Tag: Budi Arie Setiadi

  • Reaksi Jokowi Usai Tahu Logo Wajahnya Dibuang Ormas Projo

    Reaksi Jokowi Usai Tahu Logo Wajahnya Dibuang Ormas Projo

    GELORA.CO –  Projo ungkap reaksi Joko Widodo (Jokowi) usai mendengar kabar wajahnya akan dibuang dari logo Projo. 

    Diketahui selama 10 tahun ini logo Projo identik dengan siluet Jokowi sebagai Presiden ke-7 RI. 

    Projo juga kerap identik disamakan dengan singkatan Pro Jokowi. 

    Namun belakangan, saat Kongres III Projo, Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi mengungkapkan akan mengubah logo organisasi masyarakat (Ormas) tersebut.

    Budi Arie Setiadi mengaku akan mengubah logo Projo yang identik dengan wajah Jokowi untuk menghindari pengkultusan terhadap mantan Kepala Negara tersebut. 

    Pun Budi Arie membantah bahwa Projo adalah singkatan dari Pro Jokowi melainkan Projo diambil dari bahasa sansekerta yang artinya negara dan dalam Bahasa Jawa Kawi yakni rakyat.  

    Pernyataan Budi Arie ini disampaikan usai mantan anak buah Jokowi di itu memutuskan merapat ke Partai Gerindra. 

    Dalam pernyataannya, Budi Arie mengaku sudah komunikasi dengan Jokowi terkait dengan perubahan logo tersebut. 

    Kabar itu disampaikan Budi Arie ke Jokowi di hari kedua Kongres III Projo.

    “Tadi pagi saya masih komunikasi dengan Bapak Jokowi,” ujar Budi Arie seperti dimuat Kompas.com Minggu (2/11/2025). 

    Budi Arie tidak mengungkapkan bagaimana dengan reaksi Jokowi. 

    Namun demikian anggota formatur kepengurusan Projo 2025-2030 Handoko mengklaim Jokowi tidak masalah dengan simbol-simbol nya yang dibuang dari ormas Relawan tersebut.

    Bahkan Handoko menyebut, Jokowi telah memerintah Projo untuk merapat ke Prabowo Subianto. 

    Sebelumnya simbol-simbol Joko Widodo (Jokowi) akan dibuang dari organisasi masyarakat (Ormas) Projo. 

    Ormas yang dipelopori oleh Budi Arie Setiadi itu akan menghilangkan simbol-simbol Jokowi dalam Projo. 

    Keputusan ini diambil Ketua Umum Projo Budi Arie usai mengubah haluan mendukung Presiden RI Prabowo Subianto di Kongres III. 

    Dalam pernyataan Budi Arie menyampaikan dukungannya terhadap Presiden Prabowo. 

    Bahkan, dalam rangka mewujudkan hal itu, Projo berencana akan mengubah logo yang selama ini identik dengan wajah Jokowi dengan latar belakang merah.

    Ini sebagai bukti transformasi organisasi. 

    ”Kami akan memperkuat dan mendukung agenda-agenda politik Presiden Prabowo. Dalam rangka itu, Projo akan melakukan transformasi organisasi. Salah satunya adalah kemungkinan mengubah logo Projo, yang nanti akan kita putuskan di Kongres III ini,” kata Budi Arie seperti dimuat Kompas pada Minggu (2/11/2025).

    Budi Arie juga menegaskan, nama Projo tidak melekat pada salah satu individu. 

    Menurut dia, Projo diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti ’negeri’ dan ’rakyat’ dalam Jawa Kawi sehingga organisasi ini menekankan kecintaannya secara luas kepada negara dan rakyat.

    Sehingga logo Projo juga akan diubah agar tidak terkesan mengkultuskan individu.

    ”Logo Projo akan kita ubah supaya tidak terkesan kultus individu. Projo itu sendiri artinya adalah negeri dan rakyat. Jadi, kaum Projo adalah kaum yang mencintai negara dan rakyatnya,” ungkapnya.

    Budi juga menepis bahwa selama ini Projo diidentikkan dengan Pro-Jokowi. Dia berkilah, istilah itu kadung berseliweran di media karena dianggap lebih mudah dilafalkan. 

    ”Pro-Jokowi itu, kan, karena gampang dilafalkan aja, ya?” katanya.

  • Jhon Sitorus Bilang Solo Ketar-ketir: Dulu Jonan Dipecat karena Tolak Whoosh, Sekarang Dipanggil Prabowo ke Istana

    Jhon Sitorus Bilang Solo Ketar-ketir: Dulu Jonan Dipecat karena Tolak Whoosh, Sekarang Dipanggil Prabowo ke Istana

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pegiat media sosial, Jhon Sitorus, kembali menyentil pendukung setia Presiden ke-7 RI, Jokowi, usai kabar eks Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, dipanggil Presiden Prabowo Subianto ke Istana.

    Publik semakin penasaran lantaran pemanggilan itu di tengah polemik utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh.

    Dikatakan Jhon, langkah Prabowo memanggil Jonan yang dulu dikenal sebagai sosok yang menolak proyek Whoosh hingga akhirnya dicopot dari jabatannya oleh Jokowi, menjadi sinyal kuat adanya perubahan arah kebijakan di pemerintahan saat ini.

    “Solo ketar-ketir, yang dipecat karena menolak Whoosh dipanggil oleh Presiden Prabowo,” ujar Jhon di X @jhonsitorus_19 (3/11/2025).

    Tidak berhenti di situ, ia juga menaruh perhatiannya pada manuver politik sejumlah loyalis Jokowi, termasuk Budi Arie Setiadi.

    Seperti diketahui, Ketum Projo itu terang-terangan mengatakan ingin mendekat ke kubu Gerindra.

    “Kalo Budi Arie udah mau gabung Gerindra, lalu siapa dong yang belain Jokowi lagi?,” timpalnya.

    Jhon bilang, para pendukung Jokowi yang acapkali disebut Termul terkesan kehilangan induk.

    “Termul-termul udah mulai kehilangan induk, beras raskin juga udah habis di gudang,” tandasnya.

    Sebelumnya, Mahfud MD menyinggung dugaan adanya markup besar-besaran dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh.

    Mahfud mengungkapkan, biaya pembangunan per kilometer di Indonesia mencapai 52 juta dolar AS, jauh lebih mahal dibandingkan 17-18 juta dolar AS di China.

    “Naik tiga kali lipat kan? Ini siapa yang naikkan, uangnya ke mana?,” ujar Mahfud dikutip pada Kamis (16/10/2025).

  • Budi Arie Sama Saja Bunuh Diri Masuk Gerindra

    Budi Arie Sama Saja Bunuh Diri Masuk Gerindra

    GELORA.CO -Keinginan Ketua Umum Pro Jokowi (Projo) Budi Arie Setiadi bergabung dengan Partai Gerindra, mempertegas diri tengah dalam masalah besar.

    Pengamat dari Citra Institute Efriza menilai, keinginan kuat Budi Arie masuk ke dalam partai penguasa diperkirakan untuk mencari perlindungan saja.

    “Sama saja bunuh diri (jika bergabung dengan Gerindra), karena secara tidak langsung ia mengakui personalnya sedang bermasalah akibat kasus Judi Online, sedangkan patronnya Jokowi sudah mulai menurun drastis pengaruhnya di pemerintahan sekarang,” ujar Efriza kepada RMOL di Jakarta, Senin, 3 November 2025.

    Terlebih, menurut dia, Budi Arie terbilang dalam posisi yang terancam setelah didepak keluar Kabinet Merah Putih, sehingga tidak lagi memiliki kekuatan politik.

    “Karena ia terkena reshuffle, dan organisasinya Projo turun drastis pengaruhnya pasca dirinya di reshuffle sebagai Menkop,” tuturnya.

    Magister ilmu politik Universitas Nasional (UNAS) itu menganggap, langkah Budi Arie Setiadi bergabung ke Partai Gerindra ini langkah paling realistis namun sangat pragmatis. 

    Namun hal itu malah memberikan dampak negatif bagi Partai Gerindra dan juga Presiden Prabowo.

    “Realistis bagi Budi Arie dan Projo bergabung ke Gerindra, tetapi tidak secara pribadi Presiden dan Ketum Partai Gerindra. Karena ketika mengiyakan Budi Arie dan Projo bergabung, nilai positifnya kecil dan malah menimbulkan polemik besar di publik,” pungkas Efriza. 

  • Projo Dipelihara Buat Ngamen Politik

    Projo Dipelihara Buat Ngamen Politik

    GELORA.CO -Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, secara terbuka meminta restu kepada para relawannya untuk bergabung ke Partai Gerindra. Pernyataan itu disampaikan saat Kongres ke-III Projo di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Sabtu, 1 November 2025.

    Langkah Budi Arie tersebut langsung menuai tanggapan dari berbagai kalangan. Salah satunya datang dari Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI), Islah Bahrawi, yang menilai fenomena itu bukan hal baru di dunia politik relawan.

    “Ormas relawan Pilpres itu sebenarnya hanya tangga bagi ketum dan sekjennya untuk dapat kompensasi politik. Pilpresnya sudah selesai, organisasinya terus dipelihara untuk jadi alat ngamen,” sindir Islah lewat akun X miliknya, seperti dikutip redaksi di Jakarta, Senin, 3 November 2025.

    Menurutnya, pola semacam itu sudah sering terjadi dari satu Pilpres ke Pilpres berikutnya. Para anggota relawan hanya dijadikan “pemandu sorak”, sementara para elite puncak organisasi akhirnya mendapatkan posisi kekuasaan.

    “Dari Pilpres ke Pilpres, anggotanya tetap jadi pemandu sorak, elitnya jadi pejabat,” tegas Islah.

    Diketahui, Budi Arie kembali terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Projo untuk periode 2025–2030 dalam kongres yang digelar pada Minggu, 2 November 2025. 

    Mantan Menteri Koperasi itu telah memimpin Projo sejak pertama kali dibentuk pada 2013, sebagai mesin sukarelawan pemenangan Joko Widodo di Pilpres 2014, dan kembali aktif pada Pilpres 2019.

    Kini, dengan langkah politik baru menuju Gerindra, arah perjuangan Projo pun kembali menjadi sorotan. Apakah akan tetap menjadi wadah relawan, atau justru berubah menjadi kendaraan politik baru di bawah sayap partai besar

  • Budi Arie Gabung Gerindra Demi Langgengkan Duet Prabowo-Gibran

    Budi Arie Gabung Gerindra Demi Langgengkan Duet Prabowo-Gibran

    GELORA.CO -Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menilai adanya kemungkinan strategi politik di balik kabar keinginan Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, untuk bergabung dengan Partai Gerindra.

    Menurut Adi, langkah itu tidak bisa dilepaskan dari kalkulasi politik yang lebih besar, terutama terkait upaya mempertahankan duet Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka hingga Pilpres 2029.

    “Jangan-jangan ini strategi Budi Arie masuk ke Gerindra, terutama untuk mensukseskan duet kembali antara Prabowo dengan Mas Gibran,” ujar lewat kanal Youtube miliknya, Senin, 3 November 2025.

    Asumsi ini muncul tak lepas dari kiprah Budi Arie yang dikenal sebagai salah satu tokoh relawan utama pendukung Jokowi. 

    “Nggak aneh hari ini relawan politik Jokowi atau yang berada di sekitar Jokowi terus punya intensi bahwa 2029 nanti upaya untuk terus menduetkan Prabowo sebagai capres dan Gibran sebagai cawapres itu terus dilanggengkan untuk kedua kalinya,” lanjut Adi.

    Di sisi lain, Direktur Parameter Politik Indonesia itu menilai Gerindra tentu akan berhitung matang sebelum membuka pintu bagi sosok yang dikenal sangat dekat dengan Jokowi itu.

    “Gerindra pasti mengalkulasi untung ruginya jika Budi Arie bergabung. Tapi sampai detik ini, Budi Arie belum resmi ke Gerindra,” pungkasnya.

  • Budi Arie Klaim Projo Bukan Akronim Pro Jokowi: Artinya Negeri dalam Bahasa Sansekerta

    Budi Arie Klaim Projo Bukan Akronim Pro Jokowi: Artinya Negeri dalam Bahasa Sansekerta

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi mengklaim Projo bukan akronim dari Pro Jokowi. Seperti selama ini disebut sejumlah media.

    Menurutnya, Projo berasal dari bahasa Sansakerta. Berarti negeri.

    “Projo itu sendiri artinya adalah artinya negeri dalam bahasa sansakerta,” kata Budi Arie dalam pembukaan Kongres III Projo di Jakarta, Sabtu (1/11).

    Selama ini, dia mengtakan arti Projo disalah artikan.

    Di dalam bahasa lain, Budi Arie mengatakan Projo artinya rakyat. Jika merujuk pada bahasa Jawa Kawi.

    “Dan dalam bahasa Jawa Kawi itu artinya rakyat,” terangnya.

    Sehingga secara harfiah, kaum Projo diartika sebagai kaum yang mencintai rakyat.

    “Jadi kaum Projo adalah kaum yang mencintai rakyat,” beber eks Menteri Koperasi itu.

    Di sisi lain, Budi Arie mengaku pihaknya akan mengganti logo.

    Logo Projo saat ini diketahui siluet wajah Presiden ke-7 Jokowi. Jika Budi Arie berlabuh ke Gerindra, apakah akan menjadikan logo Projo jadi wajah Presiden Prabowo?

    Budi Arie mengungkapkan keinginannya mengganti logo usai pembukaan Kongres Projo ke-III. Dia menyebutnya sebagai transformasi.

    Projo akan melakukan transformasi organisasi, yang salah satunya adalah kemungkinan mengubah logo Projo. Logo Projo akan kita ubah supaya tidak terkesan kultus individu. Iya, kemungkinan (bukan logo Jokowi lagi),“ kata Budi.

    Sampai saat ini, belum pasti logo Projo akan digantikan menjadi apa. Namun tersiar kabar, logonya akan berlatar merah.

    Serta simbol seekor semut dengan mata kuning. Kemudian sayapnya berwarna putih.

  • Ini Momen Prabowo Goda Budi Arie di Solo: PSI atau Gerindra, Kau?

    Ini Momen Prabowo Goda Budi Arie di Solo: PSI atau Gerindra, Kau?

    Ini Momen Prabowo Goda Budi Arie di Solo: PSI atau Gerindra, Kau?
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Ketua Umum Projo periode 2025-2030, Budi Arie Setiadi secara langsung menyatakan dirinya yang ingin bergabung dengan Partai Gerindra pimpinan Prabowo Subianto.
    Keinginannya untuk bergabung dengan Partai Gerindra itu disampaikan pada sela Kongres III Projo di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.
    “Jadi mohon izin jika suatu saat saya berpartai, teman-teman Projo bisa memahaminya. Nggak usah ditanya lagi partainya apa. Karena apa? Saya mungkin satu-satunya orang yang diminta oleh Presiden langsung di sebuah forum,” ujar Budi Arie.
    Mantan Menteri Koperasi di Kabinet Merah Putih itu mengatakan, ingin mendukung program pro rakyat yang diusung Prabowo.
    “Pak Jokowi dengan program kerakyatannya dan Pak Prabowo dengan pikiran dan hati yang nyata-nyata jelas-jelas berpihak kepada kepentingan rakyat. Dan itu sesuai dan senapas dengan semangat jati diri dan karakter Projo sebagai organisasi relawan,” jelas Budi Arie.
    Kendati demikian, Budi Arie menegaskan bahwa Projo lahir dari semangat bahwa Indonesia memerlukan pemimpin seperti Joko Widodo (Jokowi). Kelompok relawannya juga merupakan bagian sejarah kepemimpinan Jokowi selama 10 tahun sebagai presiden.
    “Jadi sejarah Projo adalah sejarahnya Bapak Jokowi sampai 10 tahun berlangsung dari 2014 sampai 2024. Karena saya mendapat berita dari berbagai media, kok ada yang bilang Projo pisah dari Bapak Jokowi. Ini luar biasa sekali
    framing
    adu dombanya,” ujar Budi Arie.
    KOMPAS.com / IRFAN KAMIL Bakal calon presiden Prabowo Subianto bersama Ketua Umum Organisasi relawan pendukung Presiden Joko Widodo, Pro Jokowi (Projo), Budi Arie Setiadi di kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kartanegara, Jakarta Selatan, Sabtu (14/10/2023) sore.
    Sebelum pernyataannya tersebut, Budi Arie pernah digoda secara langsung oleh Prabowo terkait keputusan untuk bergabung dengan Partai Gerindra.
    Prabowo menyampaikannya secara langsung saat memberi sambutan dalam Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Solo, Jawa Tengah, Minggu (20/7/2025).
    Dalam acara tersebut, Prabowo sempat bertanya apakah Budi Arie kini bergabung dengan PSI yang dipimpin Kaesang Pangarep.
    “Saudara Budi Arie Setiadi. Ini Masuk PSI kau? Bukan?” kata Prabowo menggoda Budi Arie yang juga menghadiri Kongres PSI di Solo.
    Seluruh kader PSI pun langsung bersorak merespons pertanyaan Prabowo kepada Budi Arie tersebut. Sementara itu, Budi Arie terlihat mengangkat tangan dan menggoyangkannya yang berarti tidak.
    Namun, tak berhenti, Prabowo kemudian bertanya apakah Budi Arie bergabung dengan PSI atau Gerindra.
    “PSI atau Gerindra kau?” ujar Prabowo yang juga Ketua Umum Partai Gerindra.
    Sementara itu, keputusan Budi Arie yang menyatakan keinginannya bergabung dengan Partai Gerindra dinilai bukan semata karena kesetiaan politik terhadap Prabowo maupun ideologi.
    Hal itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, ketika ditanya alasan Budi Arie memilih Gerindra ketimbang PSI yang dekat dengan Jokowi.
    Dedi menilai, PSI tidak memiliki kekuatan politik yang memadai untuk memberi posisi aman bagi tokoh-tokoh seperti Budi Arie.
    “Dari sisi politik, terhitung tepat bergabung ke Gerindra, selain partai penguasa, juga ada jaminan Gerindra menjaga karir kekuasaan Budi Arie. Sementara PSI, masih belum ada jaminan apapun,” ujar Dedi kepada Kompas.com, Minggu (2/11/2025).
    Karena itu, dari sisi kalkulasi politik, langkah Budi Arie menuju Gerindra dianggap lebih rasional. Lebih jauh, Dedi menilai bahwa daya tarik politik Jokowi kini mulai pudar seiring berakhirnya masa jabatannya sebagai presiden.
    Kondisi ini juga berdampak pada menurunnya magnet PSI yang selama ini identik dengan dukungan keluarga Jokowi.
    “Sisi lain, Jokowi sendiri tidak lagi menarik karena bukan penguasa, posisi Gibran juga tidak berpengaruh, ini juga yang membuat PSI tidak cukup menarik bagi politisi pragmatis seperti Budi Arie, loyalitasnya bukan faktor Jokowi, melainkan soal untung rugi,” tutur Dedi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Lebih Pilih Gerindra Ketimbang PSI, Budi Arie Balik Badan dari Jokowi

    Lebih Pilih Gerindra Ketimbang PSI, Budi Arie Balik Badan dari Jokowi

    GELORA.CO – Pernyataan Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, yang mengaku tertarik menjadi bagian dari Partai Gerindra dan tidak tertarik dengan partai lain, menarik perhatian publik. 

    Pengamat politik Adi Prayitno menilai, sikap tersebut bisa ditafsirkan sebagai tanda bahwa Budi Arie mulai perlahan menjauh dari mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

    “Publik menduga jangan-jangan ini bisa dimaknai sebagai sebuah tanda bahwa sebenarnya Budi Arie ingin secara perlahan meninggalkan Jokowi,” ujar Adi lewat kanal Youtube miliknya, Senin, 3 November 2025.

    Adi mengingatkan, sejak awal Projo dikenal sebagai relawan politik yang paling solid dan militan dalam mendukung Jokowi. Ia menyinggung sejumlah pernyataan Budi Arie di masa lalu yang menegaskan kedekatan total antara Projo dan Jokowi. 

    “Kalau merah kata Jokowi, merah pula kata Projo. Kalau putih kata Jokowi, putih juga kata Projo. Ini kan satu statement yang menegaskan bahwa sejak lama Projo mengidentifikasi dirinya dengan Jokowi,” jelasnya.

    Menurut Direktur Parameter Politik Indonesia itu, wajar jika kemudian muncul berbagai tafsir dan spekulasi publik terkait arah politik Budi Arie. Sebab, saat ini partai yang dianggap paling dekat dengan Jokowi justru PSI.

    “Karena itu, ketika Budi Arie memilih tertarik ke Gerindra dan bukan PSI, publik menilai ini sebagai langkah politik yang bisa dimaknai sebagai upaya untuk menjauh dari Jokowi,” pungkasnya.

  • Guntur Romli: Penjilat dan Pembohong Menyatu dalam Budi Arie

    Guntur Romli: Penjilat dan Pembohong Menyatu dalam Budi Arie

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pernyataan Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, yang menyebut bahwa kepanjangan Projo bukan berasal dari ‘Pro Jokowi’, menuai respons dari PDIP.

    Juru Bicara PDIP, Mohamad Guntur Romli, mengatakan, pernyataan Budi Arie tersebut sebagai bentuk kebohongan publik.

    Ia bahkan menyebut Budi Arie sedang berupaya menjilat kekuasaan baru setelah tidak lagi menjabat menteri.

    “Penjilat dan pembohong menyatu dalam Budi Arie,” kata Guntur di trheads (3/11/2025).

    Dikatakan Guntur, langkah Budi Arie mengubah makna Projo yang selama ini dikenal luas sebagai singkatan Pro Jokowi menunjukkan sikap yang tidak konsisten.

    “Dia ingin menjilat Presiden Prabowo meski sudah dipecat dari menteri,” sebutnya.

    Tak berhenti di situ, Guntur juga menegaskan bahwa pernyataan Budi Arie sebagai bentuk pengingkaran terhadap sejarah.

    Tepatnya, sejarah berdirinya organisasi relawan yang dulu dikenal sebagai barisan pendukung utama Jokowi sejak Pemilihan Presiden 2014.

    “Dengan berbohong soal kepanjangan Projo. Menjilat dan berbohong untuk muntahin Jokowi,” tandasnya.

    Seperti diketahui, Budi Arie sebelumnya menyatakan bahwa istilah Projo bukan merupakan singkatan dari Pro Jokowi, melainkan berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti negeri dan rakyat.

    Sebelumnya, Pegiat media sosial, Preciosa Kanti, juga merespons langkah politik Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, yang secara terbuka menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan Partai Gerindra.

    Bukan hanya itu, ia juga mengganti logo Projo agar tidak lagi menampilkan wajah Presiden ke-7 Indonesia, Jokowi.

  • Berbalik Dukung Prabowo, Projo Hapus Siluet Muka Jokowi dari Logo

    Berbalik Dukung Prabowo, Projo Hapus Siluet Muka Jokowi dari Logo

    Bisnis.com, JAKARTA – Logo organisasi masyarakat Projo bakal diganti tidak lagi berbentuk siluet wajah Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).

    Hal itu disampaikan Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi saat ditemui pada Kongres III Projo di Jakarta, Sabtu (1/11/2025). Budi mengatakan perubahan logo itu merupakan transformasi dalam rangka memperkuat dan mendukung agenda politik Presiden RI Prabowo Subianto.

    “Yang pasti begini, satu, kita akan memperkuat dan mendukung agenda-agenda politik Presiden Prabowo. Yang kedua, dalam rangka itu, Projo akan melakukan transformasi organisasi yang salah satunya adalah kemungkinan mengubah logo Projo,” katanya dilansir dari Antara, Senin (3/11/2025).

    Menurut dia, keputusan final ihwal perubahan logo akan diambil dalam forum kongres Projo yang digelar sejak Sabtu hingga Minggu (2/11/2025).

    “Nanti akan kita putuskan di kongres ketiga ini. Logo Projo akan kita ubah supaya tidak terkesan kultus individu [Jokowi],” ujarnya.

    Kendati berencana mengganti logo, Budi Arie menyebut Projo tidak akan berganti nama. Ia pun membantah Projo merupakan singkatan dari “Pro-Jokowi”.

    “Memang enggak ada [singkatan]. Cuma teman-teman media kan, ya, Projo [kepanjangannya] Pro Jokowi, itu kan karena gampang dilafalkan saja,” katanya.

    Menurut dia, Projo sejatinya berarti gabungan dari kata ‘negeri’ dan ‘rakyat’ yang diambil dari bahasa Sanskerta dan Jawa Kawi.

    “Projo itu artinya negeri dan rakyat. Jadi, Projo itu sendiri artinya adalah ‘negeri’ dalam bahasa Sanskerta dan dalam bahasa Jawa Kawi itu artinya ‘rakyat’. Jadi, kaum Projo adalah ‘kaum yang mencintai negara dan rakyatnya’,” ucap dia.

    Jokowi Setuju Projo Ganti Logo

    Budi Arie menyebut Jokowi telah menyepakati rencana perubahan itu. Dia menekankan, Projo harus bertransformasi untuk menghadapi tantangan baru.

    “[Jokowi] sepakat. Kita harus mentransformasikan Projo karena tugas Projo tadi sudah mengawal pemerintahan Pak Jokowi dua periode dan kita saat ini menghadapi tantangan baru. Ini tidak mudah geopolitiknya, tantangan globalnya, dan sebagainya sehingga kita harus betul-betul persatuan nasional ini menjadi penting,” katanya.

    Adapun dalam pidatonya saat membuka kongres tersebut, Budi Arie menyerukan kepada relawan Projo untuk memperkuat partai politik yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto guna mendukung seluruh agenda politiknya.

    “Kita berharap bisa memperkuat agenda politik Pak Prabowo agar kepemimpinan Prabowo bisa lebih kuat, lebih solid. Dan karena itu, kita akan memperkuat seluruh agenda politik Presiden dengan memperkuat partai politik pimpinan Presiden,” ucapnya.

    Dia pun berharap relawan Projo bisa memahami jika dirinya suatu saat akan bergabung dengan partai politik tertentu. Meskipun demikian, ia tidak memerinci nama partai politik yang dia maksud.

    “Mohon izin jika suatu saat saya berpartai, teman-teman Projo bisa memahaminya. Enggak usah ditanya lagi partainya apa. Karena apa? Saya mungkin satu-satunya orang yang diminta oleh Presiden langsung di sebuah forum,” tutur dia.

    Ditemui usai pembukaan kongres, Budi Arie secara gamblang menyatakan partai politik yang dimaksudnya adalah Partai Gerindra. “Iyalah, pasti Gerindra. Nanti kita tunggu dinamika di kongres ketiga ini,” katanya.