Tag: Bill Gates

  • Jadi Kaya Buat Anda Tidak Tersentuh

    Jadi Kaya Buat Anda Tidak Tersentuh

    Jakarta

    Bill Gates termasuk orang terkaya di dunia (meski sekarang sudah tidak masuk 10 besar, sih). Dia mengakui bahwa menjadi orang kaya otomatis membuat mereka punya privilege tidak tersentuh.

    “Menjadi kaya bisa dengan mudah membuat Anda tidak tersentuh,” tulisnya dalam postingan blog Gates Notes tahun 2023, menjawab pertanyaan dari Reddit dalam acara Ask Me Anything tahunannya.

    Mengingat yang mengucapkannya adalah seorang laki-laki dengan jet pribadi, lahan pertanian yang luas, dan angka nol di rekening banknya yang kelewat banyak, omongan ini jadi lebih valid. Yang menjadi menarik, jarang sekali mendengar seorang miliarder benar-benar mengatakannya ke publik.

    Gates tak menghindari perbincangan tentang kesenjangan kekayaan. Bahkan, dia menawarkan pandangan yang sangat beralasan tentang bagaimana seharusnya orang-orang superkaya berperilaku.

    “Mengenai orang-orang yang sangat kaya, saya pikir mereka seharusnya membayar pajak lebih banyak dan mereka seharusnya menyumbangkan kekayaan mereka secara bertahap,” imbuhnya.

    Ayah tiga anak ini menambahkan bahwa dia tidak ingin menutup mata dengan kondisi ekonomi sekarang yang cenderung berat untuk banyak orang. Dia pun kembali membahas soal peranan pajak oleh orang-orang superkaya yang sangat dibutuhkan.

    “Saya heran pajak belum dinaikkan lebih lanjut. Misalnya, tarif pajak keuntungan modal bisa sama dengan tarif pajak penghasilan biasa,” akunya.

    Namun, ketika ditanya apakah ada miliarder yang beretika, Gates tidak mengabaikan kompleksitasnya. Ia mengakui kesenjangan yang sering muncul seiring dengan kekayaan yang melimpah.

    Akan tetapi, dia membela peran kewirausahaan dan penciptaan kekayaan yang lebih luas.

    “Insentif untuk menciptakan perusahaan baru masih merupakan hal yang baik, menurut saya. Bahkan jika pajak naik, saya tetap tidak akan melarang siapa pun untuk memiliki kekayaan senilai satu miliar, tetapi itu hanya satu pendapat. Saya sangat beruntung,” tandasnya.

    (ask/rns)

  • Bill Gates Mendadak Tak Percaya Kiamat, Berubah 180 Derajat

    Bill Gates Mendadak Tak Percaya Kiamat, Berubah 180 Derajat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bill Gates merupakan salah satu sosok yang selama ini konsisten meneriakkan bahaya ‘kiamat’ perubahan iklim di Bumi. Bahkan, Gates kerap mendorong pemerintah untuk berbuat sesuatu dalam menanggulangi emisi karbon yang kian tak terbendung.

    Namun, opini Gates tiba-tiba berubah 180 derajat. Kini, pendiri Microsoft tersebut tampak melunak dengan isu perubahan iklim. Bahkan, Gates blak-blakan menyebut pandangan perubahan iklim akan mendatangkan ‘kiamat’ bagi peradaban manusia adalah hal yang keliru.

    “Meskipun perubahan iklim akan menimbulkan konsekuensi serius, terutama bagi masyarakat di negara-negara termiskin, perubahan iklim tidak akan menyebabkan kepunahan umat manusia,” kata Bill Gates, dikutip dari laman Gates Notes, Kamis (30/10/2025).

    “Manusia akan dapat hidup dan berkembang di sebagian besar wilayah Bumi di masa mendatang. Proyeksi emisi telah menurun, dan dengan kebijakan serta investasi yang tepat, inovasi akan memungkinkan kita untuk menurunkan emisi lebih jauh lagi,” ia menambahkan.

    Lebih lanjut, Gates mengatakan pandangan ‘kiamat’ perubahan iklim telah menyebabkan komunitas iklim hanya fokus pada tujuan emisi jangka pendek. Dampaknya, ada kecenderungan untuk mengalihkan sumber daya dari hal-hal paling efektif yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan kehidupan di dunia yang kian memanas.

    Menurut Gates, belum terlambat untuk mengubah pandangan dan strategi dalam menanggulangi perubahan iklim. Ia menyorot gelaran konferensi iklim COP30 di Brasil bulan depan. Ajang itu bisa menjadi wadah yang tepat untuk mulai membicarakan adaptasi iklim dan pengembangan manusia.

    “Ini adalah kesempatan untuk kembali berfokus pada metrik yang seharusnya lebih penting daripada emisi dan perubahan suhu, yakni meningkatkan kualitas hidup. Tujuan utama kita seharusnya adalah mencegah penderitaan, terutama bagi mereka yang berada dalam kondisi terberat yang tinggal di negara-negara termiskin di dunia,” kata Gates.

    Gates menekankan bahwa perubahan iklim merupakan masalah serius yang harus diselesaikan, bersama dengan masalah malaria dan malnutrisi. Kendati demikian, masalah terbesar adalah kemiskinan dan penyakit.

    “Memahami hal ini akan memungkinkan kita memfokuskan sumber daya kita yang terbatas pada intervensi yang akan memberikan dampak terbesar bagi orang-orang yang paling rentan,” ujar Gates.

    Singkatnya, Gates menegaskan bahwa perubahan iklim, penyakit, dan kemiskinan merupakan masalah-masalah besar. Gates mengatakan semua pihak harus menanganinya sesuai dengan penderitaan yang ditimbulkan masing-masing masalah.

    “Dan kita harus memanfaatkan data untuk memaksimalkan dampak dari setiap tindakan yang kita ambil,” ia menuturkan.

    Lebih lanjut, Gates mengatakan sekalipun dunia hanya mengambil tindakan moderat untuk mengekang perubahan iklim, konsensus saat ini menunjukkan pada tahun 2100 suhu rata-rata Bumi kemungkinan akan berada pada kisaran 2°C hingga 3°C lebih tinggi dibandingkan tahun 1850.

    Angka ini jauh di atas target 1,5°C yang disepakati negara-negara pada COP Paris tahun 2015. Faktanya, antara sekarang dan tahun 2040, Gates mengatakan Bumi akan jauh tertinggal dari target iklim dunia. Salah satu alasannya adalah permintaan energi dunia yang meningkat, hingga lebih dari dua kali lipat pada tahun 2050.

    “Dari sudut pandang peningkatan kualitas hidup, penggunaan energi yang lebih banyak merupakan hal yang baik, karena sangat berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi. Grafik ini menunjukkan penggunaan energi dan pendapatan negara-negara. Peningkatan penggunaan energi merupakan bagian penting dari kemakmuran,” Gates menjelaskan.

    Sayangnya, Gates menjelaskan dalam kasus ini, apa yang baik untuk kemakmuran bersama justru buruk bagi lingkungan. Meskipun angin dan matahari sekarang lebih murah dan lebih baik, manusia belum memiliki semua perangkat yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan energi yang terus meningkat tanpa meningkatkan emisi karbon.

    “Namun, kita akan memiliki perangkat yang kita butuhkan jika kita berfokus pada inovasi. Dengan investasi dan kebijakan yang tepat, dalam sepuluh tahun ke depan kita akan memiliki teknologi nol-karbon baru yang terjangkau dan siap diluncurkan dalam skala besar. Ditambah dengan dampak dari perangkat yang sudah kita miliki, dan pada pertengahan abad ini emisi akan lebih rendah dan kesenjangan antara negara miskin dan negara kaya akan sangat berkurang,” kata Gates.

    Gates yakin semua negara akan mampu membangun gedung dengan semen dan baja rendah karbon di masa depan. Hampir semua mobil baru akan bertenaga listrik. Pertanian akan lebih produktif dan lebih ramah lingkungan, menggunakan pupuk yang diproduksi tanpa menghasilkan emisi. Jaringan listrik akan menyediakan listrik bersih yang andal, dan biaya energi akan turun.

    Intinya, dalam opini terbarunya, Gates menilai perubahan iklim tak akan membawa kiamat di Bumi dengan punahnya manusia. Namun, perlu dilakukan keseimbangan antara inovasi teknologi untuk beradaptasi dan menangkal perubahan iklim tersebut.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Komen Tak Terduga Bill Gates soal ChatGPT Diungkap Bos Microsoft

    Komen Tak Terduga Bill Gates soal ChatGPT Diungkap Bos Microsoft

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Microsoft Satya Nadella mengungkap cerita di balik keputusan besar perusahaan itu berinvestasi ke OpenAI, pembuat ChatGPT. Ternyata, pendiri Microsoft Bill Gates memandang langkah investasi pada 2019 lalu sebagai sebuah risiko besar.

    Dalam wawancara dengan acara YouTube bertema teknologi “TPBN”, Nadella bercerita bahwa langkah awal Microsoft untuk menyuntikkan dana US$1 miliar ke OpenAI bukanlah keputusan yang mudah.

    Kala itu, OpenAI masih berbentuk organisasi nirlaba (nonprofit) dan belum sepopuler sekarang.

    “Bahkan di Microsoft, kami tetap harus mendapat persetujuan dewan hanya untuk mengeluarkan dana sebesar satu miliar dolar,” kata Nadella, dikutip dari Business Insider, Rabu (29/10/2025).

    “Tapi saya harus bilang, tidak terlalu sulit meyakinkan siapa pun bahwa ini adalah bidang penting, meski berisiko tinggi,” imbuhnya.

    Saat itu, Gates justru sempat menilai keputusan tersebut terlalu berisiko.

    “Ingat, waktu itu OpenAI masih nonprofit, dan saya pikir Bill bahkan berkata, ‘Ya, kamu akan membakar uang satu miliar dolar itu,’” ujarnya.

    Meski mendapat peringatan dari Gates, Nadella tetap melangkah. “Kami memang punya toleransi risiko yang tinggi, dan kami memutuskan untuk mencobanya,” katanya.

    Ia menambahkan, kala itu tidak ada yang menyangka investasi tersebut akan menghasilkan keuntungan besar.

    “Kalau dipikir sekarang, siapa yang menyangka? Saya tidak menanamkan satu miliar dolar sambil berpikir, ‘Ya, ini bakal jadi investasi yang nilainya seratus kali lipat,’” ujarnya.

    Langkah berani perusahaan saat itu, sekarang terbukti menjadi salah satu keputusan paling berpengaruh dalam sejarah Microsoft. Setelah demo awal ChatGPT dirilis pada November 2022, chatbot tersebut langsung viral di media sosial dan menarik satu juta pengguna hanya dalam waktu lima hari.

    Kini, ChatGPT digunakan oleh lebih dari 800 juta orang setiap minggunya, menurut CEO OpenAI Sam Altman dalam konferensi tahunan DevDay pada Oktober lalu.

    Microsoft pun memetik hasil besar. Setelah restrukturisasi OpenAI rampung pekan ini, raksasa teknologi itu tercatat memiliki 27% saham di bisnis komersial OpenAI, dengan nilai sekitar US$135 miliar.

    Saham Microsoft sendiri terus menunjukkan performa positif, naik hampir 29% sepanjang tahun ini.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bill Gates Dulu Anggap Tidur untuk Orang Malas, Kini Menyesal

    Bill Gates Dulu Anggap Tidur untuk Orang Malas, Kini Menyesal

    Jakarta

    Pada waktu masih muda dan membesarkan Microsoft, Bill Gates bisa dikatakan bekerja bagaikan kuda. Ia mengaku sering begadang, tidur di kantor, bahkan tidak menonton televisi maupun liburan. Ternyata tak hanya itu saja.

    Bill Gates dulu menganggap tidur merupakan sebuah tanda kemalasan. Bahkan di usia 30-an dan 40-an, dia suka bersaing dengan rekan-rekannya untuk melihat siapa yang istirahat paling sedikit, karena menganggap tidur sedikit sebagai penanda produktivitas.

    “Seperti, ‘Aku hanya tidur enam jam.’ Dan orang lain berkata, ‘Aku hanya tidur lima jam!’ dan yah, kadang-kadang aku tidak tidur sama sekali. Aku akan seperti, wow orang-orang itu sangat hebat. Aku perlu berusaha lebih keras, karena tidur adalah kemalasan dan tidak perlu,” cetus Gates yang sekarang berusia 70 tahun itu, dalam suatu wawancara podcast.

    Dengan kata lain, untuk mengejar prestasi orang-orang hebat yang ia kagumi, Bill Gates sampai merelakan waktu tidur. Namun seperti dikutip detikINET dari CNBC, Gates mengubah pola pikirnya setelah ayahnya didiagnosis menderita penyakit Alzheimer. Kenyataan itu mendorongnya untuk mulai belajar tentang kesehatan otak.

    “Salah satu hal terkuat yang muncul di area studi Alzheimer adalah pentingnya tidur yang baik. Itu salah satu faktor paling prediktif dari demensia apa pun, termasuk Alzheimer, yaitu apakah kalian tidur nyenyak,” cetusnya.

    Orang usia 65 tahun ke atas yang tidur kurang dari lima jam per malam dua kali lebih mungkin mengembangkan demensia atau meninggal dalam lima tahun, dibandingkan dengan mereka yang tidur antara enam dan delapan jam per malam, menurut riset dari Harvard Medical School di 2021

    Tidur juga penting bagi orang yang lebih muda di mana tidur 8 hingga 10 jam per malam dapat membantu remaja mengembangkan pertumbuhan intelektual, kesehatan mental, dan ingatan yang optimal. Itu menurut American Academy of Sleep Medicine.

    Untuk orang berusia antara 20 dan 64, tujuh hingga sembilan jam tidur per malam berkontribusi pada kesehatan fisik dan mental. Bill Gates pun sekarang mengaku rutin tidur 7 jam per malam, jauh dari kebiasaannya dulu.

    (fyk/fyk)

  • Daftar Universitas Dunia yang Lahirkan Banyak Miliarder – Page 3

    Daftar Universitas Dunia yang Lahirkan Banyak Miliarder – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Tak semua miliarder berasal dari latar belakang yang sama, banyak di antara mereka menempuh pendidikan di universitas-universitas bergengsi dunia. Berdasarkan data terbaru yang divisualisasikan oleh Visual Capitalist, Harvard University tetap memegang predikat sebagai universitas dengan jumlah alumni miliarder terbanyak di dunia.

    Laporan ini menyoroti hubungan erat antara pendidikan tinggi elit dan akumulasi kekayaan ekstrem, di mana jaringan, akses terhadap modal, dan lingkungan akademik inovatif berperan besar dalam menciptakan peluang bisnis berskala global.

    Diktuip dari Visual Capitalist, Sabtu (25/10/2025), Harvard University diketahui menempati posisi puncak pada daftar Universities Producing the Most Billionaires, dengan 125 alumni miliarder.

    Kampus yang berlokasi di Cambridge, Massachusetts ini telah lama dikenal sebagai inkubator para pemimpin dunia, pengusaha sukses, dan investor ternama.

    Nama-nama seperti Bill Gates (Pendiri Microsoft), Mark Zuckerberg (pendiri Meta), Michael Bloomberg (pendiri Bloomberg LP), hingga Ray Dalio (pendiri Bridgewater Associates) tercatat pernah menimba ilmu di universitas ini.

    Menariknya, beberapa di antaranya tidak menyelesaikan studinya, menunjukkan bahwa meski pendidikan berperan penting, jaringan dan ide besar sering kali menjadi faktor utama dalam membangun kekayaan luar biasa.

  • Jeff Bezos Prediksi 2045 Jutaan Orang Tinggal di Luar Angkasa

    Jeff Bezos Prediksi 2045 Jutaan Orang Tinggal di Luar Angkasa

    Jakarta

    Jeff Bezos berpikir masa depan tampak cerah menurut pandangan futuristiknya. Sementara banyak kalangan pesimis memperingatkan bahwa kecerdasan buatan (AI) akan mengakhiri peradaban, pendiri Amazon dan Blue Origin ini mengatakan 20 tahun ke depan akan menjadi zaman keemasan.

    Menurutnya, 2045 akan menjadi zaman ketika manusia akan lebih bahagia, lebih kaya, dan hidup di luar Bumi sambil bekerja dengan jam kerja yang jauh lebih sedikit.

    “Saya tidak mengerti bagaimana orang yang masih hidup saat ini bisa berkecil hati,” ujar Bezos saat berbicara di acara Italian Tech Week 2025 awal Oktober, seperti dikutip dari The New York Post, Senin (20/10/2025).

    Ia juga menyatakan bahwa teknologi akan segera membawa umat manusia ke era ‘kelimpahan peradaban’. Bezos memperkirakan bahwa pada 2045, robot akan menangani berbagai pekerjaan berat manusia. Dan bagi banyak orang, kantor-kantor mungkin berada di luar planet.

    “Dalam beberapa dekade mendatang, saya yakin akan ada jutaan orang yang tinggal di luar angkasa. Begitu cepatnya percepatan ini,” ujarnya.

    “Mereka sebagian besar akan tinggal di sana karena mereka ingin. Kita tidak membutuhkan manusia untuk tinggal di luar angkasa,” tambahnya.

    Orang terkaya keempat di dunia ini mengatakan pekerjaan di Bulan dan wilayah luar angkasa lainnya akan jatuh ke tangan robot-robot dan mesin.

    “Jika kita perlu melakukan pekerjaan di permukaan Bulan atau di mana pun, kita akan dapat mengirim robot untuk melakukannya, dan itu akan jauh lebih hemat biaya daripada mengirim manusia,” prediksinya.

    Bezos menepis semua kesuraman yang melingkupi AI sejak munculnya ChatGPT, dengan mengatakan sejarah membuktikan penemuan baru selalu membuat hidup lebih baik, bukan lebih buruk.

    “Kelimpahan peradaban berasal dari penemuan-penemuan kita. Jadi 10 ribu tahun yang lalu, atau kapan pun itu, seseorang menemukan bajak, dan kita semua menjadi lebih kaya. Saya berbicara tentang seluruh peradaban, alat-alat ini meningkatkan kelimpahan kita, dan pola itu akan terus berlanjut,” yakinnya.

    Banyak ahli dan tokoh masyarakat memperingatkan bahwa AI dapat menyebabkan pengangguran massal, hilangnya kendali manusia, atau bahkan bencana eksistensial. Ketakutan ini diperkuat oleh penggambaran dalam film-film distopia dan beberapa pemimpin teknologi terkemuka.

    Bezos bukan satu-satunya raksasa teknologi di kubu yang berlawanan. CEO Tesla Elon Musk, orang terkaya di dunia saat ini yang perusahaan roketnya SpaceX menyaingi Blue Origin milik Bezos, meyakini manusia dapat mendarat di Mars pada 2028 dengan roket tak berawak yang meluncur ke sana paling cepat tahun depan.

    SpaceX, yang sekarang bernilai sekitar USD400 miliar, telah bekerja sama dengan NASA untuk mewujudkannya. Sementara itu, CEO OpenAI Sam Altman, yang ChatGPT-nya membantu memicu ledakan AI, mengatakan karier di bidang luar angkasa akan segera menjadi pekerjaan terpopuler.

    Ia berpikir bahwa dalam satu dekade, lulusan perguruan tinggi akan bekerja di beberapa pekerjaan yang benar-benar baru, menarik, dan bergaji sangat tinggi di orbit Bumi, dan menambahkan bahwa ia iri pada anak-anak muda yang karier awalnya tidak akan terlihat membosankan dan kuno seperti generasinya.

    Namun, tidak semua orang mempercayai kabar gembira antarplanet itu. Bill Gates mengatakan alangkah lebih baik jika para miliarder fokus memperbaiki kerusakan Bumi ketimbang menjajah planet lain.

    “Luar angkasa? Kita punya banyak hal yang harus dilakukan di Bumi,” ujar salah satu pendiri Microsoft ini saat berbicara di acara Late Night Show yang dipandu James Corden pada 2021.

    Meski begitu, Gates pun mengakui kebangkitan AI dapat memberi kesempatan baru bagi umat manusia. Ia memprediksi mesin akan membuat minggu bekerja begitu efisien sehingga jadwal bekerja dua hari bisa menjadi hal umum.

    “Jika Anda memperluas wawasan, tujuan hidup bukan hanya untuk melakukan pekerjaan,” kata Gates.

    (rns/fay)

  • Bill Gates Ungkap Dua Profesi yang Bisa Punah 10 Tahun Lagi

    Bill Gates Ungkap Dua Profesi yang Bisa Punah 10 Tahun Lagi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Artificial Intelligence dipastikan mengubah dunia pekerjaan di masa depan. Pendiri Microsoft dan filantropis Bill Gates memprediksi dua pekerjaan yang jadi korban karena teknologi tersebut 10 tahun lagi.

    Dua pekerjaan tersebut adalah dokter dan guru. Dia mengatakan AI akan membuat peranan tersebut menjadi sesuatu yang umum dan gratis.

    “Namun dengan AI, selama dekade berikutnya, hal itu jadi hal umum dan gratis, saran medis yang hebat, bimbingan belajar yang hebat,” kata Gates dikutip dari CNBC Internasional

    Artinya dunia akan masuk dalam era kecerdasan gratis dalam 10 tahun. Era ini adalah saat teknologi AI dapat diakses dan menyentuh tiap aspek kehidupan manusia.

    Misalnya obat-obatan, diagnosis, pengajaran dan asisten virtual akan dilakukan oleh teknologi AI.

    Dalam wawancara lain, Gates mengatakan perubahan karena AI akan terjadi dengan sangat cepat. Bahkan dia mengakuinya cukup menakutkan.

    “Ini mendalam dan sedikit menakutkan karena terjadi dengan cepat dan tidak ada batasan,” jelasnya kepada seorang profesor Universitas Harvard, Arthur Brooks.

    Di sisi lain, dia juga meyakini ada sejumlah hal yang tidak bisa digantikan tenaga AI. Manusia tetap dibutuhkan dalam sejumlah aktivitas dan pekerjaan.

    Contohnya adalah permainan bisbol, sebab mesin tak bisa menggantikan seseorang untuk bermain di lapangan.

    “Namun untuk membuat dan memindahkan sesuatu serta menanam makanan, seiring berjalannya waktu akan menjadi masalah yang bisa dipecahkan,” Gates melanjutkan.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Orang Super Kaya Ramai Bikin Bunker Mewah, Persiapan Bencana

    Orang Super Kaya Ramai Bikin Bunker Mewah, Persiapan Bencana

    Jakarta

    Dalam beberapa tahun terakhir, para kaum ultra kaya diam-diam telah mempersiapkan rumah mereka untuk bencana besar, dengan membangun bunker bawah tanah yang tidak hanya terlindungi tapi juga super mewah.

    Selain perubahan iklim dan bencana alam, tak sedikit pula yang khawatir terkait perkembangan pesat AI. Terlebih beberapa pentolan teknologi menyebut AI bisa melampaui kecerdasan manusia dan berpotensi berbahaya.

    CEO Meta, Mark Zuckerberg, membangun kompleks USD 300 juta di Hawaii, lengkap dengan bunker luas yang memiliki infrastruktur energi, air, dan makanan sendiri. Adapun Bill Gates dilaporkan memiliki bunker di bawah beberapa rumahnya. Dari kalangan selebriti, Kim Kardashian dan Shaquille O’Neal, kabarnya menjajaki ide tersebut.

    “Yang dulunya merupakan tempat perlindungan sederhana telah menjadi tempat perlindungan yang dirancang khusus. Klien masa kini menginginkan fitur yang mencerminkan gaya hidup mereka, seringkali dengan sentuhan yang sangat individual,” ujar Naomi Corbi dari SAFE, firma yang desain hunian yang aman.

    Corbi mengatakan klien meminta fasilitas seperti galeri seni ber-AC, teater pribadi, dan kebun hidroponik. Fasilitas lain bisa berupa pusat kebugaran, kolam renang, sauna, tempat tinggal staf, dan apa pun yang bisa membuat bertahan hidup di tengah krisis terasa jauh lebih nyaman.

    Oppidum, perusahaan spesialis hunian bawah tanah, mengatakan privasi adalah kunci. “Salah satu prinsip desain hunian adalah Anda tidak ingin siapa pun mengetahuinya. Saya jarang sekali bertemu langsung klien miliarder. Dan bahkan ketika bertemu, mereka selalu punya nama samaran,” jelas Tom Grmela, kepala komunikasi perusahaan itu.

    Douglass Rushkoff, yang mewawancarai para miliarder yang siap siaga menghadapi bencana untuk bukunya Survival of the Richest, mengatakan banyak dari mereka ingin menjauhkan orang asing dari tempat perlindungan.

    “Orang-orang ini tidak lagi didorong oleh rasa takut, melainkan oleh keinginan. Gagasan untuk terisolasi di stasiun luar angkasa atau bunker bawah tanah adalah hal yang baik bagi banyak orang seperti mereka,” cetusnya yang dikutip detikINET dari Yahoo News.

    Selain bunker pribadi, ada pula yang menginginkan bunker untuk banyak orang. Perusahaan Vivos mengkhususkan diri dalam kompleks seperti ini, dapat menampung hingga 800 orang dan lebih murah daripada bunker individu.

    “Ini seperti kapal pesiar bawah tanah. Ada kamar asrama pribadi, area tidur pribadi, kamar mandi pribadi, dan lainnya. Tapi secara keseluruhan, ini adalah area bersama dengan ruang-ruang berorientasi komunitas tempat orang bisa berkumpul, makan bersama, dan bersantai,” kata Dante Vicino, arsitek dan pimpinan proyek Vivos.

    Rushkoff sendiri mengusulkan sebaiknya bunker tidak dibuat untuk diri sendiri. “Jika Anda benar-benar ingin selamat dari kiamat, temui tetangga Anda, jalin pertemanan, dan bentuklah komunitas dengan orang lain. Itu adalah teknik bertahan hidup yang jauh lebih mungkin daripada mengisolasi diri sepenuhnya di bawah tanah,” katanya.

    (fyk/fyk)

  • Video Reaksi Donald Trump Setelah Bill Gates Minta Bertemu

    Video Reaksi Donald Trump Setelah Bill Gates Minta Bertemu

    Video Reaksi Donald Trump Setelah Bill Gates Minta Bertemu

  • Beda Pandangan Jensen Huang dan Bill Gates Soal Profesi yang Paling Dibutuhkan di Era AI

    Beda Pandangan Jensen Huang dan Bill Gates Soal Profesi yang Paling Dibutuhkan di Era AI

    Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah kekhawatiran akan gelombang pemangkasan pekerjaan akibat kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dua tokoh besar dunia teknologi, Jensen Huang dan Bill Gates, menyampaikan pandangan berbeda soal profesi yang paling dibutuhkan di masa depan.

    CEO Nvidia Jensen Huang menilai justru pekerja terampil seperti teknisi listrik, tukang ledeng, dan tukang kayu akan menjadi pemenang utama di era AI, bukan pekerja kantoran atau profesional di bidang teknologi.

    Huang mengatakan pembangunan infrastruktur fisik untuk menopang perkembangan AI akan memicu lonjakan permintaan terhadap tenaga kerja di sektor keterampilan teknis. 

    “Segmen pekerja terampil di setiap ekonomi akan mengalami masa keemasan. Pembangunan pusat data AI akan terus berkembang, berlipat ganda setiap tahun,” kata Huang dikutip dari laman Investopedia pada Sabtu (11/10/2025).

    Menurutnya, ekspansi besar-besaran data center untuk mendukung teknologi AI global akan membutuhkan jutaan tenaga konstruksi dan teknisi. Bahkan, banyak dari pekerjaan tersebut menawarkan penghasilan lebih dari US$100.000 per tahun atau sekitar Rp1,6 miliar tanpa memerlukan gelar sarjana.

    Pandangan Huang sejalan dengan kekhawatiran sejumlah pemimpin bisnis lainnya. CEO BlackRock, Larry Fink, misalnya, telah memperingatkan pemerintah Amerika Serikat mengenai potensi kekurangan tenaga kerja terampil karena kebijakan imigrasi yang ketat dan menurunnya minat generasi muda terhadap pekerjaan di bidang keterampilan praktis.

    “Saya sudah mengatakan kepada tim Trump bahwa kita akan kekurangan teknisi listrik untuk membangun pusat data AI. Kita benar-benar tidak punya cukup banyak orang,” kata Fink.

    Laporan McKinsey menunjukkan, satu pusat data seluas 250.000 kaki persegi bisa menyerap hingga 1.500 pekerja konstruksi selama masa pembangunan. Setelah beroperasi, setiap pusat data mempekerjakan sekitar 50 staf pemeliharaan tetap, yang kemudian turut menciptakan sekitar 3,5 lapangan kerja tambahan di sektor lain.

    Dengan proyeksi belanja modal global untuk pusat data mencapai US$7 triliun atau sekitar Rp112 kuadriliun pada 2030, permintaan terhadap pekerja di sektor konstruksi dan keterampilan praktis diperkirakan melonjak tajam.

    Namun, data terbaru dari Yale Budget Lab menunjukkan dampak AI terhadap pasar kerja secara keseluruhan belum signifikan. Meski terjadi pergeseran pekerjaan yang sedikit lebih cepat dibandingkan masa transisi teknologi sebelumnya, belum ada tanda-tanda penghapusan besar-besaran terhadap profesi yang ada saat ini.

    Sementara itu, pendiri Microsoft Bill Gates justru memiliki pandangan berbeda. Dia percaya profesi programmer akan tetap menjadi salah satu pekerjaan yang paling aman dari disrupsi AI, bahkan hingga seratus tahun ke depan.

    Melansir The Economic Times (11/9/2025), Gates mengatakan meskipun AI mampu membantu pekerjaan teknis seperti menulis kode sederhana atau debugging, kemampuan manusia dalam berpikir kreatif dan mengambil keputusan tidak bisa tergantikan oleh mesin.

    “Menulis kode bukan sekadar mengetik. Itu adalah proses berpikir mendalam, memahami masalah, membuat keterhubungan, dan menemukan solusi baru,” kata Gates.

    Dia menilai AI memang kuat, tetapi juga berisiko bila tidak dimanfaatkan secara bijak. 

    Menurut laporan World Economic Forum (WEF), AI berpotensi menghilangkan 85 juta pekerjaan pada 2030, namun di saat bersamaan menciptakan 97 juta jenis pekerjaan baru, terutama di bidang teknologi dan industri masa depan.

    Selain programmer, Gates menyebut bahwa profesi di bidang energi dan biologi juga relatif aman dari ancaman AI karena memerlukan keahlian manusia yang kompleks dan tak bisa ditiru algoritma.

    Dia menjelaskan, meski AI dapat membantu menganalisis data besar dan mendukung diagnosis penyakit, mesin belum mampu melakukan penemuan ilmiah atau berpikir kritis layaknya manusia. Begitu pula di sektor energi, di mana pengambilan keputusan strategis dan kemampuan analitis manusia tetap krusial.