Tag: Bashar al-Assad

  • Rusia Kutuk Israel Kembali Serang Gaza, Buat 413 Orang Tewas

    Rusia Kutuk Israel Kembali Serang Gaza, Buat 413 Orang Tewas

    Jakarta CNBC Indonesia – Rusia mengutuk pemboman Israel yang kembali di Jalur Gaza. Serangan itu menjadi yang paling mematikan sejak gencatan senjata berlaku antara Israel dan Hamas, Januari.

    Hingga kini serangan yang terjadi Selasa (18/3/2025) telah menewaskan ratusan orang. Menurut kementerian kesehatan Gaza, setidaknya 413 orang tewas dalam serangan terbaru itu.

    “Moskow sangat menyesalkan dimulainya kembali operasi militer Israel di Jalur Gaza,” kata kementerian luar negeri Rusia, dikutip AFP.

    “Rusia mengutuk keras tindakan apa pun yang menyebabkan kematian warga sipil dan penghancuran infrastruktur sosial.”

    Kremlin mengatakan sebelumnya bahwa mereka khawatir serangan tersebut akan menyebabkan eskalasi spiral. Pemerintah Presiden Vladimir Putin mengaku memantau situasi dengan sangat cermat.

    “Kami menunggu situasi kembali damai,” kata juru bicara Dmitry Peskov kepada wartawan.

    Sebelumnya, (PM) Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan operasi itu diperintahkan setelah “penolakan berulang Hamas” untuk membebaskan sandera yang ditawan selama serangan Oktober 2023. Operasi itu sendiri dikatakan diketahui oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Sejak melancarkan serangan ke Ukraina, Rusia telah menjalin hubungan yang lebih erat dengan Iran, yang mendukung Hamas dan Hizbullah, sambil mempertahankan hubungan yang umumnya baik dengan Israel. Pengaruh Moskow di kawasan itu sebenarnya sedikit berkurang sejak sekutunya Bashar al-Assad digulingkan oleh pemberontak Suriah tahun lalu.

    Sebelumnya, Qatar, Mesir, dan AS memediasi fase awal gencatan senjata, yang mulai berlaku pada 19 Januari. Fase ini sebagian besar menghentikan pertempuran selama lebih dari 15 bulan di Gaza.

    Fase pertama itu berakhir pada awal Maret, dan meskipun kedua belah pihak sejak itu menahan diri dari perang habis-habisan, mereka belum dapat menyetujui langkah selanjutnya untuk perundingan gencatan senjata. Israel juga telah melakukan serangan hampir setiap hari di Gaza, tetapi tidak dalam skala operasi hari Selasa.

    Dalam sebuah posting di Telegram pada dini hari Selasa, tentara Israel mengatakan bahwa mereka “melakukan serangan besar-besaran terhadap target teror milik organisasi teroris Hamas di Jalur Gaza”. Israel memerintahkan semua sekolah yang dekat dengan wilayah tetangga Gaza ditutup, karena pemerintah mengatakan akan meningkatkan aksi militer terhadap Hamas.

    Hamas merespons hal itu seraya mengatakan Israel memutuskan untuk mengorbankan sanderanya dengan meluncurkan kembali operasi militer besar-besaran di Jalur Gaza. Langkah Negeri Zionis tersebut telah menghancurkan periode tenang sejak gencatan senjata bulan Januari.

    (sef/sef)

  • Tentara Suriah Terlibat Baku Tembak dengan Tentara Lebanon dan Kelompok Bersenjata di Lebanon – Halaman all

    Tentara Suriah Terlibat Baku Tembak dengan Tentara Lebanon dan Kelompok Bersenjata di Lebanon – Halaman all

    Tentara Suriah Terlibat Baku Tembak dengan Tentara Lebanon dan Kelompok Bersenjata di Lebanon

    TRIBUNNEWS.COM- Pasukan Suriah terlibat baku tembak dengan tentara Lebanon dan kelompok bersenjata di timur laut Lebanon semalam dan hingga hari ini dalam putaran baru bentrokan di sepanjang perbatasan, Reuters melaporkan.

    Telah terjadi ketegangan di sepanjang perbatasan pegunungan dalam beberapa bulan sejak pemberontak menggulingkan Bashar Al-Assad di Suriah dan mendirikan institusi serta tentara mereka sendiri.

    Kemarin malam, Kementerian Pertahanan Suriah menuduh Hizbullah menyeberang ke wilayah Suriah dan menculik serta membunuh tiga anggota tentara baru Suriah.

    Hizbullah membantah terlibat. Sebuah sumber keamanan Lebanon mengatakan kepada Reuters bahwa tiga tentara Suriah telah menyeberang ke wilayah Lebanon terlebih dahulu dan dibunuh oleh anggota bersenjata dari sebuah suku di Lebanon timur laut yang khawatir kota mereka diserang.

    Sebagai balasan atas kematian mereka, pasukan Suriah menembaki kota-kota perbatasan Lebanon pada malam hari, menurut Kementerian Pertahanan Suriah dan tentara Lebanon. Penduduk kota Al-Qasr, kurang dari satu kilometer dari perbatasan, melarikan diri lebih jauh ke pedalaman untuk menghindari pemboman.

    Presiden Lebanon Joseph Aoun mengatakan ia memerintahkan tentara untuk menanggapi sumber tembakan dari perbatasan utara dan timur dengan Suriah, menurut pernyataan dari kantornya. Aoun mengatakan negara tidak akan membiarkan bentrokan di sepanjang perbatasan terus berlanjut.

    Militer Lebanon mengatakan dalam sebuah pernyataan hari ini bahwa mereka telah menyerahkan jenazah tiga warga Suriah yang terbunuh kepada otoritas Suriah, dan bahwa mereka telah menanggapi tembakan dari wilayah Suriah dan mengirim bala bantuan ke daerah perbatasan.

    Tentara Suriah mengirim konvoi pasukan dan beberapa tank ke perbatasan hari ini, menurut seorang reporter Reuters di sepanjang perbatasan. Pasukan Suriah melepaskan tembakan ke udara saat mereka bergerak melalui kota-kota dalam perjalanan menuju perbatasan.

    “Bala bantuan militer dalam jumlah besar dikerahkan untuk memperkuat posisi di sepanjang perbatasan Suriah-Lebanon dan mencegah pelanggaran apa pun dalam beberapa hari mendatang,” kata Maher Ziwani, kepala divisi tentara Suriah yang dikerahkan ke perbatasan.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR

  • AS dan Israel Pertimbangkan Kirim Warga Gaza ke Suriah, Pemerintahan Julani Baru Seumur Jagung – Halaman all

    AS dan Israel Pertimbangkan Kirim Warga Gaza ke Suriah, Pemerintahan Julani Baru Seumur Jagung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat dan Israel dilaporkan sedang mempertimbangkan sejumlah negara yang bisa menjadi tujuan migrasi warga Palestina dari Jalur Gaza.

    Selain Somalia dan Sudan, baru-baru ini Suriah disebut menjadi salah satu kandidat tujuan warga Gaza.

    Seorang narasumber CBS News mengatakan AS di bawah Presiden Donald Trump sudah berusaha menghubungi pemerintahan baru di Suriah melalui pihak ketiga.

    Adapun narasumber lainnya menyatakan pemerintah Suriah memang sudah dihubungi. Namun, belum jelas apakah sudah ada tanggapan dari Suriah.

    Seorang pejabat senior Suriah berkata pihaknya belum mengetahui adanya upaya AS dan Israel untuk menghubungi pemerintah Suriah untuk keperluan pemindahan warga Gaza.

    Saat ini pemerintahan baru Suriah dapat dikatakan baru seumur jagung. Pemerintahan itu didirikan setelah rezim Presiden Bashar al-Assad ditumbangkan oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

    Suriah kini dipimpin oleh Presiden Ahmed Al-Sharaa yang juga dikenal sebagai Abu Muhammad al-Julani.

    AHMED AL-SHARAA – Tangkapan layar YouTube Al Jazeera pada Senin (10/3/2025) memperlihatkan Presiden Suriah Ahmed Al-Sharaa. (Tangkapan layar YouTube Al Jazeera)

    Pemindahan warga Gaza

    Ide pemindahan warga Gaza itu sudah disampaikan berulang kali oleh Trump sebagai bagian dari upaya membangun kembali Gaza dan mengakhiri perang Israel-Hamas.

    Trump juga sempat mengusulkan agar AS mengusai Gaza dengan cara membelinya.

    Ide Trump itu mendapat penolakan keras dari berbagai pihak, terutama Hamas dan negara-negara Arab.

    Sebaliknya, para pejabat sayap kanan Israel menyambut baik ide itu dan meminta warga Palestina untuk menyetujuinya.

    Namun, beberapa waktu lalu sikap Trump tampak melunak. Dia mengatakan tidak siapa pun yang akan mengusir warga Palestina di Gaza.

    Sudan dan Somalia dipertimbangkan

    Dua negara di Afrika, yakni Sudan dan Somalia, turut dipertimbangkan menjadi tujuan perpindahan warga Gaza.

    Dua narasumber diplomatik CBS mengatakan pejabat AS dan Israel disebut sudah berkomunikasi dengan kedua negara itu.

    Namun, Duta Besar Somalia untuk AS, Dahir Hassan, mengklaim baik AS maupun Israel belum menghubungi Somalia untuk membahas rencana pemindahan warga Gaza.

    “Penyebaran informasi yang tidak terverifikasi semacam itu berisiko memicu propaganda rekrutmen untuk kelompok ekstremis seperti ISIS dan Al-Shabaab, berpotensi memperbesar tantangan keamanan di kawasan ini,” kata Hassan.

    Saat ini Somalia tidak dalam situasi baik. Di negara itu terdapat kelompok Al Shabaab yang terus melakukan pemberontakan. 

    Sementara itu, Sudan masih dilanda perang saudara dan bencana kelaparan.

    Ada puluhan ribu pengungsi Sudan yang berusaha mencari suaka di Israel dalam dua dasawarsa terakhir. Namun, mereka ditahan di tempat penahanan atau dibiarkan saja tanpa status formal.

    Israel rampungkan persiapan pemindahan warga Gaza

    Israel dilaporkan sudah merampungkan persiapan untuk memindahkan warga Palestina dari Gaza.

    Menurut pemberitaan media Israel Hayom, sudah ada negara-negara yang bersedia menerima warga Gaza.

    Dalam beberapa minggu terakhir, Menteri Pertahanan Israel Katz sudah menetapkan mekanisme yang memungkinkan 2.500 warga Gaza pergi dari Gaza setiap hari.

    Adapun saat ini ada lebih dari dua juta warga Palestina yang menetap di Gaza.

    Menurut narasumber yang didapatkan media Israel itu, ada satu negara yang sudah tertarik menerima pekerja bangunan dari Gaza. Meski demikian, adanya kontroversi membuat perkembangan hal itu mandek.

    Pemindahan warga Gaza bisa dilakukan melalui jalur laut, yakni melalui Pelabuhan Ashdod di Israel.

    Sementara itu, pemindahan lewat udara bisa dilakukan melalui Pelabuhan Ramon di Eilat.

    Rute udara ini disebut sudah dioperasikan selama beberapa bulan untuk mengangkut korban luka. Sudah ada sekitar 1.500 warga Palestina yang keluar dari Gaza untuk pergi ke negara lain.

    Adapun jalur lainnya ialah melalui perlintasan Rafah. Dilaporkan sudah ada sekitar 35.000 warga Gaza yang pergi ke Mesir pada awal perang Gaza. Beberapa di antara mereka pergi lagi dari Mesir ke negara lain.

    Media itu mengklaim Israel tertarik untuk mengizinkan sebanyak mungkin warga Palestina untuk meninggalkan Gaza.

    (*)

  • Erdogan dan Trump Teleponan Bahas Ukraina-Suriah

    Erdogan dan Trump Teleponan Bahas Ukraina-Suriah

    Ankara

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara via telepon dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Minggu (16/3) waktu setempat. Percakapan telepon keduanya membahas soal perang Rusia-Ukraina hingga upaya memulihkan stabilitas di Suriah.

    Kantor kepresidenan Turki dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters, Senin (17/3/2025), mengungkapkan bahwa Erdogan memberitahu Trump jika Ankara mendukung “inisiatif yang tegas dan langsung” untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina.

    Disebutkan juga bahwa Turki akan terus berjuang untuk “perdamaian yang adil dan abadi”.

    Dalam percakapan telepon itu, menurut kantor kepresidenan Turki, Erdogan dan Trump juga membahas soal Suriah yang sedang berupaya memulihkan stabilitas di bawah pemerintahan baru, usai lengsernya rezim mantan Presiden Bashar al-Assad.

    “Pentingnya kontribusi bersama untuk pencabutan sanksi terhadap Suriah guna memulihkan stabilitas, membuat pemerintahan baru berfungsi dan mendukung normalisasi,” sebut kantor kepresidenan Turki soal pembahasan antara kedua kepala negara.

    Lebih lanjut disebutkan bahwa terwujudnya hal-hal tersebut di atas akan memungkinkan warga-warga Suriah yang mengungsi untuk kembali ke negara mereka.

    Tidak hanya itu, menurut kantor kepresidenan Turki, Ankara juga mengharapkan langkah-langkah dari AS terkait perang melawan terorisme, dengan mempertimbangkan kepentingan Turki.

    Dalam pertempuran melawan kelompok radikal Islamic State (ISIS) di Suriah, AS bersekutu dengan milisi Kurdi Suriah yang dianggap kelompok teroris oleh Turki. Otoritas Ankara telah mengkritik keras aliansi Washington itu sebagai pengkhianatan terhadap sekutu NATO.

    Erdogan juga mengatakan perlu untuk mengakhiri sanksi-sanksi terhadap Ankara, menyelesaikan proses pengadaan jet tempur F-16 dan mengizinkan Turki berpartisipasi kembali dalam program jet siluman F-35 untuk mengembangkan kerja sama industri pertahanan kedua negara.

    AS menjatuhkan sanksi terhadap Turki dan menarik negara itu dari program jet siluman F-35 pada tahun 2019, setelah Ankara membeli sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia di masa lalu.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Penuturan Warga Suriah Ngungsi ke Pangkalan Rusia, Hindari Pembantaian

    Penuturan Warga Suriah Ngungsi ke Pangkalan Rusia, Hindari Pembantaian

    Damaskus

    “Anak laki-laki saya satu-satunya, usianya baru 25 tahun,” tutur Dalaal Mahna dengan air mata berlinang. “Mereka merenggutnya, lalu berkata, ‘Kami akan membunuhnya dan membuatmu hancur.’”

    Itulah kali terakhir Dalaal melihat putranya. Dalaal mengatakan buah hatinya itu ditembak mati oleh orang-orang bersenjata yang menculiknya.

    Dalaal merupakan penganut sekte minoritas Alawi di Suriah yang menjadi sasaran kekerasan sejak pekan lalu.

    “Semua orang tahu anak saya mengidap diabetes dan anemia. Dia hanya berusaha bertahan hidup semampunya.”

    BBC News Arabic bertemu langsung dengan Dalaal dan ribuan pengungsi lainnya di sebuah pangkalan udara Rusia terpencil di pesisir barat negara itu.

    Salah satu LSM yang memantau perang Suriah melaporkan lebih dari 1.400 warga sipil tewas sejak 6 Maret, silam. Sebagian besar korban adalah penganut Alawi yang tersebar Latakia dan provinsi tetangga Tartous, Hama, dan Homs.

    Dalaal adalah salah satu dari sedikit orang yang bersedia menceritakan pengalaman mengenaskan yang berlangsung selama satu pekan itu.

    ‘Eksekusi sepihak’

    Dalaal memperlihatkan foto anak laki-lakinya yang bernama Amjad Qatrawi. Dia mengatakan anaknya tewas di tangan kelompok bersenjata (BBC)

    Minggu lalu, pasukan keamanan melancarkan operasi di wilayah tersebut untuk meredam aksi pemberontakan kelompok pengikut mantan presiden Bashar al-Assad.

    Assad adalah seorang penganut Alawi dan rezimnya didominasi anggota sekte tersebut.

    Kekerasan meningkat tajam setelah 13 personel keamanan tewas dalam sebuah penyergapan oleh orang-orang bersenjata di kota pesisir Jableh.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Setelah serangan itu, kelompok bersenjata yang setia kepada pemerintahan pimpinan kaum Sunni dituduh melakukan pembunuhan balas dendam di komunitas-komunitas yang mayoritas Alawi.

    Selama empat hari berikutnya, banyak keluarga yang tewas dibunuh, termasuk perempuan dan anak-anak, menurut kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    Penduduk terpaksa mengungsi dari rumah mereka dan mencari perlindungan di pegunungan (BBC)

    Pada Rabu (12/03), seorang juru bicara PBB mengatakan pihaknya sejauh ini sudah memverifikasi pembunuhan 111 warga sipil. Akan tetapi, angka sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi.

    Selain itu, dia menambahkan sebagian kasus adalah eksekusi sepihak.

    Baca juga:

    Di jalan raya itu, kami menemukan sebuah mobil dengan banyak bekas tembakan.

    Tidak diketahui berapa banyak orang yang tewas di dalamnya, ataupun latar belakang mereka.

    Namun, sangat sulit membayangkan ada korban selamat di mobil nahas itu.

    Ketika tim BBC datang, jalanan tertutup, dan kepulan asap terlihat membubung (BBC)

    Jalan raya internasional sudah diamankan dan dibersihkan dari sisa-sisa serangan yang dilakukan kelompok yang disebut sebagai sisa-sisa rezim sebelumnya.

    Serangan yang kemudian memicu aksi balas dendam terhadap komunitas Alawi.

    Namun, puluhan jasad masih terlihat di semak belukar dan kuburan massal, seperti yang tim BBC lihat saat melakukan perjalanan bersama pasukan dari Kementerian Pertahanan Suriah.

    Berlindung di perbukitan

    Sulit untuk mengetahui siapa yang berada di dalam mobil ini, tetapi kemungkinan besar mereka sudah tewas (BBC)

    Puluhan jenazah tergeletak di antara semak belukar (BBC)

    Berdasarkan keterangan sumber BBC di pasukan keamanan, para pendukung setia Assad yang bertanggung jawab atas serangan di Jableh tidak semuanya berhasil dilumpuhkan.

    Mereka justru berhasil menarik diri ke pegunungan sekitar saat pasukan keamanan mengirimkan bala bantuan besar-besaran dari berbagai penjuru negara.

    “Mereka semua warga desa-desa di sini,” ungkap Mahmoud al-Haik, tent dari kementerian pertahanan pemerintah yang baru yang ditugaskan di Baniyas, pedesaan Latakia.

    Mahmoud al-Haik (kiri), prajurit dari Kementerian Pertahanan Suriah, menceritakan kepada Feras Kilani (kanan) dari BBC News Arabic tentang bagaimana para pejuang berhasil menguasai kota (BBC)

    “Semua orang di jembatan ini, semua pelaku kejadian ini, berasal dari komunitas sekitar sini. Tapi sekarang mereka semua sudah pergi dari daerah ini.”

    Kami bertanya, “Tapi bukankah di serangan awal, mereka berhasil menguasai sebagian besar wilayah [Baniyas]?”

    “Dua hari pertama situasinya benar-benar kacau,” jawabnya.

    “Daerah ini benar-benar dilanda kekacauan. Syukurlah, kami berhasil mengambil alih kendali. Warga mulai pulang ke rumah masing-masing. Saat ini banyak dari mereka yang meminta agar warga lain juga diizinkan pulang.”

    Kegiatan usaha masih terhenti akibat kekerasan yang terjadi (BBC)

    Perjalanan singkat ke beberapa desa memperlihatkan bahwa sebagian besar wilayah ini masih kosong.

    Khawatir menjadi korban pembunuhan sektarian, penduduk mengungsi ke pegunungan. Mereka rela tidur di tempat terbuka selama seminggu terakhir.

    Di sebuah desa di pinggiran kota Baniyas, tim BBC bertemu beberapa laki-laki yang dengan was-was kembali untuk melihat kondisi rumah dan toko mereka.

    Wafiq Ismail enggan menceritakan apa yang dilihatnya saat serangan terjadi (BBC)

    Wafiq Ismail, seorang warga Alawi, berusaha menjaga nada suaranya ketika kami wawancara. Dia mengaku ada di sana saat serangan terjadi, tetapi enggan memaparkan secara detail.

    “Jujur saja, saya tidak bisa menjelaskan apa-apa. Saya tidak terlibat sama sekali. Sumpah saya tidak pernah punya kaitan dengan semua ini,” ujarnya.

    “Bukan itu maksud pertanyaan kami,” tim BBCa menjelaskan.

    “Kami hanya ingin tahu, sebagai orang yang ada di sini, apa yang Anda lihat?”

    Jawabannya mencerminkan ketakutannya: “Saudaraku, saya benar-benar tidak bisa bicara soal ini. Saya tidak tahu apa-apa. Sudah ya Semoga Tuhan melindungi kita dari mara bahaya.”

    Perlindungan internasional

    Batas kendali pasukan keamanan Suriah berakhir di wilayah pedesaan Latakia. Daerah ini berbatasan dengan sekitar pangkalan udara militer Rusia, Hmeimim.

    Kami berhasil memasuki bagian luar pangkalan tanpa berkoordinasi dengan pihak Rusia. Rusia mendukung pasukan Assad selama perang saudara 13 tahun di Suriah.

    BBC

    Ribuan keluarga dari komunitas Alawi telah mengungsi ke pangkalan ini.

    Mereka menyelamatkan diri dari serangan yang dilancarkan berbagai kelompok di Suriah.

    Para pengungsi tinggal dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

    Di tempat inilah Dalaal menceritakan dukanya atas kehilangan putranya.

    Tempat ini sarat dengan kisah-kisah yang sangat menyedihkan.

    Potret anak-anak dari keluarga Alawi yang mencari perlindungan di pangkalan udara Rusia (BBC)

    Sebagian besar keluarga kehilangan seseorang: anak laki-laki, sanak saudara, atau tetangga.

    Seorang perempuan Alawi lainnya mengatakan, “Kami membutuhkan perlindungan dari dunia internasional atas penderitaan yang kami lalui. Kami sudah meninggalkan rumah, harta benda, dan pekerjaan untuk mengungsi.”

    Perempuan Alawi ini mengatakan para pengungsi membutuhkan perlindungan dari pihak internasional (BBC)

    Hanya sedikit informasi yang diketahui terkait serangan yang terjadi pada Kamis (13/03) dan dampak sektariannya yang signifikan.

    Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa, yang memimpin serangan pemberontak yang menggulingkan Assad pada bulan Desember lalu, mengakui dampak dari serangan tersebut dan berjanji akan mengusut tuntas para pelaku.

    Sharaa bahkan berjanji untuk tetap menindak pelaku meski mereka berasal dari pihak sekutunya.

    Dia menyatakan, “Kami tidak akan menolerir pertumpahan darah yang tidak dibenarkan.”

    Akan tetapi, peristiwa yang menambah rentetan insiden berdarah dalam sejarah Suriah ini tampaknya tidak akan dapat dengan mudah disembuhkan.

    Baca juga:

    Lihat juga Video dari Udara: Suriah Pasca-bentrokan Berdarah Tewaskan Ribuan Orang

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kementerian Luar Negeri Israel Klaim Israel Kirimkan Bantuan Kemanusiaan kepada Warga Druze Suriah – Halaman all

    Kementerian Luar Negeri Israel Klaim Israel Kirimkan Bantuan Kemanusiaan kepada Warga Druze Suriah – Halaman all

    Kementerian Luar Negeri Israel Mengklaim Israel Mengirimkan Bantuan Kemanusiaan kepada Warga Druze di Suriah

    TRIBUNNEWS.COM- Israel telah mengklaim mengirimkan bantuan kemanusiaan ke komunitas Druze di Suriah selama beberapa minggu terakhir, kata Kementerian Luar Negeri kemarin.

    “Dalam operasi yang dilakukan selama beberapa minggu terakhir, 10.000 paket bantuan kemanusiaan sejauh ini telah dikirimkan ke komunitas Druze di wilayah pertempuran Suriah,” kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.

    Paket-paket tersebut berisi barang-barang kebutuhan pokok seperti minyak, tepung, garam, dan gula dan sebagian besar dikirim ke provinsi selatan Suwayda, tambahnya.

    Suku Druze, minoritas Arab yang hadir di Suriah, Israel, Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, dan Lebanon, menjalankan agama yang berasal dari Islam tetapi memiliki identitas yang berbeda.

    Sejak penggulingan mantan Presiden Suriah Bashar Al-Assad, Israel telah memperluas pendudukannya di Dataran Tinggi Golan dan mengatakan tentara Suriah  tidak akan diizinkan  untuk memposisikan diri di selatan Damaskus. 

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga mengatakan Israel tidak akan membiarkan komunitas Druze di Suriah mengalami celaka.

    Para kritikus telah memperingatkan bahwa Netanyahu dan pejabat Israel lainnya sedang berupaya untuk memutuskan identitas Suriah komunitas Druze dalam upaya untuk mencaplok lebih banyak tanah di Suriah.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan awal pekan ini bahwa warga Druze Suriah akan diizinkan masuk dan  bekerja di Dataran Tinggi Golan yang diduduki , yang direbut Israel dari Suriah dalam perang tahun 1967.

    Sekelompok sekitar 100 tokoh senior Druze Suriah juga diperkirakan akan mengunjungi Dataran Tinggi Golan besok, kata anggota komunitas tersebut.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR 

  • Beri Peringatan, Kelompok Bantuan Sebut Anak-Anak Gaza Akan Meninggal jika Blokade Israel Berlanjut – Halaman all

    Beri Peringatan, Kelompok Bantuan Sebut Anak-Anak Gaza Akan Meninggal jika Blokade Israel Berlanjut – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok bantuan Islamic Relief mengatakan pihaknya mendapat lebih banyak reaksi dari organisasi kemanusiaan mengenai blokade Israel dan pemutusan pasokan listrik di Gaza.

    Islamic Relief menyebut pemadaman listrik Israel sebagai “tindakan hukuman kolektif yang kejam”.

    Organisasi yang beroperasi di Gaza itu mengatakan pemadaman listrik akan mencegah orang mendapatkan air minum, memaksa rumah sakit tutup, dan memicu wabah penyakit.

    “Tidak dapat dihindari bahwa anak-anak dan sebagian orang yang paling rentan di Gaza akan meninggal, kecuali pemerintah internasional memberikan tekanan serius kepada Israel untuk mengizinkan masuknya pasokan.”

    “Kata-kata keprihatinan saja tidak cukup; tindakan segera diperlukan untuk menghentikan orang-orang dari kelaparan,” kata kelompok tersebut, Rabu (12/3/2025), dilansir Al Jazeera.

    Sementara itu, Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) mengatakan persediaan penyelamat nyawa, termasuk obat-obatan di Gaza semakin menipis saat blokade Israel memasuki minggu kedua.

    “Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengoperasikan klinik kesehatan keliling, layanan ambulans, rumah sakit lapangan, dan mendukung pengelolaan rumah sakit di Gaza.”

    “PRCS, seperti banyak organisasi lainnya, kini harus membatasi bantuan yang tersisa,” katanya.

    “Hal ini menempatkan relawan dan staf kami dalam posisi yang sulit, di mana mereka dipaksa untuk membuat keputusan penting di bawah tekanan yang lebih besar,” tambah IFRC.

    Pemutusan Aliran Listrik Israel di Gaza

    Israel mengatakan telah memutus aliran listrik ke Gaza dalam apa yang tampaknya merupakan upaya lain untuk memaksa Hamas menerima perubahan yang ingin diberlakukannya pada persyaratan gencatan senjata yang disepakati pada Januari 2025.

    Israel memberlakukan blokade bantuan kemanusiaan yang memasuki Gaza pada awal Maret 2025 dalam upaya memaksa Hamas memperpanjang fase pertama gencatan senjata dan membebaskan lebih banyak tawanan.

    Diberitakan Al Jazeera, Israel ingin melakukan hal itu untuk menghindari perpindahan ke fase kedua, yang akan mengakibatkan berakhirnya perang secara permanen.

    Badan-badan bantuan, organisasi-organisasi hak asasi manusia dan negara-negara, termasuk beberapa sekutu Israel, telah mengecam keputusan tersebut, dengan menyebut dampak kemanusiaannya dan hukum internasional yang melarang hukuman kolektif terhadap penduduk sipil.

    Menurut pernyataan dari Gaza dan laporan media, pengumuman pemadaman listrik ini tidak seperti yang terlihat.

    Dikatakannya semua listrik yang disuplai ke Gaza akan diputus.

    Dalam unggahan di media sosial pada Minggu (9/3/2025), Menteri Energi Israel Eli Cohen mengatakan bahwa ia telah “segera memutus aliran listrik ke Jalur Gaza”.

    “Cukup bicaranya, saatnya bertindak!” katanya, sehari sebelum putaran perundingan gencatan senjata berikutnya di Doha.

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Hamas mengumumkan dimulainya “putaran negosiasi baru” saat utusan AS Steve Witkoff dan delegasi dari Israel tiba di ibu kota Qatar, Doha, untuk membahas gencatan senjata di Gaza.

    Israel meningkatkan serangan terhadap Gaza, menewaskan delapan orang, termasuk seorang anak, sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok-kelompok bantuan mendesak diakhirinya blokade Israel terhadap semua bantuan yang memasuki Jalur Gaza.

    Israel memulangkan lima warga negara Lebanon yang ditawannya dan mengumumkan perundingan tentang penetapan batas wilayah Israel-Lebanon.

    Israel juga menyatakan pasukan Israel akan tetap berada di wilayah Suriah yang diduduki untuk “periode yang tidak terbatas”.

    Warga Palestina di Gaza berduka atas tewasnya enam orang dalam serangan Israel yang terus berlanjut di wilayah itu.

    Sementara, Kementerian Kesehatan mengidentifikasi satu dari empat orang lainnya yang tewas dalam serangan terpisah Israel di Tepi Barat yang diduduki sebagai seorang wanita berusia 58 tahun.

    AGRESI GAZA – Pasukan Israel (IDF) dilengkapi dengan kendaraan militer berpatroli di reruntuhan Gaza. Israel kini dihadapkan pada posisi sulit antara melanjutkan agresi dan perang di Gaza atau bernegosiasi dengan Hamas demi keselamatan nyawa sandera. (khaberni/tangkap layar)

    Jihad Islam Palestina menyambut baik keputusan Houthi untuk melanjutkan serangan terhadap pengiriman Laut Merah setelah Israel mengabaikan ultimatum kelompok pemberontak Yaman untuk mengakhiri blokade di Gaza dalam waktu empat hari.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan badan-badan bantuan di Gaza membatasi semua bantuan, termasuk bahan bakar, sementara Dokter Lintas Batas (MSF) mengecam blokade Israel sebagai “keterlaluan” dan mengatakan bahwa “bantuan kemanusiaan tidak boleh digunakan sebagai alat tawar-menawar dalam perang”.

    Menteri Pertahanan Israel Gideon Saar mengatakan pasukan Israel akan tetap berada di wilayah yang mereka duduki di Dataran Tinggi Golan Suriah, setelah jatuhnya Bashar al-Assad, untuk “periode yang tidak terbatas”.

    Kementerian Kesehatan Gaza telah mengonfirmasi bahwa sebanyak 48.503 warga Palestina tewas dan 111.927 terluka dalam perang Israel di Gaza.

    Kantor Media Pemerintah Gaza telah memperbarui jumlah korban tewas menjadi lebih dari 61.700, dengan mengatakan ribuan warga Palestina yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.

    Sebanyak 1.139 orang tewas di Israel selama serangan 7 Oktober 2023 dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Perang Multifront, Israel Dalam Sehari Bombardir Gaza, Tepi Barat, Lebanon, dan Suriah – Halaman all

    Perang Multifront, Israel Dalam Sehari Bombardir Gaza, Tepi Barat, Lebanon, dan Suriah – Halaman all

    Perang Multifront, Israel Dalam Sehari Bombardir Gaza, Tepi Barat, Lebanon, dan Suriah

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel dilaporkan melancarkan serangan ke berbagai wilayah di kawasan dalam apa yang digambarkan Ynet sebagai perang multifront yang sedang dihadapi pasukan negara tersebut (IDF). 

    Dalam sehari, Senin (11/3/2025), Israel melancarkan serangan dan bombardemen ke Gaza, Tepi Barat, Lebanon Selatan, dan Suriah.

    “Serangan pesawat nirawak Israel menargetkan sebuah kendaraan di Lebanon selatan pada Senin sore,” menurut Ynet, Senin mengutip laporan sumber dari negara tersebut. 

    Serangan itu terjadi antara Deir al-Zahrani dan Roumine, laporan media lokal menunjukkan satu orang tewas karena serangan Israel tersebut. 

    “Laporan dari Lebanon menyatakan kalau target serangan itu adalah seorang perwira senior di unit pertahanan udara Hizbullah,” tambah laporan tersebut.

    SERANGAN UDARA – Serangan skala besar Israel ke wilayah Suriah di masa transisi kekuasaan pasca-tergulingnya Rezim Bashar al-Assad. (MNA/screenshot)

    Bombardir Koridor Netzarim dan Suriah

    Pada saat yang sama, lima warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan pesawat tak berawak Israel di wilayah koridor Netzarim di Jalur Gaza.

    Sebelumnya pada hari itu, menyusul gelombang serangan udara Israel terluas di Suriah dalam lebih dari dua bulan, serangan lain dilaporkan terjadi di negara itu. 

    Menurut media Suriah, serangan terbaru Israel menargetkan bandara militer al-Khalhalah dekat al-Suwayda di Suriah selatan.

    Sementara itu, Pasukan Pertahanan Israel melanjutkan operasi di Tepi Barat utara.

    Sebuah pernyataan bersama dari IDF, badan keamanan Shin Bet , dan polisi mengatakan kalau unit kontraterorisme, termasuk pasukan elit Yamam dan Duvdevan, melakukan penggerebekan di Jenin dan Qabatiya.

    Pihak keamanan Israel menyatakan, operasi penyerbuan itu menewaskan milisi bersenjata dan menangkap seorang anggota senior sel perlawanan di daerah tersebut.
     
    Selama agresi di Jenin, pasukan Israel berhadapan dengan orang-orang bersenjata yang bersembunyi di dalam sebuah gedung.

    “Dua milisi tewas dalam baku tembak yang terjadi, sementara yang ketiga terluka,” kata laporan Ynet. 

    Pasukan keamanan Israel juga menangkap 10 tersangka lainnya, termasuk Liwaa Jaaz, seorang anggota senior jaringan perlawanan yang bermarkas di Jenin.
     
    Secara terpisah, pasukan Duvdevan IDF menewaskan seorang pria bersenjata lainnya yang menembaki mereka.

    Pasukan Israel juga menemukan dua kendaraan di Jenin yang diklaim berisi senjata yang dimaksudkan untuk penyerangan dan menghancurkan tentara Israel. 

    Menurut laporan Palestina, seorang wanita berusia 58 tahun tewas akibat tembakan Israel di Jenin pada hari sebelumnya.

    RUMAH DIHANCURKAN – Foto tangkapan layar dari video yang diunggah akun X @Palhighlight tanggal 2 Februari 2025 memperlihatkan banyak rumah di Kota Jenin dihancurkan tentara Israel. Sementara itu, para pemukim Israel dilaporkan membakar sebuah masjid di barat laut Kota Jericho. (X/Palhighlight)

    Terus Langgar Gencatan Senjata di Lebanon

    Meskipun ada perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, IDF terus menyerang target-target di Lebanon untuk mencegah pelanggaran kesepakatan dan menghentikan transfer senjata yang bertujuan membangun kembali kemampuan militer Hizbullah. 

    Kelompok yang didukung Iran tersebut telah menderita kerugian yang signifikan dalam pertempuran tersebut, yang melemahkan posisi internalnya di Lebanon.

    Berdasarkan ketentuan gencatan senjata, militer Lebanon diharuskan mengambil alih kendali wilayah di Lebanon selatan yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Hizbullah.

    Meskipun IDF telah menarik diri dari sebagian besar wilayah, IDF tetap ditempatkan di lima lokasi strategis.

    Pada hari Senin, Presiden Lebanon Joseph Aoun mendesak kepala komite pemantau gencatan senjata PBB untuk menekan Israel agar menarik diri dari posisi tersebut dan membebaskan tahanan Lebanon.

    Di Gaza, gencatan senjata sementara telah resmi berakhir, meskipun kedua belah pihak sebagian besar telah menahan diri dari pertempuran baru sementara para mediator berupaya memperpanjang gencatan senjata. Israel mendorong pembebasan sandera lebih lanjut sebagai syarat untuk mempertahankan gencatan senjata.

    Namun, IDF terus menargetkan milisi yang mereka klaim diidentifikasi berusaha menanam bahan peledak atau mendekati pasukan Israel yang beroperasi di zona penyangga dan Koridor Philadelphia.

  • Pemimpin Houthi Mengutuk Pembunuhan di Suriah, Menuduh AS dan Israel Mendukung ‘Takfiri’ – Halaman all

    Pemimpin Houthi Mengutuk Pembunuhan di Suriah, Menuduh AS dan Israel Mendukung ‘Takfiri’ – Halaman all

    Pemimpin Houthi Mengutuk Pembunuhan di Suriah, Menuduh AS dan Israel Mendukung ‘Takfiri’

    TRIBUNNEWS.COM- Pemimpin gerakan Houthi di Yaman telah mengutuk pembunuhan baru-baru ini oleh pasukan keamanan Suriah, dan mengatakan bahwa ia meminta pertanggungjawaban para pendukung militer, politik, dan keuangan mereka.

    Dalam pidatonya kemarin, Sayyed Abdul-Malik Al-Houthi menuduh “kelompok Takfiri” melakukan tindakan genosida terhadap warga sipil Suriah yang tidak bersenjata. 

    “Mereka melayani kepentingan Israel dan Amerika Serikat dengan menghancurkan tatanan sosial Suriah,” katanya, dan menuduh lebih jauh bahwa kebrutalan mereka merupakan hasil dari “rekayasa Amerika, Israel, dan Zionis,” yang dirancang untuk mendistorsi citra Islam.

    Al-Houthi menegaskan bahwa, “Israel telah menyatakan perlindungannya terhadap Druze di Sweida, dan karena itu, kelompok Takfiri tidak berani menyakiti mereka, tetapi malah menunjukkan rasa hormat kepada mereka.” 

    Demikian pula, ia berpendapat bahwa AS menampilkan dirinya sebagai pelindung suku Kurdi dengan mempersenjatai dan merekrut mereka, sehingga membuat warga Suriah lainnya rentan.

    “Kelompok-kelompok ini tidak terlibat dalam jihad sejati,” tegasnya, merujuk pada Hay’at Tahrir Al-Sham (HTS), yang kini terintegrasi dengan pasukan keamanan Suriah. 

    “Jika mereka terlibat, mereka akan memerangi Israel.” Sebaliknya, ia menggambarkan mereka sebagai penjahat yang mendokumentasikan dan membanggakan kekejaman mereka secara daring.

    Pernyataannya muncul saat lebih dari 1.000 orang tewas di kota-kota pesisir Suriah, termasuk sedikitnya 745 warga sipil Alawi, di tengah bentrokan yang sedang berlangsung yang melibatkan pasukan keamanan, sekutu mereka, dan militan yang diduga terkait dengan mantan pemerintahan Bashar Al-Assad.

    Kecaman Al-Houthi muncul setelah Presiden sementara Suriah Ahmed Al-Sharaa berjanji untuk meluncurkan “komite pencari fakta terkait peristiwa di pesisir dan membentuk komite yang lebih tinggi.” 

    Al-Sharaa sebelumnya mengatakan bahwa “komite independen” telah dibentuk untuk “menyelidiki pelanggaran terhadap warga sipil dan mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut,” seraya menambahkan bahwa para pelaku akan diadili.

    Kementerian Pertahanan Suriah hari ini mengatakan bahwa operasi militernya terhadap “sisa-sisa rezim sebelumnya” di provinsi pesisir Latakia dan Tartus telah berakhir.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR 

  • Jet Tempur Israel Gempur Suriah, Targetnya Lokasi Militer

    Jet Tempur Israel Gempur Suriah, Targetnya Lokasi Militer

    Damaskus

    Militer Israel mengerahkan sejumlah jet tempurnya untuk menyerang wilayah Suriah bagian selatan. Serangan udara Tel Aviv pada Senin (10/3) malam waktu setempat, ini menargetkan pertahanan udara dan lokasi-lokasi militer Suriah lainnya.

    Laporan media pemerintah Suriah, seperti dilansir AFP, Selasa (11/3/2025), menyebut Israel menggempur Provinsi Daraa, sebelah selatan negara tersebut, dengan kelompok pemantau konflik melaporkan sedikitnya 17 serangan menghantam posisi-posisi bekas tentara Suriah, termasuk platform observasi dan tank.

    Pernyataan dari militer Israel mengatakan bahwa “jet-jet tempurnya menyerang radar dan aset pendeteksi yang digunakan untuk membangun penilaian intelijen udara” dan menggempur “posisi komando dan lokasi militer yang berisi senjata dan peralatan militer milik rezim Suriah”.

    Sejak rezim mantan Presiden Bashar al-Assad digulingkan pada Desember lalu, Israel telah melancarkan ratusan serangan udara terhadap wilayah Suriah dan mengerahkan pasukan ke zona penyangga yang dijaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Dataran Tinggi Golan yang strategis.

    Militer Israel mengatakan bahwa target-target dalam serangan itu “digempur untuk menghilangkan ancaman di masa mendatang”.

    “Kehadiran aset-aset ini di Suriah bagian selatan menimbulkan ancaman bagi negara Israel dan aktivitas (militer) IDF (Angkatan Bersenjata Israel),” sebut militer Israel dalam pernyataannya.

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bulan lalu bahwa wilayah Suriah bagian selatan harus didemiliterisasi sepenuhnya, dan memperingatkan pemerintahannya tidak akan menerima kehadiran pasukan pemerintah yang baru yang dipimpin kaum Islamis di dekat wilayahnya.

    Serangan terbaru itu terjadi segera setelah Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel Gideon Saar memperingatkan para pemimpin dunia mewaspadai kepemimpinan baru di Suriah, dan menyebut “kelompok jihadis” sedang memerintah negara itu.

    Komentar Saar disampaikan menanggapi pembunuhan massal yang menewaskan 1.000 orang di Suriah beberapa waktu terakhir. Laporan kelompok pemantau konflik Syrian Observatory for Human Rights menyebut kebanyakan korban tewas merupakan pasukan keamanan dari pemerintahan baru Suriah atau petempur loyalis Assad.

    “Komunitas internasional harus sadar. Mereka harus berhenti memberikan legitimasi gratis kepada rezim yang tindakan pertamanya adalah kekejaman ini,” cetusnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu