahun 2015. Serangan udara Rusia terhadap kantung oposisi di Suriah membuka jalan bagi pasukan pemerintah untuk kembali berjejak di sebagian besar wilayah, kecuali di sepanjang wilayah utara.

    Hubungan baik antara Moskow dan Damaskus sudah terbina sejak era Uni Soviet. Dari sudut pandang Presiden Rusia Vladimir Putin, intervensi militer memperkuat pengaruh strategis di kawasan, dan mempermudah kerja sama dengan Iran, yang kini menjadi sekutu penting Rusia.

    Bagi Iran, rezim Assad adalah sekutu penting dalam apa yang disebut “Poros Perlawanan,” yang juga mencakup Hizbullah di Lebanon. Mirip dengan Kremlin, Presiden Iran Masoud Pezeshkian, dalam percakapan telepon dengan Assad, juga menjanjikan dukungan untuk memadamkan pemberontakan.

    Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di London melaporkan, pada hari Senin (2/12), bahwa sekitar 200 pejuang milisi Syiah dari Irak telah memasuki Suriah dengan truk pickup di bawah komando Iran untuk mendukung serangan balasan tentara di dekat Aleppo.

    Sejumlah kelompok bersenjata Syiah di Irak juga mulai mendesak pemerintah secara terbuka untuk mengirimkan pasukan ke negeri jiran.

    Kenapa sekarang bereskalasi?

    “Serangan HTS yang pro-Turki adalah konsekuensi dari melemahnya fron Iran di Timur Tengah,” kata pakar Timur Tengah dan penasihat PBB Lorenzo Trombetta kepada DW.

    Kekuatan Hizbullah, yang beroperasi dari Lebanon, melemah setelah setahun berperang melawan Israel. Kelompok ini dibiayai, diperlengkapi dan dilatih oleh Iran, sementara Amerika Serikat, Jerman dan negara-negara lain mengklasifikasikannya sebagai kelompok teroris. Baru sepekan silam, Hizbullah menyepakati gencatan senjata dengan Israel.

    Israel juga telah menyerang Iran secara langsung dalam beberapa bulan terakhir dan memperluas serangannya terhadap posisi Iran di Suriah. Jalur pasokan antara Suriah dan Lebanon juga terkena dampaknya.

    Sekutu utama kedua Assad, Rusia, terikat secara militer oleh perang agresi di Ukraina. Di sana, Putin secara besar-besaran mengintensifkan upaya perang – mungkin untuk menciptakan fakta yang menguntungkannya selama pergantian pemerintahan di AS.

    HTS dan SNA kemungkinan akan mencoba hal serupa dalam fase pergolakan di Suriah saat ini. Dari sudut pandang pakar ICG Nanar Hawach, dampak apa yang akan terjadi masih belum pasti – hanya satu hal yang pasti: “Sayangnya, warga sipillah yang menanggung beban paling berat dari bentrokan ini.”

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman

    (ita/ita)

  • Rusia Sambut Baik Gencatan Senjata Israel-Hizbullah tapi Wanti-wanti Hal Ini

    Rusia Sambut Baik Gencatan Senjata Israel-Hizbullah tapi Wanti-wanti Hal Ini

    Moskow

    Rusia menyambut baik gencatan senjata yang disepakati Israel dan Hizbullah, yang berlaku di Lebanon sejak Rabu (27/11) waktu setempat. Moskow menekankan pentingnya kesepakatan itu ditegakkan secara efektif agar gencatan senjata bisa terus berlangsung.

    “Moskow melihatnya secara positif,” ucap juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada kantor berita Rusia ketika ditanya soal kesepakatan gencatan senjata di Lebanon, seperti dilansir AFP, Kamis (28/11/2024).

    “Penting bahwa implementasi kesepakatan ini sesuai dengan perjanjian yang telah dicapai,” ujarnya mengingatkan.

    Gencatan senjata yang mulai berlaku pada Rabu (27/11) pagi waktu setempat ini, akhirnya disepakati setelah hampir 14 bulan pertempuran antara Israel dan Hizbullah, yang didukung Iran, menewaskan ribuan orang di Lebanon dan memicu pengungsian massal di kedua sisi perbatasan.

    Kementerian Luar Negeri Rusia, dalam tanggapan terpisah, mengharapkan gencatan senjata itu bisa benar-benar mengakhiri rentetan kekerasan dan pertumpahan darah di Lebanon.

    “Kami menyambut baik setiap perjanjian, baik yang masih kemungkinan atau sudah disepakati, yang akan menghentikan spiral kekerasan, menghentikan pertumpahan darah di Lebanon… namun perjanjian tersebut harus benar-benar efektif,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova.

  • Update Perang Rusia di Ukraina: Muncul Bantuan Baru untuk Moskow

    Update Perang Rusia di Ukraina: Muncul Bantuan Baru untuk Moskow

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang antara Rusia dan Ukraina telah memasuki hari ke-1.005 pada Senin (25/11/2024). Saling serang antara dua negara tetangga tersebut terus menjadi perhatian dunia lantaran muncul bantuan internasional untuk Moskow.

    Saat ini Rusia mendapatkan bantuan internasional dari negara sahabat Korea Utara (Korut). Hal ini pun menimbulkan kekhawatiran baru, salah satunya dari Amerika Serikat (AS) yang selama ini menyokong Ukraina.

    Berikut update terbaru perang antara Rusia dan Ukraina, seperti dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber.

    Putin Panggil Negara Arab Ini Ikut Perang Rusia-Ukraina

    Selain warga Korut, Rusia dilaporkan kembali memanggil warga negara asing untuk terlibat dalam perangnya melawan Ukraina. Hal ini dilaporkan oleh Financial Times (FT), Minggu (24/11/2024).

    Dalam laporannya, FT menyebut negara tersebut adalah Yaman, yang saat ini dilanda perang saudara. Mereka dijanjikan upah yang besar hingga kewarganegaraan Rusia bila menyanggupi untuk mengikuti perang Moskow itu.

    “Warga Yaman dijanjikan upah tinggi dan kewarganegaraan Rusia sebelum melakukan perjalanan ke Rusia untuk direkrut secara paksa ke dalam tentara Moskow dan dikirim ke garis depan di Ukraina. Perjalanan tersebut difasilitasi oleh sebuah perusahaan yang terkait dengan pemberontak Houthi Yaman,” tulis laporan itu, yang juga dikutip Newsweek.

    Sebelumnya diketahui, Yaman berada dalam perang saudara yang melibatkan antara pemerintah dan pemberontak Houthi, yang berhaluan syiah dan pro-Iran. Hingga saat ini, Houthi telah berhasil menguasai sejumlah besar wilayah Negeri Hadramaut itu.

    Tidak jelas seberapa dekat Rusia dengan Houthi. Namun konflik ini telah membuat Moskow menjalin hubungan dengan negara-negara yang memusuhi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

    Serangan Rudal Ukraina ke Wilayah Rusia

    Sistem pertahanan udara Rusia menghancurkan tujuh rudal Ukraina di wilayah Kursk pada Minggu malam, menurut gubernur wilayah Kursk, Alexei Smirnov, di saluran Telegram miliknya.
    Sementara gubernur wilayah Vladislav Shapsha menyebut puing-puing yang jatuh dari pesawat nirawak Ukraina yang hancur memicu kebakaran di fasilitas industri di Kaluga, Rusia. Ia mengatakan tidak ada korban luka dan tiga pesawat nirawak hancur.

    Di sisi lain, Wali Kota Vitali Klitschko di Telegram menyebut pertahanan udara sedang beroperasi di Kyiv sebagai tanggapan atas serangan pesawat nirawak Rusia yang baru.

    Pertahanan udara Ukraina sebelumnya telah menjatuhkan 50 dari 73 pesawat nirawak Rusia yang diluncurkan ke berbagai target, menurut militer Ukraina.

    China Pening Gegara Rusia dan Korut ‘Main Belakang’

    Pemerintah China dilaporkan makin resah dengan kerja sama pertahanan yang kian erat antara Rusia dan Korea Utara (Korut). Hal ini disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Kurt Campbell pada Minggu.

    Dalam pernyataannya, Campbell mengatakan Beijing sangat khawatir dengan bagaimana Pyongyang, dalam kerangka kerja sama ini, mengirimkan pasukannya untuk bertempur dengan Rusia di Ukraina. Menurutnya, China khawatir langkah ini akan membuat Korut mengambil langkah yang tidak sesuai dengan kepentingan nasionalnya.

    “Dalam beberapa diskusi yang telah kami lakukan, tampaknya kami memberitahu mereka tentang hal-hal yang tidak mereka ketahui terkait dengan kegiatan Korut, dan mereka khawatir bahwa dorongan Rusia dapat menyebabkan Korut mempertimbangkan tindakan atau aksi militer yang mungkin tidak sesuai dengan kepentingan China,” ungkapnya dikutip The Guardian.

    “China tidak secara langsung mengkritik Rusia, tetapi kami yakin bahwa meningkatnya koordinasi antara Pyongyang dan Moskow membuat mereka gelisah.”

    Sebelumnya, Korut diketahui telah mengirimkan 10 ribu pasukannya untuk bertempur melawan Ukraina membela Rusia. Hal ini terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong Un menandatangani perjanjian keamanan antara kedua negara.

    Jenderal Korea Utara Terluka Imbas Serangan Rudal Ukraina

    Seorang jenderal senior Korea Utara dikabarkan terluka dalam serangan Ukraina baru-baru ini di wilayah Kursk, Rusia. Hal itu disampaikan seorang pejabat dari negara Barat seperti dikutip dari Wall Street Journal pada Minggu.

    Kabar ini menjadi pertama kalinya seorang perwira tinggi militer Korea Utara menjadi korban dalam konflik Rusia-Ukraina. Seperti diketahui, lebih dari 10.000 tentara Korea dikerahkan di Kursk saat Kremlin mencoba mengusir pasukan Ukraina yang melancarkan serangan di sana pada Agustus.

    Misi Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) belum menanggapi ihwal kabar jenderalnya yang menjadi korban ini. Pyongyang telah mengirim seorang perwira senior, Kolonel Jenderal Kim Yong Bok ke Rusia untuk mengawasi upaya Korea Utara untuk berkoordinasi dengan Rusia.

    Putin Disebut Sakit, Nampak Tanda Tak Biasa dari Tangannya

    Informasi mengenai kondisi kesehatan Presiden Rusia Vladimir Putin terus menerus diberitakan. Pasalnya, orang nomor satu di Rusia itu saat ini sedang banyak disorot lantaran keputusannya untuk menyerang tetangganya, Ukraina.

    Pada Kamis (21/11/2024), sebuah video yang mengunggah pernyataan terkait Putin yang mengonfirmasi penggunaan rudal hipersonik dalam serangan ke Ukraina menunjukkan sebuah gejala tak biasa bagi Presiden Rusia itu. Nampak Putin duduk dengan kedua tangan dalam posisi hampir tak bergerak selama lebih dari 20 menit.

    Hal ini telah memicu spekulasi liar di internet berdasarkan rumor yang beredar tentang kesehatannya. Penasihat Dalam Negeri Ukraina Anton Gerashchenko menyebut, ada yang tidak sinkron antara badannya dengan kepala dan tangan.

    “Jika Anda mempercepat video, terlihat bahwa tangan Putin tidak bergerak dan tampak terpisah dari tubuhnya. Suara dan gerakan bibir terkadang tidak sesuai,” ujarnya di X, seperti dikutip dari Newsweek.

    Gerashchenko kemudian berkomentar, tanggapan dari apa yang disebutnya ‘para bot dan troll Rusia’ membuatnya berpikir ‘memang ada sesuatu di sana’, menunjuk kejadian ini pada kesehatan Putin.

    Pembuat film Patrick Hölscher juga membuat komentar serupa. Menurutnya, banyak editan dalam video konfirmasi Putin itu yang akhirnya menimbulkan pertanyaan terkait apa yang benar-benar terjadi dengan orang nomor satu Negeri Beruang Putih itu.

    Pada Oktober, Kremlin mengeluarkan pernyataan bahwa Putin tidak memiliki masalah kesehatan setelah ia mengunjungi Rumah Sakit Klinik Pusat. Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa Putin sebenarnya berada di sana untuk pemeriksaan medis biasa.

    Putin sebelumnya menyebutkan bahwa ia rutin menjalani pemeriksaan di rumah sakit Moskow.

    “Dokter di Rumah Sakit Klinik Pusat, tempat saya menjalani berbagai pemeriksaan rutin, juga merekomendasikan vaksinasi dengan obat-obatan yang diproduksi di dalam negeri,” katanya kepada menteri kesehatannya Mikhail Murashko.

    Update dari Politik Rusia

    Rusia akan segera menunjuk Alexander Darchiev, yang saat ini menjabat sebagai kepala departemen Amerika Utara Kementerian Luar Negeri, sebagai duta besar barunya untuk Washington, demikian dilaporkan surat kabar Kommersant.

    Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin telah menandatangani undang-undang yang memungkinkan mereka yang mendaftar untuk berperang di Ukraina untuk menghapus utang yang belum dibayar senilai hampir US$100.000.

    (pgr/pgr)

  • Perang Ukraina Kian Pelik Usai Rusia Luncurkan Rudal Hipersonik

    Perang Ukraina Kian Pelik Usai Rusia Luncurkan Rudal Hipersonik

    Putin Buka Suara

    Presiden Rusia Vladimir Putin angkat bicara mengenai serangan rudal militernya yang menghantam Ukraina. Putin menyebut militernya menembakkan rudal jarak menengah baru bernama Oreshnik.

    Dalam pidatonya, seperti dilansir AFP, Jumat (21/11/2024), Putin menyatakan Rusia melakukan “pengujian dalam kondisi pertempuran terhadap salah satu sistem rudal jarak menengah terbaru Rusia… Teknisi kami menamakannya Oreshnik,” yang berarti pohon hazel dalam bahasa Rusia.

    Rusia menyerang kota Dnipro di Ukraina tengah dalam rentetan rudal pada hari Kamis (21/11) dini hari.

    Angkatan udara Ukraina dan Presiden Volodymyr Zelensky menuding Rusia menggunakan rudal balistik antarbenua, sementara para ahli Ukraina masih memeriksa bukti untuk memastikan jenis rudal yang digunakan.

    Putin mengatakan dalam pidatonya bahwa Rusia meluncurkan serangan gabungan terhadap target industri pertahanan di Ukraina.

    Ia menggambarkan Oreshnik sebagai “rudal balistik” yang dalam kasus ini dikerahkan “dalam konfigurasi hipersonik non-nuklir”, dengan mengatakan bahwa “uji coba” tersebut telah berhasil dan telah mengenai sasarannya.

    Pertahanan udara tidak dapat mencegat Oreshnik, yang menyerang dengan kecepatan Mach 10, atau 2,5-3 kilometer per detik, kata Putin.

    “Sampai hari ini tidak ada cara untuk menangkal senjata semacam itu,” presiden itu membanggakan.

    Klaim Rusia

    Juru Bicara Kremlin mengklaim Rusia telah memberi tahu Amerika Serikat 30 menit sebelum menembakkannya ke Ukraina.

    “Pihak Rusia memperingatkan Amerika tentang peluncuran ‘Oreshnik’,” melalui hotline de-eskalasi nuklir otomatis, demikian pernyataan yang disampaikan Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada kantor berita TASS, dilansir AFP, Jumat (22/11).

    Peskov mengatakan Pusat Nasional Rusia untuk Pengurangan Bahaya Nuklir mengirim pesan ke layanan serupa di Amerika Serikat “secara otomatis” 30 menit sebelum peluncuran yang direncanakan, TASS melaporkan.

  • Rusia Klaim Kabari AS 30 Menit Sebelum Luncurkan Rudal Hipersonik ke Ukraina

    Rusia Klaim Kabari AS 30 Menit Sebelum Luncurkan Rudal Hipersonik ke Ukraina

    Jakarta

    Rusia meluncurkan rudal hipersonik ke Ukraina. Juru Bicara Kremlin mengklaim Rusia telah memberi tahu Amerika Serikat 30 menit sebelum menembakkannya ke Ukraina.

    “Pihak Rusia memperingatkan Amerika tentang peluncuran ‘Oreshnik’,” melalui hotline de-eskalasi nuklir otomatis, demikian pernyataan yang disampaikan Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada kantor berita TASS, dilansir AFP, Jumat (21/11/2024).

    Putin sebelumnya mengatakan Rusia telah menguji coba jenis baru rudal jarak menengah hipersonik di kota Dnipro, Ukraina yang dilengkapi dengan hulu ledak non-nuklir.

    Kyiv menuduh Rusia menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM). Namun, pihaknya menyebut pengujian sedang dilakukan pada puing-puing untuk memastikan jenis senjata dan hulu ledak yang digunakan.

    Peskov mengatakan Pusat Nasional Rusia untuk Pengurangan Bahaya Nuklir mengirim pesan ke layanan serupa di Amerika Serikat “secara otomatis” 30 menit sebelum peluncuran yang direncanakan, TASS melaporkan.

    Saksikan Juga Blak-blakan: Ony Anwar Harsono Bicara Kunci Sukses Ngawi Sebagai Lumbung Padi Nasional

    (taa/taa)

  • Rusia Klaim Kabari AS 30 Menit Sebelum Luncurkan Rudal Hipersonik ke Ukraina

    Pertama Kali! Rusia Luncurkan Rudal Balistik Antarbenua ke Ukraina

    Jakarta

    Rusia meluncurkan rudal balistik antarbenua ke Ukraina untuk pertama kalinya pada Kamis (21/11). Ini menandai eskalasi konflik terbaru sejak Ukraina menembakkan rudal jarak jauh yang dipasok Barat ke Rusia.

    Angkatan Udara Ukraina mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa pasukan Rusia pada pagi hari telah meluncurkan beberapa jenis rudal ke pusat kota Dnipro, yang menargetkan infrastruktur penting.

    “Secara khusus, rudal balistik antarbenua diluncurkan dari wilayah Astrakhan di Federasi Rusia,” kata pernyataan itu, dilansir kantor berita AFP, Kamis (21/11/2024).

    Sebuah sumber di Angkatan Udara Ukraina mengonfirmasi kepada AFP, bahwa ini adalah pertama kalinya sejak Kremlin melancarkan invasi, pasukannya mengerahkan senjata tersebut.

    Sumber tersebut menambahkan bahwa “jelas” bahwa rudal itu, yang dirancang untuk membawa hulu ledak konvensional dan nuklir, tidak membawa muatan nuklir.

    Ketika ditanya apakah Moskow menembakkan rudal tersebut, yang dapat mengenai target ribuan kilometer jauhnya, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan bahwa ia “tidak memiliki komentar apa pun mengenai topik ini.”

    Unit pertahanan udara Ukraina menembak jatuh enam rudal, kata Angkatan Udara Ukraina tanpa merinci apakah rudal balistik antarbenua (ICBM) tersebut telah jatuh.

    Lihat Video Penampakan Sisa-sisa Rudal Rusia di Atap Rumah Warga Odessa Ukraina

  • Perang Eropa Makin Ngeri! Biden Buka Gerbang PD 3, Rusia-China Respons

    Perang Eropa Makin Ngeri! Biden Buka Gerbang PD 3, Rusia-China Respons

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang di Eropa semakin ngeri. Bahkan ada tanda “pintu” perang dunia 3 (PD 3) bakal terbuka.

    Hal ini setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh Washington untuk menyerang target militer di dalam wilayah Rusia. Ukraina dan Rusia sudah terlibat perang sejak dua tahun lebih.

    Pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim menunjuk pengerahan pasukan Korea Utara (Korut) guna membantu perang Rusia menjadi penyebab. Ini pun mengonfirmasi laporan dari laman The New York Times dan The Washington Post.

    Sebenarnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memang telah lama mendorong otorisasi dari AS. Ini untuk menggunakan ATACMS (Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat AS) untuk menyerang target di dalam wilayah Rusia.

    Zelensky sendiri memberi pernyataan setelah laporan Biden keluar. Ia mengonfirmasi izin dari AS.

    “Hari ini, ada banyak laporan media bahwa kami telah menerima izin untuk mengambil tindakan yang tepat,” katanya.

    “Tetapi serangan tidak dilakukan dengan kata-kata. Hal-hal seperti itu tidak diumumkan. Rudal akan berbicara sendiri. Pasti,” tambahnya.

    Rusia Merespons

    Rusia sendiri merespons Biden. Kremlin menyebut yang dilakukan presiden yang akan segera lengser itu sebagai eskalasi ketegangan.

    “Jelas bahwa pemerintahan yang akan berakhir di Washington bermaksud untuk mengambil langkah-langkah untuk terus mengobarkan api dan memicu eskalasi ketegangan lebih lanjut,” kata juru bicara pemerintah Dmitry Peskov.

    “Hal ini menandai spiral ketegangan baru dan situasi yang secara kualitatif baru dari sudut pandang keterlibatan AS dalam konflik,” tambahnya.

    Sebelumnya di September, Presiden Rusia Vladimir Putin juga sudah memberi peringatan. Bahwa jika Ukraina berani menyerang Rusia dengan rudal jarak jauh, Moskow akan mengambil keputusan “yang tepat” berdasar ancaman itu.

    Sementara itu, pejabat Rusia lain menegaskan keputusan AS adalah kesalahan. Ini mmpertaruhkan PD 3.

    “Orang-orang ini, pemerintahan Biden, mencoba meningkatkan situasi secara maksimal selagi mereka masih berkuasa dan masih menjabat,” kata anggota parlemen Rusia Maria Butina dikutip Reuters.

    “Saya sangat berharap (Donald) Trump akan mengatasi keputusan ini jika ini telah dibuat karena mereka benar-benar mempertaruhkan dimulainya Perang Dunia Ketiga yang tidak menguntungkan siapa pun,” tambahnya.

    Reaksi China

    Di sisi lain China memberi peringatan agar semua pihak mendinginkan situasi. Dalam sebuah pernyataan terbaru, China meminta penyelesaian damai atas perang Rusia dan Ukraina, setelah AS mengizinkan Kyiv untuk menggunakan rudal jarak jauhnya oleh Ukraina ke Rusia.

    “Gencatan senjata dini dan solusi politik melayani kepentingan semua pihak,” kata juru bicara kementerian luar negeri Lin Jian dalam pengarahan rutin.

    “Hal yang paling mendesak adalah mendorong pendinginan situasi sesegera mungkin,” tambahnya.

    China telah menampilkan dirinya sebagai pihak yang netral dalam perang Ukraina. Bahkan mengatakan tidak mengirimkan bantuan mematikan ke kedua belah pihak, seperti AS dan negara-negara Barat lainnya.

    Namun, China tetap menjadi sekutu dekat Rusia dalam bidang politik dan ekonomi. Negara-negara anggota NATO telah mencap Beijing sebagai “pendukung utama” perang.

    “China selalu mendorong dan mendukung semua upaya yang mendukung penyelesaian krisis secara damai,” tambah Lin lagi.

    “Beijing tidak pernah menyediakan senjata mematikan bagi pihak-pihak yang berkonflik, dan sejak awal telah secara ketat mengendalikan pesawat nirawak militer dan pesawat nirawak penggunaan ganda sesuai dengan hukum dan peraturan”, katanya.

    “Diharapkan negara-negara dan orang-orang terkait tidak akan membuat spekulasi liar atau mencemarkan nama baik dan memfitnah Tiongkok tanpa dasar fakta,” tegasnya.

    Persiapan Perang

    Sementara itu, dua negara tetangga terdekat Rusia, Swedia dan Finlandia kini mulai menyiapkan warganya untuk menghadapi peperangan. Sebenarnya Swedia dan Finlandia adalah negara non blok namun menghentikan ketidakberpihakan militer untuk bergabung dengan aliansi militer NATO tahun lalu setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.

    Swedia dilaporkan menerbitkan buku kecil “Jika Krisis atau Perang Datang” untuk disalurkan ke warga melalui Badan Kontingensi Sipil Swedia (MSB). Isinya tentang cara mempersiapkan diri menghadapi keadaan darurat seperti perang, bencana alam, atau serangan siber.

    “Situasi keamanan serius dan kita semua perlu memperkuat ketahanan kita untuk menghadapi berbagai krisis dan akhirnya perang,” kata Direktur MSB Mikael Frisell dalam sebuah pernyataan.

    Finlandia sendiri meluncurkan situs web kesiapsiagaan baru. Finlandia sendiri berbatasan sepanjang 1.340 kilometer (830 mil) dengan Rusia.

    Sejak kemarin hingga 28 November, Finlandia juga akan menjadi tuan rumah latihan artileri aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ini merupakan latihan skala besar pertamanya sejak negara Nordik tersebut bergabung dengan aliansi.

    (sef/sef)

  • Rusia Ungkit Perang Dunia III Usai AS Izinkan Rudalnya Dipakai Ukraina

    Rusia Ungkit Perang Dunia III Usai AS Izinkan Rudalnya Dipakai Ukraina

    Rusia Singgung Perang Dunia III

    Pemerintah Rusia bereaksi keras terhadap langkah pemerintahan Amerika Serikat. Salah satu anggota parlemen Rusia, Maria Butina, seperti dilansir Reuters, menuduh pemerintahan Biden berisiko memicu Perang Dunia Ketiga dengan langkah tersebut.

    Namun Butina juga meyakini bahwa Presiden terpilih AS Donald Trump, yang mulai menjabat pada Januari tahun depan, akan membatalkan keputusan pemerintahan Biden tersebut.

    “Orang-orang ini, pemerintahan Biden, sedang berusaha meningkatkan situasi semaksimal mungkin ketika mereka masih memiliki kekuasaan dan masih menjabat,” ucap Butina saat berbicara kepada Reuters.

    “Saya mempunyai harapan besar bahwa Trump akan mengatasi keputusan ini jika keputusan ini telah diambil, karena mereka secara serius memicu risiko dimulainya Perang Dunia Ketiga yang tidak menjadi kepentingan siapa pun,” cetusnya.

    Komentar Butina itu disampaikan setelah laporan Reuters pada Sabtu (16/11), yang mengutip dua pejabat AS dan sumber yang memahami keputusan itu, menyebut pemerintahan Biden telah mengambil keputusan untuk mengizinkan Ukraina menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia dengan senjata buatan AS.

    Media terkemuka AS, New York Times, juga melaporkan bahwa pemerintahan Biden telah membuat keputusan tersebut.

    Respons Kremlin

    Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia mengomentari keputusan pemerintahan Joe Biden, yang akhirnya mengizinkan Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh buatan AS untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia.

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, seperti dilansir Reuters dan kantor berita TASS, Senin (18/11/2024), menyebut pemerintahan Biden yang akan mengakhiri jabatannya semakin memperburuk konflik dan berupaya meningkatkan konflik di Ukraina.

    Peskov juga mengatakan bahwa serangan menggunakan rudal jarak jauh buatan Barat terhadap wilayah Rusia tidak akan dilakukan langsung oleh militer Ukraina, karena membutuhkan kemampuan negara Barat yang memahami operasional senjata itu. Peskov tidak menyebut langsung AS dalam komentarnya.

    “Faktanya adalah serangan-serangan ini tidak dilakukan oleh Ukraina, serangan-serangan ini dilancarkan oleh negara-negara yang memberikan izin, karena penargetan, pemeliharaan lainnya, tidak dilakukan oleh para prajurit Ukraina, melainkan dilakukan oleh para spesialis militer dari negara-negara Barat,” sebutnya.

    Dia mengingatkan bahwa Presiden Vladimir Putin pernah melontarkan pernyataan seperti itu sebelumnya.

    Putin, pada 12 September lalu, mengingatkan bahwa persetujuan Barat untuk langkah semacam itu berarti “keterlibatan langsung negara-negara NATO, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa dalam perang di Ukraina” karena infrastruktur dan personel NATO akan dilibatkan dalam menargetkan dan menembakkan rudal.

    “Ini benar-benar mengubah cara keterlibatan mereka (negara-negara Barat-red) dalam konflik,” ucap Peskov dalam pernyataannya.

    “Ini adalah bahayanya dan provokasi dari situasi ini,” imbuh Peskov.

    Menurut sumber-sumber yang dikutip Reuters itu, Ukraina berencana melancarkan serangan jarak jauh pertamanya dalam beberapa hari ke depan. Namun rincian soal rencana serangan itu tidak diungkapkan ke publik karena kekhawatiran keamanan operasional.

    Menurut sumber-sumber itu, serangan pertama jauh ke dalam wilayah Rusia kemungkinan akan dilakukan militer Ukraina dengan menggunakan roket ATACMS, yang memiliki jangkauan hingga 306 kilometer.

    (taa/whn)

  • AS Izinkan Ukraina Pakai Rudalnya Serang Rusia, Kremlin Bilang Gini

    AS Izinkan Ukraina Pakai Rudalnya Serang Rusia, Kremlin Bilang Gini

    Moskow

    Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia mengomentari keputusan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, yang akhirnya mengizinkan Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh buatan AS untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia.

    Kremlin menyebut langkah itu sama saja memperdalam keterlibatan AS dalam konflik antara Rusia dan Ukraina.

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, seperti dilansir Reuters dan kantor berita TASS, Senin (18/11/2024), menyebut pemerintahan Biden yang akan mengakhiri jabatannya semakin memperburuk konflik dan berupaya meningkatkan konflik di Ukraina.

    Peskov juga mengatakan bahwa serangan menggunakan rudal jarak jauh buatan Barat terhadap wilayah Rusia tidak akan dilakukan langsung oleh militer Ukraina, karena membutuhkan kemampuan negara Barat yang memahami operasional senjata itu. Peskov tidak menyebut langsung AS dalam komentarnya.

    “Faktanya adalah serangan-serangan ini tidak dilakukan oleh Ukraina, serangan-serangan ini dilancarkan oleh negara-negara yang memberikan izin, karena penargetan, pemeliharaan lainnya, tidak dilakukan oleh para prajurit Ukraina, melainkan dilakukan oleh para spesialis militer dari negara-negara Barat,” sebutnya.

    Dia mengingatkan bahwa Presiden Vladimir Putin pernah melontarkan pernyataan seperti itu sebelumnya.

    Putin, pada 12 September lalu, mengingatkan bahwa persetujuan Barat untuk langkah semacam itu berarti “keterlibatan langsung negara-negara NATO, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa dalam perang di Ukraina” karena infrastruktur dan personel NATO akan dilibatkan dalam menargetkan dan menembakkan rudal.