Tag: Daniel Levy

  • 450 Tokoh Yahudi Desak Pemimpin Dunia Beri Sanksi Israel Atas Genosida Gaza

    450 Tokoh Yahudi Desak Pemimpin Dunia Beri Sanksi Israel Atas Genosida Gaza

    Jakarta

    Sejumlah tokoh Yahudi dunia mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan para pemimpin dunia untuk menjatuhkan sanksi kepada Israel atas genosida di Gaza. Mereka menilai tindakan Israel tidak bermoral.

    Dilansir dari The Guardian, Kamis (23/10/2025), ada lebih dari 450 tokoh Yahudi dunia, termasuk mantan pejabat Israel, menandatangani surat terbuka yang menuntut pertanggungjawaban atas tindakan Israel di Gaza. Surat tersebut dirilis saat para pemimpin Uni Eropa bertemu di Brussels, Belgia.

    “Kami tidak lupa bahwa begitu banyak hukum, piagam, dan konvensi yang ditetapkan untuk melindungi dan menjaga seluruh kehidupan manusia diciptakan sebagai respons terhadap Holocaust,” tulis para penandatangan dalam surat tersebut.

    “Perlindungan tersebut telah dilanggar tanpa henti oleh Israel,” tambahnya.

    Para penandatangan surat itu antara lain mantan Ketua Knesset (parlemen) Israel, Avraham Burg; mantan negosiator perdamaian Israel, Daniel Levy; penulis Inggris Michael Rosen, penulis Kanada Naomi Klein, pembuat film peraih Oscar, Jonathan Glazer; aktor Amerika Serikat, Wallace Shawn; peraih Emmy, Ilana Glazer dan Hannah Einbinder, serta peraih penghargaan Pulitzer, Benjamin Moser.

    Para penandatangan surat mendesak pemimpin dunia untuk menegakkan putusan Mahkamah Internasional (ICJ) dan Mahkamah Pidana Internasional. Mereka juga meminta agar menghindari keterlibatan dalam pelanggaran hukum internasional dengan menghentikan transfer senjata dan menjatuhkan sanksi yang terarah, memastikan bantuan kemanusiaan yang memadai ke Gaza, dan menolak klaim palsu antisemitisme terhadap mereka yang memperjuangkan perdamaian dan keadilan.

    Penandatangan surat lainnya, termasuk konduktor Israel Ilan Volkov, penulis naskah V (sebelumnya dikenal sebagai Eve Ensler), komedian Amerika Eric André, novelis Afrika Selatan Damon Galgut, jurnalis dan dokumenter peraih Oscar Yuval Abraham, pemenang penghargaan Tony Toby Marlow, dan filsuf Israel Omri Boehm.

    “Solidaritas kami dengan Palestina bukanlah pengkhianatan terhadap Yudaisme, melainkan pemenuhannya,” tulis para penandatangan.

    “Ketika para bijak kami mengajarkan bahwa menghancurkan satu nyawa sama dengan menghancurkan seluruh dunia, mereka tidak memberikan pengecualian bagi Palestina. Kami tidak akan berhenti sampai gencatan senjata ini berlanjut hingga berakhirnya pendudukan dan apartheid.”

    Sejak 7 Oktober 2023, Kementerian Kesehatan Gaza mencatat setidaknya 65.000 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 167.000 lainnya terluka.

    Lihat Video ‘Menlu AS Tegaskan Trump Tolak Rencana Israel Caplok Tepi Barat!’:

    (fas/rfs)

  • Ratusan Elit Yahudi Minta Dunia ‘Hukum’ Israel, Sebut Ada Genosida

    Ratusan Elit Yahudi Minta Dunia ‘Hukum’ Israel, Sebut Ada Genosida

    Jakarta, CNBC Indonesia – Lebih dari 450 tokoh Yahudi terkemuka di seluruh dunia telah menandatangani surat terbuka yang mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan para pemimpin dunia untuk menjatuhkan sanksi kepada Israel. Mereka menuduh tindakan Israel di Gaza, Tepi Barat yang diduduki, dan Yerusalem Timur, sebagai tindakan genosida.

    Dalam laporan Guardian, para penandatangan berasal dari berbagai latar belakang, seperti mantan Ketua Knesset (Parlemen Israel) Avraham Burg, mantan Negosiator Perdamaian Israel Daniel Levy, dan pembuat film peraih Oscar Jonathan Glazer. Tak hanya itu penulis Kanada Naomi Klein, aktor AS Wallace Shawn, dan filosof Israel Omri Boehm, juga turut serta menandatangani petisi ini.

    Para penandatangan secara kolektif menuntut para pemimpin dunia untuk menjunjung tinggi putusan Pengadilan Internasional (International Court of Justice atau ICJ) dan Pengadilan Kriminal Internasional (International Criminal Court atau ICC).

    Mereka juga secara eksplisit mendesak negara-negara untuk menghindari keterlibatan dalam pelanggaran hukum internasional dengan menghentikan transfer senjata ke Israel dan memberlakukan sanksi yang ditargetkan terhadap negara tersebut.

    Selain itu, inti dari pesan mereka adalah pengakuan atas sejarah penderitaan Yahudi dan dampaknya terhadap hukum internasional, yang kini digunakan sebagai kerangka kritik.

    “Kami menundukkan kepala dalam kesedihan yang tak terukur karena bukti-bukti yang terkumpul menunjukkan bahwa tindakan Israel akan dinilai telah memenuhi definisi hukum genosida,” demikian bunyi surat terbuka tersebut yang dirilis Rabu (22/10/2025), memperingatkan potensi konsekuensi hukum.

    Para tokoh tersebut juga mengingatkan bahwa banyak undang-undang, piagam, dan konvensi yang dibentuk untuk menjaga kehidupan manusia diciptakan sebagai tanggapan atas Holocaust. Mereka mengklaim bahwa perlindungan tersebut “telah dilanggar tanpa henti oleh Israel.”

    Tak hanya menuntut dijaminnya bantuan kemanusiaan yang memadai ke Gaza, mereka juga secara tegas menolak klaim palsu anti-Semitisme yang digunakan untuk membungkam kritik terhadap Israel.

    “Kami menundukkan kepala dalam kesedihan yang tak terkira seiring dengan banyaknya bukti yang terkumpul bahwa tindakan Israel akan dinilai memenuhi definisi hukum genosida,” bunyi surat itu.

    Lebih lanjut, mereka juga menegaskan bahwa solidaritas kami terhadap Palestina bukanlah pengkhianatan terhadap Yudaisme, namun merupakan pemenuhannya. Menurut mereka, apa yang dilakukan Israel saat ini sangat menciderai prinsip-prinsip perdamaian.

    “Ketika orang-orang bijak kita mengajarkan bahwa menghancurkan satu kehidupan berarti menghancurkan seluruh dunia, mereka tidak memberikan pengecualian bagi warga Palestina. Kita tidak akan berhenti sampai gencatan senjata ini berlanjut hingga berakhirnya pendudukan dan apartheid.”

    Seruan ini mencerminkan pergeseran signifikan dalam opini di kalangan komunitas Yahudi di AS dan pemilih yang lebih luas selama beberapa tahun terakhir. Jajak pendapat Washington Post menemukan bahwa 61% orang Yahudi AS percaya Israel telah melakukan kejahatan perang di Gaza, dan 39% mengatakan Israel melakukan genosida.

    Di antara masyarakat Amerika secara luas, 45% mengatakan kepada Brookings Institution bahwa mereka yakin Israel melakukan genosida, sementara survei Quinnipiac pada bulan Agustus menemukan setengah dari pemilih AS memiliki pandangan yang sama, termasuk 77% dari Partai Demokrat.

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Mungkinkah Gelombang Boikot Dunia Ubah Kebijakan Israel terhadap Gaza?

    Mungkinkah Gelombang Boikot Dunia Ubah Kebijakan Israel terhadap Gaza?

    Jakarta

    Seiring konflik di Gaza yang terus bergulir, isolasi internasional terhadap Israel tampaknya makin dalam. Apakah Israel mengalami apa yang disebut sebagai “momen Afrika Selatan”, ketika kombinasi tekanan politik, boikot ekonomi, olahraga dan budaya membantu memaksa negara itu meninggalkan apartheid?

    Atau dapatkan pemerintah sayap kanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatasi badai diplomatik, yang membiarkan Israel bebas mengejar tujuannya di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki tanpa menyebabkan kerugian permanen pada posisi internasional negara itu?

    Dua mantan perdana menteri, Ehud Barak dan Ehud Olmert, menuding Israel mengubah Israel menjadi negara paria internasional.

    Berkat surat perintah yang dikeluarkan oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC), jumlah negara yang bisa dikunjungi Netanyahu tanpa risiko ditangkap menurun drastis.

    Di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), termasuk Inggris, Prancis, Australia, Belgia dan Kanada, telah mengumumkan mereka bakal mengakui Palestina sebagai negara pekan depan.

    Dan negara-negara Teluk, yang bereaksi keras atas serangan terbaru Israel terhadap para pemimpin Hamas di Qatar pekan lalu, telah bertemu di Doha untuk membahas respons mereka.

    Sejumlah pihak mendesak negara-negara yang memiliki hubungan dengan Israel untuk berpikir ulang.

    Namun dengan kelaparan yang muncul di Gaza selama musim panas dan tentara Israel yang siap menyerang dan sangat mungkin menghancurkan Kota Gaza, makin banyak negara Eropa yang menunjukkan ketikdakpuasan mereka dengan cara yang lebih dari sekadar pernyataan.

    Bahkan Netanyahu pada Senin (15/09) mengaku bahwa Israel menghadapi “semacam” isolasi ekonomi di panggung dunia.

    Saat berbicara dalam konferensi kementerian keuangan di Yerusalem, dia menyalahkan isolasi ekonomi tersebut pada publisitas negatif di luar negeri.

    Dia kemudian mengatakan Israel perlu berinvestasi dalam “operasi pengaruh” ia internasional dan sosial untuk menangkal citra negatif ini.

    Militer Israel terus melanjutkan serangannya di Gaza meskipun ada kecaman internasional. (Reuters)

    Pada awal September lalu, Belgia mengumumkan serangkaian sanksi terhadap Israel.

    Belgia menerapkan larangan impor dari permukiman Yahudi ilegal di Tepi Barat. Mereka juga akan meninjau kebijakan pengadaan dari perusahaan Israel dan serta akan membatasi bantuan konsuler bagi warga Belgia yang tinggal di permukiman Yahudi.

    Belgia juga menyatakan dua menteri pemerintah Israel garis keras Israel, yakni Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, sebagai persona non-grata. Status serupa mereka jatuhkan untuk para pemukim Yahudi yang dituduh melakukan kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat.

    Negara-negara lain, termasuk Inggris dan Prancis, mengambil langkah serupa.

    Tapi sanksi terhadap pemukim yang melakukan kekerasan yang diberlakukan saat administrasi Joe Biden tahun lalu, dicabut oleh Donald Trump pada hari pertama dia menggantikan Biden sebagai presiden AS.

    Satu pekan setelah Belgia mengumumkan kebijakannya, Spanyol mengumumkan langkah-langkah yang yang ditempuh terkait Israel.

    Spanyol mengubah embargo senjata de facto yang berlaku saat ini menjadi undang-undang, mengumumkan larangan impor sebagian, melarang siapa pun yang terlibat dalam genosida atau kejahatan perang di Gaza masuk ke wilayah Spanyol, dan melarang kapal dan pesawat yang membawa senjata ke Israel untuk berlabuh di pelabuhan Spanyol atau memasuki wilayah udaranya.

    Menteri luar negeri Israel, Gideon Saar, kemudian menuduh Spanyol memperkuat kebijakan antisemit dan menyatakan bahwa Spanyol akan lebih menderita daripada Israel akibat larangan perdagangan senjata.

    Beberapa negara berupaya menargetkan anggota parlemen sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich. (EPA)

    Namun ada tanda-tanda lain yang mengkhawatirkan bagi Israel.

    Pada Agustus lalu, Norwegia yang mengelola dana investasi negara yang sangat besar, yaitu US$2 triliun (sekitar Rp32,73 triliun), mengumumkan akan melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Israel.

    Pada pertengahan bulan, 23 perusahaan telah dihapus dan Menteri Keuangan Jens Stoltenberg mengatakan akan ada lebih banyak perusahaan yang akan menyusul.

    Sementara itu, Uni Eropa, mitra dagang terbesar Israel, berencana untuk memberi sanksi kepada menteri sayap kanan dan menangguhkan sebagian elemen perdagangan dari perjanjian dengan Israel.

    Dalam pidato kenegaraan pada 10 September, Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen mengatakan peristiwa di Gaza telah “mengguncang hati nurani dunia”.

    Sehari kemudian, 314 mantan diplomat dan pejabat Eropa menulis surat kepada von der Leyen dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, yang meminta tindakan lebih keras, termasuk penangguhan penuh perjanjian dengan Israel.

    Salah satu ciri sanksi yang dijatuhkan pada Afrika Selatan pada 1960-an dan menandai berakhirnya apartheid, kebijakan segregasi dan diskriminasi rasial yang diberlakukan oleh pemerintah minoritas kulit putih di Afrika Selatan terhadap mayoritas kulit hitam di negara tersebut pada 1990-an adalah serangkaian boikot budaya dan olahraga.

    Sekali lagi, tanda-tanda ini mulai terjadi di Israel.

    Kontes Eurovision mungkin tidak terdengar seperti acara penting dalam konteks ini, tetapi Israel memiliki sejarah yang panjang dalam kompetisi tersebut, memenangkannya empat kali sejak 1973.

    Bagi Israel, partisipasi mereka adalah simbol penerimaan negara ini oleh negara-negara sebangsa.

    Tapi Irlandia, Spanyol, Belanda dan Slovenia, telah mengatakan, atau mengisyaratkan, akan mundur dalam kontes ini tahun depan jika Israel masih berpartisipasi.

    Keputusan terkait ini diharapkan akan ada pada Desember.

    Israel telah menjadi peserta tetap Eurovision sejak tahun 1970-an, tetapi beberapa negara mengancam akan memboikot kompetisi tahun depan. (EPA)

    Di Hollywood, sebuah surat yang menyerukan boikot terhadap perusahaan produksi, festival, dan penyiaran Israel “yang terlibat dalam genosida dan apartheid terhadap rakyat Palestina” telah mengumpulkan lebih dari 4.000 tanda tangan dalam sepekan, termasuk dari aktor ternama seperti Emma Stone dan Javier Bardem.

    Tzvika Gottlieb, CEO Israeli Film and TV Producers Association, menyebut petisi itu “sangat keliru”.

    “Dengan menargetkan kami, para kreator yang menyuarakan beragam narasi dan mendorong dialog, para penandatangan ini melemahkan tujuan mereka sendiri dan berusaha membungkam kami,” ujarnya.

    Hal serupa terjadi dalam bidang olahraga. Balapan sepeda Vuelta de Espana berulang kali diganggu oleh kelompok-kelompok yang memprotes kehadiran tim Israel-Premier Tech, yang menyebabkan balapan berakhir lebih awal pada Sabtu (13/09), serta pembatalan upacara podium.

    Perdana Menteri Spanyol, Pedro Snchez, menyebut protes tersebut sebagai suatu “kebanggaan”, tetapi politisi oposisi mengatakan tindakan pemerintah telah menyebabkan rasa malu internasional.

    Di Spanyol, tujuh pemain catur Israel mengundurkan diri dari sebuah turnamen setelah diberi tahu bahwa mereka tidak akan dapat bertanding di bawah bendera mereka.

    Tanggapan pemerintah Israel terhadap apa yang media sebut sebagai “tsunami diplomatik” secara umum bersifat menantang.

    Netanyahu menuduh Spanyol memiliki “ancaman genosida yang nyata” setelah perdana menterinya mengatakan negaranya, yang tidak memiliki bom nuklir, kapal induk, atau cadangan minyak yang besar, tidak mampu menghentikan serangan Israel di Gaza sendirian.

    Setelah Belgia mengumumkan sanksinya, Gideon Saar menulis di X bahwa “sangat disesalkan bahwa bahkan ketika Israel memerangi ancaman eksistensial, yang merupakan kepentingan vital Eropa, ada pihak-pihak yang tidak dapat menahan obsesi anti-Israel mereka”.

    Pada Senin (15/09), Netanyahu bilang Israel harus mengurangi ketergantungan industrinya pada perdagangan dengan negara lain, termasuk senjata dan produk pertahanan lainnya.

    “Kita mungkin mendapati diri kita terhambat, tidak hanya dalam R&D tetapi juga dalam produksi industri yang sebenarnya,” ujarnya.

    “Kita harus mulai mengembangkan kemampuan kita untuk lebih mengandalkan diri sendiri.”

    Vuelta, salah satu ajang balap sepeda tahunan terbesar, berulang kali diusik oleh protes pro-Palestina. (Reuters)

    Namun di antara mereka yang pernah mewakili Israel di luar negeri, ada kecemasan yang mendalam.

    Jeremy Issacharoff, Duta Besar Israel untuk Jerman sejak 2017 hingga 2021, mengatakan kepada saya bahwa ia tidak dapat mengingat kapan kedudukan internasional Israel begitu “buruk”.

    Tapi dia mengatakan beberapa tindakan “sangat tidak dapat diterima” karena menargetkan semua warga Israel.

    “Alih-alih menyoroti kebijakan pemerintah, hal ini justru mengasingkan banyak warga Israel moderat yang berada di kelompok tengah,” ujarnya.

    Beberapa langkah, seperti mengakui negara Palestina, menurut Issacharoff kemungkinan besar akan terbukti kontraproduktif, karena hal itu “memberikan amunisi kepada orang-orang seperti Smotrich dan Ben Gvir dan bahkan memperkuat argumen mereka untuk mencaplok [Tepi Barat]”.

    Meski merasa takut, mantan duta besar itu tidak percaya isolasi diplomatik Israel tidak dapat diubah.

    “Kita tidak berada dalam momen Afrika Selatan, tetapi kita mungkin berada dalam pendahuluan menuju momen Afrika Selatan,” katanya.

    Sementara yang lain meyakini perubahan yang lebih mendasar diperlukan untuk menghentikan kemerosotan Israel menuju status paria.

    “Kita harus mendapatkan kembali tempat kita dalam keluarga bangsa-bangsa,” kata mantan diplomat lainnya, Ilan Baruch, kepada saya.

    “Kita perlu kembali sadar.”

    Baruch, yang menjabat sebagai duta besar di Afrika Selatan satu dekade setelah berakhirnya apartheid, mengundurkan diri dari dinas diplomatik pada 2011, dengan alasan ia tidak lagi mampu membela pendudukan Israel.

    Sejak pensiun, ia menjadi kritikus vokal pemerintah dan pendukung solusi dua negara.

    Dia meyakini sanksi baru-baru ini diperlukan, dengan mengatakan: “Begitulah cara Afrika Selatan bertekuk lutut.”

    Israel tetap mendapat dukungan dari AS, yang Menteri Luar Negerinya Marco Rubio akan berkunjung minggu ini. (Reuters)

    Baruch melanjutkan: “Saya ingin mengatakan bahwa tekanan tegas terhadap Israel dengan cara apa pun yang diyakini Eropa dapat mereka lakukan seharusnya disambut baik.”

    Jika perlu, ujarnya, hal ini harus mencakup perubahan pada rezim visa dan boikot budaya, seraya menambahkan: “Saya siap menghadapi penderitaan.”

    Tapi, terlepas dari semua ekspresi kemarahan dan pembicaraan mengenai tekanan, beberapa pengamat meragukan Israel berada di tepi jurang diplomatik.

    Daniel Levy, mantan negosiator perdamaian Israel, mengatakan upaya untuk mengambil tindakan kolektif di Uni Eropamembatalkan sejumlah elemen perjanjian asosiasi atau bahkan, seperti yang disarankan beberapa pihak, mengeluarkan Israel dari program penelitian dan inovasi Horizon Uni Eropasepertinya tidak akan mendapatkan dukungan yang cukup, karena Jerman, Italia, dan Hongaria termasuk di antara para anggota yang menolak langkah tersebut.

    Israel juga masih mendapat dukungan kuat dari AS, dengan Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengatakan “hubungan Washington dengan Israel akan tetap kuat” saat ia bertolak untuk kunjungan resmi.

    Levy masih yakin bahwa isolasi internasional Israel “tidak dapat diubah”, tetapi mengatakan dukungan berkelanjutan dari pemerintahan Trump berarti Israel belum mencapai titik di mana mereka dapat mengubah jalannya peristiwa di Gaza.

    “Netanyahu sudah kehabisan jalan,” kata Levy.

    “Tapi kita belum sampai di ujung jalan.”

    Lihat juga Video: Hollywood Kompak Boikot Film Israel, Paramount Nggak Setuju

    (ita/ita)

  • Ini Alasan Benjamin Netanyahu Memecat Kepala Shin Bet, Ronen Bar – Halaman all

    Ini Alasan Benjamin Netanyahu Memecat Kepala Shin Bet, Ronen Bar – Halaman all

    Benjamin Netanyahu Pecat Kepala Shin Bet karena Kurangnya Kepercayaan

    TRIBUNNEWS.COM- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan pada hari Minggu keputusannya untuk memecat kepala Shin Bet, Ronen Bar, dengan alasan kurangnya kepercayaan di antara mereka, Anadolu melaporkan.

    “Setiap saat, dan terutama selama perang eksistensial seperti ini, harus ada kepercayaan penuh antara perdana menteri dan kepala Shin Bet,” kata Netanyahu. 

    “Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya; saya tidak lagi memiliki kepercayaan itu.”

    Ketegangan antara Netanyahu dan dinas keamanan dalam negeri meningkat dalam beberapa hari terakhir menyusul penyelidikan internal Shin Bet terhadap serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober 2023. 

    Netanyahu menolak temuan laporan tersebut, dengan mengatakan bahwa laporan tersebut gagal menjawab pertanyaan-pertanyaan utama.

    Temuan itu mendorong para pemimpin oposisi Yair Lapid dan Benny Gantz menuntut Netanyahu untuk meminta maaf. 

    Mereka menuduhnya mengalihkan kesalahan.

    Shin Bet mengakui kegagalannya menilai kemampuan Hamas sebelum serangan, tetapi mengatakan bahwa kebijakan Netanyahu juga merupakan salah satu penyebab yang mendasarinya.

    Perdana menteri berpendapat bahwa pemecatan Bar sangat penting untuk mencapai “tujuan perang dan kemenangan total” di Gaza. 

    Pemerintah akan meninjau usulan tersebut pada hari Rabu, menurut Channel 12 Israel.

    Sementara beberapa pejabat militer dan intelijen telah mengundurkan diri, mengambil sebagian tanggung jawab atas kegagalan 7 Oktober, Netanyahu menolak untuk menerima tanggung jawab apa pun dan telah menolak seruan oposisi agar pemerintahannya mengundurkan diri dan pemilihan umum lebih awal.

    Sebelumnya pada hari Minggu, polisi memanggil mantan kepala Shin Bet Nadav Argaman untuk diinterogasi setelah Netanyahu mengajukan pengaduan terhadapnya, demikian laporan surat kabar Yedioth Ahronoth .

    Dalam sebuah wawancara pada hari Kamis, Argaman mengancam akan mengungkapkan informasi sensitif dari pertemuannya dengan Netanyahu jika perdana menteri bertindak melawan hukum. 

    “Kita harus segera mengakhiri perang di Gaza dan membawa kembali semua tahanan,” katanya. “Tidak ada yang membenarkan tinggal di sana di Gaza.”

    Keesokan harinya, Netanyahu mengajukan pengaduan kepada Komisaris Polisi Daniel Levy. 

    “Saya meminta Anda untuk segera membuka penyelidikan, karena semua garis merah telah dilanggar,” kata pemimpin Israel tersebut. 

    “Mantan kepala Shin Bet memilih untuk mengancam dan memeras perdana menteri yang sedang menjabat, dengan menggunakan metode geng kejahatan terorganisasi, seolah-olah dia adalah seorang pemimpin mafia dan bukan mantan pejabat keamanan Israel.”

    Menurut Netanyahu, “Kejahatan ini merupakan bagian dari kampanye pemerasan dan ancaman yang lebih luas yang dipimpin oleh kepala Shin Bet saat ini [Ronen Bar], yang tujuannya adalah untuk mencegah saya membuat keputusan yang diperlukan untuk mereformasi Shin Bet setelah kegagalannya yang membawa bencana pada 7 Oktober 2023.”

    Dalam tanggapannya, Shin Bet menyebut tuduhan Netanyahu “serius” dan menekankan bahwa, “Ronen Bar mendedikasikan seluruh waktu dan upayanya untuk menjaga keamanan nasional, berupaya membawa kembali tawanan Israel, dan membela demokrasi.” 

    Badan keamanan tersebut menambahkan bahwa klaim lainnya tidak berdasar.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR 

  • Kursi Kepelatihan Ange Postecoglou Mulai Tak Aman di Tottenham

    Kursi Kepelatihan Ange Postecoglou Mulai Tak Aman di Tottenham

    JAKARTA – Manajer Tottenham Hotspur, Ange Postecoglou, telah mengakui bahwa pekerjaannya tidak aman setelah pasukannya mengalami kekalahan ke-13 di Liga Inggris 2024/2025 melawan Leicester City pada Minggu, 26 Januari 2025.

    Spurs sempat memimpin lebih dulu melalui Richarlison (33′) pada babak pertama. Namun, Jamie Vardy dan Bilal El Khannouss sama-sama mencetak gol dalam waktu lima menit setelah babak kedua dimulai (46′ dan 50′).

    Tim asuhan Ruud van Nistelrooy, yang telah kalah dalam tujuh pertandingan liga sebelumnya, mempertahankan keunggulan 2-1 hingga akhir pertandingan untuk mendapatkan tiga poin penting.

    Tambahan tiga poin membuat mereka keluar dari zona degradasi dan menambah tekanan kepada Postecoglou, yang melihat rekor tanpa kemenangan timnya di Liga Inggris tersebut bertambah menjadi tujuh laga tanpa kemenangan (enam kalah dan satu seri).

    “Siapa yang tahu (kariernya di Spurs)? Sebagian besar akan mengatakan tidak. Ketika Anda menjadi manajer klub sepak bola, Anda bisa merasa rentan dan terisolasi, saya tidak merasakan itu.”

    “Para pemain memberikan segalanya. Saya fokus pada hal itu dan mencoba mendukung para pemain,” kata Postecoglou.

    Mantan bos Celtic itu menambahkan bahwa kekalahan itu menyakitkan meskipun ia tidak bermaksud menunjukkan kepada para kritikus bahwa metodenya berhasil.

    “Ya, itu menyakitkan. Sangat menyakitkan. Para pemain kembali memberikan segalanya. Kami akan melihat banyak hal, tetapi dalam hal usaha, saya tidak dapat meminta lebih dari kelompok ini.”

    “Semuanya tidak berjalan sesuai keinginan kami. Tidak terlintas dalam benak saya untuk mencoba meyakinkan orang.”

    “Saya sudah cukup lama berkecimpung di dunia ini sehingga orang akan menilai di mana posisi kami saat ini, yang belum cukup baik.”

    “Dalam 10 hari ke depan, kami akan mendapatkan kembali beberapa pemain penting yang akan membantu.”

    “Kami masih memiliki peluang fantastis untuk memberi dampak. Saya yakin itu akan terjadi,” tutur Postecoglou.

    Suasana di Stadion Tottenham Hotspur memburuk bahkan sebelum peluit akhir pertandingan dibunyikan. Para penggemar di beberapa bagian membentangkan spanduk yang menyerukan perubahan terkait manajer dan di tingkat dewan.

    Protes terhadap pemilik Spurs, Daniel Levy, semakin keras dalam beberapa minggu terakhir karena performa tim yang merosot meskipun Postecoglou mengatakan ia mempertimbangkan untuk menyatukan klub sebagai bagian dari tugasnya.

    “Ketika saya mengambil peran tersebut, saya ingin menyatukan klub, dengan fokus pada satu hal.”

    “Itu tidak berhasil seperti itu. Dapat dimengerti bahwa para penggemar tidak senang dengan situasi ini.”

    “Saya tidak berbicara secara teratur dengan Levy. Kami memiliki kontak rutin khususnya selama periode Januari 2025.”

    “Para pemain dan staf bersatu dalam apa yang kami coba lakukan. Saya tidak mencoba meyakinkan orang-orang tentang apa yang akan kami lakukan.”

    “Di situlah saya mendapatkan pelipur lara untuk mengatakan bahwa kami dapat percaya,” ujar Postecoglou.

    Spurs berada di urutan ke-15 dalam klasemen Liga Inggris dengan 24 poin dari 23 pertandingan. Mereka hanya berselisih delapan poin di atas zona degradasi.

    Mereka akan bermain melawan Elfsborg di Liga Europa pada 31 Januari 2025 sebelum bertandang ke Brentford pada 2 Februari 2025.

  • Pemecatan Pochettino dan Berkah Tersamar Fans United

    Pemecatan Pochettino dan Berkah Tersamar Fans United

    LONDON – Mauricio Pochettino baru saja dipecat Tottenham Hotspur. Para penggemar Manchester United langsung mendesak petinggi klub untuk mendatangkan pelatih asal Argentina ke Old Trafford. 

    Meskipun kabar bakal berakhirnya karier kepelatihan Pochettino bersama Spurs muncul sejak Senin, 18 November malam, dunia sepak bola tertegun ketika kepergian Pochettino benar-benar diumumkan melalui pernyataan resmi klub 24 jam kemudian.

    CEO klub Daniel Levy mengatakan pada Selasa malam, mereka sangat berat mengambil keputusan itu. Tapi jika akhirnya keputusan diambil, tidak dengan tergesa-gesa.

    “Hasil domestik yang disesalkan di akhir musim lalu dan awal musim ini sangat mengecewakan. Adalah tanggung jawab Dewan untuk membuat keputusan sulit – di mana ini dibuat lebih mengingat banyaknya momen kenangan yang kami miliki dengan Mauricio dan staf pelatihnya – tetapi kami melakukannya demi kepentingan terbaik Klub,” kata Levy dalam pernyataan resmi klub.

    Club statement

    — Tottenham Hotspur (@SpursOfficial) November 19, 2019

    Bukan cuma Pochettino. Para asisten pelatih seperti Jesus Perez, Miguel D’Agostino, dan Antoni Jimenez juga ikut angkat koper dari London. Situasi ini membuat mantan pemain Liverpool Jamie Carragher bereaksi dengan mengatakan; ‘(Spurs melakukan sesuatu yang) tidak pada tempatnya’.

    “Sangat mengagetkan. Pekerjaan yang dia (Pochettino) lakukan sangat ajaib, kita layak melihatnya paling tidak hingga akhir musim ini. Saya terkejut dengan pemecatan ini. Ketika saya mendengar berita, saya pikir ini hasil dari kesepakatan bersama. Tapi faktanya dia dipecat, sungguh aneh dan sedikit di luar kebiasaan mengingat pekerjaan yang sudah dilakukannya,” kata Carragher. Melansir Sky Sports, Rabu, 20 November.

    Pochettino membawa Spurs ke posisi empat besar selama empat musim berturut-turut sejak memimpin klub. Di Liga Champions musim 2018/19, Spurs membuat keajaiban ketika mengalahkan Manchester City dan Ajax di babak knockout. Sayangnya, di partai puncak mereka harus mengakui kehebatan Liverpool yang menang 2-0.

    Namun, penampilan domestik Spurs sangat payah hampir di sekujur tahun 2019. Sejak menang 3-1 dari Leicester pada Februari, mereka hanya menang enam kali dari 24 pertandingan. Saat ini, Harry Kane dkk bahkan ada di posisi 14 klasemen sementara Liga Inggris dan disingkirkan tim League Two Colchester dari Carabao Cup.

    Berstatus free agent, Pochettino kini diminati penggemar United. Mereka ingin sang pelatih mengambil alih kepemimpinan dari Ole Gunnar Solskjaer. Mantan bos Espanyol dan Southampton ini sesungguhnya sudah sejak lama dikaitkan dengan Setan Merah dan diperkirakan bakal menjadi target United lagi pada Maret mendatang.

    Sementara Solskjaer, dari 12 pertandingan Liga Premier yang dimainkan hanya mampu memberi empat kemenangan buat United. Selisih sembilan poin dari Manchester City yang berada di urutan keempat atau slot terakhir menuju Liga Champions musim depan.

    Keberanian United untuk memecat Solskjaer dan menunjuk Pochettino memang masih harus kita tunggu. Tapi pastinya di kubu Spurs, mantan bos United Jose Mourinho justru disebut-sebut bakal menggantikan Pochettino.