Tag: Budi Gunadi Sadikin

  • Menkes Wanti-wanti Lingkungan Seperti Ini Rentan Picu Masalah Cacingan

    Menkes Wanti-wanti Lingkungan Seperti Ini Rentan Picu Masalah Cacingan

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin angkat bicara terkait ramainya pemberitaan soal penyakit cacingan di masyarakat. Kasus ini mencuat setelah seorang balita bernama Raya (4) asal Sukabumi, Jawa Barat, mengalami cacingan dan meninggal dunia akibat infeksi.

    Menkes menjelaskan masalah cacingan masih cukup banyak ditemui di daerah-daerah yang sanitasinya tidak baik. Jamban-jamban yang masih bercampur dan tidak ditampung dengan baik menjadi sumber masalah cacingan.

    Oleh karena itu, menurutnya perbaikan sistem sanitasi sangat penting dalam pencegahan masalah cacingan ini.

    “Memang yang paling baik kalau bisa diperbaiki rumahnya, terutama WC-nya agar bisa dipisahkan antara saluran kotor dan saluran air bersih,” ujar Menkes ketika ditemui awak media di Jakarta Pusat, Minggu (24/8/2025).

    Selain itu, Menkes mengingatkan masyarakat untuk mengikuti program cek kesehatan gratis (CKG). Melalui pemeriksaan ini, diharapkan masalah cacingan bisa ditemukan lebih dini dan pasien bisa segera ditangani.

    Terlebih, obat untuk cacingan sebenarnya sudah tersedia di puskesmas secara gratis.

    “Cacingan itu obatnya gampang, diminum sekali 6 bulan selesai. Dan di puskesmas ada,” sambungnya.

    Ia kembali mengingatkan masalah cacingan sebenarnya tidak dapat menyebabkan kematian. Berkaitan dengan kasus Raya, Menkes menuturkan pasien meninggal akibat masalah infeksi, meski memang kondisi cacingan mungkin juga memperburuk kondisinya.

    Beberapa jenis infeksi yang diduga dialami Raya adalah meningitis dan tuberkulosis (TBC). Namun, dugaan lebih mengarah pada tuberkulosis lantaran Raya sempat mengalami batuk selama 3 bulan.

    “Jadi teman-teman, tuberkulosis TBC itu juga penyakitnya mematikan. Kalau cacingan nggak ya, TBC mematikan. Itu sebabnya di cek kesehatan gratis, cek juga TBC. Itu juga sudah ada obatnya,” tandasnya.

    (suc/suc)

  • Kata Dekan FK UI soal Menkes Sebut Kematian Balita Sukabumi Bukan karena Cacingan

    Kata Dekan FK UI soal Menkes Sebut Kematian Balita Sukabumi Bukan karena Cacingan

    Jakarta

    Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Prof Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB buka suara soal pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin terkait kasus cacingan yang menimpa Raya, balita di Sukabumi.

    Menkes sebelumnya menegaskan pemicu utama kematian Raya tidak terkait cacingan, melainkan kemungkinan infeksi lain seperti meningitis, atau tuberkulosis (TBC). Mengingat, Raya juga memiliki riwayat batuk berdahak selama tiga bulan yang tidak kunjung sembuh.

    Menurut Prof Ari yang juga dokter spesialis penyakit dalam, cacingan sebetulnya juga termasuk infeksi, yakni infeksi parasit. Bila dilihat dari riwayat perjalanan klinis Raya, tenaga medis saat itu sempat mengeluarkan cacing dari hidungnya yang menandakan ada kemungkinan penyumbatan sudah sampai ke saluran napas.

    “Apalagi dikeluarkan sampai 1 kllogram, itu artinya sudah menyumbat saluran ususnya, pencernaannya, sehingga terjadi suatu penyumbatan yang menimbulkan infeksi pada anak tersebut yang bertambah berat, infeksi parasit menyumbat menjadi infeksi sekunder dan bisa saja menyebabkan pasien sepsis, pasien tidak sadar,” tutur dia.

    “Atau bisa juga larvanya menyebar ke otak yang membuat pasien tidak sadar,” lanjutnya.

    Berbeda halnya dengan TBC, menurut Prof Ari, kasus TBC murni jarang sekali yang bisa memicu sepsis. Jenis batuknya juga tidak selalu berdahak.

    “Ascariasis atau cacing gelang bisa menyebabkan meningoensefalitis dan gangguan kesadaran karena larva cacing bisa masuk ke sistem saraf pusat,” sorot Prof Ari.

    Sebelumnya diberitakan, Menkes Budi menegaskan kematian Raya tidak disebabkan langsung oleh cacingan. Meski dari tubuh bocah tersebut ditemukan lebih dari satu kilogram cacing gelang, penyebab kematian utama adalah infeksi lain.

    “Yang bersangkutan meninggal bukan karena cacingan. Kematian disebabkan oleh infeksi,” beber Budi saat ditemui di Kampus Unpad Dipatiukur, Bandung, Jumat (22/8/2025).

    Budi menjelaskan, infeksi yang dialami Raya diduga berkaitan dengan penyakit yang sudah diidapnya cukup lama. Salah satunya, batuk berdahak selama sekitar tiga bulan yang tidak kunjung sembuh.

    “Infeksinya bisa karena meningitis, masih dugaan. Bisa juga karena TBC. Karena selama tiga bulan dia terus-menerus batuk berdahak, tubuhnya melemah, dan kemudian bakterinya menyebar ke seluruh tubuh. Dalam istilah medis disebut sepsis,” jelasnya.

    (naf/kna)

  • Kemenkes Terima 733 Kasus Laporan Bullying di PPDS, Terbanyak di RS-Prodi Ini

    Kemenkes Terima 733 Kasus Laporan Bullying di PPDS, Terbanyak di RS-Prodi Ini

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, terdapat 733 kasus perundungan yang dialami peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Indonesia. Angka itu merupakan hasil verifikasi dari 2.920 laporan yang masuk ke kanal pengaduan Kementerian Kesehatan hingga 15 Agustus 2025.

    “Dari total laporan yang kami terima, setelah disortir dan diverifikasi, ada 733 laporan yang termasuk kategori perundungan,” ujar Menkes dalam seminar nasional Pencegahan Perundungan, Gratifikasi, Korupsi & Tindak Pidana Kekerasan Seksual di Universitas Padjadjaran, Bandung, Jumat (22/8/2025).

    Menurut data Kemenkes, mayoritas kasus berasal dari fasilitas dan institusi di bawah naungan kementerian, yakni 433 kasus. Laporan lain datang dari rumah sakit non-Kemenkes (84 kasus), fakultas kedokteran (84 kasus), serta laporan tanpa identitas institusi (34 kasus).

    Di tingkat rumah sakit pusat, RSUP Prof Dr Kandou Manado tercatat sebagai lingkup PPDS dengan laporan terbanyak, yakni 84 kasus sepanjang 2023 hingga 2025. Disusul RS Hasan Sadikin Bandung (83 kasus), RSUP IGN Ngoerah Bali (43), RSUP Dr Sardjito Yogyakarta (39), dan RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta (37).

    Sementara di RSUD, kasus terbanyak dilaporkan dari RSUD Zainal Abidin Banda Aceh (31 kasus), RSUD Dr Moewardi Surakarta (21), RSUD Saiful Anwar Malang (18), RSUD Dr Soetomo Surabaya (12), dan RSUD Arifin Achmad Riau (9).

    Tekanan Berat hingga Ingin Bunuh Diri

    Menkes menegaskan, dampak perundungan terhadap peserta PPDS tidak bisa dianggap sepele. Survei internal Kemenkes menunjukkan banyak peserta pendidikan yang mengalami tekanan berat, bahkan sampai muncul keinginan untuk mengakhiri hidup.

    “Masalah ini harus diperbaiki secara serius. Dibutuhkan program spesifik untuk melindungi kesehatan mental para peserta didik,” kata Menkes.

    Perundungan tercatat paling banyak di 24 program studi kedokteran spesialis, dengan lima terbesar yakni penyakit dalam (86 kasus), bedah (55), obstetri dan ginekologi (29), anestesi (28), serta ilmu kesehatan anak (25).

    Sejauh ini, Kemenkes telah menangani 124 dari 433 kasus perundungan yang berada di bawah kewenangannya. Sebanyak 98 pelaku terbukti terlibat dan dijatuhi sanksi, termasuk 11 pejabat direksi rumah sakit Kemenkes, 10 di antaranya mendapat teguran, sementara satu pelaksana tugas diberhentikan.

    Di kalangan peserta PPDS, 60 orang dikenai sanksi berupa pengembalian ke fakultas kedokteran asal, skorsing, hingga teguran tertulis.

    (naf/kna)

  • Menkes Imbau Jangan Tunda Cek Kesehatan Gratis: TBC-Infeksi Cacing Ikut Diperiksa

    Menkes Imbau Jangan Tunda Cek Kesehatan Gratis: TBC-Infeksi Cacing Ikut Diperiksa

    Jakarta

    Tidak sedikit warga yang mulai berburu obat cacing buntut kasus kematian Raya, balita di Sukabumi pasca kecacingan. Pemberian obat semacam ini sebetulnya tidak bisa sembarangan, serta diprioritaskan bagi masyarakat dengan wilayah endemis atau daerah yang masih mencatat kasus kecacingan.

    Alih-alih latah berburu obat cacing, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengimbau masyarakat tidak menunda cek kesehatan gratis. Belajar dari apa yang dialami Raya, infeksi cacing tentu tidak akan membahayakan dan memicu komplikasi lain saat lebih awal ditangani.

    “Nah untuk itu kita memastikan dicek kesehatan gratis ini, kan nanti lagi jalan nih, TBC, cacing itu nanti kita cek. Sehingga kalau ketahuan lebih dini, harusnya nggak kejadian seperti itu, ini kan sudah sangat terlambat,” beber Menkes kepada wartawan, Jumat (22/8/2025).

    “Kita ingin memastikan bahwa di cek kesehatan gratis, ini Pak Prabowo ingin agar 280 juta itu cek kesehatan gratis karena infeksi. Kalau itu ketahuan lebih dini, harusnya nggak usah sampai meninggal kan,” lanjutnya.

    Menkes juga memastikan pemberian obat cacing masih berjalan di puskesmas dan stoknya tersedia.

    “Obat cacingan tuh sangat tersedia, sangat murah, sekali minum bisa beres TBC itu kalau ketahuan, di obatnya pun ampuh gitu, sembuh,” tuturnya.

    Soal penyebab kematian Raya, pemicu utamanya diyakini bukan disebabkan karena infeksi cacing. Berbulan-bulan sebelumnya, Raya juga mengeluhkan batuk tak kunjung sembuh.

    Menkes menyebut penyebabnya tidak lain karena infeksi.

    “Infeksinya bisa karena meningitis, masih dugaan. Bisa juga karena TBC. Karena selama tiga bulan dia terus-menerus batuk berdahak, tubuhnya melemah, dan kemudian bakterinya menyebar ke seluruh tubuh. Dalam istilah medis disebut sepsis,” kata dia.

    (naf/kna)

  • Menkes Sebut Balita di Sukabumi Meninggal Bukan karena Cacingan, Ini Pemicunya

    Menkes Sebut Balita di Sukabumi Meninggal Bukan karena Cacingan, Ini Pemicunya

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan Raya, balita di Sukabumi, Jawa Barat, yang meninggal dunia beberapa waktu lalu bukan disebabkan langsung oleh cacingan. Meski dari tubuh bocah tersebut ditemukan lebih dari satu kilogram cacing gelang, penyebab kematian utama adalah infeksi.

    “Yang bersangkutan meninggal bukan karena cacingan. Kematian disebabkan oleh infeksi,” beber Budi saat ditemui di Kampus Unpad Dipatiukur, Bandung, Jumat (22/8/2025).

    Budi menjelaskan, infeksi yang dialami Raya diduga berkaitan dengan penyakit yang sudah diidapnya cukup lama. Salah satunya, balita itu mengalami batuk berdahak selama sekitar tiga bulan, tidak kunjung sembuh.

    “Infeksinya bisa karena meningitis, masih dugaan. Bisa juga karena TBC. Karena selama tiga bulan dia terus-menerus batuk berdahak, tubuhnya melemah, dan kemudian bakterinya menyebar ke seluruh tubuh. Dalam istilah medis disebut sepsis,” paparnya.

    Dengan demikian, lanjut Budi, sepsis atau infeksi yang menyebar luas itulah yang menjadi penyebab kematian.

    Ia juga memastikan ketersediaan obat-obatan dasar, termasuk obat cacing, selalu tercukupi di puskesmas.

    “Obat cacing sangat tersedia, murah, dan efektif. Sekali minum bisa menyelesaikan masalah. Begitu juga dengan obat TBC, kalau diketahui lebih awal, pengobatannya bisa dilakukan dan hasilnya baik,” ujarnya.

    Terkait dugaan kurang optimalnya pelayanan kesehatan di Sukabumi, Budi mengatakan pihaknya akan melakukan evaluasi. Menurut dia, puskesmas memiliki peran penting dalam memantau kondisi kesehatan masyarakat di wilayahnya.

    “Kalau ada kasus cacingan, puskesmas harus segera membagikan obat cacing. Kalau ada kasus TBC, harus cepat melakukan surveilans, mendeteksi siapa yang sakit, lalu memberikan obat. Program ini juga perlu dibantu disosialisasikan agar masyarakat sadar pentingnya cek kesehatan gratis,” tutupnya.

    (naf/kna)

  • Video: Menkes Budi Sebut Raya Meninggal Bukan karena Cacing

    Video: Menkes Budi Sebut Raya Meninggal Bukan karena Cacing

    JakartaMenteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin turut menanggapi kasus meninggalnya Raya, balita 4 tahun di Sukabumi yang meninggal setelah ditemukan 1 kilogram cacing gelang di tubuhnya.

    Saat ditemui di Bandung, Jawa Barat pada Jumat (22/8), Menkes Budi mengutarakan poin-poin yang menjadi perhatiannya. Pertama, kasus ini menjadi alarm bagi dunia medis di Indonesia. Kedua, soal penyebab meninggalnya Raya. Menkes mengatakan Raya meninggal bukan karena cacing, tapi karena infeksi. Berikut pernyataannya…

    Klik di sini untuk melihat video lainnya!

    (/)

    menkes budi gunadi sadikin kesehatan raya sukabumi cacingan

  • IDGAI Beri Edukasi Kesehatan Gigi ke 180 Anak di Panti Asuhan Jaktim

    IDGAI Beri Edukasi Kesehatan Gigi ke 180 Anak di Panti Asuhan Jaktim

    Jakarta

    Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia (IDGAI) memberikan penyuluhan terkait menjaga kesehatan gigi. Kegiatan ini menyasar 180 anak-anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 1, Jakarta Timur.

    Ketua Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia (IDGAI) DKI Jakarta Dr drg Eva Fauziah, SpKGA, K-PKOA mengatakan pengabdian masyarakat ini sebagai upaya untuk mewujudkan anak-anak bebas karies 2030.

    “Kami memberikan upaya pencegahan, karena untuk kesehatan gigi anak itu yang penting pencegahan (preventif),” kata drg Eva di di Jakarta Timur, Jumat (22/8/2025).

    “Ketika udah dicegah supaya tidak terjadi kerusakan, sehingga tidak perlu adanya tindakan kuratif,” sambungnya.

    Edukasi yang diberikan kepada para anak-anak termasuk cara menyikat gigi dengan benar, berapa kali seharusnya menggosok gigi dalam sehari, hingga penyebab rusaknya gigi.

    “Misalnya dalam pemeriksaan ditemukan karies atau lubang, atau dilakukan pencabutan itu bisa kami rujuk ke Puskesmas terdekat,” kata drg Eva.

    IDGAI menggelar sosialisasi pencegahan penyakit gigi pada anak-anak. Sebanyak 180 anak di Jakarta Timur mendapatkan edukasi terkait kesehatan gigi. Foto: Devandra Abi Prasetyo/detikHealth

    Masalah Terbanyak pada Gigi Anak

    Dari Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG), Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan penyakit gigi, khususnya pada anak masih menjadi salah satu yang terbanyak ditemukan.

    Menurut drg Eva, karies atau gigi berlubang masih menjadi masalah yang paling banyak ditemukan pada anak-anak.

    “Karies gigi pada anak itu prevalensinya masih tinggi sekitar 90 persen lebih,” kata drg Eva.

    Penyebab dari munculnya karies gigi adalah sisa-sama makanan yang tidak dibersihkan, sehingga menjadi plak.

    “Sebenarnya makanan yang manis lebih banyak (menyebabkan karies). Makanan manis termasuk sulit untuk dibersihkan. Kalau yang berserat malah lebih bagus,” katanya.

    (dpy/up)

  • Kemenhan: BTP dapat berfungsi lindungi masyarakat dari wabah penyakit

    Kemenhan: BTP dapat berfungsi lindungi masyarakat dari wabah penyakit

    Jakarta (ANTARA) – Kepala Biro Informasi Pertahanan (Infohan) Sekretariat Jenderal (Setjen) Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang mengatakan Batalyon Teritorial Pembangunan (BTP) memiliki kompi kesehatan yang dapat melindungi masyarakat dari serangan wabah penyakit.

    Menurut Frega, kekinian ragam ancaman non militer dapat menimbulkan banyak korban jiwa, salah satunya seperti COVID-19 yang sebelumnya sempat mewabah di Indonesia beberapa tahun lalu.

    Dengan hadirnya kompi kesehatan dalam struktur BTP, diharapkan penanganan wabah penyakit di seluruh wilayah dapat dilakukan dengan cepat.

    “Kehadiran kompi kesehatan di dalam Yonif TP diharapkan dapat menjadi stimulan perlindungan diri serta memperkuat peran Kementerian Kesehatan dalam menangani krisis kesehatan berskala besar,” kata Frega.

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui awak media di Monas, Jakarta Pusat mengatakan pihaknya akan mendukung penuh keberadaan BTP di setiap daerah.

    Menurut dia, kompi kesehatan dalam BTP akan memiliki dua fungsi yakni ancaman bio security dan fungsi keamanan.

    “Ancaman Bio Security atau juga ancaman pandemi itu seperti yang kemarin kita alami bersama,” jelas Budi.

    Sedangkan fungsi keamanan sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam memberikan bantuan kemanusiaan saat terjadi bencana alam.

    Dengan adanya kompi kesehatan di BTP, Budi berharap pelayanan kesehatan di seluruh daerah bisa berjalan maksimal.

    Untuk diketahui pemerintah menargetkan membangun 100 BTP dalam satu tahun. Selama masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, Kementerian Pertahanan menargetkan membangun 500 BTP di seluruh wilayah Indonesia.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kemenhan: BTP dapat berfungsi lindungi masyarakat dari wabah penyakit

    Menhan ajak Menkeu, Mentan, dan Menkes lihat lokasi BTP di Cibitung

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengajak Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meninjau prototipe Batalyon Teritorial Pembangunan (BTP) di Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (20/8).

    Prototipe yang dikunjungi para menteri dikelola oleh Yonif TP 843/Patriot Yudha Vikasa (PYV).

    Sri Mulyani kepada awak media mengatakan lokasi BTP ini layak untuk ditetapkan sebagai salah satu BTP percontohan karena memiliki fasilitas yang lengkap, seperti pelayanan kesehatan dan pertanian.

    “Memanfaatkan lahan sebesar 43 hektare kalau tidak salah dijelaskan tadi, untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, peternakan, dan juga kegiatan ekonomi yang lain,” kata dia usai meninjau lokasi Yonif saat ditemui di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Rabu.

    Menurut Sri Mulyani, keberadaan BTP tidak hanya memperkuat pertahanan negara di wilayah, tetapi juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat melalui fasilitas pertanian dan peternakan yang dibangun TNI.

    Senada dengan Sri Mulyani, Amran Sulaiman juga menilai pembangunan BTP memberikan dampak baik bagi masyarakat, terutama para petani.

    Dengan adanya model pertanian yang dibangun TNI, para petani seluruh Indonesia dapat melakukan penyelarasan metode pertanian sehingga hilirisasi pangan dapat terjadi dengan maksimal.

    “Moga-moga beliau (Menteri Pertahanan) bersedia membantu kami dengan kolaborasi antara Kementerian Pertahanan dan Pertanian,” kata Amran.

    Di tempat yang sama, Sjafrie Sjamsoeddin terlihat merespons baik apresiasi yang diberikan Sri Mulyani dan Andi Amran Sulaiman.

    Sjafrie menjelaskan, nantinya pihaknya akan membangun 100 BTP di seluruh wilayah dalam satu tahun.

    Dia berharap pembangunan 100 BTP itu dapat didukung seluruh pihak agar pangan dan pertahanan di seluruh Indonesia bisa semakin menguat.

    “Intinya Kementerian Pertahanan dan TNI memastikan bahwa Batalion Teritorial Pembangunan akan mendukung program hilirisasi. Mengamankan program hilirisasi dan juga mengamankan program swasembada,” jelas Sjafrie.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Sri Mulyani Ungkap TNI Akan Garap Lahan 43 Ha di Bekasi untuk Pertanian-Peternakan

    Sri Mulyani Ungkap TNI Akan Garap Lahan 43 Ha di Bekasi untuk Pertanian-Peternakan

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan TNI akan garap lahan sekitar 43 hektare di Bekasi untuk kegiatan ekonomi, yang merupakan langkah pemanfaatan aset negara. 

    Rencana tersebut diungkapkan oleh Sri Mulyani dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Monas, Jakarta Pusat pada Rabu (20/8/2025).

    “Lahan sebesar 43 hektare di Bekasi tadi untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, peternakan, dan juga kegiatan ekonomi lain,” ujar Sri Mulyani.

    Selain itu, sambungnya, Presiden Prabowo Subianto telah mengembangkan prototipe markas batalion yang akan dibangun dari nol sebanyak 100 unit pada 2025. Menurut Sri Mulyani, semua itu harus dilihat dari perspektif pemanfaatan aset negara.

    Bendahara negara meyakini pemanfaatan aset negara oleh TNI akan memberikan manfaat positif bagi masyarakat terutama dari sisi perekonomian wilayah sekitarnya.

    “Dan tentu ini juga akan memberikan juga kesan disiplin dan persatuan antara tentara dan masyarakat untuk perekonomian Indonesia,” klaimnya.

    Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengapresiasi gagasan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin yang ingin pertanian yang terintegrasi pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.

    Dia menyatakan Kementerian Pertanian siap bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan untuk mensejahterakan petani. “Kami sudah memohon kepada Pak Menhan, agar perkebunan hortikultura di pertanian yang akan datang, yang kita akan hilirisasi, itu dikawal oleh TNI,” kata Amran pada kesempatan yang sama.

    Adapun untuk tahun depan, Sri Mulyani mengalokasikan anggaran jumbo sebesar Rp185 triliun untuk sektor pertahanan, hukum dan keamanan dalam RAPBN 2026. Menurut paparannya, dana tersebut akan difokuskan untuk pengadaan dan pemeliharaan alat utama sistem senjata (alutsista) demi memperkuat pertahanan negara.

    Belanja pertahanan tahun depan mencakup pemeliharaan kapal perang Republik Indonesia (KRI), kapal angkatan laut (KAL), serta alat apung lainnya.

    Pemerintah juga menyiapkan dana untuk pengadaan sarana dan prasarana pertahanan, pengadaan atau penggantian pesawat, penambahan batalyon dan komando daerah militer (Kodam), hingga pengadaan dan pemeliharaan ranpur/rantis. Selain alutsista, anggaran juga mencakup dukungan untuk peralatan non-alutsista.

    “Ini masuk di Rp185 triliun,” kata Sri Mulyani dalam acara konferensi pers RAPBN dan Nota Keuangan, Jumat (15/8/2025).