TRIBUNJATIM.COM – Baru-baru ini, Gubernur Jawa Barat terpilih Dedi Mulyadi menyambangi Kota Bogor.
Dari vlog di kanal Youtube-nya, awalnya Dedi Mulyadi tiba di Gedung Karesidenan wilayah Bogor calon Kantor Gubernur wilayah Bogor, Sukabumi, Cianjur, dan Depok.
Saat itu, Dedi Mulyadi tak sengaja menemui seorang bapak penjual soto mie Bogor yang tengah berjualan di dekat Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah di Jalan lr H Juanda.
Ketika melihat sekitar, pandangan Dedi Mulyadi terhenti saat mengetahui ada penjual soto mie Bogor dari kejauhan.
Langsung menghampirinya, Dedi Mulyadi pun mengajak sang tukang soto mie Bogor berbincang singkat namun hangat.
Pria yang karib disapa Kang Dedi ini mengaku kelaparan setibanya di Bogor pada pagi hari.
“Hayuk buru, lapar, ini namanya soto mie,” ujar Kang Dedi.
“Soto mie Bogor,” kata tukang soto mie Bogor bernama Mursid tersebut.
Didatangi sang Gubernur Jabar terpilih, Mursid tersenyum.
Pria tua itu pun sigap mengelap mangkok seraya menyajikan soto mie Bogor lengkap dengan isiannya.
Kang Dedi lantas mengajak Mursid berbincang santai.
Kang Dedi rupanya penasaran dengan penghasilan tukang soto Mie Bogor tersebut.
“Dapat (hasil jualan) Rp500 ribu?” tanya Kang Dedi.
“Dapat mungkin, Pak,” jawab Mursid.
Bantu redakan rasa lapar Gubernur Jawa Barat terpilih, tukang soto mie Bogor ini curi perhatian Dedi Mulyadi sampai diberi uang berlembar-lembar oleh Kang Dedi (YouTube/KANG DEDI MULYADI CHANNEL)
Segera mengecek isi kotak uang hasil dagangan Mursid, Kang Dedi mengetes kejujuran sang tukang soto mie.
Ternyata pengakuan Mursid benar bahwa ia belum mendapatkan penghasilan yang cukup setelah lama berjualan.
Mursid baru mengantongi uang Rp70 ribu.
“Usaha sama siapa ini? Sama nini-nini (istri)?” tanya Kang Dedi, melansir TribunnewsBogor.com.
“Iya,” jawab Mursid.
Penasaran, Kang Dedi lalu bertanya soal asal-usul sang penjual soto mie Bogor.
Ternyata, tiap hari Mursid harus menempuh perjalanan delapan kilometer lebih untuk berjualan.
“Rumah di mana?” tanya Kang Dedi.
“Lebak Sari, Pak,” jawab Mursid.
“Asli mana?” tanya Kang Dedi lagi.
“Asli Gunung Bundar,” jawab Mursid.
Tak cuma soal tempat tinggal, Dedi Mulyadi juga penasaran dengan keluarga Mursid.
Diakui Mursid, ia sudah dua kali menikah setelah ditinggal mati istri pertama.
Sang tukang soto cuek usai diberi uang berlembar-lembar oleh Kang Dedi (YouTube/KANG DEDI MULYADI CHANNEL)
Usai berbincang, Dedi Mulyadi pun menyantap soto mie Bogor racikan Mursid dengan antusias.
Terlebih sebelumnya Kang Dedi diberikan banyak daging oleh Mursid.
Selesai makan, Dedi Mulyadi pun berpamitan kepada Mursid.
Namun sebelum pergi, Kang Dedi memberikan berlembar-lembar uang pecahan Rp100 ribu kepada Mursid.
Diberikan uang banyak oleh Dedi Mulyadi, Mursid tetap kalem namun sigap menyimpannya di kotak uang penghasilan.
Rupanya tak cuma satu kali, Kang Dedi kembali memberikan uang berlembar-lembar kepada Mursid.
Diberi banyak uang jutaan rupiah oleh Kang Dedi, Mursid tetap fokus dan langsung berucap syukur.
Mursid lantas bersemangat melayani pembeli yang telah dibayarkan oleh Kang Dedi.
Sebelumnya, sosok bocah penjual keripik juga mencuri perhatian saat Kang Dedi Mulyadi (KDM) mengisi Safari Ramadan di Kabupaten Bogor.
Bocah tersebut bernama Muhammad Habiburrahman Ali.
Ia adalah seorang pelajar kelas 4 MI di Kabupaten Bogor yang sehari-harinya berjualan keripik dan tisu.
Anak tunggal tersebut kini hidup berdua dengan sang ibu saja karena ayahnya telah meninggal dunia.
Dari berjualan keripik, seorang bocah punya tabungan jutaan sampai bisa modali ibu jualan cilok.
Bocah yang disapa Muham tersebut mengaku mulai berjualan dari jam 3-4 sore sampai jam 9 malam saat bulan puasa.
“Sehari kalau ramai bisa dapat Rp200 ribu, kalau sepi Rp50 ribu, untungnya setengah dari itu,” ungkap Muham, dilansir dari Tribun Jabar.
Dari hasil jualan tersebut, Muham sudah memiliki tabungan yang jumlahnya mencapai Rp1,5 juta.
Menurutnya setiap berjualan hasil keuntungan selalu ditabung di celengan, ia hanya menyisihkan Rp5 ribu untuk jajan.
Muham mengatakan, tabungan tersebut akan ia gunakan untuk keperluan sekolah.
Tak hanya itu, ia pun kerap memberikan modal tambahan untuk sang ibu jualan cilok jika diperlukan.
“Tabungannya untuk sekolah, dikasih juga ke mama untuk tambahan modal jualan cilok, jumlahnya enggak tentu, tergantung mama mintanya berapa,” tuturnya.
Bocah penjual keripik punya tabungan jutaan sampai modali ibunya jualan cilok, Dedi Mulyadi pun kagum (via Tribun Jabar)
Setelah pulang berjualan, Muham tak langsung tidur, tapi ia mencuci pakaiannya sendiri dan bahkan menyetrikanya jika sudah kering.
“PR kerjainnya di rumah, kalau belajar bisa sambil jualan, kalau enggak pagi.”
“Soalnya kan habis sahur itu enggak pernah tidur lagi, biasanya sambil belajar,” kata bocah yang lebih menyukai roti dibanding nasi tersebut.
Sementara itu, Kang Dedi Mulyadi menilai, anak tersebut telah melampaui pendidikan hidup yang lebih tinggi dari usianya.
Sebab biasanya, bocah seusia Muham masih sibuk untuk bermain.
“Kamu ini sudah ganteng, pintar, hebat lagi. Kamu sudah melampaui sekolah tertinggi dalam hidup,” ucap Dedi Muyadi.
“Jualan uangnya ditabung, nyuci sendiri, nyetrika sendiri, orang kuliahan saja belum tentu bisa seperti itu,” tambahnya.
“Banyak orang dewasa yang masih minta uang ke orang tua, jadi beban orang tua,” lanjut KDM.
Bocah penjual keripik punya tabungan jutaan sampai modali ibunya jualan cilok, Dedi Mulyadi pun kagum (via Tribun Jabar)
Dedi Mulyadi pun meyakini, kerja keras sejak dini yang dilakoni Muham akan membuahkan hasil.
“Orang kerja keras itu pasti ada jalan menuju keberhasilan.”
“Orang yang kerjanya tidur makin jauh dari kesuksesan,” kata KDM.
Setelah berbincang, Muham pun diajak Dedi Mulyadi untuk berbelanja kebutuhan pokok untuk satu bulan ke depan di sebuah minimarket.
Nantinya, hasil jualan Muham dan ibunya bisa ditabung karena semua kebutuhan pokok telah terpenuhi.
Tak lupa, Dedi Mulyadi juga memberikan uang tambahan kepada Muham untuk tabungan masa depan.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com