Tag: Bernie Sanders

  • Tidak Ada Lagi Bantuan Militer untuk Mesin Perang Netanyahu

    Tidak Ada Lagi Bantuan Militer untuk Mesin Perang Netanyahu

    PIKIRAN RAKYAT – Amerika Serikat didesak untuk menghentikan pasokan senjata ke Israel yang sedang menjajah Palestina. Desakan ini datang dari Senator AS, Bernie Sanders yang turut menyoroti pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Israel.

    “(Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu tidak mengizinkan bantuan apa pun masuk ke Gaza selama 22 hari. Ia melanggar gencatan senjata, dan melanjutkan kampanye pengeboman yang telah menewaskan lebih dari 50.000 orang,” katanya.

    Saat ini, Israel melanjutkan penjajahannya di Jalur Gaza dan melakukan serangan demi serangan setelah gagalnya kesepakatan fase kedua gencatan senjata. Kini, warga Palestina yang tewas kian bertambah.

    “Sekarang dia mengancam pendudukan jangka panjang di Gaza,” kata Sanders dilaporkan Anadolu Agency.

    Desakan dari Sanders ini setelah Israel melancarkan serangan udara pada Selasa, 18 Maret 2025 ke Jalur Gaza. Sejak serangan tersebut, sedikitnya 730 orang tewas meskipun situasi masih gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan yang berlaku pada bulan Januari.

    “TIDAK ADA LAGI BANTUAN MILITER UNTUK MESIN PERANG NETANYAHU,” kata Sanders.

    Dilaporkan kantor berita WAFA, sejak serangan Oktober 2023 hingga saat ini, 50.183 warga Palestina tewas yang sebagian besar wanita dan anak-anak. Selain itu, 113.828 warga Palestina lainnya mengalami luka-luka.

    Terlebih lagi, sedikitnya 10.000 orang tidak diketahui keberadaannya, diduga tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh wilayah Gaza.

    Badan khusus pemindahan paksa warga Palestina

    Israel secara terang-terangan akan membentuk badan pemerintah yang mengurusi pemindahan paksa warga Palestina di Jalur Gaza. Hal ini telah dikonfirmasi oleh seorang juru bicara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Senin, 24 Maret 2025.

    Badan tersebut sedang disusun setelah mendapat persetujuan dari kabinet keamanan Israel menyusul rencana Menteri Pertahanan, Israel Katz. Rencana pembentukan badan ini lantas menuai reaksi keras dari Arab Saudi.

    Arab Saudi mengecam pengumuman Israel tentang badan yang bertujuan mengusir warga Palestina. Sementara, Mesir dan negara-negara Arab lainnya masih belum bersikap.

    Rencana Kementerian Pertahanan Israel ini merupakan tindak lanjut dari saran Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Trump sebelumnya meminta agar penduduk Palestina di Gaza dipindahkan ke negara lain.

    Kelompok hak asasi manusia dan kritikus di seluruh dunia menilai hal ini sebagai pembersihan etnis, pemindahan paksa suatu populasi dari rumahnya. Namun, Israel menyebut pemindahan paksa ini sebagai ‘sukarela’.

    “Mempersiapkan keberangkatan sukarela penduduk Jalur Gaza ke negara ketiga dengan cara yang aman dan terkendali,” kata sang juru bicara dilaporkan Al Jazeera.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Platform X Ditinggal Direktur Teknik Haofei Wang saat Elon Musk Getol Berpolitik

    Platform X Ditinggal Direktur Teknik Haofei Wang saat Elon Musk Getol Berpolitik

    Bisnis.com, JAKARTA – Haofei Wang, Direktur Teknik platfom media sosial X, dikabarkan meninggalkan perusahaan secara tiba-tiba. Wang telah menjadi tokoh kunci di X sejak bergabung pada Juli 2023, bertindak sebagai jembatan antara Elon Musk dan tim insinyur. 

    Kepergiannya terjadi di tengah meningkatnya fokus Musk pada xAI dan DOGE. X baru-baru ini merekrut Mike Dalton dan Uday Ruddaraju dari Robinhood untuk posisi kepemimpinan teknik, yang juga bekerja di xAI. Meskipun bisnis X menunjukkan tanda-tanda pemulihan dengan valuasi $44 miliar, perhatian Musk terhadap X tampaknya berkurang sejak dia terlibat dalam kampanye politik Presiden Amerika Serikat Donald Trump. 

    The Verge , Selasa (25/3/2025), coba mengonfirmasi kepergian tersebut. Hingga berita ini diturunkan, Wang maupun juru bicara perusahaan X tidak menanggapi permintaan komentar.

    Sebelumnya, kebijakan politik Musk juga membuat platform X ditinggal oleh sejumlah tokoh politik besar AS, salah satunya Presiden AS ke-44 Barack Obama. 

    Obama hijrah ke platform media sosial mirip Twitter bernama Bluesky. Sejumlah politisi AS mulai meninggalkan X.com seiring dengan terjunnya Elon Musk ke dunia politik.

    Haofei Wang, direktur teknik platfom media sosial X

    Langkah ini sekaligus menandai kemenangan besar bagi Bluesky dalam menarik pengguna terkenal, terutama setelah banyak pengguna sayap kiri meninggalkan X (sebelumnya Twitter).

    Obama menggunakan unggahannya untuk merayakan ulang tahun ke-15 ACA. Bluesky, yang kini memiliki lebih dari 33 juta pengguna, juga menjadi rumah bagi politisi AS lainnya seperti Bernie Sanders dan Alexandria Ocasio-Cortez, yang semakin menegaskan posisinya sebagai platform alternatif yang berkembang.

    Rose Wang dari Bluesky OOO mengkonfirmasi langsung bergabungnya Obama.

    Dalam beberapa unggahan pertamanya di platform tersebut, Obama merayakan ulang tahun ke-15 Affordable Care Act (ACA). Dia mengingatkan tentang perubahan yang mungkin terjadi ketika kemajuan diperjuangkan.

    Mantan presiden tersebut mempertahankan pengikut yang besar di platform media sosial lainnya, termasuk X dan Facebook, di mana ia memiliki 130,6 juta pengikut dan 55 juta pengikut, masing-masing.

    “Saya pikir saya akan mampir ke sini hari ini untuk ulang tahun ke-15 Affordable Care Act. Dengan semua yang terjadi saat ini, mudah untuk merasa bahwa orang-orang biasa tidak dapat membuat perbedaan – tetapi ACA adalah pengingat bahwa perubahan mungkin terjadi ketika kita memperjuangkan kemajuan,” tulis Obama di platform Bluesky, Senin (24/3/2025).

    Di sisi lain, X milik Elon Musk, telah kehilangan sejumlah pengguna ke jaringan sosial alternatif, termasuk Bluesky, setelah pemilihan AS 2024. Musk menggunakan X untuk berkampanye untuk Presiden Trump dan mempromosikan pandangan politik yang selaras dengan MAGA.

  • Barack Obama Hijrah ke Bluesky, Politisi AS Berjemaah Tinggalkan X Elon Musk

    Barack Obama Hijrah ke Bluesky, Politisi AS Berjemaah Tinggalkan X Elon Musk

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat ke-44, Barack Obama, hijrah ke platform media sosial mirip Twitter bernama Bluesky. Sejumlah politisi AS mulai meninggalkan X.com seiring dengan terjunnya Elon Musk ke dunia politik.

    Langkah ini sekaligus menandai kemenangan besar bagi Bluesky dalam menarik pengguna terkenal, terutama setelah banyak pengguna sayap kiri meninggalkan X (sebelumnya Twitter).

    Obama menggunakan unggahannya untuk merayakan ulang tahun ke-15 ACA. Bluesky, yang kini memiliki lebih dari 33 juta pengguna, juga menjadi rumah bagi politisi AS lainnya seperti Bernie Sanders dan Alexandria Ocasio-Cortez, yang semakin menegaskan posisinya sebagai platform alternatif yang berkembang.

    Rose Wang dari Bluesky OOO mengkonfirmasi langsung bergabungnya Obama.

    Dalam beberapa unggahan pertamanya di platform tersebut, Obama merayakan ulang tahun ke-15 Affordable Care Act (ACA). Dia mengingatkan tentang perubahan yang mungkin terjadi ketika kemajuan diperjuangkan.

    Mantan presiden tersebut mempertahankan pengikut yang besar di platform media sosial lainnya, termasuk X dan Facebook, di mana ia memiliki 130,6 juta pengikut dan 55 juta pengikut, masing-masing.

    “Saya pikir saya akan mampir ke sini hari ini untuk ulang tahun ke-15 Affordable Care Act. Dengan semua yang terjadi saat ini, mudah untuk merasa bahwa orang-orang biasa tidak dapat membuat perbedaan – tetapi ACA adalah pengingat bahwa perubahan mungkin terjadi ketika kita memperjuangkan kemajuan,” tulis Obama di platform Bluesky, Senin (24/3/2025).

    Di sisi lain, X milik Elon Musk, telah kehilangan sejumlah pengguna ke jaringan sosial alternatif, termasuk Bluesky, setelah pemilihan AS 2024. Musk menggunakan X untuk berkampanye untuk Presiden Trump dan mempromosikan pandangan politik yang selaras dengan MAGA.

    Dia juga sekarang memegang posisi penting di lingkaran Trump berkat keterlibatannya dengan DOGE (Departemen Efisiensi Pemerintah), yang telah bekerja untuk mengurangi tenaga kerja pemerintah federal, memotong pengeluaran, dan membongkar lembaga pemerintah.

    Techcrunch melaporkan banyak pengguna AS yang condong ke kiri tidak lagi ingin berpartisipasi di X. Eksodus mereka dari platform tersebut menyebabkan lonjakan besar dalam pertumbuhan pengguna Bluesky pada akhir 2024.

    Saat ini, jaringan sosial baru tersebut memiliki lebih dari 33 juta pengguna dan terus berkembang.

    Politisi AS lainnya sudah aktif di Bluesky, termasuk nama-nama terkenal seperti Bernie Sanders, Elizabeth Warren, Al Green, Gavin Newsom, dan Alexandria Ocasio-Cortez, yang menjadi orang pertama di Bluesky yang mencapai satu juta pengikut. Banyak perwakilan, senator, dan gubernur lainnya juga telah bergabung dengan jaringan tersebut.

  • Alasan Trump Suka dengan Putin Tapi Tidak dengan Zelensky

    Alasan Trump Suka dengan Putin Tapi Tidak dengan Zelensky

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunjukkan ketidaksukaan ke Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Hal ini setidaknya terlihat dari pertengkaran verbal keduanya di Ruang Oval, Gedung Putih, pekan lalu.

    Awalnya, pertemuan berjalan cukup baik selama 23 menit pertama. Terlihat pertemuan yang sopan meskipun kaku antara seorang presiden Amerika dan seorang pemimpin asing.

    Situasi kemudian memanas 39 menit. Bahkan ada kesan Trump lebih menyukai Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Ya, mengutip tulisan khusus New York Times, Trump memang tampaknya benar-benar kesal selama diskusi dengan Zelensky karena kata-kata kasar mantan komedian itu ke Putin. Trump, yang tidak mengatakan apa-apa selain hal-hal baik tentang penguasa Kremlin itu, tampak tersinggung atas namanya dan memarahi Zelensky karena bersikap bermusuhan terhadap orang yang telah menginvasi negaranya.

    “Dia membenci kita,” kata Zelensky kepada Trump, mencoba menjelaskan bahwa Putin adalah agresor, bukan korban.

    “Ini bukan tentang saya. Dia membenci orang Ukraina. Dia pikir kita bukan sebuah negara.”

    Zelensky pun menjelaskan pernyataan Trump pekan lalu yang menyebut Ukraina memulai perang salah besar. Ia menegaskan “Putin memulai perang ini”.

    Trump kemudian tidak setuju. Ia mulai menegur Zelensky karena bersikap jahat.

    “Sangat menyenangkan berbicara buruk tentang orang lain,” kata Trump, nadanya mencemooh.

    “Tetapi saya ingin masalah ini segera diselesaikan,” katanya.

    “Ini bukan cinta,” tegasnya menjelaskan bahwa ia menganggap Zelensky sebagai pihak yang bersalah.

    “Itulah sebabnya Anda berada dalam situasi ini.”

    Lalu mengapa Trump sepertinya lebih suka Putin dibanding Zelensky?

    Mengutip Carnegie Politika, publikasi digital yang menampilkan analisis soal Rusia dan Ukraina, Putin pintar mengambil hati Trump. Ini terjadi saat pembebasan Marc Fogel seorang warga negara AS yang ditahan di Rusia atas tuduhan narkoba terjadi pekan lalu.

    Trump berbicara dengan Putin secara langsung. Putin pun memanfaatkan keinginan Trump itu, memperlakukan pria 78 tahun itu sesuai keinginannya “dianggap cepat dan tegas”.

    Komunikasi untuk memberikan Trump kesan keberhasilan dan kesuksesan yang dilakukan Putin. Putin hanya perlu membebaskan Fogel.

    Kasus yang sama juga terjadi di Ukraina. Putin siap memberi Trump kemenangan dengan perdamaian dengan Ukraina.

    “Ia memulai perang dan akan menghentikannya jika kondisi tertentu terpenuhi dan kata-kata yang tepat diucapkan,” ujar analisis lembaga itu, dikutip Selasa (4/3/2025).

    “Selama seperempat abad berkuasa, Putin telah mengusulkan agar Rusia dan Amerika Serikat bekerja sama untuk mengalahkan musuh bersama, mulai dari teroris Islam dan perompak Somalia hingga COVID-19 dan bahkan pemanasan global,” tambahnya.

    “Ia percaya bahwa kemenangan seperti itu akan membawa kedua negara lebih dekat, melampaui hambatan politik dan ideologis, perbedaan antara kekuatan yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah, dan bahkan penindasan domestik Rusia, seperti yang berhasil dilakukan Stalin dan Roosevelt pada tahun 1940-an.”

    Hal ini berbeda dengan Zelensky. Dimuat Politico, Zelenskyy melakukan kesalahan fatal dengan terlibat dalam debat di depan kamera dengan Trump dan wakilnya JD Vance di Gedung Putih. Itu memalukan buat Trump dan menimbulkan kemarahannya.

    Kebencian Pribadi Trump ke Zelensky sejak 2019

    Indian Express juga mencoba membedah ini. Laman itu mengatakan tampaknya Trump memendam ketidaksukaan pribadi terhadap Zelensky.

    “Trump membenci Ukraina. Dia dan orang-orang di sekitarnya percaya bahwa Ukraina adalah penyebab semua masalah Trump..,” kata seorang pengusaha Ukraina-Amerika yang pernah bekerja dengan pengacara Trump, Rudy Giuliani, Lev Parnas.

    “Dia membenci Zelensky dengan penuh semangat, dan Zelensky mengetahuinya,” tambahnya.

    Trump dan Zelensky memang punya sejarah yang sudah terjalin setidaknya lima tahun lalu, sekitar 2019. Saat itu, Zelensky tidak melakukan sesuatu yang Trump inginkan.

    Ini terkait kasus pemakzulan Trump di masa dirinya menjabat di periode pertama. Kala itu muncul isu bahwa pemilu AS 2016 yang dimenangkan Trump terkait campur tangan Rusia.

    “Penyelidikan oleh otoritas Amerika mengklaim bahwa Rusia telah meretas email Partai Demokrat dan merilisnya. Dokumen yang bocor menunjukkan bahwa pimpinan Partai Demokrat lebih memilih Hillary Clinton sebagai kandidat Presiden daripada Bernie Sanders, yang merusak reputasi Clinton,” tulis laman itu, yang juga bersumber dari Politico.

    “Namun, Trump mengatakan peretasan itu dilakukan oleh Ukraina untuk mencemarkan nama baik Rusia. Begitu ia menjadi Presiden, dalam panggilan telepon yang menentukan pada tahun 2019, ia bahkan meminta Zelensky untuk menyelidiki masalah tersebut dan mengembalikan server yang ia yakini berada di Ukraina. Zelensky menyetujui hal ini akan memperkuat teori campur tangan Ukraina.”

    Namun, ini bukan satu-satunya bantuan yang Trump minta. Ia juga meminta Zelensky untuk menyelidiki putra Joe Biden, Hunter Biden, terkait perusahaan migas di sana.

    Ia bahkan membuat kunjungan ke Gedung Putih untuk Zelensky. Di mana Trump berjanji akan memberikan bantuan militer senilai hampir US$400 juta untuk Ukraina dengan syarat bantuan ini diberikan.

    Namun permintaan itu justru menjadi masalah. Ini dibawa ke Kongres AS dan Trump dimakzulkan atas tindakannya meminta penyelidikan Hunter.

    (sef/sef)

  • Rencana Presiden Trump Bocor, Pemindahan Warga Palestina Bagian dari Pembersihan Etnis

    Rencana Presiden Trump Bocor, Pemindahan Warga Palestina Bagian dari Pembersihan Etnis

    GELORA.CO – Anggota DPR RI Hidayat Nur Wahid menolak keras usulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk merelokasi warga Gaza ke sejumlah negara tetangga, seperti Mesir dan Yordania. Di sisi lain, Wakil Ketua MPR yang kerap disapa HNW ini menilai langkah tersebut sebagai bentuk membantu Israel dalam mewujudkan misi penjajahan untuk mewujudkan ‘klaim’ negara Israel Raya. Termasuk, hal itu juga bagian dari pembersihan etnis (ethnic cleansing) yang wajib ditolak oleh semua pihak yang cinta kemanusiaan dan perdamaian.

    “Usulan merelokasi warga Gaza ke negara-negara lain, ternyata bukan lagi sekadar wacana tim transisi Donald Trump sebagaimana yang bocor ke publik, melainkan sikap Trump yang secara terbuka dinyatakan sendiri oleh Trump. Dan betapa seriusnya proposal ini, sehingga Trump mengaku bahwa dirinya berkomunikasi langsung dengan Presiden Mesir dan Raja Yordania, walau kemudian ditolak oleh kedua pemimpin negara tersebut,” kata HNW dalam keterangan tertulis dikutip di Jakarta, Rabu (28/1/2025).

    Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI 2009-2014 ini pun mengapresiasi sikap Presiden Mesir dan Raja Yordania yang menolak mentah-mentah usulan tersebut, apapun alasannya. Sikap Presiden Mesir itu juga sejalan dengan sikap Universitas Al Azhar yang menolak relokasi.

    “Penolakan juga datang dari sejumlah negara Eropa, seperti Inggris dan Jerman, serta Liga Arab. Memang sudah seharusnya ditolak karena relokasi tersebut bukan solusi yang tepat untuk menghadirkan keadilan dan perdamaian di Palestina, melainkan hanya dalih/kedok untuk memudahkan Israel melakukan pendudukan dan melanggengkan penjajahan terhadap Gaza/Palestina,” terang HNW.

    Lebih lanjut, HNW juga sependapat dengan Senator AS Bernie Sanders yang menyebut rencana dan tindakan Trump itu sebagai bentuk pembersihan etnis dan merupakan kejahatan perang. Secara bahasa, pembersihan etnis adalah upaya untuk menciptakan wilayah geografis yang homogen secara etnis melalui deportasi atau pemindahan paksa orang-orang yang termasuk dalam kelompok etnis tertentu.

    “Secara definisi, apa yang diusulkan oleh Trump jelas bentuk dari ethnic cleansing, walaupun dengan kedok relokasi,” kata politikus senior PKS ini.

    HNW menambahkan, daripada Donald Trump mengusulkan usulan yang kontraproduktif dan tidak menjadi solusi untuk mengakhiri perang dan menciptakan perdamaian seperti yang dia kampanyekan saat maju sebagai calon Presiden, akan lebih baik apabila AS sebagai sekutu Israel paling fanatik, untuk mendesak agar Israel mematuhi dan tidak melanggar semua butir perjanjian gencatan senjata.

    “Atau bila perlu, Trump mempertimbangkan usulan menerima semua warga Israel untuk direlokasi, dipindahkan dan diberikan tanah di AS yang sangat luas itu, dengan difasilitasi oleh AS. Itu akan jadi terobosan yang efektif mewujudkan janji kampanye Trump untuk mengakhiri perang dan menghadirkan perdamaian di Palestina,” lanjut HNW menegaskan.

    Selain itu, ujar dia, usulan solutif ini juga bermanfaat bagi warga AS, yang tidak perlu protes karena uang pajak yang mereka bayarkan justru digunakan untuk membantu Israel dalam melanjutkan kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan lainnya terhadap warga Gaza. Bahkan bisa membantu keuangan AS, yang telah membantu mendukung Israel sejak 7 Oktober 2023 sebesar 356,7 triliun Dolar AS. “Jumlah itu akan sangat membantu AS membangun kembali kawasan2 di AS yang hancur karena kebakaran seperti LA/California,” tambahnya.

    Anggota Komisi VIII DPR RI ini juga mengusulkan agar Presiden Prabowo Subianto yang baru saja bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim yang menegaskan kuatnya komitmen kedua negara dalam mendukung kemerdekaan Palestina, untuk lebih aktif dan efektif menggalang kebersamaan dengan negara-negara OKI, Liga Arab dan PBB, untuk bersama-sama memastikan dilaksanakannya semua butir gencatan senjata, dan menolak keras usulan Donald Trump untuk merelokasi warga Gaza ke luar Palestina.

    “Apalagi di awal munculnya proposal relokasi itu, nama Indonesia juga sempat disebut-sebut sebagai tujuan relokasi untuk warga Gaza/Palestina,” ujar HNW.

  • Dunia Kecam Ide Trump Relokasi Penduduk Gaza, Niat Busuk Singkirkan Warga Palestina dari Tanah Air Mereka

    Dunia Kecam Ide Trump Relokasi Penduduk Gaza, Niat Busuk Singkirkan Warga Palestina dari Tanah Air Mereka

    PIKIRAN RAKYAT – Pengamat Hak Asasi Manusia Euro-Med menyatakan keprihatinan mendalam atas proposal Presiden AS Donald Trump untuk merelokasi kembali warga Gaza di Yordania dan Mesir.

    Donald Trump menggambarkan Gaza sebagai “situs pembongkaran”, dan mengatakan bahwa semua pihak harus membersihkan kantong Palestina serta merelokasi kembali warga Palestina di Yordania dan Mesir.

    Kelompok yang berbasis di Jenewa itu mengatakan bahwa pernyataan ini melanggar hukum internasional dengan melakukan genosida terhadap rakyat Palestina di Gaza.

    “Sangat memprihatinkan,” ucap Euro-Med dalam sebuah pernyataan.

    “Orang-orang Palestina, yang sudah menderita akibat dampak buruk dari upaya Israel untuk memusnahkan mereka, seharusnya tidak harus membayar harga lebih lanjut untuk genosida ini dengan dipindahkan secara paksa ke luar tanah air mereka,” katanya menambahkan.

    Mereka mengatakan bahwa Israel penjajah sebagai kekuatan pendudukan, adalah satu-satunya entitas yang harus bertanggung jawab moral dan hukum atas kejahatan yang telah dilakukannya di Jalur Gaza.

    “Membayar ganti rugi kepada Palestina, dan membangun kembali Jalur Gaza secepat mungkin,” ujar Euro-Med.

    Memperhatikan bahwa Konvensi Jenewa Keempat secara tegas melarang pemindahan paksa penduduk di bawah pendudukan, kelompok itu menekankan bahwa setiap rencana untuk melakukannya akan menjadi pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian ini.

    “Fasilitasi rencana ini juga akan melanggar hak rakyat Palestina yang tidak dapat dicabut untuk tinggal di tanah mereka dan di tanah air mereka, hak yang dilindungi oleh hukum internasional, dan akan menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang,” tutur Euro-Med.

    Mereka menekankan bahwa sikap regional dan global yang menentang proposal Donald Trump untuk mendeportasi penduduk Jalur Gaza “mutlak diperlukan”, dan mendesak masyarakat internasional untuk sepenuhnya menegakkan prinsip-prinsip hukum internasional dan mengadopsi solusi yang menghormati hak-hak Palestina.

    Indonesia Tegas Menolak

    Kementerian Luar Negeri (Kemlu) membantah isu mengenai pemindahan warga Gaza dengan menyatakan pemerintah Republik Indonesia tidak pernah memiliki rencana untuk merelokasi sebagian dari dua juta penduduk Gaza ke Indonesia.

    “Pemerintah RI tidak pernah memperoleh informasi apapun, dari siapapun, maupun rencana apapun terkait relokasi sebagian dari dua juta penduduk Gaza ke Indonesia sebagai salah satu bagian dari upaya rekonstruksi pasca konflik,” kata Kementerian Luar Negeri melalui keterangan resmi di Jakarta.

    Kemlu menegaskan bahwa pemerintah menghindari berspekulasi tentang isu tersebut tanpa adanya informasi yang lebih jelas.

    “Indonesia tetap tegas dengan posisi segala upaya untuk memindahkan warga Gaza tidak dapat diterima,” ucapnya.

    Senada, Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) juga dengan tegas menolak wacana dari tim Presiden Amerika Serikat Donald Trump, untuk merelokasi dua juta penduduk Gaza ke Indonesia. Hal itu dikatakan Sekretaris Umum (Sekum) PP Persis Ustaz Haris Muslim di Jakarta, Jumat, 24 Januari 2025.

    Ustaz Haris menilai, relokasi tersebut merupakan modus Donald Trump yang ingin mengusir warga Gaza. Merelokasi warga Gaza ke Indonesia merupakan modus Amerika yang seolah-olah sebagai pahlawan dan penyelamat warga Gaza.

    “Padahal semua itu intinya adalah modus, agar warga Palsetina dan Gaza keluar dari tanah-tanah kelahiran mereka,” ujarnya.

    Sekum Persis pun mempertanyakan, kalau warga Gaza direlokasi ke Indonesia, lantas Gaza mau dipakai oleh siapa. Ketika warga Gaza diusir dengan dalih relokasi, maka Gaza tidak lagi ada orang, sehingga menjadi kesempatan bagi Israel untuk melakukan okupasi pendudukan dan penguasaan di wilayah Gaza.

    Dia menegaskan, PP Persis sangat tegak lurus mendukung kemerdekaan rakyat Palestina serta mendukung agar warga Palestina bisa kembali ke tanah-tanah mereka.

    “Persis sangat istiqomah mendukung kemerdekaan rakyat Palestina,” katanya.

    Penentangan Liga Arab

    Liga Arab mengatakan bahwa upaya untuk mencabut rakyat Palestina dari tanah mereka, baik melalui pemukiman kembali, aneksasi atau perluasan permukiman.

    “Hal itu telah terbukti gagal di masa lalu,” ucap Liga Arab dalam sebuah pernyataan, Minggu 26 Januari 2025.

    “Menghindari prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan dan komitmen jangka panjang ini, yang telah mengumpulkan konsensus Arab dan internasional, hanya akan memperpanjang konflik dan membuat perdamaian semakin tidak dapat dicapai,” tuturnya.

    Liga Arab menegaskan bahwa upaya semacam itu ditolak, dan melanggar hukum internasional.

    “Memindahkan orang secara paksa dari tanah mereka hanya dapat digambarkan sebagai pembersihan etnis,” ujarnya.

    Liga Arab menekankan, fase saat ini membutuhkan upaya berkelanjutan dari semua pihak untuk memperkuat dan mempertahankan gencatan senjata sebagai pendahulu untuk segera memulai rekonstruksi Gaza dan mengatasi luka-luka rakyatnya, yang telah mengalami pembantaian brutal selama 15 bulan berturut-turut.

    “Infrastruktur Jalur Gaza telah mengalami kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah perang modern,” katanya.

    Liga Arab pun menyerukan semua negara yang percaya pada solusi dua negara sebagai jalan menuju perdamaian untuk bekerja dengan rajin dan segera untuk memulai proses yang kredibel untuk mencapai solusi ini dan menerapkannya di lapangan sesegera mungkin.

    “Ini adalah satu-satunya cara untuk memastikan keamanan dan perdamaian bagi Palestina, Israel, dan semua orang di kawasan dan dunia,” ucapnya.

    Penolakan Yordania

    Yordania memperbarui penolakannya terhadap pemukiman kembali Palestina, setelah Presiden AS Donald Trump menyerukan untuk “membersihkan” Jalur Gaza.

    “Semua berbicara tentang tanah air alternatif… tidak dapat diterima. Kami tidak menerimanya, kami belum menerimanya, dan kami akan terus menghadapinya dengan semua kemampuan kami,” tutur Menteri Luar Negeri, Ayman Safadi.

    “Yordania adalah untuk Yordania, Palestina adalah untuk Palestina, dan solusi untuk masalah Palestina ada di tanah Palestina,” katanya menambahkan, mengutip pernyataan Raja Abdullah II.

    Kritik dari Munich

    Kepala Konferensi Keamanan Munich juga mengkritik proposal Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza, mencirikan rencana itu sebagai pelanggaran hukum internasional.

    “Proposal yang dibuat oleh Trump ini telah ditolak oleh semua orang di wilayah ini, jadi saya tidak melihat bagaimana ini bisa terbang jika Yordania dan Mesir menentangnya,” ujar Duta Besar Christoph Heusgen kepada sekelompok jurnalis internasional di Berlin.

    “Mereka mengatakan Gaza adalah rumah Palestina, dan mereka ingin tinggal di sana, dan mereka memiliki hak untuk tinggal di sana, karena ini sesuai dengan hukum internasional,” ucapnya menambahkan.

    Christoph Heusgen menunjukkan bahwa Gaza harus menjadi bagian dari negara Palestina di masa depan, melalui penyelesaian diplomatik.

    “Di sinilah perbatasan sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang harus ditekankan dalam hal apa pun,” katanya.

    Slovenia Tak Terima

    Menteri Luar Negeri Slovenia mengkritik proposal Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza, menggambarkan rencana itu sebagai “tidak dapat diterima.”

    “Posisi Slovenia benar-benar jelas, kami tidak setuju untuk pengusiran paksa,” ucap Tanja Fajon dalam pidatonya, Senin 27 Januari 2025.

    Menggarisbawahi bahwa Slovenia mengakui Palestina sebagai negara yang berdaulat dan merdeka, dia mengatakan bahwa Palestina “memiliki hak” untuk berada di tanah mereka sendiri.

    “Segala jenis pemukiman paksa di Yordania atau Mesir, seperti yang telah berulang kali ditunjukkan kedua negara di masa lalu, sama sekali tidak dapat diterima,” kata Tanja Fajon.

    “Ini juga merupakan kasus pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional dan saya pikir kita harus mengambil sikap yang sangat kuat terhadap hal ini di Uni Eropa,” tuturnya menambahkan.

    Spanyol: Warga Gaza Harus Tetap Berada di Gaza

    Menteri Luar Negeri Spanyol turut menolak gagasan Donald Trump untuk “membersihkan” Gaza dan merelokasi penduduknya ke negara-negara Arab lainnya.

    “Posisi kami jelas: warga Gaza harus tetap berada di Gaza. Gaza adalah bagian dari negara Palestina masa depan, yang perlu dikendalikan oleh satu pemerintah,” kata Menteri Luar Negeri Spanyol, Jose Manuel Albares.

    “Sesegera mungkin, Gaza dan Tepi Barat harus diperintah oleh otoritas nasional Palestina tunggal,” ucapnya menambahkan.

    Inggris Tolak Usulan Kontroversial Trump

    Inggris menolak proposal kontroversial Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza ke negara-negara tetangga.

    “Warga sipil Palestina harus dapat kembali dan membangun kembali rumah dan kehidupan mereka,” kata juru bicara Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer.

    “Seperti yang dikatakan menteri luar negeri, bagi orang-orang Gaza, begitu banyak dari mereka telah kehilangan nyawa, rumah atau orang yang mereka cintai, 14 bulan terakhir konflik telah menjadi mimpi buruk yang hidup. Itulah mengapa Inggris terus ditekan untuk resolusi konflik di Gaza,” tuturnya menambahkan.

    Jerman: Penduduk Palestina Tak Bisa Diusir dari Gaza

    Jerman pada hari Senin menolak proposal Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan warga Palestina dari Gaza ke negara-negara terdekat – Mesir dan Yordania.

    Berbicara pada konferensi pers di Berlin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Christian Wagner mengatakan bahwa Jerman mempertahankan komitmennya terhadap konsensus internasional mengenai status Gaza.

    “Ada posisi bersama yang dibagikan oleh Uni Eropa, mitra Arab kami dan PBB, yang sangat jelas: Penduduk Palestina tidak dapat diusir dari Gaza, dan Gaza tidak boleh diduduki atau dimukimkan kembali secara permanen oleh Israel,” katanya.

    Christian Wagner menambahkan bahwa kelompok G7 dari ekonomi terkemuka dunia, termasuk AS, sejauh ini secara konsisten mendukung posisi ini dalam beberapa pernyataan bersama.

    “Pengusiran dari Gaza, dan mendirikan permukiman baru di sini tidak mungkin. Ini juga sesuatu yang kami jelaskan selama Pertemuan Menteri Luar Negeri G7 di Tokyo pada tahun 2023. Dalam hal ini, saya pikir posisi kami lebih dari jelas,” ujarnya.

    Christian Wagner  mencatat bahwa gagasan Donald Trump sudah ditolak oleh negara-negara di kawasan itu, dan menggarisbawahi bahwa fokus internasional tidak boleh tergelincir dari upaya berkelanjutan untuk gencatan senjata yang berkelanjutan di wilayah tersebut.

    “Anda mungkin juga telah mencatat komentar yang dibuat oleh menteri luar negeri Mesir dan Yordania. Dalam hal ini, saya ingin menunjukkan bahwa bagi kami yang penting saat ini adalah implementasi perjanjian gencatan senjata,” tuturnya.

    Mesir: Palestina Tak Cuma Kelompok, tapi Bangsa!

    Parlemen Mesir menegaskan kembali penolakan atas rencana apa pun yang bertujuan untuk merelokasi rakyat Palestina dari tanah mereka, memperingatkan bahwa tindakan semacam itu menimbulkan “ancaman serius” bagi keamanan dan stabilitas regional.

    “Kami tidak dapat mengabaikan bahaya signifikan yang ditimbulkan oleh proposal yang diedarkan mengenai relokasi warga Palestina dari tanah mereka,” ucap Ketua Parlemen Hanafi Gebali.

    “Ide-ide ini sama sekali mengabaikan fakta yang mapan bahwa perjuangan Palestina bukan hanya masalah kependudukan atau perselisihan geografis, tetapi penyebab rakyat yang berjuang untuk hak-hak sah dan historis mereka,” ujarnya.

    “Semua orang harus menyadari bahwa rakyat Palestina bukan hanya kelompok yang mencari perlindungan. Mereka adalah bangsa dengan sejarah yang kaya, tanah suci, dan hak yang tidak dapat dicabut yang tidak dapat dihapus seiring waktu. Mereka tidak akan pernah melepaskan hak-hak ini, begitu pula bangsa Arab di hadapan mereka,” tutur Hanafi Gebali menambahkan.

    Ketua parlemen Mesir memperingatkan bahwa setiap proposal yang melewati hak-hak Palestina menimbulkan ancaman serius bagi keamanan dan stabilitas regional.

    “Satu-satunya solusi untuk mencapai perdamaian abadi adalah menerapkan solusi dua negara, yang memastikan rakyat Palestina dapat mendirikan negara merdeka mereka di sepanjang perbatasan 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, sambil juga memastikan keamanan dan stabilitas seluruh wilayah,” kata Hanafi Gebali.

    “Mesir, yang telah menabur benih perdamaian di kawasan itu selama bertahun-tahun, menegaskan kembali hari ini bahwa mereka akan terus membela hak-hak rakyat Palestina dan dengan tegas menolak setiap upaya untuk melikuidasi perjuangan Palestina atau melanggar hak-hak rakyat besar ini,” ujarnya menambahkan.

    Warga Palestina: Tak Ada yang Bisa Paksa Kami Keluar dari Tanah Air!

    Kepresidenan Palestina juga menolak rencana yang bertujuan menciptakan “tanah air alternatif” bagi warga Palestina.

    “Proyek pemukiman kembali dan tanah air alternatif tidak dapat diterima dan hanya berfungsi untuk memperkuat ketidakstabilan dan kekacauan di wilayah tersebut,” ujar juru bicara kepresidenan Nabil Abu Rudeineh dalam sebuah pernyataan, Senin 27 Januari 2025.

    “Alternatifnya (opsi) adalah mencapai perdamaian yang adil berdasarkan legitimasi internasional dan Inisiatif Perdamaian Arab,” ucapnya menambahkan.

    Abu Rudeineh mengatakan bahwa kembalinya pengungsi Palestina ke Gaza utara mencerminkan keteguhan Palestina di tanah mereka.

    “Tidak ada yang bisa memaksa Palestina keluar dari tanah air mereka,” katanya.

    Nabil Abu Rudeineh pun menyerukan kepada pemerintah AS untuk mendukung solusi yang mengarah pada perdamaian dan stabilitas abadi bagi kawasan dan dunia.

    Senator AS: Trump Berniat Lakukan Pembersihan Etnis

    Senator AS Bernie Sanders pada hari Senin mengecam proposal Presiden Donald Trump untuk “membersihkan” Gaza dengan merelokasi jutaan warga Palestina, menyebutnya “pembersihan etnis” dan kejahatan perang, mendesak semua orang Amerika untuk mengutuknya.

    “Ada nama untuk ini, pembersihan etnis, dan itu adalah kejahatan perang. Gagasan keterlaluan ini harus dikutuk oleh setiap orang Amerika,” katanya.

    PBB: Kami Menentang!

    PBB pada hari Senin mengatakan bahwa mereka menentang proposal Presiden AS Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina di luar Gaza.

    “Kami akan menentang rencana apa pun yang akan mengarah pada pengungsian paksa orang, atau akan mengarah pada segala jenis pembersihan etnis,” ucap juru bicara PBB Stephane Dujarric.

    Menanggapi pertanyaan tentang Tepi Barat yang diduduki menjadi Gaza baru di tengah meningkatnya serangan tentara Israel, dia mengaku prihatin.

    “Kami sangat prihatin dengan situasi yang memburuk di Tepi Barat. Kegiatan kekerasan yang tidak terkendali dari pemukim Israel terhadap penduduk sipil, penduduk Palestina di Tepi Barat,” kata Stephane Dujarric.

    Lebih lanjut, dia pun mendesak semua pihak untuk tidak “kehilangan fokus pada bagian lain” karena Gaza tetap menjadi fokus utama oleh semua pihak.

    Mengenai situasi terbaru di Tepi Barat yang diduduki, Stephane Dujarric menyampaikan peringatan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) atas memburuknya di Jenin dan kamp pengungsinya ketika operasi Israel penjajah yang sedang berlangsung oleh pasukan Israel penjajah memasuki hari ketujuh, yang mengakibatkan korban lebih lanjut dan penghancuran jalan dan infrastruktur.

    Dia mengingat pembunuhan seorang balita oleh Israel penjajah selama akhir pekan.

    “Sejak operasi di Jenin dimulai pada 21 Januari, 16 kematian telah dilaporkan,” kata Stephane Dujarric.

    “Sementara itu, hari ini, di kamp pengungsi Tulkarm, serangan udara dilaporkan menewaskan dua warga Palestina, meningkatkan kekhawatiran atas penggunaan kekuatan yang melebihi standar penegakan hukum,” tuturnya menambahkan, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Anadolu.

    Stephane Dujarric juga mengingatkan bhawa Rumah sakit bukan target, dan harus dilindungi setiap saat. Pernyataan itu disampaikan ketika Israel penjajah mengepung Rumah Sakit Pemerintah Tulkarm.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Media Israel: Warga Israel Kaget Negaranya Harus Andalkan Senjata Asing, IDF Takut Kehabisan Bom – Halaman all

    Media Israel: Warga Israel Kaget Negaranya Harus Andalkan Senjata Asing, IDF Takut Kehabisan Bom – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Media terkenal Israel, The Jerusalem Post, mengatakan negaranya terlalu bergantung pada senjata buatan luar negeri.

    Media itu menyebut warga Israel dikagetkan oleh banyak hal sejak perang di Jalur Gaza meletus sekitar setahun lalu.

    Warga Israel kaget menghadapi ancaman kelompok Houthi yang berada di tempat berjarak 2.000 km dari Israel.

    Lalu, mereka kaget karena Israel bergantung kepada pihak luar/asing, terutama Amerika Serikat (AS), dalam hal persenjataan dasar seperti senapan, peluru artileri, dan bom.

    “Israel membutuhkan AS untuk mendapatkan senjata utama seperti jet tempur, pesawat pengisi bahan bakar, dan helikopter pengangkut beban berat,” kata media itu.

    “Tetapi untuk bom dan mortir? Tidakkah itu kembali ke masa lalu ketika sebelum negara Israel ada dan periode awal negara ketika Zionis pedagang senjata berkelana di dunia untuk mencari senapan mesin, mortir, dan pesawat yang dimodifikasi untuk dibawa kembali ke Israel?”

    Media itu mempertanyakan apakah Israel yang dikenal sebagai eksportir senjata canggih kini malah kembali ke masa lalu.

    Pasukan Israel (IDF) melakukan evakuasi terhadap rekan tentara mereka yang terluka dan tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza menggunakan helikopter. (Khaberni)

    IDF takut kehabisan bom

    Media itu menyebut Pasukan Pertahanan Israel (IDF) takut kehabisan bom di Gaza.

    Peristiwa tanggal 1 Maret 2024 menjadi buktinya. Saat itu ada tiga tentara Israel yang tewas dan belasan terluka karena ledakan di rumah yang dipasangi jebakan di Khan Yunis.

    “Dalam debat setelah peristiwa itu mengenai alasan IDF mengirim pasukan untuk menghancurkan gedung, bukannya menghancurkannya dari udara, satu alasan yang diajukan adalah karena IDF menyimpan jenis bom yang akan dibutuhkan untuk meratakan bangunan itu untuk operasi lain,” ujar media itu.

    “Dengan kata lain, Israel takut kehabisan bom, dan IDF secara berhati-hati memantau persediaan senjatanya agar bisa menghadapi perang panjang di banyak front.

    Bahaya yang muncul akibat ketergantungan Israel pada senjata AS menjadi makin terlihat pada bulan November 2024.

    Saat itu Senator AS bernama Bernie Sanders mendukung tiga rancangan undang-undang (RUU) yang akan melarang penjualan senjata ke Israel.

    Salah satu senjata yang dilarang itu adalah perangkat pemandu bom yang akan mengubah “bom bodoh” atau bom tanpa sistem pemandu menjadi bom akurat dengan sistem pemandu. Senjata lainnya adalah tank dan peluru mortir.

    Israel beruntung karena RUU itu tidak disahkan. Meski demikian, sepertiga senator Partai Demokrat telah mendukung RUU itu. Oleh karena itu, Israel khawatir kelak akan ada RUU serupa.

    Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri cadangan melakukan patroli di wilayah Gaza Utara yang tampak rata tanah. Meski sudah beroperasi berbulan-bulan, IDF belum mampu membongkar kemampuan tempur Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas yang menjalankan taktik gerilya hit and run. (khaberni/HO)

    Media itu kemudian mengapresiasi dua kontrak senilai 1 miliar shekel dengan Elbit Systems, perusahaan produksi senjata Israel.

    Salah satu kontrak akan menyediakan ribuan bom berat untuk IDF. Kontrak lainnya akan memungkinkan pembangunan fasilitas untuk memproduksi material yang penting untuk pembuatan bom pada roket dan rudal.

    “Kami meyakini segala yang meningkatkan kemandirian dalam hal persenjataan harus dipuji,” kata The Jerusalem Post.

    Sementara itu, Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan Israel Eyal Zamir menyebut kedua kontrak itu akan memastikan adanya kemampuan untuk memproduksi bom dan amunisi segala jenis.

    “[Tujuannya] mencapai kemandirian penuh dalam kedua bidang itu,” kata Zamir.

    “Ini pelajaran penting dari perang yang akan memungkinkan IDF melanjutkan operasinya dengan kuat di semua medan tempur.”

    The Jerusalem Post mengklaim perang di Gaza telah memicu sorotan terhadap ketergantungan Israel pada persenjataan yang berasal dari luar negeri, terutama AS.

    (Tribunnews.com/Febri)

  • Jutaan Warga AS Dibohongi Foto AI, Viral Wanita yang Dibakar Hidup-hidup di Stasiun Kereta – Halaman all

    Jutaan Warga AS Dibohongi Foto AI, Viral Wanita yang Dibakar Hidup-hidup di Stasiun Kereta – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, AS –   Pada Senin 23 Desember 2024, muncul sebuah unggahan di media sosial mengklaim sosok wanita yang dibakar hidup-hidip di stasiun kereta bawah tanah New York Amerika Serikat (AS) sehari sebelumnya.

    Disebutkan  korbannya adalah seorang wanita bernama Amelia Carter dan menyertakan gambar yang dibuat dengan AI. 

    Unggahan tersebut, yang ternyata hoax, telah dilihat sebanyak 2,4 juta kali di X pada saat dipublikasikan.

    Seorang juru bicara DCPI mengonfirmasi kepada Newsweek bahwa identifikasi korban dalam serangan itu belum dipublikasikan.

    Mengapa Hal Ini Penting

    Pada tanggal 22 Desember 2-24, seorang wanita dibakar hidup-hidup di kereta bawah tanah NYC. 

    Ia dinyatakan meninggal di tempat kejadian, dan polisi belum merilis identitasnya ke publik.

    Seorang tersangka telah diidentifikasi dalam kasus tersebut.

    Dia  seorang pria bernama Sebastian Zapeta, yang ditahan beberapa jam setelah wanita itu meninggal pada Minggu pagi.

    Zapeta adalah warga negara Guatemala yang berada di AS secara ilegal. 

    Pejabat ICE mengonfirmasi kepada Newsweek pada hari Senin bahwa Zapeta memasuki AS secara ilegal pada tahun 2018 dan dideportasi, tetapi kemudian masuk kembali ke negara tersebut.

    Hal yang Perlu Diketahui

    Sebuah kiriman yang dibagikan di X yang secara keliru mengidentifikasi korban menyatakan “Ini Amelia Carter. Dia terbakar hidup-hidup di kereta bawah tanah kemarin. Ini Amerika-nya Joe Biden ,” disertai gambar kabur seorang wanita muda berambut cokelat.

    Catatan komunitas di X menyatakan “Ini adalah tipuan. Foto ini adalah AI. Tidak ada sumber berita terverifikasi hingga 23/12/2024 yang menyebutkan nama atau pernyataan korban.”

    Informasi palsu tersebut telah beredar melampaui X, dan diunggah di Reddit dan sejumlah situs web lainnya.

    Satu situs mengunggah artikel tentang Amelia Carter, menciptakan latar belakang cerita lengkap untuk wanita fiktif tersebut.

    Situs itu mengklaim bahwa ia pernah bekerja sebagai pekerja magang di kampanye presiden Bernie Sanders tahun 2016, dan bahwa ia adalah seorang perawat di Rumah Sakit Mount Sinai di New York.

    Sebastian Zapeta telah didakwa dengan pembunuhan tingkat pertama dan kedua serta pembakaran setelah Departemen Kepolisian Kota New York menangkapnya menyusul insiden di stasiun Coney Island-Stillwell Avenue.

    Korban didekati saat ia dilaporkan sedang tidur di kereta F di Brooklyn pada Minggu pagi. Rekaman kamera pengawas kereta menunjukkan seorang pria berjalan ke arahnya, lalu membakar pakaiannya.

    Polisi mengatakan bahwa wanita itu terbakar seluruhnya dalam beberapa saat. Pria itu menyaksikan dari bangku di peron stasiun. Petugas patroli di dekatnya mencium bau asap dan pergi untuk menyelidiki, menemukan wanita itu terbakar.

    Apa Kata Orang

    Jessica Tisch, komisaris polisi Kota New York, menggambarkan serangan di kereta bawah tanah itu sebagai: “Salah satu kejahatan paling kejam yang mungkin dilakukan seseorang terhadap manusia lain.”

    Eric Gonzalez, jaksa wilayah Brooklyn , merilis pernyataan yang mengatakan: “Kami akan melakukan segala daya kami untuk memastikan akuntabilitas dalam kasus ini.”

    Apa selanjutnya

    Zapeta ditahan tanpa jaminan. ICE telah mengatakan bahwa ada rencana untuk mengeluarkan surat perintah penahanan guna memindahkan Zapeta ke tahanan federal menyusul dakwaan terhadapnya.

    Pada saat pelaporan, belum ada rincian tentang korban sebenarnya dari kebakaran tersebut yang disampaikan ke publik, tetapi kemungkinan informasi ini akan dirilis pada waktunya.