Tag: Cakraningrat

  • Konflik Tahta di Kraton Solo dan Sejarah Panjang Perang Suksesi di Jantung Jawa

    Konflik Tahta di Kraton Solo dan Sejarah Panjang Perang Suksesi di Jantung Jawa

    Bisnis.com, JAKARTA — Konflik tahta Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat semakin memanas. Dua putra almarhum Pakubuwono ke XIII yakni putra mahkota KGAA Hamangkunegoro dan KGPH Hangebehi (dulu bernama Mangkubumi), saling mengklaim sebagai pewaris sah tahta kraton pecahan Kasultanan Mataram Islam tersebut. 

    Kubu Putra Mahkota bahkan telah merencanakan untuk menggelar acara penobatan alias jumenengan pada Sabtu (15/11/2025) mendatang. Sebaliknya, dengan didukung oleh putra putri Pakubuwono XII, termasuk Mahamentri Tedjowulan, Mangkubumi atau Hangebehi telah mendeklarasikan diri sebagai Pakubuwono ke XIV. Gelar yang menandakan sebagai penguasa Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. 

    Acara deklarasi Hangebehi sebagai Pakubuwono XIV berlangsung pada Kamis (13/11/2025). Video yang beredar di platform media sosial merekam detik-detik pelantikan tersebut. Saling klaim antara dua putra PB XIII, ini menambah daftar panjang ontran-ontran di Kraton Solo.

    Kalau merunut sejarah, keberadaan Kasunanan Surakarta juga tidak bisa dilepaskan dari episode perang suksesi di antara penurus Wangsa Mataram. Episode perang itu dikenal sebagai perang suksesi Jawa 1, Perang Suksesi Jawa 2 dan Perang Suksesi Jawa 3. Perang yang terakhir kemudian menjadi akhir dari Kasultanan Mataram. Negara dibagi dua, Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat.

    Asal-usul Gelar Pakubuwono 

    Gelar Pakubuwono sendiri telah berumur panjang dan mewakili periode yang penuh darah dalam sejarah Jawa. Gelar Pakubuwana I, pertama kali digunakan oleh Pangeran Puger, seorang putra dari Amangkurat I yang otomatis cucu dari Sultan Agung. Sultan Agung adalah raja paling ekspansif dan berhasil menaklukkan sebagian besar Pulau Jawa.

    Asal-usul nama Pakubuwono I sendiri tidak bisa dilepaskan dari geger pemberontakan Pangeran Madura, Trunojoyo yang dibantu oleh gerombolan dari Makassar dan kalangan dari Jawa lainnya yang tidak puas dengan kepemimpinan Amangkurat I. Singkat cerita, Trunojoyo berhasil menguasai Kraton Pleret dan menjarah isinya. Mataram untuk pertama kalinya jatuh.

    Sejak pecahnya Pemberontakan Trunojoyo, kendati kemudian berhasil ditumpas dengan bantuan VOC, Jawa tidak lagi menjadi negara yang ekspansif. Para elite kraton berebut kekuasaan. Kondisi politik tidak stabil. Intervensi VOC juga semakin kuat. Gonta-ganti kekuasaan sering terjadi, termasuk ketika Pangeran Puger akhirnya mendeklarasikan diri sebagai penguasa Mataram dengan gelar Pakubuwono I.

    Pakubuwono I naik tahta setelah berhasil menyingkirkan keponakannya bergelar Amangkurat III. Setelah tersingkir dari kraton Kartasura, Amangkurat III kemudian melarikan diri dan kalau menurut sejumlah catatan sejarah, termasuk versi MC Ricklefs, bergabung dengan kelompok Untung Surapati. Dia sendiri akhirnya tertangkap dan diasingkan ke Sri Lanka.

    Adapun Pakubuwono I memimpin Mataram kurang lebih dari 15 tahun. Dia mulai berupaya menstabilkan kekuasaan Mataram yang terus dilanda peperangan antar faksi politik. Setelah mangkat, Pakubuwana I digantikan oleh putranya bernama Raden Mas Suryaputra.

    Menariknya, penerus tahta Pakubuwono I tidak menggunakan gelar tersebut, melainkan memilih gelar sebagai Amangkurat IV. Kelak penerus Amangkurat IV memakai gelar Pakubuwono. Putranya memutuskan untuk menggelar Pakubuwono II. Pada masa Pakubuwono II, pemberontakan terjadi di mana-mana. Dia juga sangat dekat dengan VOC dan menyerahkan wilayah pesisir kepada kelompok dagang Belanda tersebut. 

    Pakubuwana II dan Terpecahnya Mataram 

    Pakubuwana II dalam sejarah digambarkan raja yang tidak memiliki pendirian. Awalnya, Pakubuwana II bersimpati terhadap aksi perlawanan bangsa China dan Jawa terhadap hegemoni VOC. Tetapi kolaborasi antara VOC dengan penguasa Madura, Cakraningrat IV, telah memupus ambisi raja Jawa itu. Perlawanan China-Jawa, mulai berhasil dipatahkan. Pakubuwana kemudian berbalik arah. Dia menarik diri dari perang anti-VOC. Meski demikian, perlawanan terus berlangsung. 

    M.C Ricklefs (2008) dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 menulis sikap Pakubuwana II memicu beribu-ribu orang Jawa yang telah bergabung dengan orang-orang China, menaruh curiga terhadap sikap raja. Kecurigaan itu menguat setelah Pakubuwana II menjalin lagi persahabatan dengan Belanda. 

    Perlawanan semakin terkonsolidasi. Posisi pasukan Jawa-China kian kuat. Mereka mengangkat Raden Mas Garendi yang masih berusia 12 tahun, sebagai susuhunan baru pada tahun 1742. Para pangeran Jawa juga bergabung dengan pasukan perlawanan yang anti-VOC dan anti-Pakubuwana II. 

    Puncak dari kekacauan politik itu, ibu kota Mataram di istana Kartasura takluk. Dinding istana jebol. Pakubuwana II dan sekutunya dari Belanda, Kapten Johan Andriess Baron Van Hohendorff, lari tunggang langgang. Van Hohendorff adalah tentara Belanda yang diutus ke istana Kartasura untuk bernegosiasi dengan Pakubuwana beberapa waktu sebelum kejatuhan Kartasura.

    Mereka lari ke arah timur, bersembunyi dari kejaran pasukan koalisi Jawa-China, tepatnya di wilayah Panaraga. Ricklefs mencatat nasib Pakubuwana semakin terkatung-katung.  Apalagi dia ditinggal Van Hohendorff lari ke wilayah pesisir. Meski demikian, Pakubuwana II yang terusir dari istana, tetap meminta bantuan dari Belanda untuk mengembalikan tahtanya.

    Ricklefs (2002) dalam buku Yogyakarta di Bawah Sultan Mangkubumi 1749-1792: Sejarah Pembagian Jawa menulis bahwa Pakubuwana II menjanjikan kepada kompeni, untuk menentukan pejabat dan menguasai wilayah pesisir. Sejarawan De Graaf, yang juga telah banyak menulis sejarah tentang pasang surut Kraton Mataram, menggambarkan bahwa tawaran dari Pakubuwana II itu “terdengar bagaikan musik bagi telinga Batavia.”

    Tawaran itu merupakan awal dari tercabik-cabiknya kedaulatan Mataram. Kompeni tentu menyambut dengan tangan terbuka permintaan Pakubuwana II. Mereka kemudian membantu Pakubuwana mengembalikan tahtanya. Pasukan koalisi Jawa-China berhasil ditumpas. Para pemimpinnya kemudian diasingkan, ada yang dibuang ke Sri Lanka. VOC mulai bercokol ke wilayah Pesisir dan membangun sejumlah pusat komunitas di sana.

    Pindah Ibu Kota dan Terpecahnya Mataram 

    Kembalinya Pakubuwono II ke tampuk kekuasaan juga ditandai dengan peralihan pusat pemerintahan Mataram. MC Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Pakubuwono II memutuskan untuk meninggalkan Kartasura dan memilih penggantinya 12 kilometer dari Sungai Sala. Wilayah itu kemudian dikenal sebagai Kota Surakarta atau Solo.

    “Dia mendirikan sebuah istana baru, Surakarta, yang nantinya didiami oleh keturunannya,” tulis Ricklefs.

    Pemindahan istana raja dari Kartasura ke Surakarta menjadi bukti bahwa ide memindahkan pusat kekuasaan bukan pertama kali terjadi dalam sejarah Indonesia. Pada era klasik atau era kerajaan, pemindahan pusat kerajaan bahkan terjadi berkali-kali. 

    Umumnya pemindahan itu berkaitan dengan peristiwa besar. Pada masa Medang atau Mataram Kuno, misalnya, pemindahan pusat kerajaan terjadi karena Pralaya atau bencana besar. Sedangkan pada masa Mataram Islam, pemindahan ibu kota biasanya terjadi karena adanya geger, perang, dan konflik antar anggota dinasti. Salah satu episodenya adalah perang suksesi yang memicu pemindahan ibu kota Mataram dari Kartasura ke Surakarta (Solo).

    Namun demikian, pemindahan ibu kota tidak selamanya menghilangkan konflik. Kasus Mataram dan pemindahan istana raja dari Kartasura ke Surakarta, rupanya tidak benar-benar menghentikan pertumpahan darah. Raden Mas Said, kelak bergelar Mangkunegara I, dan para pangeran Jawa lainnya tetap melakukan perlawanan.

    Pakubuwono II yang terjepit dan lemah menganggap perlawanan Mas Said sebagai ancaman. Namun upaya berupaya meredam perlawanan tidak banyak menghasilkan kemajuan. Ricklefs mencatat bahwa, Raja kemudian membuat sayembara kepada siapapun yang berhasil mengusir Mas Said dari daerah Sukowati (Sragen), akan diberi hadiah berupa tanah sejumlah 3.000 cacah.

    Pangeran Mangkubumi, kelak Sultan Hamengkubuwono I, menerima sayembara dari Raja. Dia bersama pasukannya bergerak ke Sukowati. Terjadi pertempuran antara pasukan Mangkubumi dengan Raden Mas Said. Mangkubumi menang dan berhasil mengusir pasukan Mas Said dari daerah tersebut. Dia kemudian menagih janji Pakubuwono II. 

    Namun janji tinggal janji. Pakubuwono II termakan bujuk rayu dari Patih Pringgalaya musuh bebuyutan Mangkubumi. Dia batal memberikan tanah 3.000 cacah ke Mangkubumi.

    Mangkubumi yang marah memimpin pasukannya berjumlah 13.000 prajurit, termasuk 2.500 pasukan kavaleri melakukan perlawanan. Dia memerangi Pakubuwono II dan VOC. Perang suksesi Jawa jilid ke III pecah. Namun di tengah peperangan, Pakubuwono II meninggal dunia. Raja penggantinya, Pakubuwana III harus menghadapi aksi pemberontakan Mangkubumi dan Mas Said.

    Perjanjian Giyanti dan Akhir Mataram Islam

    Perang dengan Mangkubumi berakhir setelah ditandatanganinya Perjanjian Giyanti pada 1755.

    Perang Suksesi Jawa III menjadi penanda pecahnya Jawa. Mataram Islam bubar. Wilayah yang dikuasai Pakubuwono III disebut sebagai Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Sedangkan wilayah Pangeran Mangkubumi dikenal sebagai Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Mangkubumi kemudian memiliki gelar sebagai Sultan Hamengkubuwono I. 

    Sejak saat itu Jawa diperintah oleh dua raja. Sultan di Yogyakarta dan Pakubuwono di Surakarta. Meski demikian, dalam episode selanjutnya, dua pecahan kekuasaan Mataram itu masih harus terbagi. Mas Said masih memberontak dan baru menyerah pada tahun 1757. Dua tahun setelah Perjanjian Giyanti. Dia memperoleh sebagian wilayah Kasunanan Surakarta. Dia kemudian bergelar Mangkunegara I.

    Kasultanan Yogyakarta juga mengalami nasib serupa. Pada era penjajahan Inggris di bawah Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles 1811-1816, sebagian wilayah Yogyakarta kemudian dihadiahkan kepada Pangeran Notokusumo yang bergelar Paku Alam I. Wilayahnya disebut sebagai Pakualaman. Munculnya Pakualaman adalah konsekuensi dari konflik antara Sultan Hamengkubuwono II dengan penguasa Inggris, Raffles.

  • Kasus Pembobolan Laundry Ungkap Pencurian Koleksi Museum Cakraningrat Bangkalan

    Kasus Pembobolan Laundry Ungkap Pencurian Koleksi Museum Cakraningrat Bangkalan

    Liputan6.com, Bangkalan – Keberhasilan polisi dari Unit Resmob Satreskrim Polres Bangkalan menggagalkan upaya pencurian di sebuah usaha laundry, justru menguak kasus yang lebih besar, yaitu pencurian koleksi bersejarah milik Museum Cakraningrat.

    Satu dari dua pencuri yang ditangkap, ternyata adalah pelaku pencurian puluhan artefak di Museum Cakraningrat.

    Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Bangkalan, Ajun Komisaris Hafid Dian Maulidi menceritakan peristiwa pembobol usaha laundry terjadi Rabu dini hari (22/10/2025).

    Malam itu, tim Resmob sedang berpatroli di kawasan Jalan Jokotole, Kelurahan Kraton dan menjumpai aktivitas mencurigakan dua orang pria yang tengah membobol sebuah toko.

    “Saat dihampiri petugas, pelaku sempat melarikan diri, tapi berhasil kami tangkap,” kata Hafid, Kamis (23/10/2025).

    Salah satu pelaku yang tertangkap adalah Herman Taufik (40). Polisi kemudian menggeledahan rumahnya. Di sanalah poliai menemukan sejumlah piring keramik antik yang ternyata bukan barang biasa.

    Setelah ditelusuri, piring-piring itu adalah bagian dari koleksi Museum Cakraningrat yang hilang beberapa waktu sebelumnya.

    “Piring tersebut merupakan peninggalan Dinasti Ming, dan termasuk dalam daftar benda bersejarah yang dilaporkan hilang,” kata Hafid.

     

  • Tarif Transjatim Gratis di Hari Santri, Penumpang: Alhamdulillah
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        22 Oktober 2025

    Tarif Transjatim Gratis di Hari Santri, Penumpang: Alhamdulillah Surabaya 22 Oktober 2025

    Tarif Transjatim Gratis di Hari Santri, Penumpang: Alhamdulillah
    Tim Redaksi
    BANGKALAN, KOMPAS.com
    – Tarif bus Transjatim digratiskan pada peringatan Hari Santri Nasional (HSN) hari ini, Rabu (22/10/2025).
    Pramugari bus Transjatim Cakraningrat, Dewi Sulistya Harfani mengatakan, penggratisan tarif bus berlaku satu hari penuh, mulai pagi hingga malam atau akhir pemberangkatan.
    “Iya betul, dalam memperingati hari santri, tarif bus hari ini digratiskan,” ujarnya.
    Ia mengaku, penggratisan tarif tak hanya berlaku untuk santri, namun juga bagi pelajar dan masyarakat umum.
    “Semuanya penumpang baik dari santri, umum dan pelajar. Semuanya gratis,” imbuhnya.
    Meski begitu, saat ini belum ada lonjakan penumpang di Terminal Bangkalan. Ia memperkirakan, kenaikan penumpang terjadi siang hari nanti.
    “Kalau pagi masih belum begitu ramai ya, nanti biasanya agak siang sudah mulai banyak,” jelasnya.
    Salah satu penumpang, Farah Indana mengaku tak mengetahui bahwa tarif TransJatim hari ini digratiskan. Ia mengaku menggunakan bus TransJatim ke Surabaya untuk menjenguk saudaranya.
    “Memang kebetulan mau ke Surabaya. Justru saya tidak tahu kalau gratis. Ya, alhamdulillah kalau gratis,” tuturnya.
    Berbeda dari Farah, penumpang lain, Gafur mengatakan mengetahui informasi tarif gratis itu dari media sosial TransJatim.
    “Lihat di Instagram TransJatim hari ini gratis. Ya, kebetulan memang saya hari ini ada keperluan mau ke Malang, jadi ke Surabaya naik TransJatim setelah itu naik bus lain di Terminal Purabaya,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bazis Jakarta Utara targetkan bedah rumah 48 unit tahun ini

    Bazis Jakarta Utara targetkan bedah rumah 48 unit tahun ini

    Jakarta (ANTARA) – Badan Amil Zakat Nasional (Baznas/Bazis) Jakarta Utara menargetkan, sasaran Program Bedah Rumah di daerah itu tahun ini adalah 48 unit.

    “Untuk tahun 2025 ini, kami menargetkan sebanyak 48 rumah. Untuk rumah Bu Sumarsih ini merupakan rumah ke-24 yang sudah kami bangun,” kata Koordinator Wilayah Baznas (Bazis) Jakarta Utara, Wisnu Cakraningrat di sela pemberian kunci rumah Bu Sumarsih setelah selesai ikut Bedah Rumah, Rabu.

    Ia mengatakan bedah rumah ini merupakan program rutin yang dilaksanakan oleh Baznas (Bazis) Provinsi DKI Jakarta.

    Ia menjelaskan setiap rumah mendapat alokasi anggaran sekitar Rp55 juta.

    Wakil Wali Kota Jakarta Utara Juaini Yusuf menyatakan program bedah rumah sebagai bentuk perhatian pemerintah kepada warga kurang mampu yang ada di daerah setempat sehingga dapat memiliki rumah layak huni.

    “Kami berharap rumah baru ini bisa membawa kenyamanan, kesehatan, dan semangat baru bagi ibu dan anak-anak,” kata Juaini.

    Ia menambahkan, pemerintah kota akan terus mendukung program-program sosial yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.

    “Kami ingin memastikan warga Jakarta Utara bisa tinggal di rumah yang layak, karena rumah adalah pondasi kebahagiaan keluarga,” katanya.

    Dirinya berharap rumah baru ini bukan sekadar bangunan, melainkan harapan baru yakni sebuah tempat yang memberi rasa aman, nyaman, sekaligus semangat untuk terus berjuang demi masa depan anak-anaknya.

    “Semoga usaha nasi uduk Bu Sumarsih juga semakin lancar dan membawa rezeki yang berkah,” kata dia.

    Program cepat

    Sumarsih adalah warga Jalan Marunda Pulo, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.

    Sumarsih yang berstatus janda dua anak ini, sehari-hari menjual nasi uduk di depan situs sejarah Marunda Rumah Si Pitung. Rumahnya seluas 42 meter persegi yang sebelumnya tak layak huni.

    “Alhamdulillah, bersyukur sekali, serasa mimpi dan dulu saya kerap kebanjiran, kayu reyot dan kadang ada tikus, kini sudah menjadi bangunan bagus dan layak,” katanya.

    Ia mengaku sudah tinggal di Marunda Pulo hampir 15 tahun dan rumah didapatkan dari uang pesangon pemutusan hubungan kerja (PHK) pabrik garmen yang telah ditekuninya selama sepuluh tahun.

    Namun, rumah sederhana itu lama-kelamaan rusak dan tak layak huni.

    Ia mengatakan pada awal Juni 2025 dirinya mendapatkan kunjungan dari jajaran Kelurahan, Sudin Sosial Jakarta Utara dan Baznas Bazis yang melakukan survei dan diinformasikan pertengahan Juni 2025 akan direnovasi.

    “Cepat sekali, sekitar satu bulan renovasi dan hari ini sudah selesai,” katanya.

    Pewarta: Mario Sofia Nasution
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kartini Zaman Now, Dalang Perempuan Yogya Gaungkan Wayang Kulit

    Kartini Zaman Now, Dalang Perempuan Yogya Gaungkan Wayang Kulit

    Yogyakarta, Beritasatu.com – Pepatah “buah jatuh tak jauh dari pohonnya” tampaknya sangat tepat untuk menggambarkan sosok Rizki Rahma Nur Wahyuni, atau yang akrab disapa Rahma. Di momen peringatan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April, profesinya sebagai dalang perempuan menjadi sorotan, mengingat profesi tersebut umumnya dijalani oleh laki-laki.

    Rahma mengaku mengikuti jejak sang ayah, Ki Sigit Manggala Saputra, yang juga berprofesi sebagai dalang. Sejak duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar (SD), Rahma telah mulai mengasah kemampuannya dalam dunia pedalangan di bawah bimbingan langsung sang ayah.

    “Ayah saya seorang dalang, jadi sejak kecil saya sudah sangat akrab dengan dunia wayang kulit. Waktu itu, saat kelas tiga SD, saya sudah ingin belajar menjadi dalang dan langsung diajari oleh bapak,” ungkap Rahma, Senin (21/4/2025).

    Dalang perempuan kelahiran pada 1995 ini memainkan wayang Gagrak Ngayogyakarto atau yang dikenal dengan pakem klasik. Dalam pertunjukannya, Rahma sering membawakan cerita-cerita klasik, seperti Hanoman Duta dan Wahyu Cakraningrat.

    Menjadi seorang dalang perempuan tentu bukan hal yang lazim dalam dunia pewayangan yang selama ini didominasi laki-laki. Namun, justru itulah yang menjadi keunikan dan semangat Rahma untuk tetap konsisten dalam melestarikan seni budaya ini.

    Rahma adalah dalang perempuan asal Yogyakarta. – (Beritasatu.com/Olena Wibisana)

    “Yang membuat saya bertahan di dunia pewayangan adalah karena saya perempuan. Dalang identik dengan laki-laki, jadi keberadaan saya membawa warna baru dalam tradisi ini,” kata perempuan asal Yogyakarta ini.

    Di tengah tantangan era digital, Rahma tidak menyerah. Ia justru memanfaatkan teknologi untuk memperkenalkan wayang kulit ke generasi muda.

    Untuk melestarikan wayang, ia mengikuti berbagai pementasan yang dibagikan melalui media sosial (medsos) dan kanal YouTube, agar lebih mudah diakses oleh masyarakat luas.

    “Sekarang pertunjukan wayang sudah bisa disaksikan di YouTube dan media sosial lainnya,” tutur Rahma.

  • Arus Balik, TransJatim Cakraningrat Dipadati Penumpang

    Arus Balik, TransJatim Cakraningrat Dipadati Penumpang

    Bangkalan (beritajatim.com) – Bus Transjatim Koridor V atau Cakraningrat dipadati penumpang. Bahkan, penumpang membludak di sejumlah shelter.

    Salah satu pemudik yakni Hotimah mengatakan dirinya tiba di shelter bus sejak pukul 09.00 pagi. Saat tiba di shelter RSUD Bangkalan 2, sejumlah pemudik memadati tempat Itu.

    “Padat sekali tadi. Bahkan beberapa penumpang menunggu dan belum kunjung naik ke bus,” ujarnya, Kamis (3/4/2025).

    Ia mengatakan, belum naiknya penumpang diakibatkan penuhnya transportasi tersebut. Bahkan, meski bus berhenti di shelter hanya bisa mengangkut beberapa penumpang.

    “Tadi membludak sekali. Tadi bus berhenti hanya yang diangkut 3 sampai 4 orang saja karena busnya memang sudah penuh dari pemberhentian sebelumnya,” imbuhnya.

    Akibatnya, Hotimah memilih naik transportasi yang ia pesan secara online. Sebab, ia khawatir tak kunjung bisa naik bus sebab antrian di halte cukup banyak.

    “Tadi saya hendak ke stasiun. Saya akhirnya naik ojek online karena takut ketinggalan kereta kalau nunggu bus,” pungkasnya. [sar/but]

  • Baznas salurkan 2.376 paket sembako kepada yatim-dhuafa di Jakut

    Baznas salurkan 2.376 paket sembako kepada yatim-dhuafa di Jakut

    Jakarta (ANTARA) – Badan Amil Zakat Nasional (Baznas)/Badan Zakat Infak dan Sedekah (Bazis) Kota Jakarta Utara menyalurkan 2.736 paket sembako kepada anak yatim, dhuafa, marbot, guru ngaji, dan guru TPA/TPQ dalam kegiatan Santunan Ramadhan 1446 Hijriah.

    “Kegiatan ini merupakan hasil pengumpulan zakat infak dan sedekah yang berasal dari masyarakat, ASN, dan perusahaan yang dihimpun oleh Baznas (Bazis) Jakut,” kata Wali Kota Jakarta Utara, Ali Maulana Hakim di Jakarta, Jumat.

    Ia mengatakan zakat, infak dan sedekah ini disalurkan melalui program pemberdayaan dalam program santunan Ramadhan.

    “Alhamdulillah hari ini zakat, infak, dan sedekah yang dikumpulkan bisa langsung disalurkan,” ujarnya.

    Sementara itu, Koordinator Wilayah Baznas/Bazis Jakarta Utara, Wisnu Cakraningrat mengatakan santunan Ramadhan termasuk program rutin Baznas/Bazis bersama dengan Pemkot Jakut.

    Pihaknya dan Pemkot Jakut akan terus memperkuat kebersamaan dan membangun tali kasih kepada masyarakat.

    “Semoga bantuan ini bisa bermanfaat dan menjadi berkah bagi semuanya,” kata Wisnu.

    Pewarta: Mario Sofia Nasution
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Aksi Kejahatan Meningkat di Suramadu

    Aksi Kejahatan Meningkat di Suramadu

    Bangkalan (beritajatim.com) – Seorang pengendara motor yang melintas di Jalan Raya Petapan atau akses Jembatan Suramadu jatuh di jalan raya setelah dipepet seorang jambret yang hendak merebut tas korban.

    Kapolres Bangkalan, AKBP Hendro Sukmono mengatakan, aksi penjambretan itu terjadi tadi malam di akses Jembatan Suramadu. Kejadian itu terekam kamera cctv bus Transjatim Cakraningrat.

    “Kejadian itu terekam oleh pengemudi bus Transjatim. Kami akan melakukan koordinasi dengan pihak bus untuk menyelidiki kasus ini,” ujarnya, Senin (24/3/2025).

    Ia menjelaskan, dari cctv itu nantinya petugas akan melakukan pemeriksaan lebih dalam. Sebab video itu merekam korban saat melintas hingga pelaku melakukan aksinya.

    Hendro mengaku, sampai saat ini belum bisa menghubungi korban. Apalagi, korban belum melapor ke polisi. Ia berharap, korban segera menghubungi petugas dengan datang ke kantor polisi maupun menghubungi 110. “Kami berharap bisa segera berkomunikasi dengan korban. Kami akan dalami kasus ini,” imbuhnya.

    Ia juga mengingatkan agar masyarakat terutama pengendara motor lebih berhati-hati saat membawa barang. Ia meminta agar pengendara meminimalisir menggunakan perhiasan saat berkendara.

    Sebelumnya, rekaman video cctv Transjatim viral di media sosial. Rekaman itu memperlihatkan seorang pengendara perempuan yang dipepet oleh pelaku yabg diduga laki-laki dua orang yang berboncengan.

    Dalam rekaman terlihat, motor pelaku memepet korban dan salah satu pelaku berusaha merebut tas korban hingga korban terjatuh ke jalan. Bahkan korban nyaris tertabrak kendaraan di belakangnya.[sar/kun]

  • Dalang Kondang Asal Sukoharjo Waseno ‘Slenk’ Meninggal Dunia

    Dalang Kondang Asal Sukoharjo Waseno ‘Slenk’ Meninggal Dunia

    ERA.id – Dalang kondang asal Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah Warseno ‘Slenk’ tutup usia di umur 59 tahun, Kamis pukul 04.30 WIB, Kamis (12/12/2024).

    Keponakan almarhum Jatmiko di Solo, Jawa Tengah, Kamis mengatakan Warseno meninggal dunia usai menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit karena penyakit jantung.

    “Pak Slenk sudah tiga hari dirawat di PKU, ini jenazahnya sudah dibawa pulang ke rumah,” katanya.

    Selanjutnya jenazah akan dimakamkan di Astana Depokan, Juwiring, Klaten, Jawa Tengah, Kamis  siang.

    Sementara itu, Warseno yang juga adik kandung dalang Anom Suroto ini meninggalkan seorang istri dan dua anak. Salah satu anaknya bernama Amar Pradopo juga mengikuti jejak ayahnya menggeluti seni pedalangan.

    Sebelumnya, tepatnya tanggal 23 November, Ki Warseno Slenk terlibat dalam Sosialisasi 4 Pilar dan doa kebangsaan yang dilakukan oleh Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia (RI) Lestari Moerdijat di Sasono Sumiwo Keraton Surakarta Hadiningrat Surkarta, Jawa Tengah.

    Dalang Ki Warseno Slenk pada pertunjukan wayang memainkan lakon Wahyu Cakraningrat yang mengandung nilai-nilai filosofis tentang kepemimpinan, keadilan, dan kebijaksanaan.

    Saat itu, Ki Warseno juga sempat berpesan generasi muda utamanya di Surakarta untuk tidak melupakan budaya Jawa salah satunya wayang kulit.

    Ia juga mengapresiasi adanya sosialisasi empat pilar menyusul masih minimnya berbagai kalangan yang peduli dengan budaya maupun untuk melestarikan budaya di tanah air.

    “Luhuring drajad bangsa iku seko budayane, jadi kalau budaya sudah dijunjung tinggi maka insya Allah harkat martabat kita akan dijunjung tinggi,” katanya. (Ant)

  • Ki Dalang Warseno Slank asal Sukoharjo Meninggal Dunia

    Ki Dalang Warseno Slank asal Sukoharjo Meninggal Dunia

    Solo, Beritasatu.com – Dalang kondang asal Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Ki Dalang Warseno Slank meninggal dunia pada Kamis (12/12/2024) pukul 04.30 WIB.

    Keponakan almarhum Ki Dalang Warseno Slank, Jatmiko di Solo, mengatakan Warseno meninggal dunia seusai menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit karena penyakit jantung.

    “Pak Slank sudah tiga hari dirawat di PKU, ini jenazahnya sudah dibawa pulang ke rumah,” kata Jatmiko terkait dalang Warseno Slank yang meninggal pada usia 59 tahun.

    Jenazah akan dimakamkan di Astana Depokan, Juwiring, Klaten, Jawa Tengah, Kamis ini.

    Sebelumnya, 23 November lalu, Ki Dalang Warseno Slank terlibat dalam Sosialisasi 4 Pilar dan doa kebangsaan yang dilakukan oleh Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Lestari Moerdijat di Sasono Sumiwo Keraton Surakarta Hadiningrat Surkarta, Jawa Tengah.

    Dalam kesempatan tersebut, Ki Warseno Slank memainkan lakon Wahyu Cakraningrat yang mengandung nilai-nilai filosofis tentang kepemimpinan, keadilan, dan kebijaksanaan.

    Saat itu, Ki Warseno berpesan agar generasi muda utamanya di Surakarta untuk tidak melupakan budaya Jawa, salah satunya wayang kulit.

    Warseno Slank juga mengapresiasi adanya sosialisasi empat pilar menyusul masih minimnya berbagai kalangan yang peduli dengan budaya maupun untuk melestarikan budaya di tanah air.

    “Luhuring drajad bangsa iku seko budayane, jadi kalau budaya sudah dijunjung tinggi maka insyaallah harkat martabat kita akan dijunjung tinggi,” katanya.

    Ki Dalang Warseno Slank yang meninggal dunia pada hari ini merupakan adik kandung dalang Anom Suroto. Ia meninggalkan seorang istri dan dua anak. Salah satu anaknya, Amar Pradopo juga mengikuti jejak ayahnya menggeluti seni pedalangan.