Tag: Dindin Wahyudin

  • Kisah Polisi di Sukabumi Wakafkan Tanah untuk Bikin Kebun Edukasi

    Kisah Polisi di Sukabumi Wakafkan Tanah untuk Bikin Kebun Edukasi

    Program ini disambut antusias oleh para siswa dan guru. Tia Ariani, seorang siswi SMK Bhayangkara Cisolok, mengaku kegiatan ini sangat menyenangkan.

    “Menurut saya sangat mengasyikkan, selain bisa menambahkan wawasan baru. Selain mumet karena pelajaran, dengan diadakannya program kayak gini kita bisa belajar di luar biar lebih fresh dan kita bisa mengenal lebih jauh cara bertani tentang jagung,” tutur Tia.

    Tia menyebut, sebagai seorang pelajar yang juga lahir dari keluarga petani, adanya kegiatan tersebut semakin menambah pengetahuan tentang berkebun.

    “Kebetulan orang tua juga dari petani, terus di rumah juga tahu sedikit-sedikit cara berkebun, apalagi di sini dengan diadakannya program ini jadi lebih mengasah lagi. Hasilnya bisa dapat untung banyak walaupun modalnya sedikit, apalagi buat kita pelajar yang mau cari kerja sampingan bisa sambil berkebun,” tambahnya.

    Senada dengan Tia, guru tani di kebun edukasi, Dindin Wahyudin, melihat antusiasme siswa sangat luar biasa saat diajak praktik di lapangan.

    “Kami dari pihak guru berusaha menyampaikan manfaat dari pertanian karena leluhur kita khususnya di Kecamatan Cisolok itu petani, jadi bagaimana mempertahankan dunia pertanian dari generasi mudanya,” beber Dindin.

    Menurut Dindin, kegiatan edukasi berkebun ini disambut antusias para pelajar. Mempelajari hal baru, khususnya tentang pertanian.

    “Antusias, setelah kita melakukan observasi ke lapangan sangat luar biasa, mungkin jiwa dari bertaninya dari anak-anak yang ada dalam sanubari itu sudah ada,” imbuhnya.

    Sebagai informasi, data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan, selama kurun waktu 10 tahun terakhir (2013-2023), jumlah petani di Indonesia menurun drastis sebesar 7,42 persen, dari 31,72 juta unit usaha menjadi 29,36 juta unit usaha.

  • Indonesia akan Menjadi Pusat Halal Regional dan Global, Tapi Butuh Kerja Sama hingga Promosi

    Indonesia akan Menjadi Pusat Halal Regional dan Global, Tapi Butuh Kerja Sama hingga Promosi

    JAKARTA – Indonesia akan menjadi pusat halal di kawasan regional dan global, tapi itu memerlukan kerja sama yang erat dengan mitra hingga promosi.

    Hal itu dikatakan Staf Ahli Bidang Diplomasi Ekonomi, Kementerian Luar Negeri RI, Duta Besar Dindin Wahyudin saat membuka “Halal Indonesia Go Regional: Dialogue on Market Expansion of Indonesian Halal Industrial Zones with Representatives of Southeast Asian, South and Central Asia, and Middle Eastern Countries” di Surabaya Hari Selasa.

    Kegiatan yang digelar Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri RI tersebut bertujuan untuk mempromosikan kawasan industri halal Indonesia kepada perwakilan negara-negara Asia Tenggara, Asia Selatan dan Tengah, serta Timur Tengah. Selain itu, forum ini juga membuka peluang dan memperluas akses pasar produk, jasa, dan investasi sektor halal Indonesia di kawasan tersebut.

    Dalam sambutannya saat membuka kegiatan tersebut Dubes Dindin menegaskan komitmen Indonesia untuk menjadi salah satu pusat halal dunia. Lebih lanjut, Dubes Dindin menekankan,  kawasan industri halal memainkan peran penting dalam penyediaan fasilitas terintegrasi yang mendukung sertifikasi, logistik, hingga ekspor produk halal Indonesia.

    “Indonesia akan menegaskan posisinya sebagai pusat halal regional dalam waktu dekat, dan seiring berjalannya waktu akan menjadi pusat halal global. Untuk itu, kita perlu memperkuat kerja sama dengan para mitra dalam mengharmonisasikan standar halal, membangun rantai pasok yang kokoh, meningkatkan investasi di kawasan industri halal, serta mempromosikan produk dan gaya hidup halal secara global,” ujar Dubes Dindin melansir keterangan Kementerian Luar Negeri RI, Rabu 27 Agustus.

    Kegiatan ini digelar dalam dua sesia. Pada sesi pertama, Putu Rahwidhiyasa dari Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) memaparkan Rencana Induk Industri Halal Indonesia sebagai panduan strategis menuju visi Indonesia sebagai pusat halal dunia. Panelis dari Kementerian Perindustrian menyampaikan dukungan pemerintah dalam penguatan infrastruktur, pembentukan kawasan industri halal, serta fasilitasi sertifikasi halal bagi UMKM. Sementara itu, Adi Tedja, Presiden Direktur Halal Industrial Park Sidoarjo (HIPS), mempresentasikan fasilitas terintegrasi HIPS yang berfokus pada enam sektor unggulan; makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, elektronik, tekstil dan fesyen, serta multi-logistik.

    Pada sesi kedua, diskusi menghadirkan perwakilan Indonesia, Malaysia, Singapura, Persatuan Emirat Arab, dan Pakistan yang berbagi pengalaman mengenai perkembangan industri halal di negara masing-masing. Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Ahmad Haikal Hassan, menekankan pentingnya sertifikasi halal di Indonesia.

    “Sesuai amanat undang-undang, seluruh produk impor yang masuk ke pasar Indonesia diharapkan telah memiliki sertifikasi halal. Hal ini untuk memastikan perlindungan konsumen sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam ekosistem halal global,” jelas Haikal.

    Diketahui, kegiatan ini diselenggarakan secara hybrid, mempertemukan pemangku kepentingan halal lintas negara, dan menjadi bagian dari upaya berkelanjutan Kementerian Luar Negeri RI dalam mendorong perkembangan industri halal serta mewujudkan cita-cita menjadikan Indonesia sebagai pusat halal global.

  • Nikel Saja Tak Cukup, Indonesia Perlu Gandeng Negara Penghasil Lithium

    Nikel Saja Tak Cukup, Indonesia Perlu Gandeng Negara Penghasil Lithium

    Jakarta: Pemerintah terus berupaya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil baterai untuk kendaraan listrik.

    Transisi elektrifikasi di industri otomotif sudah berjalan, sehingga Indonesia berpeluang menjadi pemain utama produksi baterai yang menjadi komponen utama electric vehicle (EV). 

    Staf Ahli Bidang Diplomasi Ekonomi Kementerian Luar Negeri, Dindin Wahyudin menjelaskan bahwa Indonesia memiliki kekayaan mineral yang tinggi. Bahkan Indonesia menjadi salah satu negara dengan kandungan nikel terbesar di dunia.

    “Harus dimanfaatkan sebagai peluang dengan tidak hanya mengolah bahan baku (nikel) tapi juga memproses dan menambah nilai (produksi baterai) termasuk meningkatkan ekspor ke negara lain,” ujar Dindin di sela-sela acara International Battery Summit (IBS) 2025.
     

    Ia menambahkan, untuk mendorong ekosistem baterai, Indonesia juga membuka keran investasi. “Indonesia terbuka untuk seluruh negara yang ingin berinvestasi di Indoensia, apakah itu Amerika Serikat, Tiongkok, atau Australia. Kita terbuka, tentu harus sesuai dengan ketentuan di dalam negeri,” lanjut Dindin.
     
    Kolaborasi dengan negara penghasil lithium

    Tak hanya itu, Dindin menjelakan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain aktif dalam ekosistem baterai, maka dibutuhkan kolaborasi dengan negara-negara penghasil lithium.

    “Kemlu terus bekerjasama dengan pihak terkait untuk mengembangkan ekosistem baterai, ini supply chain kita. Indonesa salah satu penghasil nikel terbesar di dunia dan tentu kita perlu bekerjasama dengan negara produsen lithium seperti Australia, Argentina yang juga siap mendorong ekosistem ini.”

    “Jadi tidak hanya nikel kan, lithium juga perlu untuk menghasilkan baterai EV (kendaraan listrik),” pungkasnya.

    Jakarta: Pemerintah terus berupaya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil baterai untuk kendaraan listrik.
     
    Transisi elektrifikasi di industri otomotif sudah berjalan, sehingga Indonesia berpeluang menjadi pemain utama produksi baterai yang menjadi komponen utama electric vehicle (EV). 
     
    Staf Ahli Bidang Diplomasi Ekonomi Kementerian Luar Negeri, Dindin Wahyudin menjelaskan bahwa Indonesia memiliki kekayaan mineral yang tinggi. Bahkan Indonesia menjadi salah satu negara dengan kandungan nikel terbesar di dunia.

    “Harus dimanfaatkan sebagai peluang dengan tidak hanya mengolah bahan baku (nikel) tapi juga memproses dan menambah nilai (produksi baterai) termasuk meningkatkan ekspor ke negara lain,” ujar Dindin di sela-sela acara International Battery Summit (IBS) 2025.
     

     
    Ia menambahkan, untuk mendorong ekosistem baterai, Indonesia juga membuka keran investasi. “Indonesia terbuka untuk seluruh negara yang ingin berinvestasi di Indoensia, apakah itu Amerika Serikat, Tiongkok, atau Australia. Kita terbuka, tentu harus sesuai dengan ketentuan di dalam negeri,” lanjut Dindin.
     

    Kolaborasi dengan negara penghasil lithium

    Tak hanya itu, Dindin menjelakan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain aktif dalam ekosistem baterai, maka dibutuhkan kolaborasi dengan negara-negara penghasil lithium.
     
    “Kemlu terus bekerjasama dengan pihak terkait untuk mengembangkan ekosistem baterai, ini supply chain kita. Indonesa salah satu penghasil nikel terbesar di dunia dan tentu kita perlu bekerjasama dengan negara produsen lithium seperti Australia, Argentina yang juga siap mendorong ekosistem ini.”
     
    “Jadi tidak hanya nikel kan, lithium juga perlu untuk menghasilkan baterai EV (kendaraan listrik),” pungkasnya.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

    (PRI)