Tag: Chairul Tanjung

  • Chairul Tanjung Bertemu PM Kamboja, Bicarakan Angkor Wat

    Chairul Tanjung Bertemu PM Kamboja, Bicarakan Angkor Wat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Chairman dan Founder CT Corp Chairul Tanjung bertemu dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet di istana perdana menteri. Pertemuan pada Jumat sore (22/11/2024), juga dihadiri mantan Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Perhubungan Hatta Rajasa, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika serta Menteri Pendidikan Muhammad Nuh, serta pengusaha Joefly Joesoef.

    Salah satu yang dibicarakan adalah destinasi utama Kamboja, yakni Angkor Wat. Hun Manet menjelaskan pembangunan fasilitas dan infrastruktur terus dilakukan di kawasan tersebut.

    “Hotel-hotel sudah semakin banyak di Angkor Wat, airport baru pun sudah kami selesaikan untuk membuka konektivitas lebih luas lagi dari berbagai destinasi ke Angkor Wat yang berada di wilayah Siem Reap itu,” jelas Hun Manet, dikutip dari Detik.com, Minggu (22/11/2024).

    Chairul dalam kesempatan itu menjelaskan soal konsep ekosistem di dalam tempat wisata. Angkor Wat menawarkan potensi yang sangat besar, karena kawasan seluas 162,6 hektare itu bisa dibangun destinasi menarik selain untuk menikmati kawasan candi yang ada di sana.

    Bahkan pria yang akrab disapa CT juga mengungkapkan akan melihat potensi apa yang bisa dikolaborasikan dua belah pihak. Sebab pihaknya juga memiliki jaringan hotel hingga theme park.

    “Inilah yang disebut ekosistem. Di mana kita membangun destinasi atau aktivitas lainnya sehingga turis akan lebih lama dan mengeluarkan budget wisata yang lebih besar di kawasan tersebut. Nanti kita lihat apa yang bisa kolaborasikan. Karena kami juga memiliki jaringan hotel, indoor theme park indoor hingga dan snow theme park,” ucapnya.

    Hum Manet menyambut antusias usulan tersebut. Konsep ekosistem di destinasi wisata, dinilainya bisa lebih powerfull untuk membuat turis bisa lebih lama di sana.

    Pada akhirnya dapat berkontribusi meningkatkan sektor pariwisata Kamboja. “Selain itu, kami punya struktur insentif bagi para investor. Hal ini untuk menarik minat dan mempermudah investor untuk membangun ekonomi di Kamboja. Kita siap diskusikan terkait insentif apa yang bisa kami berikan,” lanjutnya.

    Diskusi itu juga menyinggung soal potensi kerja sama dalam dunia pendidikan Kamboja. Muhammad Nuh yang ikut dalam rombongan mengatakan peluangnya bisa dilakukan dalam pendidikan tinggi dan advokasi.

    Terkait hal ini, Hun Manet menjelaskan investasi pada sektor pendidikan merupakan hal penting. Di Kamboja sendiri, terdapat empat kementerian yang mengurusi soal pendidikan.

    “Anda tak bisa memaksa orang untuk membeli TV, tapi orang butuh pendidikan dan orangtua juga akan memaksa agar anaknya mendapatkan pendidikan yang bagus. Jadi investasi di sektor pendidikan itu sangat penting. Bahkan Kamboja punya empat kementerian yang mengurus pendidikan, mulai dari pendidikan dasar, tinggi hingga advokasi,” pungkas Hun Manet.

    (mkh/mkh)

  • Chairul Tanjung Sambangi PM Kamboja di Istananya, Singgung Angkor Wat

    Chairul Tanjung Sambangi PM Kamboja di Istananya, Singgung Angkor Wat

    Phnom Penh

    Chairman dan Founder CT Corp. Chairul Tanjung diterima dengan hangat saat menyambangi Perdana Menteri Kamboja Hun Manet. Mendampingi pula Menteri Senior Kamboja Datuk Dr Othsman Hassan, Menteri Perdagangan Kamboja Chum Nimul serta jajaran kabinet lainnya.

    Chairul pun tak datang sendiri, ia hadir bersama mantan Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Perhubungan Hatta Rajasa, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika serta Menteri Pendidikan Muhammad Nuh, serta pengusaha Joefly Joesoef.

    Rombongan Chairul sampai istana Perdana Menteri sekitar pukul 15.50 waktu Kamboja, Jumat (22/11/2024). Usai diterima sejenak oleh protokoler, kemudian pukul 16.00 langsung bertemu PM Hun Manet yang baru dilantik pada tahun 2023 lalu dan sempat hadir dalam pelantikan Presiden RI Prabowo Subianto di Jakarta pada 20 Oktober 2024.

    Suasana pertemuan berlangsung cair. Di mana PM Hun Manet usai menanyakan kabar mengawali obrolan dengan menyampaikan sejumlah peluang investasi dan bisnis yang ada di Kamboja dari berbagai sektor.

    “Ekonomi Kamboja memang tak sebesar Indonesia, namun kami memiliki akses ke pasar yang juga besar. Seperti ekspor ke kawasan Asia, Amerika Serikat hingga Eropa. Sektor finansial menjadi salah satu sektor yang sedang berkembang di Kamboja. Selain itu yang juga menjanjikan pertumbuhannya berasal dari sektor properti, agriculture, serta IT,” lanjut PM Hun Manet mengawali diskusi.

    Selain itu, destinasi turis utama Kamboja Angkor Wat juga sempat disinggung PM Hun Manet. Disebutkannya bahwa pembangunan fasilitas dan infrastruktur terus digeber di kawasan wisata berupa candi dari abad ke-12 tersebut.

    “Hotel-hotel sudah semakin banyak di Angkor Wat, airport baru pun sudah kami selesaikan untuk membuka konektivitas lebih luas lagi dari berbagai destinasi ke Angkor Wat yang berada di wilayah Siem Reap itu,” lanjut PM Hun Manet.

    Chairul Tanjung yang juga memiliki basis bisnis finansial di Indonesia — lewat Bank Mega dan Allo Bank — pun langsung menyambut ‘diskusi pembukaan’ dari PM Hun Manet. Ia mengatakan, peluang investasi yang ditawarkan tentu akan disambutnya dengan tangan terbuka, namun tetap saja harus dilihat kelaikan bisnisnya kemudian.

    Adapun terkait Angkor Wat, potensi yang bisa dilakukan adalah membangun ekosistem destinasi wisata di kawasan turis tersebut. Sehingga traveler tak cuma datang untuk menikmati candi yang menempati lahan seluas 162,6 hektar tersebut melainkan juga membangun destinasi aktivitas menarik lainnya yang bisa dinikmati.

    Chairul Tanjung Sambangi PM Kamboja di istana Perdana Menteri sekitar pukul 15.50 waktu Kamboja, Jumat (22/11/2024). (Ist.)

    “Inilah yang disebut ekosistem. Dimana kita membangun destinasi atau aktivitas lainnya sehingga turis akan lebih lama dan mengeluarkan budget wisata yang lebih besar di kawasan tersebut. Nanti kita lihat apa yang bisa kolaborasikan. Karena kami juga memiliki jaringan hotel, indoor theme park indoor hingga dan snow theme park,” papar Chairul Tanjung.

    Tak ayal, PM Hun Manet menyambut antusias usulan tersebut. Ia pun meyakini konsep ekosistem di destinasi wisata akan lebih power full untuk membuat turis betah sehingga bakal lebih berkontribusi dan membuat sektor pariwisata Kamboja lebih menggeliat.

    “Selain itu, kami punya struktur insentif bagi para investor. Hal ini untuk menarik minat dan mempermudah investor untuk membangun ekonomi di Kamboja. Kita siap diskusikan terkait insentif apa yang bisa kami berikan,” lanjutnya.

    Obrolan lain yang disinggung dari pertemuan tersebut adalah terkait peluang kolaborasi di dunia pendidikan Kamboja. Hal ini diutarakan oleh mantan Menteri Pendidikan Muhammad Nuh yang turut ikut dalam rombongan. Disampaikan M Nuh, peluang ini terutama bisa dilakukan di pendidikan tinggi dan advokasi.

    Mahfum saja, bahasa Kamboja itu sulit dipelajari, bahkan hal ini diakui sendiri oleh staf kedutaan yang ditemui penulis dalam kunjungan ke Kamboja ini. Namun ternyata, ada sejumlah orang pegawai pemerintahan Kamboja yang sangat fasih berbahasa Indonesia. Ternyata setelah ditelisik, mereka kuliah di kampus Indonesia — di antaranya yang ditemui penulis berasal dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo.

    “Anda tak bisa memaksa orang untuk membeli TV, tapi orang butuh pendidikan dan orangtua juga akan memaksa agar anaknya mendapatkan pendidikan yang bagus. Jadi investasi di sektor pendidikan itu sangat penting. Bahkan Kamboja punya empat kementerian yang mengurus pendidikan, mulai dari pendidikan dasar, tinggi hingga advokasi,” pungkas PM Kamboja Hun Manet.

    Komunitas Muslim Kamboja

    Sebelumnya, Chairul Tanjung berbicara di hadapan sekitar 450 pemimpin dan komunitas muslim di Kamboja untuk menularkan ‘virus’ entrepreneurship. Soliditas masyarakat muslim Kamboja patut diacungi jempol.
    Sebab meski cuma berjumlah sekitar 850 ribu jiwa atau setara 5% dari total populasi 17 juta jiwa di Kamboja, mereka sangat solid dan power full. Bahkan banyak mengisi posisi strategis di pemerintahan, senat, parlemen hingga kepala provinsi di Kamboja.

    Sehingga harapannya, soliditas ini bisa lebih diperkuat dengan menciptakan ide-ide entrepreneurship bagi masyarakat muslim Kamboja.

    Chairul Tanjung berbagi ilmu kepada sekitar 450 pemimpin dan komunitas muslim Kamboja. Foto: Ardhi Suryadhi/detikcom

    “Jadi kalau secara jumlah, muslim itu mayoritas (di Asia Tenggara), termasuk di Indonesia. Tetapi menjadi minoritas dalam kontrol ekonomi,” ujar Chairul di hadapan audiens yang berasal dari anggota parlemen, senat, wakil Gubernur, pengusaha dan sejumlah elemen komunitas musilm dari berbagai provinsi di Kamboja tersebut.

    Ia pun menyinggung ada 5 ‘musuh bersama’ bagi masyarakat muslim sehingga sulit berkembang. Yakni kurangnya pengetahuan, kemiskinan, kesenjangan ekonomi, ketidaktahuan/tak ada kepedulian serta rasa malas!

    Lantas apa yang harus dilakukan? Pendidikan! Itulah jawaban utama resep mengubah nasib dalam hidup yang diyakini Chairul. Mulai dari akses, kualitas, fasilitas dan infrastruktur pendidikan hingga mengikuti perkembangan teknologi yang dianggap bakal jadi alat untuk mengubah nasib masyarakat muslim.

    “Pendidikan merupakan keyword untuk mendapatkan akses informasi yang luas serta bisa berkompetisi. Madrasah pun harus bisa bersaing dengan top universitas,” lanjut pria yang kerap disapa CT tersebut di acara yang digelar di Cambodia-Japan Cooperation Center (CJCC), Phnom Penh, Kamboja, Kamis (23/11/2024) tersebut.

    (ash/rrd)

  • CT Bicara ‘Mental Miskin & Resep Kaya’ ke Pemimpin & Komunitas Muslim Kamboja

    CT Bicara ‘Mental Miskin & Resep Kaya’ ke Pemimpin & Komunitas Muslim Kamboja

    Phnom Penh

    Pengusaha dan Founder CT Corp. Chairul Tanjung berbagi ilmu kepada sekitar 450 pemimpin dan komunitas muslim Kamboja. Ancaman ‘mental miskin’ sampai resep jadi pengusaha sukses diungkap dalam kesempatan ini.

    Mungkin tak ada yang menyangka jika Kamboja ternyata banyak dihuni masyarakat beragama Islam. Ditilik dari sejarahnya, mereka merupakan bagian dari kerajaan Champa dan saat ini sudah berjumlah sekitar 850 ribu jiwa atau setara 5% dari total populasi 17 juta jiwa di Kamboja.

    Meski minoritas, masyarakat muslim Kamboja begitu solid. Bahkan banyak mengisi posisi strategis di pemerintahan, senat, parlemen hingga kepala provinsi di Kamboja.

    Latar belakang ini pula yang membuat Chairul Tanjung terkesima dengan soliditas komunitas Islam Kamboja. Pasalnya, populasi muslim terbilang besar di Asia Tenggara, ada sekitar 253 juta atau 42% populasi yang tersebar di Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand hingga Kamboja. Sayangnya belum mendominasi daftar orang terkaya dan menjadi macan Asia di dunia usaha.

    Chairul Tanjung berbagi ilmu kepada sekitar 450 pemimpin dan komunitas muslim Kamboja. Foto: Ardhi Suryadhi/detikcom

    “Jadi kalau secara jumlah, muslim itu mayoritas (di Asia Tenggara), termasuk di Indonesia. Tetapi menjadi minoritas dalam kontrol ekonomi,” ujar Chairul di hadapan audiens yang berasal dari anggota parlemen, senat, wakil Gubernur, pengusaha dan sejumlah elemen komunitas musilm dari bergagai provinsi di Kamboja tersebut.

    Ia pun menyinggung ada 5 ‘musuh bersama’ bagi masyarakat muslim sehingga sulit berkembang. Yakni kurangnya pengetahuan, kemiskinan, kesenjangan ekonomi, ketidatahuan/tak ada kepedulian serta rasa malas!

    Lantas apa yang harus dilakukan? Pendidikan! Itulah jawaban utama resep mengubah nasib dalam hidup yang diyakini Chairul. Mulai dari akses, kualitas, fasilitas dan infrastruktur pendidikan hingga mengikuti perkembangan teknologi yang dianggap bakal jadi alat untuk mengubah nasib masyarakat muslim.

    “Pendidikan merupakan keyword untuk mendapatkan akses informasi yang luas serta bisa berkompetisi. Madrasah pun harus bisa bersaing dengan top universitas,” lanjut pria yang kerap disapa CT tersebut di acara yang digelar di Cambodia-Japan Cooperation Center (CJCC), Phnom Penh, Kamboja, Kamis (23/11/2024) tersebut.

    Dalam kesempatan itu, CT juga mewanti-wanti ‘mental miskin’ yang tanpa disadari jadi penghambat orang-orang untuk berkembang. Mulai dari dari pasrah terhadap keadaan, menanti perubahan tanpa ada upaya, memilih menyerah untuk menghindari konflik hingga tak peduli detail dengan hal-hal kecil.

    “Jadi kalau miskin jangan salahkan Tuhan, tapi salahkan dirimu sendiri karena mungkin kita belum bekerja lebih keras. Menyerah dan hindari konflik, itu memang budaya kita. Namun terkadang kita harus hadapi dan cari solusinya. Begitu pula kalau tidak menyentuh hal kecil, bagaimana bisa kita menjalankan hal besar. The devil is in the details, karena masalah akan muncul dari detail hal-hal kecil,” papar Chairul.

    Selain mental miskin, mental pengin serba cepat alias instan juga tantangan bagi dewasa ini, khusus bagi generasi muda. Misalnya pengin cepat kaya maka banyak yang mengambil salah jalan dengan cara korupsi, pengin bisnis mulus maka pakai cara menyogok serta cara-cara curang lainnya yang menghalalkan segala cara.

    Masalahnya, selain lewat jalur salah, cara ini tanpa disadari juga membuat mental orang tersebut menjadi dangkal. Karena tak melalui proses, kerja keras sehingga membentuk pola pikir, networking dan pribadi orang tersebut.

    “Mental pengin cepat instan ini tanpa disadari akan menjadi jebakan. Coba tengok proses kehidupan kupu-kupu. Dimana mereka memulai hidupnya dari kepompong, mereka berusaha keras keluar dari kepompong sendiri, sampai akhirnya berhasil dan menjadi cantik serta terbang bepergian bebas. Jadi jika kita ingin jadi sukses, harus kerja keras, karena kerja keras menciptakan proses untuk jadi lebih kuat dan semakin baik lagi,” lanjut Chairul.

    Untuk itu, ia selalu menggaungkan paradigma ICE (Innovation, Creativity & Entrepreneurship) yang harus dimiliki mereka yang mengubah nasib atau semakin sukses. Dulu paradigima efisiensi dan produktivitas pernah berhasil dijalankan Jepang di dunia industri, bahkan sampai mengontrol Amerika Serikat sebagai negara adidaya.

    Tapi sekarang efisiensi dan produktivitas tidaklah cukup, melainkan juga diperlukan terobosan inovasi, kreativitas tiada henti serta visi entrepreneur sehingga menjadikannya bisa unggul dengan pesaing. “Nah, untuk sampai titik itu (paradigma ICE-red.), dibutuhkanlah sumber daya manusia terbaik yang dihasilkan lewat pendidikan terbaik pula,” imbuhnya.

    Chairul Tanjung berbagi ilmu kepada sekitar 450 pemimpin dan komunitas muslim Kamboja. Foto: Ardhi Suryadhi/detikcom

    Jadi Pengusaha Gak Dosa!

    Masyarakat muslim pun dinilai Chairul punya potensi untuk sukses dan menjadi macan Asia Tenggara. Pasalnya populasi 253 juta jiwa itu menjadi modal utama, namun harus bersatu. Jangan malah terpecah belah. Konsep membangun bisnis ‘from us, by us, for us’ bisa menjadi modal untuk masyarakat muslim, termasuk bagi mereka yang menjadi minoritas di Kamboja.

    Hal ini pula yang sejatinya sudah terlihat dari masyarakat muslim Kamboja. Dimana mereka tinggal berkumpul berbasis dekat dengan masjid. Sehingga sepanjang 4 km di wilayah kampung muslim itu muncul usaha-usaha halal yang dimiliki, dijalankan serta diperuntukkan bagi masyarakat muslim di kota Phnom Penh, Kamboja.

    “Kolaborasi dengan memberdayakan jaringan komunitas muslim sangat penting, tak cuma melibatkan umat melainkan juga pemerintah, pengusaha atau pelaku bisnis serta ulama. Khusus soal ulama, saya juga berharap tak cuma memberi ceramah soal surga dan neraka tetapi juga bagaimana memberikan pemahaman serta dorongan agar umat bisa menjadi pengusaha. Karena dengan menjadi pengusaha bisa memberikan manfaat lebih besar kepada banyak orang. Toh, jadi pengusaha tidak melanggar ajaran agama kok, bahkan Nabi Muhammad SAW juga seorang pengusaha sejak muda,” tutur Chairul.

    Terlebih, ia percaya jika di suatu negara semakin banyak pengusaha maka akan memiliki kemampuan yang lebih besar dalam membangun negara. Sebab roda pertumbuhan ekonomi bisa digerakkan lewat geliat dunia usaha.

    “Saya sudah 43 tahun di dunia bisnis, dan telah melewati banyak makan asam garam hingga dalam posisi sekarang. Ini bukanlah proses instant, melainkan dipupuk dari pengalaman panjang. Saya pun bukan berasal dari keluarga berada, tetapi dari keluarga miskin, bahkan saya kecil tinggal di rumah sempit tanpa toilet di dalam rumah. Tapi jangan pasrah dengan keadaan dan terus mencari peluang, kerja keras dan tentunya berdoa setiap saat kepada Allah SWT untuk meminta bantuannya,” pungkas Chairul.

    Datuk Dr Othsman Hassan, Menteri Senior Kamboja yang mengundang dan menemani Chairul selama di Kamboja mengatakan, pemimpin dan komunitas Islam Kamboja mendapatkan kesempatan berharga dengan belajar langsung dari mantan Menteri Koordinator Perekonomian RI dan salah satu pengusaha muslim sukses Indonesia tersebut.

    Terlebih, Chairul sudah lebih dari 10 tahun lalu terakhir datang ke negeri yang populer dengan candi Angkor Wat tersebut. Kini, masyarakat muslim Kamboja terus berkembang dengan sudah semakin dipercaya duduk dalam posisi penting di pemerintahan Kamboja. Termasuk Datuk Dr Othsman sendiri yang menjadi kepercayaan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet, bahkan PM Kamboja sebelumnya Hun Sen.

    “Warga muslim Kamboja semakin lama terus berkembang sejak 300 tahun lalu yang berasal dari Kerajaan Champa. Dari awal kami sudah hidup berdampaingan dengan masyarakat Budha sebagai agama mayoritas di Kamboja, hingga akhirnya memiliki hak yang sama di masyarakat,” tutur Datuk Dr Othsman.

    “Saya berharap setelah berguru dengan Pak Chairul, masyarakat Islam di Kamboja jadi semakin menambah pengetahuan dan melecut ide atau pemikiran baru sehingga dapat berkembang lebih baik lagi,” tandasnya.

    (ash/rrd)

  • Pemerintah Mau Ampuni Pajak Orang Kaya, Simak Daftar Orang Terkaya RI!

    Pemerintah Mau Ampuni Pajak Orang Kaya, Simak Daftar Orang Terkaya RI!

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah tengah mewacanakan pengampunan pajak atau tax amnesty, yang pada dasarnya mengincar para konglomerat yang memiliki tunggakan besar. Lalu, siapa saja orang-orang kaya yang kemungkinan bisa mendapatkan tax amnesty?

    Berdasarkan data Forbes Real-Time Billionaires, sejumlah nama konglomerat masuk ke dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Saat ini, posisi orang terkaya di Indonesia di peringkat pertama ditempati oleh Prajogo Pangestu. 

    Prajogo Pangestu yang memiliki beberapa perusahaan di Bursa seperti PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN), hingga PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) memiliki kekayaan bersih sebesar US$46,6 miliar. Menurut Forbes, sumber kekayaan Prajogo Pangestu berasal dari bisnis petrokimia dan energi. 

    Orang terkaya selanjutnya adalah Low Tuck Kwong dengan jumlah kekayaan US$26,9 miliar. Konglomerat kelahiran Singapura ini mendapatkan kekayaannya dari bisnis batu bara. 

    Pada posisi selanjutnya orang terkaya Indonesia adalah Robert Budi Hartono dengan kekayaan US$24,8 miliar dan Michael Hartono dengan kekayaan US$23,8 miliar. Hartono bersaudara memiliki bisnis yang terdiversifikasi mulai dari bisnis perbankan hingga rokok. 

    Konglomerat selanjutnya adalah Sri Prakash Lohia dengan bisnis petrokimia. Forbes mencatat kekayaan Sri Prakash Lohia saat ini sebesar US$7,9 miliar. 

    Nama selanjutnya yang berada dalam daftar Forbes real-time billionaire adalah Agoes Projosasmito. Agoes tercatat memiliki kekayaan US$7 miliar yang berasal dari bisnis tambang dan investasi. 

    Kemudian, ada nama konglomerat Tahir dan keluarga dengan jumlah kekayaan US$5,8 miliar yang berasal dari berbagai macam bisnis.

    Nama mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian era SBY, Chairul Tanjung juga masuk ke dalam daftar orang terkaya Indonesia. Chairul Tanjung memiliki kekayaan sebesar US$5,1 miliar dari berbagai macam bisnisnya.

    Pada posisi ke-9, terdapat nama Dewi Kam, yang juga merupakan pemegang saham PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) selain Low Tuck Kwong. Dewi Kam memiliki kekayaan sebesar US$4,7 miliar. 

    Sementara itu, orang terkaya ke-10 di Indonesia adalah Djoko Susanto. Pemilik jaringan minimarket Alfamart ini diperkirakan Forbes memiliki kekayaan bersih sebesar US$4,2 miliar. 

    Selain nama-nama tersebut, terdapat pula nama seperti pemilik Grup Wilmar Martua Sitorus, Mochtar Riady dan keluarga dari Grup Lippo, Crazy Rich Surabaya Hermanto Tanoko, hingga Hary Tanoesoedibjo dalam daftar Forbes ini. 

    Sebagaimana diketahui, muncul wacana tax amnesty jilid III usai DPR resmi memasukkan RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11/2016 tentang Pengampunan Pajak alias tax amnesty ke dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas 2025.

    Meski tax amnesty berlaku untuk semua wajib pajak, pada dasarnya program tersebut lebih mengincar para konglomerat yang memiliki tunggakan pajak besar. 

    Pada saat pemerintahan pertama kali menerapkan tax amnesty pada 2016 misalnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada Ditjen Pajak lebih fokus mengejar para orang kaya, khususnya yang memiliki harta di luar negeri.

    Pemerintah bakal berkonsentrasi mengejar wajib pajak (WP) yang memiliki kekayaan kotor lebih dari Rp10 miliar atau WP yang melaporkan penghasilan di dalam SPT di atas Rp1 miliar per tahun.

  • Dinas Luar Negeri Prabowo Pecahkan Rekor Dibandingkan Jokowi dan SBY?

    Dinas Luar Negeri Prabowo Pecahkan Rekor Dibandingkan Jokowi dan SBY?

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden RI Prabowo Subianto saat ini tidak berada di Istana Kepresidenan, melainkan tengah dinas luar negeri untuk pertama kalinya sejak dilantik pada 20 Oktober silam. Benarkah kunjungan luar negeri Prabowo saat ini memecahkan rekor di era Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)?

    Berdasarkan keterangan dari pihak Istana, Prabowo dijadwalkan meninggalkan Tanah Air selama 16 hari untuk sejumlah kunjungan kenegaraan mulai dari China, Amerika Serikat, Brasil, dan Peru, dan Inggris.

    Kunjungan kerja Prabowo akan dimulai pada Jumat (8/11/2024) sampai dengan Minggu (24/11/2024).  Agenda Prabowo yang telah terjadwal di antaranya adalah akan melakukan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping, Presiden Amerika Serikat Joe Biden, menghadiri KTT APEC di Peru, hingga KTT G20 di Brasil.

    Negara pertama yang dikunjungi Prabowo Subianto adalah China. Prabowo bertemu langsung dengan Xi Jinping untuk menyaksikan perjanjian kerja sama (MoU) antara RI-China dengan nilai investasi sebesar US$10,07 miliar atau setara dengan Rp156,5 triliun. 

    Para pengusaha RI-China menyepakati sejumlah perjanjian kerja sama yang sejalan dengan program prioritas pemerintah, antara lain di bidang ketahanan pangan, ketahanan energi, hilirisasi 26 komoditas utama dalam negeri, serta di bidang pemajuan sains dan teknologi.

    Setelah dari China, Prabowo langsung terbang ke Washington DC, Amerika Serikat untuk bertemu langsung dengan Presiden Joe Biden. Didampingi sang putra Didit Hediprasetyo, Prabowo disambut merah oleh warga negara Indonesia (WNI) atau kaum diaspora RI yang berada di AS. 

    Kunjungan kerja selama 16 hari bukanlah waktu yang disingkat, khususnya bagi Presiden atau Kepala Negara. Prabowo pun menegaskan alasannya keluar negeri tak lain untuk menjalankan tugas negara. 

    “[Kunjungan luar negeri] Ini menunjukan bahwa Indonesia sangat dihormati dan Indonesia dirasakan perlu untuk diundang dan diadakan pertemuan-pertemuan bilateral dan multilateral membicarakan masalah penting bagi keadaan tidak hanya ekonomi tetapi geopolitik yang penuh ketegangan,” ujarnya kepada wartawan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (8/11/2024).

    Menurutnya, melalui lawatan ke banyak Negara tersebut menunjukkan bahwa peranan dan sikap Indonesia sangat ditunggu oleh banyak pihak. Sehingga, kehormatan tersebut harus dipelihara dengan baik dengan semua pihak.

    “Saya kira peranan Indonesia dan sikap Indonesia sangat ditunggu oleh banyak pihak. Ini kehormatan dan kita akan memelihara hubungan baik dengan semua pihak,” pungkas Prabowo.

    Perbesar

    Perbandingan Dinas Luar Negeri Prabowo, Jokowi, dan SBY 

    Saat ini, Prabowo tercatat menjalani perjalanan dinas luar negeri selama 16 hari. Lawatan tersebut dilakukan secara non-stop menggunakan pesawat Kepresidenan sehingga Prabowo dan jajaran menteri tidak perlu transit atau pulang ke Indonesia terlebih dahulu untuk menghadiri satu kunjungan ke kunjungan lain. 

    Berdasarkan informasi dari Istana, terdapat tiga kunjungan kehormatan, yaitu ke China, ke Amerika Serikat, dan ke Inggris. Selain itu, Prabowo juga akan mengahdiri dua Konferensi Tingkat Tilggi (KTT), yakni APEC di Peru dan G20 di Brasil.

    Selain Prabowo, Presiden RI dengan periode kunjungan luar negeri terlama dipegang oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY. Presiden ke-6 RI tersebut tercatat melakukan lawatan terakhir ke luar negeri ke beberapa negara, yaitu Portugal, AS, dan Jepang yang dilaksanakan pada 18 September hingga 1 Oktober 2024. 

    SBY bahkan mengakui bahwa kunjungan tersebut merupakan yang terpanjang dari segi waktu 12 hari selama 10 tahun memimpin Indonesia.

    “Karena ada tiga kegiatan bilateral yang kami lakukan yaitu di Portugal, di Amerika dan di Jepang, dan tidak kalah pentingnya tugas multilateral di New York di markas besar PBB,” kata SBY seperti dikutip dari Antara. 

    Didampingi mendiang Ibu Ani Yudhoyono, keberangkatan SBY saat itu diantar Wakil Presiden Boediono dan presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi), didampingi sejumlah menteri di antaranya Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung dan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.

    Berbeda dengan Prabowo dan SBY, Presiden ke-7 RI Jokowi bisa dikatakan paling jarang melakukan kunjungan atau dinas luar negeri. Mengacu pada data, Jokowi tercatat hanya melaksanakan 44 kali kunjungan ke luar negeri selama satu dekade memimpin RI. 

    Periode dinas luar negeri terlama yang dilaksanakan Jokowi terjadi pada 2016 atau periode pertama pemerintahannya sebagai Presiden. Saat itu, Jokowi melakukan lawatan ke Eropa tepatnya pada 17-23 April 2016. Jokowi mengunjungi empat negara, yaitu Jerman, Inggris, Belgia, dan Belanda. 

    Dalam kunjungan tersebut, Jokowi bertemu dengan Presiden Jerman Joachim Gauck dan kanselir Jerman Angela Merkel, PM Britania David Cameron, Pemimpin UE Martin Schulz, Donald Tusk, dan Jean-Claude Juncker, serta PM Belanda Mark Rutte.

  • CT Resmikan Trans Medical Klinik Pratama Cabang Kedua, Terima BPJS

    CT Resmikan Trans Medical Klinik Pratama Cabang Kedua, Terima BPJS

    Jakarta, CNBC Indonesia – Chairman sekaligus Founder CT Corp Chairul Tanjung resmikan Trans Medical Klinik Pratama cabang kedua yang berlokasi di Transmall Cibubur, Jumat (8/11).

    Direktur utama Trans Medical Klinik Pratama Radito Soesantoso menyebut keberadaan klinik ini dibuat tidak hanya untuk melayani karyawan CT Corp, namun juga masyarakat sekitar.

    Bagusnya lagi, klinik ini juga menerima pasien BPJS dan bekerjasama juga dengan puskesmas sekitar.

  • CT Buka Gerai Groserindo, Fokus Jaring Pelanggan UMKM

    CT Buka Gerai Groserindo, Fokus Jaring Pelanggan UMKM

    Jakarta

    PT Trans Retail Indonesia membuka konsep bisnis baru berupa pusat grosir bernama Groserindo dengan gerai pertamanya yang berlokasi di Komp. Billy Moon, Jl. Raya Kalimalang No. 1 Blok D-E, Duren Sawit, Jakarta Timur.

    Gerai pertama Groserindo ini resmi dibuka hari ini, Jumat (8/11/2024) oleh Founder and Chairman CT Corp Chairul Tanjung bersama President Director & CEO PT Trans Retail Indonesia Shafie Shamsuddin, Direktur Groserindo Edo Wikar, serta Ketua Umum Kadin Jakarta Diana Dewi.

    Peresmian gerai pertama ini dilakukan secara simbolis melalui pemotongan tumpeng kemudian dilanjutkan dengan potong pita, yang keduanya dilakukan langsung oleh Chairul Tanjung bersama tamu undangan lainnya.

    “Ini adalah Groserindo Kalimalang yang pertama kita bangunkan. Ini adalah pusat grosir di mana kita fokus kepada customer-customer khususnya UMKM dan juga customer-customer warung, pemilik laundry, pemilik F&B itu bisa juga belanja di tempat kita Groserindo,” kata President Director & CEO PT Trans Retail Indonesia Shafie Shamsuddin.

    CT Buka Groserindo di Kalimalang Foto: Ignacio Geordi Oswaldo

    Tak lupa Chairul Tanjung juga menyempatkan diri untuk berkeliling gerai pertama Groserindo ini. Sesekali ia terhenti untuk melihat-lihat produk apa saja yang dijual serta berbincang-bincang dengan para staff di sana.

    Berbeda dengan pusat grosir lainnya, Shafie menjelaskan Groserindo berinovasi dengan berkolaborasi dan terintegrasi sejumlah layanan e-commerce seperti Grab, Allo Fresh, efishery, dan Bukalapak. Sehingga pusat grosir ini dapat memberi layanan secara online.

    Lebih lanjut ia mengatakan Groserindo juga terkoneksi dengan ekosistem usaha Trans Retail lainnya melalui layanan Membership, Points & Coupon (MPC). Melalui layanan keanggotaan itu pelanggan bisa mendapat poin yang tentunya dapat digunakan untuk pembelajaran di ekosistem Trans Retail.

    Terakhir, ia meyakinkan bahwa Groserindo merupakan pusat grosir dengan harga kompetitif. Dengan begitu pelanggan bisa mendapatkan keuntungan lebih saat berbelanja di pusat grosir ini.

    CT Buka Groserindo Foto: Ignacio Geordi Oswaldo

    Saksikan juga video: Hadiri Ultah Anita Ratnasari, Hendropriyono Sebut CT ARSA Terbukti Cemerlang

    (fdl/fdl)

  • Bahas Gen-Z, Putri Tanjung Pembicara Termuda dalam Sejarah Nikkei Forum Global Management

    Bahas Gen-Z, Putri Tanjung Pembicara Termuda dalam Sejarah Nikkei Forum Global Management

    Jakarta

    Putri Tanjung, Komisaris CT Corp, mendapat kehormatan menjadi pembicara dalam NIKKEI FORUM 26th Global Management Dialogue di Tokyo, Jepang, pada 28-29 Oktober 2024.

    Putri dalam forum ini tidak hanya mewakili Indonesia, tetapi juga ASEAN sebagai satu-satunya perwakilan Gen-Z dan pembicara termuda sepanjang sejarah forum bergengsi ini.

    Acara yang berlangsung di Imperial Hotel, Tokyo, Jepang, mengusung tema “Seize the Tide, Lead the Change,” dan dihadiri ratusan eksekutif global, termasuk CEO Microsoft Japan, President & CEO Hyundai Motor, dan CEO Inditex Group. Putri menjadi salah satu dari tiga pembicara perempuan di antara para pemimpin bisnis dunia, menyuarakan pandangan Gen-Z sebagai pasar yang berpengaruh.

    Dalam sesi “Decoding Gen-Z,” Putri berada satu panel dengan Mai Shin, Presiden GENDA Japan yang berbagi wawasan tentang cara memahami perilaku Gen-Z, terutama sebagai target pasar yang dinamis.

    Putri membahas kesuksesan AlloBank Festival yang berhasil menarik jutaan Gen-Z menjadi nasabah. Menyoroti pentingnya tentang orisinalitas, ia berkata,

    “Banyak perusahaan keliru memperlakukan Gen Z seperti konsumen lain. Authenticity itu penting, Gen Z dapat melihat saat suatu brand hanya mengejar tren tanpa ketulusan,” ujar Putri Tanjung dalam keterangan tertulis, Sabtu (1/11/2024).

    Putri juga menekankan pentingnya perusahaan menyeimbangkan antara karakter Gen-Z yang mampu bergerak cepat dan efisien (agile) dengan sikap konsisten mencapai hasil yang ditetapkan.

    “Gen-Z adalah generasi yang Agile, tetapi penting bagi perusahaan untuk menyeimbangkannya dengan menanamkan konsistensi agar mereka tetap fokus dan dapat mencapai hasil yang diharapkan, dan tidak hanya sebagai agen perubahan tetapi juga sebagai pemimpin masa depan,” papar Putri Founder and Chairman CT Corp Chairul Tanjung ini.

    NIKKEI FORUM Global Management Dialogue merupakan forum CEO terbesar di Asia dan acara paling bergengsi yang diselenggarakan setiap tahun pada musim gugur oleh Nikkei Inc., media bisnis terkemuka Jepang.

    Forum ini memberikan wawasan terbaru tentang strategi bisnis di era transformasi digital dan rantai pasokan global dengan mempertemukan para pemimpin bisnis dunia untuk berbagi perspektif dari berbagai sektor industri.

    (hns/hns)