Tag: Bima Sakti

  • Kamera Digital Terbesar di Dunia Siap Ungkap Rahasia Alam Semesta

    Kamera Digital Terbesar di Dunia Siap Ungkap Rahasia Alam Semesta

    Jakarta

    Ilmuwan dan engineer di SLAC National Accelerator Laboratory akhirnya selesai merakit kamera digital terbesar di dunia. Kamera ini dirancang untuk membuka tabir misteri alam semesta.

    Kamera bernama Legacy Survey of Space and Time (LSST) itu memiliki resolusi 3.200 megapiksel atau lebih dari 3,2 miliar piksel. Tidak hanya resolusinya yang besar, ukurannya pun bikin menganga karena memiliki bobot sekitar 3.000 kg atau setara dengan satu mobil.

    Setelah selesai dirakit, kamera ini akan dipasangkan dengan Teleskop Simunyi Survey yang berada di Observatorium Vera C. Rubin di Chile. Teleskop besar ini tidak kalah canggih karena bisa berputar 180 derajat hanya dalam 20 detik.

    Dengan lensa depan yang lebarnya 1,5 meter, kamera LSST akan menangkap eksposur berdurasi 15 detik setiap 20 detik. Kamera ini juga bisa menangkap seluruh langit malam yang dapat dilihat setiap tiga hingga empat hari sekali.

    Kamera LSST bisa menemukan 20 miliar bintang dan galaksi baru dalam satu dekade ke depan. Saking besarnya, untuk menampilkan gambar yang diambil kamera LSST dalam resolusi penuh membutuhkan ratusan televisi UHD.

    Kamera LSST diharapkan dapat menangkap langit di belahan Bumi selatan dengan lebih detail. Temuan dari observasi ini diharapkan bisa mengungkap misteri tata surya seperti dark energy dan dark matter.

    “Data yang dikumpulkan oleh kamera LSST dan Rubin akan sangat inovatif. Ini akan memungkinkan studi yang sangat tajam mengenai perluasan alam semesta dan energi gelap,” kata Aaron Roodman, Profesor SLAC dan Deputy Director and Camera Program Lead Rubin Observatory, seperti dikutip dari Space, Kamis (11/4/2024).

    “Survei LSST akan memungkinkan kami melihat miliaran galaksi, perkiraan 17 miliar bintang di galaksi kita, Bima Sakti dan jutaan objek tata surya lainnya,” sambungnya.

    Setelah perakitan selesai, tugas ilmuwan berikutnya adalah membawa kamera LSST dari fasilitas SLAC di Menlo Park, California menuju Observatorium Vera C Rubin di puncak Cerro Pachón di Pegunungan Andes di ketinggian 2.713 meter. Proses pemasangan kamera ke teleskop diperkirakan akan selesai tahun ini.

    Kamera LSST diperkirakan akan mulai mengambil foto pertamanya pada awal tahun 2025. Publik akan bisa menikmati foto yang diambil kamera ini pada tahun 2027.

    (vmp/agt)

  • Pakar Ungkap Skenario Bumi Keluar dari Orbit, Akhir Riwayat Manusia?

    Pakar Ungkap Skenario Bumi Keluar dari Orbit, Akhir Riwayat Manusia?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Peneliti menyebut Bumi mungkin dapat meninggalkan tata surya jika ada sebuah objek langit raksasa yang melintas sehingga mengganggu orbit Bumi.

    “Bumi dapat dipindahkan dari orbitnya karena aksi objek antarbintang besar, terbang melalui ruang angkasa dan masuk ke tata surya lalu melintas dekat Bumi,” kata Matteo Ceriotti, seorang insinyur kedirgantaraan dan dosen teknik sistem ruang angkasa di Universitas Glasgow di Inggris, seperti dikutip dari Live Science.

    “Dalam pertemuan ini, yang dikenal sebagai ‘flyby’, Bumi dan objek akan bertukar energi dan momentum, dan orbit Bumi akan terganggu. Jika objek itu cepat, masif, dan cukup dekat, itu bisa membuat Bumi melarikan diri dari orbit dan mengarah ke luar tata surya,” tambahnya.

    Seorang dosen senior dalam fisika dan astronomi di Universitas Cardiff di Inggris Timothy Davis setuju dengan teori Bumi dapat keluar dari tata surya, dan memiliki hipotesis sendiri tentang bagaimana ini bisa terjadi.

    “Planet-planet, seperti yang ada sekarang, berada dalam orbit yang stabil di sekitar Matahari. Namun, jika Matahari bertemu dengan bintang lain, maka interaksi gravitasi dari benda-benda ini dapat mengganggu orbit yang ada, dan berpotensi menyebabkan Bumi untuk bergerak. keluar dari tata surya,” kata Davis.

    Meski teori tersebut masuk akal, Davis sangat meragukan hal itu akan terjadi. Pasalnya, hal semacam itu cukup langka terjadi.

    “Pertemuan bintang seperti itu cukup langka,” kata Davis.

    “Misalnya, kita tahu bahwa bintang Gliese 710 diperkirakan akan datang cukup dekat, dalam istilah astronomi, ke Matahari dalam waktu sekitar satu juta tahun – tetapi bahkan terbang sedekat ini tidak mungkin mengganggu planet,” imbuhnya.

    Meski tidak mungkin kekuatan eksternal akan memaksa Bumi keluar dari tata surya dalam waktu dekat, Davis menyebut manusia mungkin dapat membangun mesin yang mampu menggeser planet sedemikian rupa sehingga akhirnya keluar dari tata surya, tetapi akan butuh energi yang besar.

    “Energi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan Bumi dari orbitnya dan mengeluarkannya dari tata surya sangat besar – setara dengan sextillion (1 dengan 21 nol setelahnya) bom nuklir megaton meledak sekaligus – bahwa ini tampaknya tidak mungkin,” kata Davis.

    Apa yang akan terjadi jika Bumi sampai benar-benar keluar dari tata surya?

    “Bumi akan terbang ke ruang antarbintang sampai ditangkap atau ditelan oleh bintang lain atau lubang hitam,” kata Ceriotti.

    Ceriotti juga menyebut jika Bumi meninggalkan tata surya, maka kemungkinan kehidupan kehidupan makhluk hidup di dalamnya akan terancam.

    “Tidak mungkin atmosfer akan tetap ada: Iklim global Bumi sangat rapuh karena keseimbangan radiasi yang baik yang masuk dari Matahari dan energi yang hilang ke luar angkasa. Jika ini bervariasi, suhu akan segera berubah secara dramatis,” ujarnya.

    Mengutip situs resmi NASA, sistem Tata Surya manusia mengitari pusat Bima Sakti dengan kecepatan sekitar 828 ribu km/jam. Tata Surya manusia sendiri berada di salah satu dari empat lengan spiral Bima Sakti.

    Selain itu, ada tiga jenis bentuk galaksi yang telah diketahui sampai saat ini. Tiga bentuk itu adalah elips, spiral, dan iregular. Bima Sakti sendiri termasuk galaksi spiral.

    (lom/lth)