Tag: Christine Lagarde

  • ECB Puas dengan Kebijakan Suku Bunga, Inflasi Makin Terkendali

    ECB Puas dengan Kebijakan Suku Bunga, Inflasi Makin Terkendali

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde menegaskan suku bunga saat ini sudah berada di level yang tepat, seiring meredanya tekanan inflasi di kawasan zona euro yang mendekati target 2%.

    “Suku bunga yang kami tetapkan dalam pertemuan terakhir, menurut saya, sudah berada pada tingkat yang tepat,” kata Lagarde kepada stasiun televisi Slovakia JOJ24 dikutip dari Bloomberg, Sabtu (29/11/2025).

    Lagarde mengatakan, ECB berada pada posisi yang baik seiring dengan siklus inflasi yang berhasil dikendalikan.

    Mengulas risiko terhadap prospek inflasi, Lagarde menyebut ruang ketidakpastian kini semakin menyempit. Namun, tekanan kenaikan harga masih berpotensi muncul kembali jika Amerika Serikat menaikkan tarif impor atau terjadi gangguan pada rantai pasok global.

    Pernyataan tersebut menegaskan kepuasan otoritas moneter Eropa atas perkembangan terkini, di tengah laju inflasi konsumen yang bertahan di sekitar target 2% serta kondisi ekonomi yang dinilai lebih tangguh dari perkiraan meski diterpa dampak kebijakan tarif AS. 

    Sejumlah pejabat ECB juga memberi sinyal belum melihat urgensi untuk mengubah suku bunga saat rapat kebijakan pada Desember mendatang.

    Meski demikian, proyeksi ekonomi kuartalan terbaru masih berpotensi memicu diskusi lanjutan, khususnya jika menunjukkan inflasi berada di bawah target. 

    Risalah rapat ECB pada Oktober lalu mencatat adanya kekhawatiran terkait skenario tersebut, kendati pengaturan kebijakan moneter dinilai cukup kuat untuk menghadapi berbagai guncangan.

    Wakil Presiden ECB Luis de Guindos pekan ini menilai risiko perlambatan inflasi terlalu dalam masih terbatas. Dia menyebut tingkat suku bunga saat ini di level 2% merupakan yang paling tepat.

    Sementara itu, Kepala Ekonom ECB Philip Lane menyoroti perlambatan pertumbuhan upah yang diharapkan dapat menekan kenaikan harga di sektor nonenergi, yang selama ini masih tumbuh lebih cepat dari ideal.

    Dari sisi perekonomian, Lagarde menuturkan pertumbuhan kawasan zona euro terbukti lebih tangguh dibanding perkiraan awal, meskipun dunia tengah berada dalam fase transformasi besar.

    “Situasinya melampaui ekspektasi kami. Pada awal 2025, kami memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,9%, meningkat menjadi 1,2% pada September, dan saya tidak akan terkejut jika pada akhir tahun angka pertumbuhannya bisa lebih tinggi lagi,” jelasnya

    Menanggapi perlambatan ekonomi Jerman serta ketegangan politik di Prancis terkait pembahasan anggaran, Lagarde tetap menyatakan optimisme.

    “Saya sepenuhnya optimistis—itu memang karakter saya,” katanya. “Di dunia yang sedang berubah, kita perlu bertindak cepat, tetap waspada, sekaligus menjaga optimisme. Saya selalu melihat gelas setengah penuh, bukan setengah kosong.”

  • ECB Tahan Suku Bunga, Pasar Nilai Siklus Pelonggaran Moneter Berakhir

    ECB Tahan Suku Bunga, Pasar Nilai Siklus Pelonggaran Moneter Berakhir

    Bisnis.com, JAKARTA – Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) kembali menahan suku bunga acuan pada pertemuan Kamis (11/9/2025) waktu setempat seiring dengan tekanan inflasi yang terkendali dan meredanya risiko ekonomi. Investor pun menyimpulkan peluang pemangkasan tambahan sudah tertutup.

    ECB mempertahankan suku bunga deposito di level 2%, sesuai dengan perkiraan seluruh analis yang disurvei Bloomberg. Bank sentral juga tidak memberikan panduan langkah lanjutan, menegaskan keputusan akan tetap berbasis pada data tiap pertemuan.

    “Inflasi berada di posisi yang kami inginkan,” ujar Presiden ECB Christine Lagarde dikutip dari Bloomberg, Jumat (12/9/2025). 

    Namun, dia mengingatkan prospek harga masih lebih tidak pasti dari biasanya akibat kondisi perdagangan global yang fluktuatif. Menurut Lagarde, risiko terhadap pertumbuhan ekonomi kini lebih seimbang. 

    “Sejumlah perjanjian dagang terbaru telah mengurangi ketidakpastian, tetapi memburuknya hubungan dagang kembali dapat menekan ekspor, investasi, dan konsumsi,” jelasnya.

    Komentar Lagarde memicu pasar memangkas taruhan terhadap pemangkasan bunga lanjutan. Harga pasar kini mencerminkan tidak ada lagi penurunan suku bunga dalam siklus ini. 

    Imbal hasil obligasi Eropa naik, dengan yield obligasi Jerman tenor 10 tahun menguat 3 basis poin menjadi 2,69%. Euro juga menguat ke level US$1,174, ditopang dolar yang melemah.

    Mayoritas pejabat menilai level bunga saat ini sudah sesuai untuk menghadapi dampak tarif dagang Presiden AS Donald Trump, ketegangan geopolitik, hingga gejolak politik terbaru di Prancis. Ekonomi kawasan euro relatif tangguh, sementara inflasi yang sedikit di atas target 2% dinilai masih terkendali.

    Proyeksi kuartalan terbaru menunjukkan inflasi konsumen naik 1,7% pada 2026, lebih dekat ke target dibandingkan perkiraan sebelumnya 1,6%. Namun pada 2027, inflasi diproyeksikan 1,9%, lebih rendah dari estimasi sebelumnya. Produk domestik bruto (PDB) diperkirakan tumbuh 1,2% tahun ini dan 1% pada 2026.

    “Kami sudah menegaskan dalam strategi, deviasi kecil dari target, selama sifatnya tidak signifikan dan tidak berkepanjangan, tidak otomatis membenarkan perubahan kebijakan,” tegas Lagarde.

    Lagarde juga kembali menekankan ECB kini berada di posisi yang baik dan menyatakan proses disinflasi telah berakhir.

    ECB sebelumnya memangkas bunga delapan kali berturut-turut dalam setahun hingga Juli, menurunkan level dari puncak 4% ke posisi netral di 2%. 

    Hal tersebut bertepatan dengan langkah Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan memangkas suku bunga pekan depan untuk pertama kalinya sejak Desember, menyusul tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja AS.

    Inflasi di kawasan euro diperkirakan tetap dekat 2% dalam jangka menengah. Beberapa pejabat, seperti Gubernur Bank Sentral Lithuania Gediminas Simkus, justru khawatir inflasi bisa lebih rendah dari target, dipengaruhi penguatan euro. 

    Sementara itu, anggota Dewan Eksekutif ECB yang dikenal hawkish, Isabel Schnabel, melihat risiko inflasi justru cenderung ke atas, terutama karena gesekan dagang dan lonjakan belanja pertahanan Eropa.

    Di sisi lain, ekonomi kawasan menunjukkan ketahanan. Meski perjanjian dagang Uni Eropa-AS menetapkan tarif 15% pada sebagian besar ekspor dan dikeluhkan industri, kepercayaan bisnis mulai membaik dan perlambatan manufaktur yang berkepanjangan diperkirakan segera berakhir. 

    Namun, sejumlah analis memperingatkan, dampak penuh tarif Trump baru akan terasa pada akhir tahun ini.

  • Miliarder Penasihat Danantara Bilang Trump Bawa AS Kembali ke Era Otoriter – Page 3

    Miliarder Penasihat Danantara Bilang Trump Bawa AS Kembali ke Era Otoriter – Page 3

    Dalio juga memperingatkan bahaya jika Federal Reserve kehilangan independensi-nya. Jika bank sentral tunduk pada tekanan politik untuk menjaga suku bunga tetap rendah, hal itu “akan merusak kepercayaan terhadap kemampuan The Fed mempertahankan nilai uang dan membuat aset utang dalam denominasi dolar menjadi kurang menarik.”

    Ia mencatat, investor internasional sudah mulai beralih dari surat utang AS (obligasi) ke emas.

    Sebagai catatan, Ketua The Fed, Jerome Powell—beberapa bulan terakhir memang mendapat serangan terbuka dari Presiden Trump karena enggan menurunkan suku bunga demi memerangi inflasi. Trump bahkan berupaya memecat salah satu gubernur The Fed, Lisa Cook.

    Komentar Dalio terkait independensi The Fed selaras dengan peringatan bankir sentral tertinggi Eropa. Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde menilai, jika Trump berhasil memengaruhi keputusan The Fed soal suku bunga, itu akan menimbulkan “bahaya yang sangat serius” bagi ekonomi Amerika maupun global.

    “Jika kebijakan moneter AS tidak lagi independen dan bergantung pada perintah seseorang, maka saya percaya keseimbangan ekonomi Amerika—akan sangat mengkhawatirkan,” kata Lagarde dalam wawancara radio yang disiarkan pada hari Senin.

    Ia menekankan, dampaknya juga akan dirasakan secara global mengingat AS adalah ekonomi terbesar di dunia.

  • Lagarde: Campur Tangan Trump di The Fed Bahayakan Ekonomi Dunia – Page 3

    Lagarde: Campur Tangan Trump di The Fed Bahayakan Ekonomi Dunia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Christine Lagarde, memperingatkan bahwa jika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melemahkan independensi Federal Reserve (The Fed) maka akan menjadi “bahaya sangat serius” bagi perekonomian global.

    Lagarde mengatakan, apabila The Fed dipaksa menuruti diktat politik, dampaknya akan “sangat mengkhawatirkan” terhadap stabilitas ekonomi di AS, dan otomatis akan berimbas ke seluruh dunia.

    Dikutip dari BBC, Selasa (2/9/2025), sejak kembali menjabat, Donald Trump berulang kali menyerang pimpinan The Fed, Jerome Powell. Bulan lalu, ia bahkan mencoba memecat salah satu gubernur The Fed, Lisa Cook.

    Meski demikian, Lagarde menegaskan bahwa secara praktik akan “sulit” bagi presiden untuk benar-benar mengendalikan bank sentral AS tersebut.

    The Fed merupakan bank sentral Amerika Serikat dengan tugas utama menjaga stabilitas harga dan mendorong lapangan kerja. Dalam menjalankan tugas itu, The Fed menetapkan kebijakan suku bunga — yang seharusnya independen dari pemerintah.

    Namun, kebijakan tersebut kerap memicu kemarahan Trump, baik pada masa jabatan pertamanya maupun sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari lalu.

    Trump berkali-kali menyuarakan keinginannya agar suku bunga diturunkan drastis, dari level saat ini 4,25–4,5 persen menjadi di bawah 1 persen. Ia berpendapat langkah itu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus menekan biaya pinjaman pemerintah.

    Akan tetapi, The Fed menahan suku bunga sejak Desember tahun lalu karena masih khawatir soal inflasi, terutama risiko kenaikan harga akibat tarif impor yang diberlakukan Trump.

    Pemangkasan suku bunga memang diperkirakan terjadi bulan ini, namun tidak akan sebesar yang diinginkan Trump. Hal inilah yang memicu serangan terbuka dari presiden terhadap pimpinan The Fed.

  • Presiden ECB: Hilangnya Independensi The Fed Berbahaya bagi Ekonomi Global

    Presiden ECB: Hilangnya Independensi The Fed Berbahaya bagi Ekonomi Global

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) Christine Lagarde memperingatkan bahwa hilangnya independensi Federal Reserve (The Fed) akan menjadi bahaya serius bagi perekonomian dunia.

    Dalam wawancara dengan Radio Classique pada Senin (1/9/2025) waktu setempat, Lagarde menilai Presiden AS Donald Trump akan sangat sulit mengendalikan bank sentral AS tersebut. Hal ini mengingat ada preseden hukum yang melindungi posisi para gubernur The Fed dari pemecatan.

    “Jika dia berhasil melakukannya, saya kira itu akan menjadi ancaman yang sangat serius bagi ekonomi AS dan ekonomi global,” ujar Lagarde dikutip dari Bloomberg pada Selasa (2/9/2025). 

    Dia melanjutkan, kebijakan moneter jelas berpengaruh bagi AS dalam menjaga stabilitas harga dan memastikan lapangan kerja optimal di negara tersebut.

    Menurutnya, tanpa independensi, stabilitas ekonomi AS dan dampaknya ke seluruh dunia sebagai ekonomi terbesar global akan sangat mengkhawatirkan.

    Trump belakangan melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap The Fed. DIa berulang kali menuntut penurunan suku bunga yang dianggap terlalu tinggi, serta kerap mengecam Ketua Jerome Powell. 

    Selain itu, Trump juga berupaya memecat Gubernur Lisa Cook atas dugaan penipuan kredit kepemilikan rumah (KPR). Kini, Cook tengah melawan keputusan tersebut di pengadilan.

    Terkait Eropa, Lagarde menyatakan ECB telah berhasil mencapai stabilitas harga dan akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menjaga inflasi kawasan euro tetap terkendali.

    “Tujuan inflasi 2% sudah tercapai, dan kami akan terus mengambil langkah yang diperlukan untuk memastikan inflasi terkendali serta harga stabil,” tegasnya.

    Pernyataan Lagarde disampaikan jelang rilis laporan inflasi yang diperkirakan akan mengonfirmasi penilaian ECB bahwa tekanan harga di zona euro tetap terkendali. Survei Bloomberg memproyeksikan inflasi sebesar 2%, sesuai target bank sentral.

    Pembuat kebijakan ECB secara luas diperkirakan mempertahankan suku bunga pada level 2% dalam pertemuan dua pekan mendatang. 

    Pada pertemuan Juli lalu, sebagian besar anggota dewan menilai risiko inflasi secara umum seimbang dan menyoroti ketahanan ekonomi Eropa meski menghadapi hambatan dari tarif AS dan perang Rusia-Ukraina.

    Meski investor mulai meragukan adanya pemangkasan tambahan tahun ini, sejumlah ekonom masih memperkirakan satu kali pemangkasan lagi pada Desember 2025.

    Lagarde juga menekankan bahwa ketidakpastian ekonomi berkurang seiring dengan peningkatan perdagangan antara Uni Eropa dan AS.

  • Arah Moneter Bank Sentral Eropa di Tengah Ancaman Tarif, Tahan atau Pangkas?

    Arah Moneter Bank Sentral Eropa di Tengah Ancaman Tarif, Tahan atau Pangkas?

    Bisnis.com, JAKARTA — Bank Sentral Eropa (ECB) kemungkinan akan mengabaikan ancaman ekonomi yang ditimbulkan oleh tarif dari Presiden AS Donald Trump dengan memilih untuk menunda pemotongan suku bunga hingga waktu yang belum ditentukan.

    Melansir dari Bloomberg, Minggu (20/7/2025), dalam keputusan akhir sebelum libur musim panas selama tujuh minggu, para pembuat kebijakan pada Kamis (24/7) kemungkinan akan mempertahankan suku bunga tetap di level 2%.

    Langkah itu menjadi penundaan respons terhadap ancaman tarif 30% Trump hingga tarif tersebut diterapkan dan dampaknya dapat dievaluasi dengan lebih baik.

    Saat banyak pejabat kemungkinan akan memanfaatkan jeda ini untuk liburan panjang, penegasan kembali bahwa inflasi berada pada target dan menunda kekhawatiran tentang prospek ekonomi hingga perkiraan kuartalan baru disusun untuk pertemuan 10-11 September mendatang, mungkin tampak tepat.

    Namun, yang diketahui oleh para pembuat kebijakan adalah bahwa masalah sedang mengintai. Selain kekhawatiran tentang tarif, mata uang euro telah menguat, meredam prospek harga dan mengancam untuk semakin menekan eksportir. 

    Sementara itu, krisis politik lain di Prancis mungkin sedang mengemuka terkait keuangan publik yang membengkak. 

    Mengingat latar belakang tersebut, Dewan Pengurus European Central Bank (ECB) mungkin mengakui di antara mereka bahwa peluang pemotongan suku bunga lagi pada September semakin besar, meskipun mereka tetap pada pendekatan “pertemuan demi pertemuan” yang sudah biasa dalam pengambilan keputusan. 

    Dalam konteks itu, ekonom Morgan Stanley dalam preview berjudul “Ready for the Beach” memperkirakan Presiden ECB Christine Lagarde dalam pernyataan pembukaannya kepada wartawan pada Kamis mendatang kemungkinan akan mengulang pernyataan bahwa risiko terhadap pertumbuhan “berpihak pada sisi bawah”.

    Ekonom senior Bloomberg untuk kawasan Eropa David Powell menyampaikan bahwa pertemuan 24 Juli mendatang masih belum akan memperjelas waktu pemangkasan suku bunga.   

    “Kami memperkirakan bahasa Dewan Pengurus setelah pertemuan 24 Juli akan serupa dengan formulasi pada Juni, meninggalkan kemungkinan pemotongan lagi, tanpa komitmen [kapan pemotongan],” ujarnya.  

    Laporan ekonomi dalam sepekan ke depan akan menjadi bahan pertimbangan pada dewan di ECB.  

    Di antaranya adalah survei pinjaman bank ECB yang dijadwalkan pada Selasa, kepercayaan konsumen pada Rabu, dan indeks manajer pembelian dari seluruh kawasan dan ekonomi besar lainnya, yang akan dirilis pada Kamis, beberapa jam sebelum hasil pembahasan ECB.  

    Indikator kunci lainnya seperti kepercayaan bisnis Ifo Jerman yang sangat diperhatikan dan sentimen ekonomi Italia akan dirilis pada Jumat. 

    Sementara di AS sendiri, Pejabat Fed tengah berada dalam periode larangan berbicara menjelang pertemuan 29-30 Juli. Kalender data ekonomi AS relatif ringan dan ditandai oleh dua laporan pasar perumahan.

    Pada Rabu, data Juni dari Asosiasi Agen Properti Nasional (NAR) diperkirakan menunjukkan perubahan minimal dalam penjualan rumah bekas untuk bulan ketiga berturut-turut. Penutupan kontrak penjualan rumah bekas telah berkisar di tingkat tahunan 4 juta, sedikit di atas level tahun lalu yang merupakan yang terlemah sejak 2010.

    Sementara itu, ekonom memperkirakan laporan pemerintah pada Kamis akan menunjukkan penjualan rumah baru sedikit pulih pada Juni setelah mengalami penurunan bulanan terbesar sejak 2022. Kecepatan penandatanganan kontrak rumah baru sebagian besar stagnan selama dua tahun terakhir. 

    Pasar perumahan kesulitan untuk mendapatkan momentum karena suku bunga hipotek yang tinggi dan kendala keterjangkauan membuat banyak calon pembeli menunda pembelian. 

    Laporan lain termasuk rilis pesanan barang tahan lama Juni pada Jumat, didahului oleh survei manufaktur dan jasa S&P Global untuk Juli pada Kamis.

  • Bank Sentral Eropa Lihat Peluang Penguatan Peran Euro di Pasar Global

    Bank Sentral Eropa Lihat Peluang Penguatan Peran Euro di Pasar Global

    Bisnis.com, JAKARTA – Anggota Dewan Eksekutif Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) Isabel Schnabel melihat momen strategis untuk memperkuat peran global euro saat investor beralih ke Eropa.

    Melansir Bloomberg pada Senin (9/6/2025), dalam Konferensi Ekonomi Dubrovnik ke-31, Schnabel menekankan bahwa meningkatnya minat investor terhadap aset Eropa mencerminkan “efek kepercayaan positif” yang bisa menjadi titik tolak penguatan euro sebagai mata uang global.

    Dalam paparannya, Schnabel mengungkapkan bahwa pelaku pasar kini lebih condong melakukan diversifikasi ke kawasan Eropa—sebuah sinyal positif yang tak boleh disia-siakan. Ekspektasi akan peningkatan belanja publik, terutama untuk sektor pertahanan dan infrastruktur, menjadi katalis utama pergeseran ini.

    “Dalam konteks Jerman yang memiliki ruang fiskal cukup besar, investor justru mengapresiasi keputusan untuk menghentikan kebijakan penghematan,” ujarnya.

    Schnabel menegaskan, masuknya arus modal ke Eropa berdampak langsung pada pelonggaran kondisi keuangan dan pengurangan fragmentasi kawasan—dua hal yang krusial untuk integrasi ekonomi yang lebih solid.

    Ia juga menggarisbawahi urgensi membentuk pasar obligasi Eropa yang dalam dan likuid untuk memperkuat posisi euro. Bahkan, opsi penerbitan utang bersama untuk mendanai kepentingan publik Eropa kembali dilontarkan sebagai solusi jangka panjang.

    Nada serupa disampaikan Gubernur Bank Sentral Spanyol Jose Luis Escriva yang menyebut dominasi dolar AS sebagai mata uang cadangan global kini memasuki titik jenuh. Dengan kekuatan ekonomi dan volume perdagangan yang bahkan melampaui AS, Eropa dinilai punya peluang riil untuk menjadikan euro sebagai mata uang acuan global.

    “Dengan menjaga stabilitas makro dan institusional, euro memiliki semua syarat untuk menyaingi dolar AS,” kata Escriva.

    Presiden Bundesbank Jerman, Joachim Nagel, turut mendorong penguatan euro, meski menekankan pentingnya menjaga kestabilan dolar. “Kami ingin menjadikan Eropa lebih menarik bagi investor asing, tetapi juga berkepentingan agar dolar tetap stabil,” ujarnya.

    Pernyataan para pejabat ECB ini menegaskan strategi kawasan untuk memanfaatkan ketidakpastian global, termasuk manuver proteksionis Presiden Donald Trump, sebagai peluang untuk memperluas pengaruh euro.

    Dolar AS memang mengalami tekanan sepanjang 2025, merosot terhadap seluruh mata uang utama dalam indeks Bloomberg. Presiden ECB Christine Lagarde menyebut dinamika ini sebagai peluang besar bagi euro untuk merebut sebagian hak istimewa yang selama ini hanya dinikmati dolar.

    “Politisi Eropa harus melihat ini sebagai momen euro global yang tidak boleh disia-siakan,” tegas Lagarde.

  • Bank Sentral G7 Pasang Ancang-Ancang Hadapi Tarif Trump

    Bank Sentral G7 Pasang Ancang-Ancang Hadapi Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump memicu kekacauan di pasar global. Bank sentral negara-negara maju yang tergabung dalam kelompok G7 pun bersiap merilis kebijakan moneter pertama mereka sebagai respons, meskipun kemungkinan akan menghasilkan pendekatan yang berbeda-beda.

    Mengutip Bloomberg, Bank Sentral Kanada diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada Rabu (waktu setempat) guna mengantisipasi potensi inflasi akibat perang tarif yang tengah berlangsung dengan AS.

    Sementara itu, Bank Sentral Eropa (ECB) dijadwalkan mengumumkan keputusannya pada keesokan harinya, dengan ekspektasi penurunan suku bunga.

    Keputusan suku bunga dari Federal Reserve (The Fed) baru akan diumumkan pada 7 Mei mendatang. Untuk saat ini, perhatian pasar tertuju pada langkah ECB dan Bank of Canada (BoC) dalam menenangkan investor sambil menilai dampak ekonomi dari kebijakan proteksionis Trump.

    Presiden ECB, Christine Lagarde, menyatakan pada Jumat lalu (11/4/2025) bahwa pihaknya terus memantau situasi dan siap mengambil langkah jika diperlukan, mengingat stabilitas harga dan keuangan saling berkaitan.

    Ini menjadi kali kedua dalam lebih dari dua tahun terakhir ECB dihadapkan pada dilema suku bunga akibat ketidakpastian dari AS sebelum The Fed mengambil tindakan. Saat krisis Silicon Valley Bank pada 2023 yang mengguncang pasar global, ECB tetap menaikkan suku bunga sebesar 0,5 poin seperti yang telah dijanjikan.

    Namun kali ini, arah kebijakan ECB tampak lebih jelas. Tarif impor dari AS diperkirakan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi Eropa. Karena Uni Eropa belum mengambil langkah balasan yang dapat memicu inflasi, ECB diprediksi akan menurunkan suku bunga sebesar 0,25 poin.

    Di sisi lain, Kanada menghadapi pertimbangan yang lebih kompleks. Meski tarif Trump mulai menekan investasi bisnis dan belanja konsumen, ekspektasi inflasi justru meningkat. Data indeks harga konsumen yang akan dirilis Selasa diperkirakan menjadi penentu utama keputusan suku bunga BoC.

    “Keputusan suku bunga ECB pada 17 April tampaknya menjadi lebih mudah. Selain dampak langsung dari tarif AS terhadap ekonomi kawasan euro, Dewan Pemerintahan juga harus mempertimbangkan pengaruh penguatan mata uang euro,” jelas ekonom Bloomberg, yakni David Powell dan Simona della Chiaie.

    Menanti Sikap The Fed

    Di tengah naiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS, melemahnya dolar, dan turunnya harga saham akibat kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump, investor menanti sinyal dari para pejabat Federal Reserve (The Fed) terkait kemungkinan penurunan suku bunga.

    Ketua The Fed, Jerome Powell, dijadwalkan menyampaikan pandangan mengenai kondisi ekonomi pada Rabu (16/4) waktu setempat dalam acara Economic Club of Chicago. Para Presiden The Fed wilayah juga nantinya akan memberikan pernyataan mereka. 

    Di sisi data makroekonomi, laporan penjualan ritel Maret 2025 diperkirakan menunjukan lonjakan. Konsumen disebut-sebut mempercepat pembelian mobil dan suku cadang menjelang diberlakukannya tarif impor baru. Survei Bloomberg memperkirakan penjualan naik 1,4% secara bulanan, yakni tertinggi sejak awal 2023. 

    Data industri mencatat penjualan mobil mencapai tingkat tahunan 17,77 juta unit, tertinggi dalam empat tahun terakhir. Kenaikan ini terjadi menjelang penerapan tarif impor mobil dan suku cadang hingga 25% yang mulai berlaku pada 3 April.

    Jika tidak memasukkan mobil, bensin, bahan bangunan, dan layanan makanan, penjualan ritel juga diperkirakan tetap tumbuh, meskipun belanja konsumen di kuartal ini cenderung lesu.

    Selain itu, data produksi industri  diprediksi turun 0,2%, terutama karena suhu udara yang lebih hangat mengurangi konsumsi listrik, serta melambatnya aktivitas manufaktur.

    Data sektor perumahan diperkirakan menunjukkan penurunan jumlah rumah baru yang dibangun. Para pengembang tampaknya memilih fokus pada pengurangan stok rumah yang ada.

    Di sisi lain, pemerintahan Trump memutuskan untuk membebaskan tarif bagi sejumlah barang elektronik populer seperti smartphone, laptop, hard drive hingga prosesor komputer. Barang-barang ini umumnya tidak diproduksi di AS, sehingga kabar ini disambut baik oleh konsumen yang sempat khawatir harga iPhone dan perangkat lain bakal melonjak.

  • PM Italia Remehkan Dampak Tarif Trump: Bisa Kita Penuhi

    PM Italia Remehkan Dampak Tarif Trump: Bisa Kita Penuhi

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memasang tarif baru untuk barang-barang impor yang masuk ke negaranya. Perdana Menteri Itali Giorgia Meloni yakin bisa memenuhi tarif tersebut.

    “Tarif baru AS terhadap UE tentu saja akan berdampak signifikan terhadap Italia, tetapi negara itu seharusnya dapat mengatasinya,” kata Meloni dilansir AF, Sabtu (5/4/2025).

    Meloni, seorang pemimpin sayap kanan dan sekutu Presiden Donald Trump, mengatakan kepada para menterinya “dampak tarif baru tersebut berada pada skala yang dapat kita penuhi,” menurut sumber pemerintah.

    Ia mengutip pernyataan kepala Bank Sentral Eropa, Christine Lagarde, yang mengatakan kepada Parlemen Eropa awal minggu ini, sebelum tarif AS diumumkan, bahwa perang dagang Trump dengan UE kemungkinan akan sedikit memangkas ekonomi zona euro.

    Lagarde memperkirakan bahwa tarif hipotetis sebesar 25 persen akan memangkas PDB zona euro sebesar 0,3 persen pada tahun pertama.

    Pada akhirnya, Trump pada hari Rabu mengumumkan tarif sebesar 20 persen untuk impor ke Amerika Serikat dari negara-negara Uni Eropa.

    “Mengingat hal itu, tarif 20 persen seharusnya mengarah pada pemotongan PDB Eropa kurang dari perkiraan 0,3 persen. Itu tentu akan berdampak signifikan, tetapi dalam skala besar kita dapat memenuhinya,” kata Meloni.

    Komisi Eropa, yang bertanggung jawab atas masalah perdagangan untuk semua 27 negara anggota UE, mengatakan pihaknya berharap adanya negosiasi substantif dengan Washington untuk menurunkan tarif AS yang “tidak dapat dibenarkan”. Namun pihaknya sedang mempersiapkan tindakan pembalasan, jika diperlukan.

    (maa/maa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Jelang Pengumuman Tarif Timbal Balik AS, Trump: Hari Pembebasan AS!

    Jelang Pengumuman Tarif Timbal Balik AS, Trump: Hari Pembebasan AS!

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden AS Donald Trump akan memberlakukan tarif timbal balik (tarif impor) baru untuk negara-negara di dunia pada Rabu (2/4/2025) waktu setempat.

    Trump menetapkan hari tersebut sebagai “Hari Pembebasan” di Amerika Serikat, yang justru akan meningkatkan perang dagang dengan mitra global, mempertaruhkan kenaikan biaya dan menjungkirbalikkan tatanan perdagangan yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

    Trump membuat dunia menebak-nebak rincian rencana tarif tersebut, yang masih dirumuskan menjelang upacara pengumuman di White House yang dijadwalkan pada Rabu (2/4/2025) pukul 16.00 waktu setempat.

    Bea masuk baru akan berlaku segera setelah Trump mengumumkannya. Sementara itu, tarif global 25% untuk impor mobil akan berlaku pada 3 April. Tarif-tarif tersebut juga diperkirakan akan memicu aksi pembalasan dari mitra-mitra dagang global.

    “Ini merupakan hari pembebasan di Amerika!” tulis Trump di platform media sosialnya pada Rabu pagi dilansir dari Reuters, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

    Trump, yang pernah menyebut kata tarif sebagai “kata terindah dalam kamus”, mengatakan bahwa rencana timbal balik tersebut sebagai sebuah langkah untuk menyamakan tarif AS yang secara umum lebih rendah dengan tarif yang dibebankan oleh negara-negara lain dan menangkal hambatan non-tarif mereka yang menurutnya merugikan ekspor barang-barang AS.

    Namun, format bea masuk ke AS tersebut masih belum jelas dengan adanya laporan bahwa Trump sedang mempertimbangkan tarif universal sebesar 20%.

    Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengatakan pungutan atau tarif baru direncanakan Trump akan berdampak negatif untuk seluruh dunia. 

    “Ini akan berdampak negatif di seluruh dunia dan kepadatan serta daya tahan dampaknya akan bervariasi tergantung pada ruang lingkupnya, pada produk yang ditargetkan, pada berapa lama berlangsung, pada apakah ada negosiasi atau tidak,” katanya dalam sebuah wawancara di radio Newstalk Irlandia.

    Ketika dunia yang gelisah menunggu rincian rencana tarif, Reuters mencatat saham-saham melemah pada Rabu (2/4/2025). Sementara itu, emas sebagai aset aman (safe haven) bertahan mendekati rekor tertinggi.

    “Saya tidak ingat situasi di mana taruhannya setinggi ini dan hasilnya sangat tidak terduga,” kata Steve Sosnick, kepala strategi di Interactive Brokers. “Iblis akan berada di dalam detail dan tidak ada yang tahu detailnya.”