Tag: Chicco Jerikho

  • Jelang Penayangan Film Ozora, Anggy Umbara hingga Chicco Jerikho Galang Aksi Musikal Anti-Korupsi 19 November

    Jelang Penayangan Film Ozora, Anggy Umbara hingga Chicco Jerikho Galang Aksi Musikal Anti-Korupsi 19 November

    JAKARTA — Gelombang aksi masyarakat yang berlangsung dalam beberapa hari terakhir mencapai puncaknya melalui Aksi Musikal 19 November 2025, sebuah gerakan kolaboratif yang digelar di depan Gedung KPK Jakarta.

    Aksi ini mempertemukan sutradara film, musisi, aktor lintas generasi, ulama muda, hingga figur publik yang selama ini dikenal vokal dalam menyuarakan aspirasi.

    Pemilihan Gedung KPK sebagai pusat aksi bukan tanpa alasan. Lokasi tersebut dipilih sebagai simbol darurat korupsi yang dinilai semakin menggerogoti Indonesia. Sutradara Anggy Umbara menegaskan pesan itu lewat pernyataan tajamnya.

    “Generasi koruptor melahirkan generasi pembully,” ujar Anggy dikutip VOI dari siaran media, Kamis, 20 November.

    Ia menyoroti bagaimana perilaku elite berdampak langsung terhadap karakter generasi muda.

    Aksi ini digagas dan dipimpin oleh sejumlah tokoh seperti Anggy Umbara, musisi Sukatani dan Armia and The Shadows, aktor Chicco Jerikho dan Sinyo, serta ustadz muda Cholidi. Hadir pula Jonathan Latumahina, ayah dari David Ozora, yang dalam beberapa tahun terakhir dikenal sebagai figur publik yang lantang menuntut keadilan.

    Melalui musik, orasi, serta penampilan panggung, Aksi Musikal 19 November menjadi simbol bahwa ruang ekspresi masyarakat Indonesia tetap hidup. Di tengah stigma mengenai upaya pembungkaman suara oleh oknum tertentu, aksi ini menunjukkan bahwa perlawanan damai justru semakin tumbuh dan sulit dihentikan.

    Salah satu momen paling menggetarkan terjadi ketika musisi Sukatani membawakan lagu “Gelap Gempita”. Dengan aransemen intens dan lirik sarat makna, penampilan itu berubah menjadi semacam mantra kolektif—menghadirkan kembali luka, kemarahan, sekaligus harapan yang lama terpendam.

    Area aksi seketika hening sebelum akhirnya pecah oleh tepuk tangan dan teriakan solidaritas saat lagu mencapai klimaksnya. Momen tersebut menegaskan bahwa seni dapat menjadi medium perlawanan yang kuat.

    Aktor Chicco Jerikho turut menyampaikan orasi lantang tentang urgensi keberanian untuk menyuarakan kebenaran, menegaskan bahwa “kebenaran tidak bisa dibungkam.” Pernyataannya disambut riuh peserta aksi yang memadati area kegiatan.

    Sementara itu, Jonathan Latumahina menegaskan bahwa gagasan “rakyat berkuasa” bukan sekadar slogan, melainkan potensi nyata yang bisa terjadi kapan pun ketika masyarakat bersatu, bersuara, dan menolak dibungkam dengan damai namun tegas.

    Aksi ini juga kembali mengangkat perhatian publik pada kasus David Ozora, yang viral sejak 2023 dan memicu solidaritas nasional. Tingginya perhatian masyarakat membuat kasus tersebut diadaptasi ke layar lebar. Film yang mengangkat kisah David Ozora dijadwalkan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia pada 4 Desember 2025, dengan 90% alur peristiwa diambil langsung dari kejadian nyata.

    Aksi Musikal 19 November menegaskan bahwa ruang berekspresi publik tidak dapat dengan mudah dipersempit. Ketika seniman, tokoh agama, dan masyarakat bergerak dalam satu frekuensi, pesan yang muncul bukan sekadar solidaritas, tetapi kesadaran kolektif bahwa suara rakyat tidak dapat dinegosiasikan.

    Energi yang tercipta hari ini menunjukkan meningkatnya partisipasi publik dan keberanian untuk bersuara—identitas baru masyarakat Indonesia. Semangat yang sama akan kembali hadir melalui film Ozora, yang dapat disaksikan mulai 4 Desember 2025.

  • Video: Rajin Banget Olahraga, Chicco Jerikho Beberkan Manfaatnya

    Video: Rajin Banget Olahraga, Chicco Jerikho Beberkan Manfaatnya

    Video: Rajin Banget Olahraga, Chicco Jerikho Beberkan Manfaatnya

  • Kunto Aji hingga Sukatani Gabung Lokakarya IKLIM di Bali

    Kunto Aji hingga Sukatani Gabung Lokakarya IKLIM di Bali

    JAKARTA – The Indonesian Climate Communications, Arts & Music Lab (IKLIM), sebuah gerakan kolektif musisi dan seniman yang peduli terhadap isu krisis iklim, kembali dengan menghadirkan nama-nama baru, di antaranya Kunto Aji, Reality Club, Teddy Adhitya, hingga Sukatani.

    Mereka berkumpul di Ubud, Bali, untuk mengikuti rangkaian lokakarya – mendalami berbagai isu tentang krisis iklim serta kaitannya dengan musik, kreativitas, dan refleksi pribadi.

    Dalam rangkaian lokakarya yang digelar selama lima hari, para musisi membahas akar penyebab krisis iklim, peran seni dan budaya dalam mendorong aksi. Mereka juga merumuskan langkah kolaboratif untuk mendorong perubahan nyata.

    Kunto Aji yang tahun ini terlibat dalam lokakarya mengatakan, keikutsertaannya tidak terlepas dari beberapa keresahan yang ia alami, bukan hanya sebagai musisi, namun juga manusia yang hidup berdampingan dengan alam.

    “Saya tinggal di Tangerang Selatan, dan setiap hari harus menghadapi kualitas udara yang buruk. Saya punya dua anak kecil dan saya ingin mereka tumbuh dengan udara yang layak, lebih baik dari yang mereka hirup hari ini,” kata Kunto melalui siaran pers kepada VOI, Senin, 30 Juni.

    “Udara itu kan gratis, tapi kenapa kita enggak bisa menikmatinya dengan baik? Kita tahu penyebab dan solusinya, tapi tidak ada tindakan nyata. Di situlah saya merasa perlu bertanya – sebagai musisi – apa yang bisa saya lakukan?” tambah Kunto.

    Di tengah krisis iklim yang kian kompleks, musik dan seni memainkan peran penting dalam membangun kesadaran dan mendorong aksi publik. Didampingi para pakar dari berbagai organisasi iklim, para musisi belajar bersama tentang isu lingkungan, meliputi persoalan energi, hutan, laut, hingga ruang hidup komunitas adat.

    “Dari berbagai pemaparan dan diskusi selama lokakarya, saya jadi semakin paham bahwa krisis iklim tidak hanya berdampak pada lingkungan atau ekosistem, tetapi juga pada manusia, kebudayaan, dan struktur sosial kita,” ujar Cipoy, gitaris Sukatani.

    “Sebagai musisi yang hidup dan berkarya di ruang-ruang sosial dan budaya, kami pun ikut terdampak. Oleh karena itu, penting bagi kami untuk turut merespons isu ini, karena pada akhirnya, perubahan iklim juga mempengaruhi kami secara langsung, baik sebagai individu maupun sebagai seniman.”

    Sebagai bentuk komitmen terhadap keberlanjutan, kegiatan ini ditutup dengan penanaman pohon di Gianyar, Bali. Inisiatif ini menjadi langkah kolektif para musisi untuk mengimbangi jejak emisi karbon yang dihasilkan dari perjalanan dan rangkaian aktivitas selama seminggu penuh.

    Bagi Faiz, vokalis dan gitaris Reality Club, pengalaman selama lokakarya ini tak hanya menginspirasi karya, tapi juga memantik refleksi personal yang mendalam.

    “Setelah mendapat banyak hard truth selama lokakarya, saya merasa terdorong untuk mulai mengubah hal-hal dalam hidup saya secara perlahan tapi konsisten. Saya juga ingin membagikan kesadaran ini ke orang-orang di sekitar saya, seperti fans, teman, dan keluarga, karena penting untuk saling mengingatkan soal peran kita dalam menjaga lingkungan,” tutur Faiz.

    Setelah lokakarya berakhir, para musisi akan menerjemahkan pengalaman dan refleksi mereka selama lokakarya ke dalam karya musik baru. Lagu-lagu ini akan dihimpun dalam sebuah album kompilasi yang direncanakan rilis pada akhir 2025 – sebagai bagian dari kampanye ‘No Music On A Dead Planet’ atau Tak Ada Musik di Planet yang Mati – yang diinisiasi oleh Music Declares Emergency.

    Selain musisi yang disebut di atas, lokakarya yang diselenggarakan IKLIM juga mempersatukan para musisi dari berbagai daerah dan lintas genre di Indonesia, termasuk Ave The Artist, Bunyi Waktu Luang, Chicco Jerikho, Egi Virgiawan, Majelis Lidah Berduri, Manja, Peach, Scaller, The Brandals, The Melting Minds, dan Usman and The Black Stones.

    Gerakan IKLIM sendiri telah berjalan sejak 2023 dan telah melibatkan 43 musisi, baik solois maupun grup. Sejumlah musisi yang sebelumnya terlibat dalam album sonic/panic dan gerakan IKLIM pada 2023 dan 2024 kembali berkontribusi tahun ini, sebagai fasilitator dalam berbagai sesi dan membagikan pengalaman pribadi mereka selama terlibat dalam IKLIM, seperti Cholil Mahmud dari Efek Rumah Kaca, Iga Massardi, Endah Widiastuti dari Endah N Rhesa, Petra Sihombing, Tuantigabelas, Stephanus Adjie dari Down For Life, Farid Stevy dari FSTVLST, dan Nova Ruth, serta Gede Robi dari Navicula yang juga merupakan co-founder gerakan IKLIM.

  • Jumbo Resmi Jadi Film dengan Penonton Terbanyak di Indonesia

    Jumbo Resmi Jadi Film dengan Penonton Terbanyak di Indonesia

    Jakarta, Beritasatu.com – Film animasi Jumbo berhasil mencatatkan sejarah baru dengan menjadi film terlaris sepanjang masa di Indonesia. Film yang disutradarai oleh Ryan Adriandhy dan diproduksi oleh Visinema Studios ini sukses mengalahkan rekor jumlah penonton yang sebelumnya dipegang oleh film KKN di Desa Penari dengan jumlah penonton mencapai 10.061.033.

    Tercatat, hingga Senin (2/6/2025) Jumbo telah meraih lebih dari 10.073.332 penonton.

    “Sekarang bisa dikatakan dengan pasti,  Jumbo secara statistik telah melampaui KKN di Desa Penari dan secara resmi menjadi film dengan penonton terbanyak nomor satu di Indonesia, pada hari ke-63 pemutarannya di bioskop,” tulis akun X @cinepoint, dikutip Senin (2/6/2025).

    “Sebuah kisah animasi, lokal, dan original yang kini memimpin. Sungguh sebuah perjalanan dan sungguh sebuah momen,” lanjut akun @cinepoint.

    Sejak dirilis pada 31 Maret 2025, Jumbo mencatat capaian gemilang. Dalam tujuh hari pertama penayangan, film ini telah ditonton oleh 1.000.000 orang. Pada hari ke-11, jumlah penonton mencapai 2.000.000 orang dan hanya dalam waktu 14 hari, film ini menembus angka 4.000.000 penonton.

    Jumbo juga tercatat sebagai film animasi Asia Tenggara dengan pendapatan tertinggi, yakni lebih dari US$ 8 juta atau sekira Rp 130,2 miliar, mengalahkan film animasi Mechamato Movie asal Malaysia. Pada hari ke-19 penayangan, Jumbo mulai menyusul pencapaian Frozen 2, yang sebelumnya menjadi film animasi dengan jumlah penonton terbanyak di Indonesia.

    Puncaknya terjadi pada hari ke-63 penayangan, ketika Jumbo resmi melampaui jumlah penonton KKN di Desa Penari yang dirilis pada 2022. Dengan total 10.073.332 penonton, Jumbo kini menjadi film terlaris sepanjang masa di Indonesia.

    Sutradara Ryan Adriandhy menyampaikan rasa syukur atas pencapaian film debutnya tersebut melalui akun Instagram pribadinya, @adriandhy.

    “Alhamdulillah. Allah Maha Besar. Pada hari ke-63 tayang di bioskop, Jumbo secara resmi mencetak sejarah sebagai film yang paling banyak ditonton di Indonesia,” tulis Ryan.

    “Terima kasih ya Allah, telah mempercayakan perjalanan ini kepada Jumbo dan terima kasih kepada setiap jiwa yang hadir, bersorak, dan percaya momen ini milik kami Indonesia dan kami akan membawanya selamanya,” pungkasnya. 

    Berdasarkan data yang dihimpun Beritasatu.com, film ini mulai diproduksi pada April 2020 dan resmi menjalani proses produksi penuh pada September 2021. Dalam pengerjaannya, film ini melibatkan lebih dari 500 kreator.

    Pada November 2021, Visinema Pictures mengumumkan jajaran pengisi suara untuk film Jumbo, antara lain Ariel, Bunga Citra Lestari, Angga Yunanda, Cinta Laura Kiehl, Ariyo Wahab, Chicco Jerikho, Ganindra Bimo, Angga Dwi Sasongko, Rachel Amanda, Aci Resti, Prince Poetiray, Den Bagus Satrio Sasono, Yusuf Ozkan, Gracella Abigail, dan Quinn Salman.

    Film ini juga didukung oleh sejumlah musisi ternama yang mengisi original soundtrack, di antaranya Maliq & D’Essentials, Bunga Citra Lestari, Prince Poetiray, dan Quinn Salman. Beberapa lagu soundtrack seperti Kumpul Bocah, Selalu Ada di Nadimu, dan Dengar Hatimu direkam dan diproduksi sepenuhnya di Indonesia dan Singapura.

    Tak hanya meraih sukses di dalam negeri, Jumbo juga akan tayang di 17 negara mulai Juni 2025, termasuk Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Rusia, Ukraina, negara-negara di kawasan Baltik hingga Timur Tengah.

  • Cerita Ariel Tatum Jadi Wanita di Era 1940-an dalam Film Perang Kota

    Cerita Ariel Tatum Jadi Wanita di Era 1940-an dalam Film Perang Kota

    Jakarta, Beritasatu.com – Ariel Tatum menjadi pemeran utama dalam film terbaru sutradara Mouly Surya berjudul Perang Kota. Ariel berperan sebagai Fatimah, istri seorang guru bernama Isa yang diperankan oleh Chicco Jerikho.

    Bagi Ariel Tatum, berperan sebagai Fatimah memiliki tantangan tersendiri, mengingat film Perang Kota mengambil latar waktu 1946 atau satu tahun setelah kemerdekaan Indonesia. Meski begitu, ada satu kesamaan dari sosok Fatimah yang masih bisa dirasakan oleh perempuan pada zaman modern.

    “Resiliensi Fatimah, semangat perjuangannya, walaupun Fatimah dan saya berada di era yang berbeda, tetapi peperangan batin tersebut, perjuangan dalam kehidupan. Mau jadi seorang perempuan, mau jadi laki-laki, kita hidup itu pasti penuh dengan perjuangan dan setiap hari pasti ada peperangan batin yang dirasakan di dalam berbagai aspek kehidupan,” ujar Ariel Tatum saat konferensi pers di Jakarta Selatan, Senin (21/4/2025).

    Perasaan itulah yang membuat Ariel Tatum memiliki kesamaan dengan karakter Fatimah. Beradu akting dengan Chicco Jerikho, perempuan 28 tahun ini mengaku bersyukur memiliki waktu yang cukup untuk pendalaman karakter.

    Selama proses workshop, Ariel dan Chicco banyak berbincang untuk menghidupkan karakter pasangan suami istri yang diperankan, yakni Isa dan Fatimah. Tidak hanya berdua, bersama pemain Perang Kota lainnya, seperti Jerome Kurnia, mereka memiliki waktu sekitar 4 bulan untuk membangun chemistry.

    “Karena kami semua percaya bahwa untuk menghidupkan sebuah karakter perlu juga kami lakukan beberapa prosedur, seperti kami diskusikan bagaimana sih kali pertama pertemuan Isa dan Fatimah, bagaimana sih dinamika pernikahan kami berdua, sehingga ketika ada sebuah kejadian, selain hal-hal yang kami ucapkan secara verbal, tapi juga inner monologue yang terjadi di dalam pikiran si karakter tersebut,” jelas Ariel Tatum.

    Perang Kota bercerita tentang Isa (Chicco Jerikho) berjuang untuk keseharian di kota yang terus berperang. Isa memiliki istri bernama Fatimah (Ariel Tatum) yang bertahan dari perang batinnya, sementara Hazil (Jerome Kurnia) bersikeras dengan semangat perjuangannya.

    Selain Chicco Jerikho, Ariel Tatum dan Jerome Kurnia, film Perang Kota turut diperankan oleh Rukman Rosadi, Imelda Therine, Faiz Vishal, Indra Birowo dan lain-lain. Film Perang Kota siap tayang di bioskop Tanah Air mulai 30 April mendatang.

  • Siapa Sangka, 3 Sosok Besar Ini Jadi Pengisi Suara Kambing di Film JUMBO

    Siapa Sangka, 3 Sosok Besar Ini Jadi Pengisi Suara Kambing di Film JUMBO

    Liputan6.com, Yogyakarta – Film animasi asli Indonesia, JUMBO, masih tayang di bioskop Tanah Air. Di tengah meriahnya sambutan para penikmat film Indonesia, terkuak fakta mencengangkan terkait pengisi suara kambing dalam film tersebut.

    Bukan sembarang pengisi suara, tiga sosok besar yang mengisi suara karakter kambing dalam film JUMBO merupakan sosok-sosok besar yang dikenal di dunia perfilman Indonesia. Siapa saja?

    1. Ganindra Bimo

    Aktor film Ganindra Bimo menjadi salah satu pengisi suara karakter kambing dalam film JUMBO. Ia mengisi suara Mbeeek, seekor kambing yang cool dengan poni cetarnya.

    Sebelum terlibat dalam film animasi garapan Visinema, Ganindra Bimo sudah beberapa kali terlibat dalam film produksi Visinema. Beberapa di antaranya adalah Mencuri Raden Saleh (2022); Jagat Arwah (2022); Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang (2023); serta 13 Bom di Jakarta (2023).

    2. Chicco Jerikho

    Pengisi suara kambing dalam film JUMBO selanjutnya adalah Chicco Jerikho. Ia mengisi suara Mbeek, seekor kambing yang gaul.

    Chicco Jerikho juga sudah beberapa kali terlibat dalam film produksi Visinema, seperti Cahaya dari Timur: Beta Maluku (2014), Filosofi Kopi (2017), Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (2020), serta Ben & Jody (2022).

    3. Angga Dwimas Sasongko

    Siapa sangka, sang pendiri dan CEO Visinema juga terlibat sebagai salah satu pengisi suara kambing di film JUMBO. Angga Dwimas Sasongko yang juga dikenal sebagai sutradara kondang ini mengisi suara Mbek, si kambing yang imut.

    Penulis: Resla

  • Putri Marino Ungkap Cara Merawat Kecantikan pada Usia 31 Tahun

    Putri Marino Ungkap Cara Merawat Kecantikan pada Usia 31 Tahun

    Jakarta, Beritasatu.com – Putri Marino yang kini berusia 31 tahun, tetap terlihat cantik meskipun sudah memiliki suami dan seorang anak. Wanita kelahiran Denpasar, 4 Agustus 1993 ini mengungkapkan untuk merawat kecantikan, dirinya tidak hanya memerhatikan penampilan fisiknya, tetapi juga menjaga kesehatan mental agar tetap awet muda. 

    Pernyataan ini disampaikan oleh istri Chicco Jerikho saat ditemui di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, belum lama ini.

    “Dalam merawat penampilan, aku tidak hanya fokus pada tampilan luar, tetapi juga menjaga kesehatan mental agar tetap seimbang,” kata Putri Marino.

    Meskipun berprofesi sebagai figur publik, Putri mengaku tidak terlalu suka berdandan berlebihan. Ia lebih memilih tampilan natural dalam kesehariannya.

    “Aku tidak suka make up yang terlalu menor atau berlebihan dalam aktivitas sehari-hari, kecuali saat syuting atau hadir dalam acara tertentu,” terangnya.

    Namun, untuk aktivitas sehari-hari bagi Putri Marino terpenting adalah cukup memakai lipstik, blush on, dan sunscreen agar wajah tetap terjaga kelembapannya.

    Putri juga menyebutkan, salah satu kunci penampilannya yang segar adalah dengan rutin mengonsumsi banyak air putih untuk menjaga kesehatan tubuhnya.

    “Aku memang banyak minum air putih. Selain itu, aku juga tidak terlalu memikirkan masalah yang dihadapi, jadi aku lebih memilih untuk going with the flow,” pungkas Putri Marino.

  • Bantah Kabar Rumah Tangga Retak, Putri Marino Ungkap Fase Bucin dengan Chicco Jerikho

    Bantah Kabar Rumah Tangga Retak, Putri Marino Ungkap Fase Bucin dengan Chicco Jerikho

    Jakarta, Beritasatu.com – Putri Marino membantah kabar yang mengatakan rumah tangganya dengan Chicco Jerikho sedang bermasalah. Bahkan, Putri mengungkapkan saat ini ia dan suaminya sedang berada dalam fase “butuh cinta” (bucin), yang membuat hubungan mereka semakin mesra.

    “Kami lagi berada di fase benar-benar bucin. Kadang aku bingung, apakah memang dalam rumah tangga ada fase seperti ini? Aku malah kadang merasa malu juga,” ujar Putri Marino di Jakarta, Kamis (6/2/2025).

    Putri menegaskan, hubungan rumah tangganya dengan Chicco Jerikho tetap baik-baik saja, meskipun usia mereka terpaut 8 tahun.

    Pemain film Gadis Kretek ini juga mengungkapkan, mereka ingin memberi tahu orang-orang di luar sana bahwa hubungan mereka tetap harmonis.

    “Kami hanya ingin memberitahukan teman-teman dan semua orang, kami baik-baik saja,” jelas Putri Marino di Jakarta belum 

    Lebih lanjut, Putri menjelaskan isu keretakan rumah tangga mereka justru membuat hubungan mereka semakin romantis. 

    Selain itu, ia bahkan mengungkapkan, Chicco Jerikho sering memberikan kejutan manis, seperti memberikan kado ketika pulang kerja. 

    Putri juga merasa semakin ingin tahu keberadaan suaminya, seperti saat mereka masih pacaran, dan terkadang merasa sedikit kesal apabila tidak diberi kabar.

    “Belakangan ini, aku juga jadi sangat ingin tahu dia ada, seperti waktu masih pacaran. Bahkan kadang aku merasa ngambek kalau dia tidak memberi kabar. Sekarang juga, aku enggak panggil dia Chicco lagi, tetapi lebih sering memanggilnya ‘suamiku’,” kata Putri Marino yang menegaskan rumah tangganya dengan Chicco Jerikho baik-baik saja.

  • Sinopsis Film Perang Kota, Diperankan Ariel Tatum Hingga Chicco Jerikho

    Sinopsis Film Perang Kota, Diperankan Ariel Tatum Hingga Chicco Jerikho

    Liputan6.com, Bandung – Baru-baru ini masyarakat tengah dihebohkan dengan trailer film baru bertajuk “Perang Kota”. Trailer yang dirilis pada Rabu (11/12/2024) itu menampilkan jalan cerita menarik dengan sosok pemeran populer Indonesia.

    Melansir dari trailernya menampilkan plot cerita menarik dengan latar waktu ketika perjuangan kemerdekaan Indonesia pada 1946. Kemudian terdapat tiga sosok aktor yang digadang-gadang jadi pemeran utama yaitu Chicco Jerikho, Ariel Tatum, dan Jerome Kurnia.

    Film ini menampilkan suasana kota di Indonesia yang kala itu belum benar-benar merdeka. Pasalnya masih ada tentara pemerintah sipil Hindia Belanda (NICA) yang membonceng sekutu Inggris hingga pejabat kolonial Belanda lain.

    Kemudian dalam trailernya menampilkan situasi menegangkan ketika tentara asing mengintimidasi dan menculik orang-orang Indonesia. Bahkan dalam filmnya memperlihatkan tentara Gurkha yang rata-rata merupakan orang Nepal,

    Sebagai informasi, film Perang Kota digarap oleh sutradara kondang Mouly Surya yang dikenal sebagai sutradara film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017) hingga Fiksi (2008).

    Proyek film ini sempat diumumkan oleh sang sutradara sejak 2018 lalu dan sempat menunda proses syutingnya karena Pandemik COVID-19. Film ini diadaptasi dari novel klasik bertajuk “Jalan Tak Ada Ujung” karya Mochtar Lubis.

    Adapun aktor Chicco Jerikho berperan sebagai karakter bernama Isa dan Jerome Kurnia berperan sebagai karakter bernama Hazil. Kemudian Ariel Tatum berperan sebagai karakter bernama Fatimah.