Tag: Dante Saksono

  • Wamenkes Soroti Obat Bahan Alam RI yang Bisa untuk Pasien Stroke-Diabetes

    Wamenkes Soroti Obat Bahan Alam RI yang Bisa untuk Pasien Stroke-Diabetes

    Jakarta

    Wakil Menteri Kesehatan RI Prof Dante Saksono Harbuwono menegaskan pentingnya pemanfaatan obat berbahan alam Indonesia.

    Hilirisasi riset kesehatan, kata dia, termasuk inovasi obat dari bahan alam, harus dipercepat agar Indonesia tidak selamanya menjadi pasar bagi produk impor.

    “Kita hanya punya dua dekade untuk menyiapkan generasi emas. Mereka harus sehat, kuat, cerdas, dan mampu bersaing secara global,” kata Dante.

    “Kita harus bertransformasi dari user menjadi producer. Indonesia punya biodiversitas yang sangat besar, dan itu harus diterjemahkan menjadi inovasi nyata lewat riset dan uji klinis yang kuat,” lanjut Dante.

    Obat Bahan Alam di Era Medis Modern

    Pengembangan obat dari bahan alam kini tidak lagi sebatas ramuan tradisional, melainkan melalui:

    pemetaan biomolekuler,uji praklinis standar internasional,uji klinis multi-senter,hingga evaluasi keamanan dan efektivitas jangka panjang.

    Pendekatan komprehensif ini membuat sejumlah produk fitofarmaka mulai masuk dalam berbagai pedoman klinis nasional, terutama untuk penyakit kronis seperti stroke, diabetes, gangguan hormon, serta masalah gastrointestinal.

    Obat bahan alam yang dikembangkan dengan standar ilmiah tinggi disebutnya dapat menjadi alternatif terapi yang aman, berpotensi mengurangi ketergantungan impor, serta membuka peluang hilirisasi ekonomi kesehatan berbasis biodiversitas Indonesia.

    “Jika kita ingin menjadi negara maju pada 2045, sektor kesehatan harus berdiri di atas kaki sendiri. Inovasi obat berbahan alam adalah salah satu kekuatan yang kita miliki, dan itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya,” tutupnya.

    (naf/naf)

  • Ancaman Nyata Strok: Kenali Gejala, Penyebab, Risiko hingga Pengobatan

    Ancaman Nyata Strok: Kenali Gejala, Penyebab, Risiko hingga Pengobatan

    Jakarta, Beritasatu.com – Seperti diabetes, strok bisa dibilang menjadi “silent killer” atau penyakit yang membunuh diam-diam. Angka kasus kematian karena strok tak bisa dianggap remeh. Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono mengungkap, strok menjadi penyebab dari 350.000 kematian di Indonesia setiap tahunnya. 

    Begitu juga dengan di Amerika Serikat (AS), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan strok merupakan penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Setiap tahun, lebih dari 795.000 orang di AS mengalami strok.

    Secara medis, apakah yang dimaksud dengan strok? Strok adalah kondisi ketika pembuluh darah di otak pecah dan berdarah, atau ketika ada penyumbatan pada suplai darah ke otak. Pecahnya atau penyumbatan ini mencegah darah dan oksigen mencapai jaringan otak. Tanpa oksigen, sel dan jaringan otak akan rusak dan mulai mati dalam hitungan menit. 

    Ilustrasi kondisi otak saat terkena strok. – (fre/Brgfx)

    Maka dari itu penting untuk setiap orang bisa mengenali gejala strok dan segera mencari diagnosis serta pengobatan yang tepat. Melansir Healthline, Senin (8/12/2025) yang telah ditinjau secara medis oleh dokter Nancy Hammond, berikut penjelasan tentang strok mulai dari gejala, penyebab, faktor risiko, hingga pilihan pengobatan. 

    Gejala

    Hilangnya aliran darah ke otak merusak jaringan di dalam otak. Gejala strok muncul di bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak.

    Semakin cepat seseorang yang mengalami strok mendapatkan penanganan yang tepat, maka semakin minim peluang komplikasinya. Gejala strok sendiri meliputi kelumpuhan,  mati rasa atau lengan, wajah, dan kaki terasa lemah terutama pada satu sisi tubuh (hemiparesis), sulit berbicara atau memahami orang lain, mendadak cadel. kebingungan, disorientasi, atau kurangnya respons, perubahan perilaku mendadak terutama peningkatan agitasi. 

    Selain itu, orang yang terkena strok juga umumnya mengalami gangguan daya penglihatan, seperti kesulitan melihat pada satu atau kedua mata dengan penglihatan menghitam atau kabur, atau penglihatan menjadi dobel, sulit berjalan, hilang keseimbangan atau koordinasi, pusing, sakit kepala yang parah dan tiba-tiba tanpa penyebab jelas, kejang, mual dan muntah. 

    Penyebab dan Faktor Risiko Strok

    Penyebab atau pemicu munculnya serangan strok bergantung pada jenisnya. Strok terbagi dalam tiga kategori utama yaitu strok iskemik, strok hemoragik, strok iskemik transien. Faktor risiko tertentu dapat memicu seseorang menjadi lebih rentan terkena strok, yaitu sebagai berikut:

    Pola makan tidak seimbang yang tinggi garam, lemak jenuh dan lemak trans, serta kolesterol.Kurang bergerak alias aktivitas fisik. Kebiasaan mengonsumsi alkohol. Merokok. Ada riwayat strok dalam keluarga.Bertambahnya usia. Terlahir dengan ras atau etnis, seperti Afrika-Amerika, penduduk asli Alaska, atau Indian Amerika. Ilustrasi kondisi otak saat terkena strok. – (Freepik.com/Brgfx)

    Selain itu, kondisi medis tertentu juga dapat meningkatkan risiko strok, contohnya sudah pernah mengalami strok, punya tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, kelebihan berat badan, memiliki gangguan jantung seperti penyakit arteri coroner atau cacat katup jantung, ada pembesaran ruang jantung dan detak jantung tidak teratur, dan gangguan pembekuan darah. 

    Risiko Komplikasi

    Komplikasi pascastrok dapat bervariasi karena tergantung pada bagian otak mana yang mengalami kerusakan parah. Umumnya, komplikasi strok mencakup kejang, kandung kemih dan usus kehilangan kendali, mengalami masalah bicara dan menelan, timbul gangguan kognitif termasuk demensia, menurunnya mobilitas, rentang gerak, atau kemampuan untuk mengendalikan gerakan otot tertentu, depresi, perubahan suasana hati, emosi, atau perilaku, nyeri bahu, luka baring hingga perubahan sensorik atau sensasi. Sebagai catatan, meski beberapa komplikasi bisa diatasi seiring waktu, beberapa komplikasi lainnya mungkin bersifat permanen.

    Pencegahan Strok

    Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, 82% hingga 90% kasus strok sebetulnya dapat dicegah. Meskipun perubahan gaya hidup yang jauh lebih sehat tidak dapat mencegah semua tipe strok, tetapi perubahan ini bisa memberikan perbedaan yang signifikan dalam menurunkan risiko strok.

    Ada empat hal utama yang bisa dilakukan untuk mencegah Anda terkena strok. Pertama cobalah berhenti merokok, selanjutnya Batasi konsumsi alkohol karena mengonsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah yang pada akhirnya meningkatkan risiko strok.

    Cara ketiga yakni jaga berat badan agar selalu pas alias ideal. Kegemukan dan obesitas meningkatkan risiko strok. Untuk membantu mengelola berat badan, konsumsilah makanan seimbang dan aktif bergerak. Kedua langkah sederhana ini juga sekaligus bisa menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol dalam darah. 

    Terakhir, biasakan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Konsultasikan kepada dokter seberapa sering Anda butuh memeriksakan tekanan darah, kolesterol, dan kondisi kesehatan lainnya. Dokter juga dapat membantu membuat panduan perubahan gaya hidup yang lebih sehat. 

    Pengobatan

    Metode pengobatan akan bergantung pada jenis strok yang dialami masing-masing orang. Untuk strok jenis strok dna strok iskemik transien karena sama-sama disebabkan karena gumpalan darah atau penyumbatan di otak, dokter biasanya menanganinya dengan treatment yang serupa. Teknik yang dapat digunakan antara lain:

    Obat trombolitik, yaitu aktivator plasminogen jaringan untuk memecah gumpalan darah di arteri otak dalam waktu 4,5 jam (golden period) setelah timbulnya gejala.Trombektomi mekanis untuk mengangkat gumpalan darah dalam waktu 24 jam setelah timbulnya gejala.Stent untuk menopang dinding arteri yang melemah.Operasi untuk mengangkat plak dari arteri. Konsumsi aspirin atau pengencer darah lainnya untuk mencegah pembekuan darah lebih lanjut. 

    Sementara itu, untuk strok hemoragik yang disebabkan oleh pendarahan atau kebocoran di otak memerlukan metode pengobatan yang berbeda. Perawatan untuk strok jenis ini ada tiga, yaitu konsumsi obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah, mencegah kejang, dan mencegah penyempitan pembuluh darah. 

    Kemudian bisa juga operasi untuk memperbaiki aneurisma otak pada pasien, biasanya dengan proses yang disebut coiling atau clipping dan terakhir metode raniotomi untuk mengurangi tekanan pada otak. 

  • Kemenkes: 350.000 Orang Meninggal karena Strok Setiap Tahunnya

    Kemenkes: 350.000 Orang Meninggal karena Strok Setiap Tahunnya

    Jakarta, Beritasatu.com – Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Prof Dante Saksono Harbuwono, menyampaikan 350.000 kematian setiap tahun di Indonesia tercatat karena penyakit strok sebagai penyebabnya. 

    Angka tersebut disampaikan Wamenkes Dante ketika hadir dalam peluncuran program Jakarta Siaga Stroke 2026 yakni program percepatan penanganan darurat strok di Jakarta.

    “Strok itu menyebabkan lebih dari 350.000 kematian setiap tahun,” ujar Dante, dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Senin (8/12/2025). 

    Ia menekankan pasien yang selamat pun tetap berisiko mengalami kecacatan permanen akibat strok, sehingga penanganan cepat sangat krusial. Keberhasilan penyelamatan pasien, sangat bergantung pada golden period 4,5 jam sejak gejala strok pertama muncul.

    “Golden period hanya 4,5 jam dari mulai gejala sampai ditangani dengan masuknya obat,” tegasnya.

    Melihat data tersebut, sebagai salah satu langkah penanganan, Dante meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta menjadi pelopor penanganan cepat stroke melalui inovasi layanan kesehatan. Menurutnya, Jakarta sebagai smart city menjadikan wilayah ini strategis untuk mempelopori respons cepat kasus penyakit strok.

    Sementara itu, Gubernur Jakarta Pramono Anung mengatakan program Jakarta Siaga Stroke dipilih karena relevan dengan kondisi kesehatan masyarakat saat ini.

    “Stroke adalah penyebab kematian tertinggi di Indonesia,” ujar Pramono.

    Untuk memperkuat respons, Pemprov Jakarta mengerahkan sebanyak 584 anggota pasukan putih yang sebelumnya membantu disabilitas dan lanjut usia.

    Pemprov Jakartaa diketahui juga telah meluncurkan sistem digital bernama Jakarta sistem informasi manajemen puskesmas (JakSimpus) yang bertujuan menyederhanakan proses laporan dan meningkatkan efisiensi layanan kesehatan bagi masyarakat. 

    Wamenkes Dante menyambut baik inisiatif tersebut, ia menegaskan ke depan sistem digital itu akan diintegrasikan dengan platform nasional SatuSehat.

    “Kita mengidentifikasi ada ratusan laporan yang harus diisi petugas kesehatan. Ini disimplifikasi dengan JakSimpus. Langkah Jakarta bisa ditiru daerah lain untuk melakukan program-program inovatif seperti ini,” tutup Dante.  

  • Setiap Tahun 350 Ribu Orang di Indonesia Meninggal karena Stroke

    Setiap Tahun 350 Ribu Orang di Indonesia Meninggal karena Stroke

    JAKARTA – Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan serius di Indonesia yang memberikan dampak luas bagi masyarakat. Tidak hanya menyebabkan kematian, stroke juga berpotensi menimbulkan kecacatan jangka panjang bagi pasien yang selamat. Penanganan cepat menjadi faktor kunci dalam menyelamatkan nyawa dan meminimalkan risiko kecacatan.

    Wakil Menteri Kesehatan, Prof. Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan setiap tahun lebih dari 350 ribu orang meninggal akibat stroke di Indonesia. Angka ini menunjukkan besarnya tantangan kesehatan yang dihadapi negara, sekaligus menekankan pentingnya respons cepat dalam menangani kasus stroke.

    Menyadari pentingnya hal ini, Prof. Dante meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menjadi pionir dalam percepatan penanganan stroke melalui inovasi layanan kesehatan.

    Pernyataan tersebut disampaikan Prof. Dante saat peluncuran program Jakarta Siaga Stroke 2026, sebuah inisiatif yang dirancang untuk mempercepat penanganan darurat stroke. Program ini diperkenalkan bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) di Jakarta, sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan respons medis terhadap penyakit stroke.

    “Stroke itu menyebabkan lebih dari 350 ribu kematian setiap tahun,” ujarnya, dikutip dari laman resmi Kemenkes pada Sabtu, 6 Desember 2025.

    Prof. Dante menambahkan pasien yang berhasil selamat dari stroke tetap berisiko mengalami kecacatan permanen. Hal ini menunjukkan penyelamatan nyawa saja tidak cukup, kualitas pemulihan pasien juga harus menjadi perhatian utama.

    Menurutnya, keberhasilan penyelamatan pasien sangat bergantung pada periode emas atau golden period yaitu 4,5 jam sejak gejala pertama muncul.

    “Golden period hanya 4,5 jam dari mulai gejala sampai ditangani dengan masuknya obat,” tegasnya.

    Dalam konteks ini, posisi Jakarta sebagai kota pintar (smart city) memberikan keuntungan strategis. Infrastruktur digital dan sistem pelayanan publik yang terintegrasi memungkinkan kota ini untuk memimpin upaya respons cepat terhadap stroke, mulai dari deteksi dini, transportasi pasien, hingga penanganan medis di rumah sakit. Inovasi berbasis teknologi diharapkan dapat memperpendek waktu respons sehingga pasien mendapatkan perawatan tepat waktu.

    Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung menekankan relevansi program ini dengan kondisi kesehatan masyarakat saat ini.

    “Stroke adalah penyebab kematian tertinggi di Indonesia,” ujar Pramono.

    Untuk mendukung implementasi Jakarta Siaga Stroke 2026, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengerahkan 584 anggota pasukan putih, yang sebelumnya berfokus pada pendampingan disabilitas dan lansia. Pasukan ini kini juga akan terlibat dalam penanganan stroke, memastikan pasien menerima bantuan segera dalam golden period yang kritis.

    “Ibu Kepala Dinas saya perintahkan agar pasukan putih membantu penanganan stroke. Karena golden period 4,5 jam itulah yang dibutuhkan.” kata Pramono.

    Dengan adanya program ini, diharapkan Jakarta dapat menjadi model dalam percepatan respons medis terhadap stroke. Inisiatif seperti Jakarta Siaga Stroke 2026 tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga meminimalkan risiko kecacatan jangka panjang, sehingga kualitas hidup pasien pasca-stroke dapat meningkat.

    Kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan teknologi menjadi kunci utama dalam mewujudkan layanan kesehatan yang cepat, tepat, dan efektif.

  • Wamenkes Sebut 2 Persen Anak di Atas 15 Tahun Pernah Coba Bunuh Diri

    Wamenkes Sebut 2 Persen Anak di Atas 15 Tahun Pernah Coba Bunuh Diri

    Jakarta, Beritasatu.com – Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menyoroti meningkatnya kasus gangguan kesehatan mental pada anak dan remaja yang turut dipengaruhi penggunaan teknologi digital.

    Dante menjelaskan bahwa sekitar 2% kelompok usia di atas 15 tahun yang mengalami depresi tercatat pernah mencoba bunuh diri.

    “Sebagian dari mereka juga mengalami psikosis, dan empat dari setiap 1.000 keluarga memiliki anggota dengan masalah kesehatan mental,” ujarnya seperti dilansir dari Antara, Sabtu (6/12/2025).

    Ia mengungkapkan bahwa paparan teknologi digital sejak usia dini memiliki keterkaitan dengan meningkatnya masalah kesehatan mental pada kelompok muda.

    Menurut Dante, dari total 79,8 juta anak di Indonesia, terdapat sekitar 28,65 juta anak berusia tujuh hingga 17 tahun yang menggunakan telepon seluler dan terhubung dengan internet.

    Ia mengatakan perubahan perilaku serta persoalan-persoalan mental akibat penggunaan gawai dan internet perlu ditangani melalui pendekatan kesehatan masyarakat yang komprehensif.

    “Pendekatan ini tidak bisa dilakukan secara langsung, kadang-kadang butuh transisi dan usaha yang cerdas,” tuturnya.

    Pada masa sekarang, pemerintah berupaya memperluas akses layanan kesehatan mental dengan dukungan teknologi. Salah satunya melalui layanan Healing 119 (Healing 119.id) yang menyediakan konsultasi gratis melalui WhatsApp atau telepon.

    “Mereka yang biasanya tertutup untuk mengungkapkan masalah bisa merasa lebih aman. Di sini mereka boleh curhat secara gratis,” kata Dante.

    Namun, ia menambahkan bahwa layanan digital tidak cukup untuk membangun ketahanan mental anak dan remaja. Fondasi kesehatan mental, menurutnya, harus dimulai dari keluarga sejak fase awal kehidupan.

    “Ini harus dimulai dari keluarga, dan bukan hanya dari anak-anak, tetapi sejak konsepsi. Kita mencoba membuat ibu dan bapak yang sehat, bahagia, dan siap menghadapi tantangan,” ujarnya.

    Dante juga menekankan pentingnya peran komunitas dalam penguatan kesehatan mental. Melalui Posyandu, pemerintah melibatkan lebih dari 1,48 juta kader kesehatan di 84.019 desa dan kelurahan untuk memberikan edukasi, deteksi dini, dan pendampingan kesehatan mental bagi anak, remaja, ibu hamil, hingga lansia.

  • Ini yang harus dikedepankan untuk wujudkan “Jakarta Siaga Stroke” 

    Ini yang harus dikedepankan untuk wujudkan “Jakarta Siaga Stroke” 

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan sosialisasi bagi seluruh warga Jakarta untuk mengenali gejala stroke secara dini harus dikedepankan guna mewujudkan “Jakarta Siaga Stroke 2026”.

    Hal itu juga harus dibarengi kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat dan kesiapan masyarakat serta sistem kesehatan untuk merespon kejadian stroke.

    “Sistem yang bagus kita buat, edukasi yang bagus kita buat, kalau masyarakat belum mengerti dan teredukasi tentang gejala awal stroke, maka golden periode pengobatan menjadi tidak berjalan,” kata Dante di Balai Kota Jakarta, Jumat.

    Periode waktu krusial (golden periode) penanganan stroke, yakni maksimal 4,5 jam setelah gejala muncul, dan saat itu pasien berpeluang paling besar untuk menerima terapi yang efektif untuk meminimalkan kerusakan jaringan otak serta kecacatan permanen.

    “Jadi, kalau pasien dari awal ke jalan kemudian langsung diobati, (dalam waktu) 4,5 jam, maka bisa selamat dan terhindar dari kecacatan,” katanya.

    Dante mengingatkan, stroke merupakan penyebab kematian terbesar di Indonesia. Kurang lebih ada 330.000 kematian akibat penyakit tidak menular itu.

    “Jakarta Siaga Stroke” merupakan program inisiatif Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memastikan setiap warga memiliki pengetahuan, akses, dan layanan yang memadai untuk menghadapi risiko stroke.

    Program ini tidak hanya terletak pada kemampuan sistem kesehatan dalam merespons keadaan darurat, tetapi juga pada kesadaran masyarakat untuk mengenali gejala awal dan bertindak tepat waktu.

    “Program Siaga Stroke baru pertama kali dibuat komitmen di tingkat provinsi di seluruh Indonesia,” kata Dante.

    Seiring dengan itu, Pemprov DKI juga mengembangkan sistem informasi manajemen puskesmas yang terintegrasi, yakni JakSIMPUS.

    Ekosistem digital ini membangun sistem deteksi dini, respon terintegrasi antara berbagai permasalahan ada di Jakarta menuju digitalisasi yang cepat untuk memberikan efisiensi pelayanan terutama di bidang kesehatan yang lebih baik.

    Dante menambahkan, komitmen “Jakarta Siaga Stroke 2026” membuat Jakarta harus lebih siap dan tanggap terhadap kejadian stroke.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Jakarta Siaga Stroke 2026: Dari Pasukan Putih hingga Ambulans Listrik
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        5 Desember 2025

    Jakarta Siaga Stroke 2026: Dari Pasukan Putih hingga Ambulans Listrik Megapolitan 5 Desember 2025

    Jakarta Siaga Stroke 2026: Dari Pasukan Putih hingga Ambulans Listrik
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    — Penanganan stroke di Jakarta mendapat perhatian serius dari pemerintah, mulai dari tingkat nasional hingga pemprov DKI Jakarta.
    Stroke menjadi salah satu penyakit kardiovaskular dengan angka kematian tinggi dan biaya kesehatan nasional yang besar.
    Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan, stroke merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar di Indonesia.
    Data Kementerian Kesehatan mencatat ada 330.000 kematian akibat stroke.
    “Dan salah satu yang membuat pembebanan (biaya) kesehatan nasional paling tinggi adalah stroke. Komitmen
    Jakarta
    Siaga Stroke 2026 membuat Jakarta harus lebih siap dan tanggap terhadap kejadian stroke,” ujar Dante di Balai Kota Jakarta, Jumat (5/12/2025).
    Dante menekankan pentingnya penanganan cepat, yakni dalam masa kritis 4,5 jam sejak gejala pertama muncul.
    “Kalau pasien dari awal ke jalan kemudian langsung diobati bisa menuju rumah sakit, dari symptom to needle, dari home to needle, sampai masuk jarum, sampai masuk obat 4,5 jam. Maka bisa selamat dan terhindar dari kecacatan,” tambahnya.
    Gubernur DKI Jakarta
    Pramono Anung
    memberikan tugas baru kepada Pasukan Putih dari Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, yakni membantu penanganan pasien stroke di ibu kota.
    “Ada Pasukan Putih yang jumlahnya 584, dan Pasukan Putih ini memang secara khusus memberikan pelayanan kepada lansia dan difabel. Maka untuk itu, kita tambahkan (tugasnya). Pasukan Putih kita tugaskan secara khusus untuk berkaitan dengan stroke ini,” ujar Pramono.
    Pasukan Putih merupakan petugas layanan kesehatan keliling yang mendatangi rumah warga rentan, termasuk lansia dan penyandang disabilitas, untuk perawatan dasar, pendampingan, dan edukasi kesehatan.
    Pramono menekankan dukungan Pasukan Putih sangat penting karena golden period penanganan stroke hanya berlangsung sekitar 4,5 jam.
    Selain itu, Pramono meluncurkan Jakarta Sistem Informasi Manajemen Puskesmas atau JakSimpus, sistem informasi manajemen puskesmas digital yang terintegrasi untuk mendukung respons cepat pasien stroke.
    Ia juga menyebutkan adanya tambahan fasilitas ambulans, termasuk ambulans listrik.
    “Kami juga memberikan fasilitas tambahan kepada Dinas Kesehatan untuk Pasukan Putih dilengkapi dengan ambulans-ambulans, dan kami mulai sekarang punya ambulans yang listrik, mobil listrik,” jelas Pramono.
    Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Ani Ruspitawati menyebutkan, angka kecacatan akibat stroke di Jakarta mencapai 21,4 persen, dengan 2,9 persennya berakhir kematian.
    “Angka kecacatan akibat stroke di Jakarta cukup tinggi. Ada 21,4 persen dan 2,9 persen di antaranya berakhir dengan kematian,” ujar Ani.
    Ani menekankan pentingnya penanganan cepat dan terstandar, dari pencegahan, respons cepat, perawatan akut, hingga rehabilitasi dan pemulihan.
    “Sehingga sistem ini memastikan setiap warga mendapatkan layanan yang cepat, tepat, dan terstandar,” tambahnya.
    Ia juga menegaskan bahwa Jakarta sudah memiliki berbagai sumber daya pendukung, mulai Pasukan Putih, puskesmas, rumah sakit, layanan ambulans gawat darurat, command center, JakAmbulans, JakConnected, hingga JakWarehouse.
    (Reporter: Dian Erika Nugraheny | Editor: Abdul Haris Maulana)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Wamenkes Sebut 2 Persen Anak di Atas 15 Tahun Pernah Coba Bunuh Diri

    Kemenkes Gerak Cepat Pulihkan Faskes Terdampak Banjir Sumatera

    Jakarta, Beritasatu.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan kondisi fasilitas kesehatan di wilayah terdampak bencana di Sumatera termasuk Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Aceh terus ditangani secara intensif. Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menyatakan, pihaknya terus aktif berkoordinasi untuk memenuhi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.

    “Kita dapat data secara eksklusif setiap hari perkembangannya ada beberapa puskesmas, ada rumah sakit terdampak yang tadinya tidak bisa operasional, sudah kita cepat bisa operasionalkan,” ujar Wamenkes Dante kepada awak media di Balai Kota Jakarta, Jumat (5/12/2025). 

    Salah satu kasus yang ditangani terjadi di Datu Beru, Takengon, Aceh, yang sempat kehabisan bahan medis habis pakai (BMHP) untuk cuci darah. Kemenkes segera menindaklanjuti dengan mengirimkan BMHP tersebut.

    “Karena jalurnya terputus, jadi enggak bisa lewat darat maka dari itu kita lewat udara dan bisa lebih cepat. Obat-obatan kita kirimkan sesuai dengan kebutuhan, puskesmas dan rumah sakit yang kotor, kita kerahkan mahasiswa politeknik kesehatan di sekitar untuk membantu membersihkannya,” jelasnya. 

    Wamenkes Dante juga menekankan pentingnya penanganan kesehatan pascabencana, terutama karena sudah mulai muncul berbagai penyakit akibat bencana.

    “Karena sudah mulai teridentifikasi beberapa penyakit yang muncul pascabencana. Mulai dari penyakit kulit, diare, demam, dan sebagainya, ini harus kita tangani dengan cepat. Sudah kita kirimkan obat-obatan dan dokter spesialis yang kita mobilisasi dari Jakarta, Makassar, Medan,” tutur Dante.

    Selain dokter spesialis, dokter umum, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya juga ditempatkan di posko, rumah sakit, dan fasilitas kesehatan yang membutuhkan. Pihak Kemenkes terus mengupayakan agar semua fasilitas terdampak dapat kembali beroperasi.

    “Di daerah Kota Pariaman, ada 5 rumah sakit, 7 puskesmas semua sudah bisa beroperasional. Tetapi, ada juga yang masih terdampak, dan belum bisa beroperasional. Ini akan kita terus tingkatkan mobilisasi, dan strategi-strategi yang cepat dan beroperasional, sebisa mungkin,” tutup Dante. 

  • Korban Banjir Sumatera Mulai Terserang Demam dan Tifus

    Korban Banjir Sumatera Mulai Terserang Demam dan Tifus

    Liputan6.com, Jakarta – Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) RI Dante Saksono Harbuwono menuturkan, masyarakat korban banjir Sumatera sudah banyak yang mulai mengalami demam hingga tifus. Penyakit ini muncul pasca bencana banjir dan tanah longsor.

    “Ini sudah mulai ada yang gatal-gatal, ada yang sudah banyak yang demam, sudah banyak yang sakit tifus, dan sebagainya,” kata Dante di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (5/12/2025). 

    Menurut Dante, masyarakat yang mengalami sakit akan mulai ditangani dengan strategi khusus. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah (Pemda) di lokasi bencana.

    “Hampir setiap hari kita melakukan vidcon (video conference) di Kementerian Kesehatan dengan Kepala Dinas seluruh daerah yang berdampak,” jelasnya. 

    Dante menjelaskan, dari total 75 kabupaten/kota yang ada di tiga provinsi di Sumatera tersebut, 50 kabupaten/kota di antaranya terdampak. Dia menyebut bahwa pemerintah pusat selalu melakukan evaluasi setiap hari.

  • Wamenkes: Korban Bencana Sumatera Mulai Banyak yang Demam dan Tifus
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        5 Desember 2025

    Wamenkes: Korban Bencana Sumatera Mulai Banyak yang Demam dan Tifus Megapolitan 5 Desember 2025

    Wamenkes: Korban Bencana Sumatera Mulai Banyak yang Demam dan Tifus
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan, korban bencana di Sumatera sudah banyak yang menderita demam, gatal-gatal hingga tifus.
    Saat ini Kementerian Kesehatan (
    Kemenkes
    ) bersama pihak terkait fokus melakukan pencegahan penyakit yang timbul pasca-bencana.
    “Yang terakhir adalah mencegah penyakit yang mungkin timbul pasca-bencana. Ini sudah mulai ada yang gatal-gatal, mulai sudah banyak yang
    demam
    , sudah banyak yang kena sakit
    tifus
    dan sebagainya,” ujar Dante di Balai Kota Jakarta, Jumat (5/12/2025).
    “Ini nanti akan kita tangani dengan strategi kita, koordinasi antara pemerintah daerah, pemerintah pusat. Hampir setiap hari kita melakukan vidcon (video conference) di Kemenkes dengan Kepala Dinas seluruh daerah yang terdampak,” lanjutnya.
    Menurut Dante, saat ini ada 75 kabupaten/kota di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang separuhnya terdampak bencana banjir.
    Penanganan kesehatan para korban banjir dievaluasi setiap hari.
    Selain itu,
    Wamenkes Dante
    juga mengungkapkan empat strategi penanganan kesehatan korban
    banjir Sumatera
    .
    Pertama, penanganan langsung terhadap korban yang mengalami luka.
    Kedua adalah melakukan revitalisasi pelayanan kesehatan yang berdampak dan tidak bisa beroperasi.
    “Kemudian yang ketiga adalah melakukan bantuan obat-obatan, bahan habis pakai, supaya bisa terkendali. Dan yang keempat adalah mobilisasi tenaga kesehatan dari pusat ke daerah-daerah tersebut sehingga bisa memberikan pelayanan yang lebih optimal untuk mereka yang berdampak,” jelas Dante.
    Diberitakan sebelumnya, jumlah korban jiwa akibat banjir dan tanah longsor yang melanda tiga provinsi di Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat) kembali meningkat.
    Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, total
    korban meninggal
    dunia kini mencapai 836 orang, dengan penambahan terbesar berasal dari Aceh.
    “Rekapitulasi hasil pencarian dan pertolongan pukul 16.00, hingga sore ini jumlah korban meninggal dunia bertambah 836 jiwa, penambahan paling banyak menemukan jasad korban di Aceh 48 korban,” ujarnya, seperti dalam tayangan Konferensi Pers Update Penanganan Bencana Banjir Longsor di Aceh, Sumut, dan Sumbar di YouTube BNPB Indonesia, Kamis (4/12/2025).
    Kompas.com
    bersama Kitabisa membuka penggalangan dana untuk membantu masyarakat Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, yang terdampak bencana.
    Dukungan Anda dapat disalurkan melalui tautan berikut:
    https://kitabisa.com/campaign/bantuwargataptengsibolga
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.