Tag: Bashar al-Assad

  • Pemberontak Suriah Dekati Kota Homs, Hizbullah Langsung Kirim Pasukan Pengintai – Halaman all

    Pemberontak Suriah Dekati Kota Homs, Hizbullah Langsung Kirim Pasukan Pengintai – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pergerakan pasukan pemberontak Suriah telah membuat Timur Tengah terguncang.

    Para pasukan oposisi Suriah ini dengan cepat telah mengambil kota-kota penting di negara tersebut dan menuju ke Ibu Kota Damaskus.

    Kini, para pemberontak telah mendekati kota terbesar ketiga di Suriah, Homs, menyapu sepanjang jalan raya yang mengarah ke Damaskus.

    Militan yang dipelopori kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) sebelumnya menguasai Kota Hama pada Kamis (5/12/2024).

    Mereka dengan cepat merebut dua kota utama di Suriah sebelum tiba di Al-Dar al-Kabera, sebuah kota dengan jarak 9 km dari pusat Homs.

    Pemerintah Suriah juga kehilangan kendali atas kota simbolis di selatan Deraa dan sebagian besar provinsi yang menjadi tempat pemberontakan di negara tersebut pada tahun 2011.

    Dikutip dari The Guardian, pejuang pemberontak maju ke Deraa setelah mencapai kesepakatan untuk memberikan jalan aman bagi pejabat militer menuju Damaskus.

    Video dari saluran Aleppo Today menunjukkan serangan udara yang menargetkan Talbiseh di jalan antara Hama dan Homs tak lama setelah pemberontak mengklaimnya.

    Kementerian Pertahanan di Damaskus mengatakan pesawat militer Rusia dan Suriah bertanggung jawab atas serangan udara di pedesaan Hama.

    Sementara serangan yang dikaitkan dengan pasukan dari Moskow menghancurkan sebuah jembatan di sepanjang jalan raya menuju Homs.

    Kota Homs terletak di persimpangan penting yang dekat dengan perbatasan Lebanon, yang menghubungkan jalan menuju Damaskus dengan jalan raya menuju masyarakat pesisir, jantung wilayah kekuasaan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, dan lokasi pangkalan angkatan laut Rusia.

    Homs menyaksikan beberapa pertempuran paling sengit selama fase-fase awal perang saudara Suriah lebih dari satu dekade lalu.

    Pasukan pemberontak terlibat dalam pertempuran jalanan selama bertahun-tahun dengan tentara dan pasukan milisi Suriah yang bersekutu, serta kelompok militan Lebanon, Hizbullah.

    Hizbullah Kirim Pasukan ke Homs

    Kelompok bersenjata Lebanon Hizbullah mengirim sejumlah kecil “pasukan pengawas” dari Lebanon ke Suriah pada Jumat (6/12/2024) malam untuk membantu mencegah pejuang antipemerintah merebut kota strategis Homs.

    “Homs tidak boleh jatuh,” kata salah satu sumber kepada Reuters.

    Sumber itu juga mengatakan bahwa perwira senior dikerahkan semalam untuk mengawasi beberapa pejuang Hizbullah yang telah berada di Suriah dekat perbatasan dengan Lebanon selama bertahun-tahun.

    Seorang perwira militer Suriah dan dua pejabat regional yang dekat dengan Teheran juga mengatakan kepada Reuters bahwa pasukan elit Hizbullah telah menyeberang dari Lebanon dan mengambil posisi di Homs.

    Langkah tersebut mencerminkan perombakan dramatis di medan pertempuran Suriah sejak Senin, ketika sumber yang dekat dengan kelompok tersebut mengatakan Hizbullah tidak bermaksud untuk dikerahkan ke Suriah untuk saat ini.

    Saat itu, pasukan pemberontak yang dipimpin HTS, mantan afiliasi Al-Qaeda, telah merebut Kota Aleppo di Suriah utara.

    Namun pada hari Kamis, mereka telah merebut Hama – sebuah kota di pusat Suriah – dan bergerak maju ke Homs.

    Homs, provinsi terbesar di Suriah, berbatasan dengan Lebanon, Irak, dan Yordania dan menjadi rute transportasi utama bagi Iran untuk membawa peralatan militer ke Hizbullah di Lebanon.

    Sumber keamanan Lebanon mengatakan Homs penting sebagai “tempat penyimpanan” bagi Hizbullah dan kelompok bersenjata lain yang didukung Iran.

    Kehilangan kota Homs akan mengisolasi ibu kota Damaskus dari benteng pesisir pemerintah Suriah di sebelah barat.

    Para pejabat Barat mengatakan kepada Reuters bahwa para pejuang Hizbullah khawatir mereka akan diserang oleh Israel jika mereka dikerahkan ke Suriah.

    (Tribunnews.com/Whiesa)

  • Alasan Tentara Suriah Tarik Mundur Pasukan dari Hama, Oposisi Kini Kuasai Distrik Strategis di Homs  – Halaman all

    Alasan Tentara Suriah Tarik Mundur Pasukan dari Hama, Oposisi Kini Kuasai Distrik Strategis di Homs  – Halaman all

     

    Alasan Tentara Suriah Tarik Mundur Pasukan dari Hama, Oposisi Kini Kuasai Distrik Strategis di Homs 

    TRIBUNNEWS.COM – Suriah mengklaim menarik mundur pasukannya keluar dari Hama untuk menyelamatkan nyawa warga sipil.

    Hal itu dikatakan Menteri Pertahanan Suriah Ali Mahmoud Abbas dalam pidatonya kepada rakyat negara itu dilansir MNA, Jumat (6/12/2024).

    Pernyataan ini dinyatakan sekaligus sebagai bantahan kalau Tentara Suriah kehilangan Kota Hama yang kini dikuasai oposisi bersenjata karena kalau dalam pertempuran.

    “Kami memiliki posisi yang baik di medan perang. Angkatan bersenjata kami telah ditarik (mundur) kembali demi menyelamatkan nyawa,” katanya seperti dikutip kantor berita SANA.

    Menurut menteri tersebut, tentara memindahkan pasukannya keluar dari kota Hama “untuk menyelamatkan nyawa warga sipil.”

    Menteri tersebut memperingatkan bahwa oposisi bersenjata berupaya mengambil keuntungan dari situasi saat ini dalam upaya media mereka dan melakukan kampanye disinformasi terhadap rakyat Suriah dan angkatan bersenjata.

    “Organisasi-organisasi ini mungkin menggunakan pernyataan atau perintah palsu yang mengatasnamakan Komando Umum angkatan bersenjata, serta rekaman audio atau video yang dibuat dengan bantuan kecerdasan buatan,” katanya.

    Menteri tersebut meminta warga sipil dan personel militer di Suriah untuk “memahami bahaya dari kampanye menyesatkan ini, tidak mempercayainya dan hanya mengikuti apa yang dipublikasikan melalui saluran nasional resmi.”

    Pejuang oposisi Suriah berdiri di depan Universitas Aleppo, setelah pemberontak yang menentang Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan mereka telah mencapai jantung Aleppo, Suriah, 30 November 2024. (Tehran Times)

    Oposisi Anti-Rezim Kuasai Distrik Strategis Homs

    Setelah merebut Kota Hama, kelompok-kelompok anti-rezim di Suriah telah merebut distrik Rastan dan Talbiseh di provinsi Homs, wilayah yang memiliki kepentingan strategis yang berfungsi sebagai pintu gerbang ke ibukota Damaskus, menurut laporan Anews.

    Kelompok-kelompok yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), telah bentrok dengan pasukan rezim Suriah sejak 27 November.

    Setelah merebut kendali pusat kota di Hama awal pekan ini, mereka sekarang membuat kemajuan signifikan di Homs.

    Sebelumnya pagi ini, kelompok-kelompok anti-rezim berhasil menguasai Rastan dan Talbiseh, distrik-distrik utama yang terletak di sepanjang jalan raya M5, yang menghubungkan Aleppo, Hama, dan Homs ke Damaskus.

    Perkembangan Situasi di Suriah

    Bentrokan antara pasukan rezim Suriah dan kelompok anti-rezim pertama kali meletus pada 27 November 2024 di pedesaan barat Aleppo.
    Pada 30 November, pasukan oposisi telah menguasai sebagian besar pusat kota Aleppo dan mendirikan dominasi di seluruh provinsi Idlib.
    Pada 5 Desember, setelah pertempuran sengit, pasukan anti-rezim merebut pusat kota Hama dari kendali rezim.
    Sementara itu, pada 1 Desember, oposisi Tentara Nasional Suriah meluncurkan Operasi Fajar Kebebasan melawan kelompok teror PKK/YPG di distrik Tel Rifaat di pedesaan Aleppo, membebaskan daerah itu dari unsur-unsur teroris.

     

    (oln/mna/Anews/*)

  • Kepala Pria ini Dihargai Rp 158 Miliar oleh Amerika Serikat, Simak Sepak Terjang Karirnya

    Kepala Pria ini Dihargai Rp 158 Miliar oleh Amerika Serikat, Simak Sepak Terjang Karirnya

    TRIBUNJATIM.COM – Sosok ini menjadi orang yang paling dicari oleh Amerika Serikat.

    Bahkan sosoknya kini sampai dijadikan sayembara.

    Siapa yang bisa menangkap sosok tersebut akan mendapatkan hadiah miliaran Rupiah.

    Diketahui, kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) kini menguasai Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, melalui serangan mendadak yang dipimpin oleh Abu Mohammed al-Jawlani (Abu Mohammed al-Golani).

     

    Al-Jawlani adalah sosok yang pernah membelot dari al-Qaeda dan ISIS.

    Dia juga dikenal sebagai pemimpin kelompok penentang pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.

    Abu Mohammed al-Jawlani, yang dituduh sebagai pelanggar hak asasi manusia, memimpin HTS, yang merupakan jaringan al-Qaeda dan telah dilabeli sebagai organisasi teroris oleh banyak negara.

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) menawarkan hadiah sebesar $10 juta (sekitar Rp158 miliar) bagi siapa saja yang dapat menangkapnya.

    Dikutip dari BBC, identitas asli al-Jawlani menjadi perdebatan.

    Dalam wawancara dengan PBS, ia mengaku bernama asli Ahmed al-Sharaa, lahir di Riyadh, Arab Saudi, dan dibesarkan di Damaskus, Suriah.

    Namun, laporan lain menyebutkan bahwa ia mungkin lahir di Deir ez-Zor, Suriah Timur, dengan rentang tahun kelahiran yang berbeda-beda, antara 1975 hingga 1981.

    Karier Militer dan Kepemimpinan HTS

    Al-Jawlani bergabung dengan al-Qaeda di Irak setelah invasi militer koalisi yang dipimpin AS pada 2003.

    Ia ditangkap oleh pasukan AS pada 2010 dan dipenjara di Camp Bucca, di mana ia bertemu dengan berbagai kombatan militan.

    Setelah dibebaskan, ia menjadi komandan kelompok bersenjata Nusra, yang terafiliasi dengan ISIS, sebelum memutuskan hubungan dengan ISIS pada 2013 dan beralih ke al-Qaeda.

    Pada 2017, al-Jawlani menggabungkan berbagai kelompok milisi di Suriahuntuk membentuk Hayat Tahrir al-Sham dan menjabat sebagai pemimpin.

    Di bawah kepemimpinannya, HTS menjadi kelompok dominan di wilayah Idlib dan sekitarnya, yang kini dihuni sekitar empat juta jiwa akibat arus pengungsi.

    Sebelum masa peperangan, sekitar 2,7 juta warga tinggal di wilayah itu.

    Sejumlah pihak memperkirakan penduduk di daerah tersebut bertambah menjadi sekitar empat juta jiwa lantaran arus masuk pengungsi.

    Kelompok al-Jawlani menguasai “Pemerintahan Keselamatan” yang bertindak layaknya otoritas lokal di Provinsi Idlib dengan memberikan layanan kesehatan, pendidikan, serta keamanan.

    Pada 2021, al-Jawlani berkata media PBS bahwa pihaknya tidak mengikuti strategi jihad global ala al-Qaeda, melainkan fokus pada upaya menjungkalkan Presiden al-Assad.

    AS dan negara-negara Barat pun memiliki tujuan yang sama dengan dirinya.

    “Wilayah ini tidak merepresentasikan ancaman keamanan kepada Eropa dan Amerika,” katanya.

    HTS diketahui menegakkan hukum Islam di wilayah kendalinya, tetapi dengan cara yang lebih longgar dibanding kelompok-kelompok jihad lainnya.

    Kelompok tersebut juga secara terbuka menjalin hubungan dengan komunitas Kristen dan kelompok non-Muslim lain.

    Hal ini membuat HTS sempat dikritik kelompok jihad lain karena dianggap terlalu moderat.

    Sementara itu, organisasi HAM menuduh HTS melakukan penindasan terhadap aksi protes dan telah melakukan pelanggaran HAM.

    Namun al-Jawlani membantah tuduhan ini.

    HTS dikategorikan sebagai organisasi teroris oleh sejumlah negara Eropa, Timur Tengah, serta Dewan Keamanan PBB.

     

  • Oposisi Sudah Berada di Gerbang Kota Homs, Panglima Perang HTS: Tujuan Kami Gulingkan Rezim Assad – Halaman all

    Oposisi Sudah Berada di Gerbang Kota Homs, Panglima Perang HTS: Tujuan Kami Gulingkan Rezim Assad – Halaman all

    Sudah Berada di Gerbang Kota Homs, Panglima Perang HTS: Tujuan Kami Gulingkan Rezim Assad

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan oposisi bersenjata yang melancarkan serangan kilat di Suriah menyatakan tujuan mereka untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.

    Hal itu diungkapkan pemimpin faksi oposisi anti-rezim Bashar al-Assad, Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada Jumat (6/12/2024).

    Pemberontak yang dipimpin HTS itu kini berada di gerbang Homs, Suriah, kata pemantau perang, setelah merebut kota-kota penting lainnya dari kendali pemerintah.

    Dalam waktu kurang dari seminggu, serangan tersebut telah menyebabkan kota kedua Suriah, Aleppo, dan Hama yang berlokasi strategis, jatuh dari kendali Presiden Bashar al-Assad untuk pertama kalinya sejak perang saudara dimulai pada tahun 2011.

    Jika pemberontak merebut Homs, itu akan memotong pusat kekuasaan di ibu kota Damaskus dari pantai Mediterania, benteng utama klan Assad, yang telah memerintah Suriah selama lima dekade terakhir.

    Pada Jumat pagi, para pemberontak hanya berada lima kilometer (tiga mil) dari tepi Homs, menurut pemantau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

    Abu Mohammed al-Julani, pemimpin aliansi pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS), mengatakan tujuan serangan itu adalah untuk menggulingkan kekuasaan Assad.

    “Ketika kita berbicara tentang tujuan, tujuan revolusi tetaplah menggulingkan rezim ini. Merupakan hak kami untuk menggunakan semua cara yang tersedia untuk mencapai tujuan itu,” kata Jolani kepada CNN dalam sebuah wawancara.

    Aliansi pemberontak yang melancarkan serangan yang dimulai pada tanggal 27 November dipimpin oleh HTS, yang berakar pada cabang Al-Qaeda di Suriah tetapi telah berusaha memoderasi citranya dalam beberapa tahun terakhir.

    Para pemberontak melancarkan serangan mereka di Suriah utara pada hari yang sama ketika gencatan senjata berlaku dalam perang antara Israel dan kelompok Lebanon Hizbullah, yang bersama dengan Rusia dan Iran telah menjadi pendukung penting pemerintahan Assad.

    Turki, yang mendukung oposisi, pada hari Jumat mengatakan Menteri Luar Negerinya Hakan Fidan akan bertemu dengan mitranya dari Rusia dan Iran akhir pekan ini di Qatar untuk membahas situasi di Suriah.

    Pasukan Suriah Bantah Mundur dari Homs

    Karena khawatir atas kemajuan serangan pemberontak, puluhan ribu warga anggota minoritas Alawite Assad meninggalkan Homs pada Kamis, kata penduduk dan Observatorium.

    Khaled, yang tinggal di pinggiran kota, mengatakan kepada AFP bahwa “jalan menuju provinsi (pesisir) Tartus bersinar… karena lampu ratusan mobil yang melaju keluar”.

    Namun, sebuah sumber militer Suriah membantah laporan penarikan tentara dari Homs.

    Mereka mengonfirmasi kalau pasukan Suriah tetap ditempatkan di kota dan pedesaannya.

    Sumber itu menyatakan bahwa tentara Suriah memperkuat kehadirannya dengan “pasukan besar tambahan yang dilengkapi dengan berbagai persenjataan, siap untuk mengusir serangan oposisi,” menurut kantor berita Suriah.

    Homs merupakan lokasi pengepungan wilayah oposisi oleh pemerintah selama berbulan-bulan dan serangan sektarian yang mematikan pada tahun-tahun awal perang saudara.

    Pada awal perang, yang diawali dengan tindakan keras brutal Assad terhadap protes demokrasi, para aktivis menyebut kota itu sebagai “ibu kota revolusi” melawan pemerintah.

    Warga Suriah yang dipaksa meninggalkan negaranya akibat tindakan keras terhadap pemberontakan terpaku pada ponsel mereka sambil menyaksikan perkembangan yang terjadi.

    “Kami telah memimpikan ini selama lebih dari satu dekade,” kata Yazan, mantan aktivis berusia 39 tahun yang selamat dari pengepungan dan sekarang tinggal sebagai pengungsi di Prancis.

    Ketika ditanya apakah ia khawatir dengan agenda Islamis HTS, ia berkata: “Bagi saya, tidak penting siapa yang melakukan ini. Setan sendiri bisa jadi berada di baliknya. Yang menjadi perhatian orang adalah siapa yang akan membebaskan negara.”

    Namun, di sisi lain perpecahan sektarian, ada ketakutan di kalangan komunitas Alawi di Homs.

    Haidar, 37, yang tinggal di lingkungan mayoritas Alawite, mengatakan kepada AFP melalui telepon bahwa “ketakutan adalah payung yang menutupi Homs sekarang”.

    “Saya belum pernah melihat kejadian seperti ini seumur hidup saya. Kami sangat takut, kami tidak tahu apa yang sedang terjadi.”

    Pada hari Jumat, aliansi pemberontak “memasuki kota Rastan dan Talbisseh” di jalan utama antara Hama dan Homs, kata Observatorium.

    Faksi-faksi tersebut menghadapi “ketiadaan sama sekali” pasukan pemerintah, tambahnya.

    Rekaman yang diunggah di media sosial dan diverifikasi oleh AFP menunjukkan pemberontak melepaskan tembakan ke udara saat mereka melewati Talbisseh.

    Kementerian Pertahanan Suriah mengatakan tentara melancarkan serangan terhadap pejuang “teroris” di provinsi Hama.

    Observatorium Suriah, yang mengandalkan jaringan sumber di Suriah, mengatakan 826 orang, sebagian besar kombatan tetapi juga termasuk 111 warga sipil, telah tewas sejak serangan dimulai minggu lalu.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa kekerasan tersebut telah menyebabkan 280.000 orang mengungsi, dan memperingatkan bahwa jumlah tersebut dapat meningkat hingga 1,5 juta orang.

    Kepala Observatory, Rami Abdel Rahman mengatakan terjadi “eksodus besar-besaran warga Alawi Suriah dari sejumlah wilayah di Homs, puluhan ribu orang menuju ke pantai Suriah, karena takut dengan kemajuan pemberontak”.

    Seorang pejuang oposisi Suriah merobek lukisan yang menggambarkan Presiden Suriah Bashar Assad dan mendiang ayahnya Hafez Assad di Bandara Internasional Aleppo di Aleppo, Suriah, 2 Desember 2024. (tangkap layar ToI/Kredit Foto: AP/Ghaith Alsayed)

    Pukulan Telak

    Banyak pemandangan yang disaksikan dalam beberapa hari terakhir tidak akan terbayangkan sebelumnya dalam perang.

    Para pemberontak mengumumkan melalui Telegram penangkapan mereka atas Hama setelah pertempuran jalanan dengan pasukan pemerintah, dan menggambarkannya sebagai “pembebasan kota secara menyeluruh”.

    Banyak warga yang menyambut para pejuang pemberontak. Seorang fotografer AFP melihat beberapa warga membakar poster raksasa Assad di fasad balai kota.

    Militer mengakui kehilangan kendali atas kota tersebut, meskipun Menteri Pertahanan Ali Abbas bersikeras bahwa penarikan pasukan merupakan “tindakan taktis sementara”.

    Dalam sebuah video yang diunggah daring, pemimpin HTS Jolani mengatakan para pejuangnya memasuki Hama untuk “membersihkan luka yang telah berlangsung di Suriah selama 40 tahun”, merujuk pada pembantaian tentara pada tahun 1980-an.

    Dalam pesan lain di Telegram yang mengucapkan selamat kepada “rakyat Hama atas kemenangan mereka,” untuk pertama kalinya ia menggunakan nama aslinya, Ahmed al-Sharaa, alih-alih nama samaran perangnya.

    Aron Lund, seorang peneliti di lembaga pemikir Century International, menyebut kekalahan Hama sebagai “pukulan telak bagi pemerintah Suriah”.

    Jika Assad kehilangan Homs, itu tidak berarti berakhirnya kekuasaannya, kata Lund, tetapi “tanpa adanya rute aman dari Damaskus ke pantai, saya rasa berakhirlah kekuasaannya sebagai entitas negara yang kredibel.”

    Kepala PBB Antonio Guterres mengatakan pada hari Kamis bahwa eskalasi di Suriah adalah hasil dari “kegagalan kolektif kronis” diplomasi.

    Abu Mohammed al-Julani Baghdad Menjauh dari Suriah, Pasukan Antiteror Irak Kumpul di Perbatasan

    Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Abu Mohammed al-Julani pada tanggal 5 Desember mendesak Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani untuk menjauhkan negaranya dari perang Suriah.

    “Kami mendesak dia (Sudani) untuk menjauhkan Irak dari memasuki tungku baru dari apa yang sedang terjadi di Suriah,” kata Julani dalam pesan video yang diunggah di saluran Telegram kelompok ekstremis tersebut.

    Secara khusus, pemimpin organisasi teroris yang ditetapkan PBB tersebut meminta Baghdad untuk “melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencegah Unit Mobilisasi Populer (PMU)” mendukung Tentara Arab Suriah (SAA).

    PMU, yang juga dikenal sebagai Hashd al-Shaabi, adalah kelompok milisi antiteror yang bersekutu dengan Poros Perlawanan regional. 

    Didirikan pada tahun 2014 dengan dukungan Iran, PMU berperan penting dalam mengalahkan ISIS pada bulan Desember 2017.

    Kelompok tersebut kemudian memperoleh pengakuan pemerintah sebagai kelompok militer semi-resmi dengan hak hukum serupa dengan tentara nasional.

    Sejak dimulainya serangan ekstremis di Suriah barat laut minggu lalu, Baghdad telah mengerahkan ribuan tentara ke perbatasan Irak-Suriah.

    “Pasukan Irak dari Kementerian Pertahanan, badan keamanan pendukung lainnya, dan PMU berada dalam siaga tinggi di sepanjang perbatasan dengan Suriah. Bala bantuan militer telah dikirim ke provinsi Anbar, khususnya ke daerah perbatasan, untuk meningkatkan keamanan dan bersiap menghadapi keadaan darurat,” kata Ali Naama Al-Bindawi, anggota Komite Keamanan dan Pertahanan Parlemen Irak, kepada Shafaq News pada hari Kamis.

    Qassim Muslih, kepala operasi PMU di provinsi Anbar, mengonfirmasi bahwa pengerahan pasukan ke perbatasan Suriah mengikuti arahan Sudani untuk mendukung dan menopang polisi perbatasan. 

    Muslih menambahkan bahwa operasi tersebut bertujuan “untuk meningkatkan kesiapan” pasukan keamanan jika terjadi keadaan darurat.

    Pesan video Julani kepada Perdana Menteri Irak muncul beberapa jam sebelum Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein mengadakan pertemuan puncak tripartit dengan mitranya dari Suriah dan Iran untuk membahas perkembangan keamanan yang berkembang pesat di Suriah dan implikasi regional yang lebih luas.

    “[Jika] pemerintah Suriah meminta Iran untuk mengirim pasukan ke Suriah, kami akan mempertimbangkan permintaan tersebut,” kata Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi awal minggu ini.

    Pada hari Kamis, HTS dan sekutunya – semua faksi yang sebelumnya bersekutu dengan Al-Qaeda dan ISIS – menguasai kota Hama di selatan Aleppo setelah bentrokan hebat dengan SAA. 

    Meskipun mereka terus maju di garis depan, pasukan kedirgantaraan Rusia mengonfirmasi bahwa serangan udara gabungan dengan Suriah telah menewaskan ratusan ekstremis dalam beberapa hari terakhir.

    Para ekstremis yang didukung Turki dan AS melancarkan serangan mendadak di Suriah barat laut minggu lalu, beberapa jam setelah gencatan senjata dimulai antara Lebanon dan Israel. 

    Pada hari Kamis, militer Israel mengumumkan bahwa pasukannya “bersiap untuk skenario apa pun dalam serangan dan pertahanan” di dekat Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki .

     

    (oln/mba/ndtv/tc/*)

  • Oposisi Suriah Bidik Homs Seusai Taklukkan Hama, Israel Bersiap Hadapi Runtuhnya Rezim Assad – Halaman all

    Oposisi Suriah Bidik Homs Seusai Taklukkan Hama, Israel Bersiap Hadapi Runtuhnya Rezim Assad – Halaman all

    Oposisi Suriah Bidik Homs Seusai Taklukkan Hama, Israel Bersiap Hadapi Runtuhnya Rezim Assad
     
    TRIBUNNEWS.COM – Israel dilaporkan sedang menyiapkan diri menghadapi kemungkinan kalau tentara Suriah akan runtuh saat menghadapi pasukan oposisi bersenjata yang maju secara cepat.

    Antisipasi Israel itu tampak saat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengadakan musyawarah keamanan mengenai masalah tersebut pada Kamis (5/12/2024) malam.

    Channel 13 melaporkan kalau IDF kini menilai pemberontak dapat menjadi ancaman nyata bagi kelanjutan pemerintahan Presiden Suriah, Bashar al-Assad. 

    Menurut laporan di Channel 12, Israel terkejut dengan lemahnya tentara Suriah, karena terus kehilangan wilayah dengan cepat dari para pejuang oposisi yang dipimpin jihadis.

    Laporan itu menambahkan kalau Israel telah mengirimkan peringatan keras kepada Iran agar tidak mengirim persenjataan ke Suriah yang dapat sampai ke tangan kelompok Hizbullah di Lebanon.

    Israel Cemas Oposisi Diprediksi Maju Sampai Dataran Tinggi Golan

    Kantor berita Kan melaporkan, mengutip dua sumber yang tidak disebutkan namanya, kalau Israel dan Amerika Serikat (AS) “mendeteksi tanda-tanda pasti akan terjadi keruntuhan” dalam tentara Suriah.

    Terkait kemajuan yang diraih oposisi anti-rezim Assad itu, salah satu kekhawatiran utama Israel adalah bahwa para pemberontak akan maju sejauh selatan perbatasan Israel dengan Suriah di Dataran Tinggi Golan yang diduduki (Israel).

    Channel 13 mengatakan Israel telah menyampaikan pesan kepada para pemimpin oposisi untuk menjauh dari perbatasan.

    Sebelumnya pada hari Kamis, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz dan Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Herzi Halevi mengadakan penilaian tentang perkembangan di Suriah, saat oposisi bersenjata yang dipimpin oleh kelompok Islam Hayat Tahrir al-Sham (HTS) merebut kota utama Hama, sedikit lebih dari seminggu setelah mereka melancarkan serangan, tepat saat gencatan senjata terjadi antara Israel dan sekutu Assad di Lebanon, Hizbullah.

    Minggu lalu pasukan pemberontak menguasai Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, dan sejak itu terus maju ke selatan, merebut Hama pada hari Kamis dan terus maju ke selatan menuju Homs, kota pusat utama yang berfungsi sebagai persimpangan yang menghubungkan wilayah-wilayah terpadat di Suriah.

    Penilaian militer Israel diadakan dengan Forum Staf Umum IDF, petinggi militer.

    “IDF mengikuti perkembangan dan bersiap menghadapi skenario apa pun dalam penyerangan dan pertahanan,” kata militer dalam sebuah pernyataan.

    “IDF tidak akan membiarkan ancaman di dekat perbatasan Suriah-Israel dan akan bertindak untuk menggagalkan ancaman apa pun terhadap warga Negara Israel.”

    Seorang pejuang oposisi Suriah merobek lukisan yang menggambarkan Presiden Suriah Bashar Assad dan mendiang ayahnya Hafez Assad di Bandara Internasional Aleppo di Aleppo, Suriah, 2 Desember 2024. (tangkap layar ToI/Kredit Foto: AP/Ghaith Alsayed)

    Israel Ingin Mereka Terus Berperang Satu Sama Lainnya

    Di tengah meningkatnya kekhawatiran, dua pejabat senior Israel mengatakan kepada situs berita Axios bahwa runtuhnya garis pertahanan rezim dalam 24 jam terakhir terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan.

    Seorang pejabat AS yang juga berbicara kepada situs tersebut mengatakan bahwa Israel telah menyatakan kekhawatirannya kepada Washington atas potensi pengambilalihan Suriah oleh kelompok radikal Islam dan meningkatnya kehadiran pasukan Iran di negara itu untuk mendukung Assad.

    Pada saat yang sama, seorang pejabat yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan kepada The Times of Israel bahwa kepentingan Israel dalam pertempuran baru di Suriah adalah “agar mereka terus berperang satu sama lain.”

    Mereka menambahkan: “Sangat jelas bagi kami bahwa satu pihak adalah jihadis Salafi dan pihak lainnya adalah Iran dan Hizbullah. Kami ingin mereka saling melemahkan.”

    Pejabat itu menekankan bahwa Israel tidak akan terlibat di kedua pihak.

    “Kami siap menghadapi skenario apa pun dan akan bertindak sesuai dengan itu.”

    Hingga minggu lalu, perang di Suriah sebagian besar telah terhenti selama bertahun-tahun, tetapi para analis mengatakan kekerasan pasti akan berkobar karena konflik tersebut tidak pernah benar-benar terselesaikan.

    Setelah bertahun-tahun terkurung di balik garis depan yang membeku, para pemberontak telah bangkit untuk melancarkan serangan tercepat di medan perang oleh kedua belah pihak sejak pemberontakan terhadap Assad berubah menjadi perang saudara 13 tahun lalu.

    Perebutan Hama telah memberi mereka kendali atas kota pusat yang strategis yang sebelumnya tidak pernah berhasil direbut oleh pasukan oposisi.

    Pemberontak terlihat di televisi berparade melalui Hama hingga Kamis malam diiringi suara tembakan sebagai tanda perayaan. Rekaman lain menunjukkan para tahanan keluar dari penjara kota setelah pemberontak membebaskan mereka.

    Para pemberontak mengatakan mereka siap bergerak ke selatan menuju Homs, yang menghubungkan ibu kota Damaskus di utara dan kota-kota pelabuhan di pesisir.

    “Waktunya telah tiba,” kata seorang anggota ruang operasi pemberontak dalam sebuah posting daring, yang menyerukan warga Homs untuk bangkit dalam revolusi melawan pasukan pemerintah.

    Kelompok pemberontak yang paling kuat adalah HTS, kelompok Islam Sunni yang dulunya merupakan afiliasi al-Qaeda di Suriah.

    Pemimpinnya Abu Mohammed al-Julani telah berjanji untuk melindungi kelompok minoritas agama di Suriah dan telah meminta mereka untuk meninggalkan Assad, tetapi banyak yang masih takut terhadap para pemberontak.

    Kelompok ini telah berupaya untuk memoderasi citranya dalam beberapa tahun terakhir, tetapi para ahli mengatakan kelompok ini menghadapi tantangan dalam meyakinkan pemerintah Barat bahwa mereka telah sepenuhnya meninggalkan jihadisme garis keras.

     

    (oln/toi/*)

  • Rebut Hama, Pemberontak Suriah Rayakan Kemenangan di Jalanan

    Rebut Hama, Pemberontak Suriah Rayakan Kemenangan di Jalanan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pasukan pemberontak Hayat Tahrir Al Sham merayakan kemenangan di Hama usai merebut kota tersebut selama seminggu serangan di Suriah utara pada Kamis (5/12).

    Pada sore hari, tentara Suriah mengakui kehilangan kendali atas kota yang terletak di antara Aleppo dan basis kekuasaan Presiden Bashar al-Assad di ibukota Damaskus.

    Beberapa pejuang terlihat bersorak dan meneriakkan yel-yel mereka di jalan-jalan Hama.

    Tembakan perayaan juga terdengar di beberapa bagian kota.

    Sebanyak 737 orang disebut tewas di Suriah sejak konflik meletus pekan lalu.

    Ini menandai pertempuran paling sengit sejak tahun 2020 di negara yang telah dilanda perang saudara, yang dimulai dengan penindasan terhadap protes pro-demokrasi pada tahun 2011.

  • Oposisi Rebut Kota Aleppo, Idlib dan Hama, Israel-AS: Rezim Suriah Mulai Runtuh – Halaman all

    Oposisi Rebut Kota Aleppo, Idlib dan Hama, Israel-AS: Rezim Suriah Mulai Runtuh – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok oposisi Suriah mengumumkan mereka telah merebut kota Hama pada Kamis (5/12/2024).

    Hama menjadi kota ketiga yang diklaim telah dikuasai oleh oposisi, setelah Aleppo dan Idlib.

    Perkembangan ini merupakan pukulan baru bagi rezim Presiden Bashar Al-Assad dari Partai Ba’ath dan sekutunya, Rusia dan Iran.

    Kota Hama merupakan pusat militer utama yang menghubungkan wilayah-wilayah di Suriah.

    Sejumlah lokasi penting di Hama di antaranya bandara militer Hama, depot senjata, barak tentara, Sekolah Infanteri Mekanis dan Direktorat Intelijen Militer.

    Selain itu, tingkat militerisasi di kota Hama lebih rendah daripada kota Damaskus dan Homs di mana militer Suriah mendominasi ruang publik.

    Hama juga menjadi kota penting secara politik dan simbolis, di mana pada tahun 1982 terjadi protes anti-rezim Partai Ba’ath yang digelar secara besar-besaran sejak tahun 1960.

    Setelah merebut kota Hama, oposisi akan terus bergerak ke selatan untuk menguasai kota lain.

    “Kami bersiap untuk terus bergerak ke selatan menuju Homs,” kata oposisi, Kamis.

    Homs adalah kota persimpangan besar di Suriah yang menghubungkan ibu kota Damaskus ke utara dan pesisir.

    “Waktumu telah tiba,” lanjutnya.

    Oposisi merebut Aleppo, kota utama di Suriah utara pada minggu lalu dan terus bergerak ke selatan.

    Sebelum direbut, pertempuran telah berkecamuk di sekitar desa-desa di luar kota Hama selama dua hari, seperti diberitakan Asharq Al-Aawsat.

    Salah satu oposisi, pemimpin Hay’at Tahrir al-Sham (HTS), Abu Muhammad al-Julani, mengatakan pemberontakan ini demi membersihkan kota-kota itu dari luka yang berlangsung puluhan tahun.

    Israel-AS: Rezim Assad di Suriah Mulai Runtuh

    Kabinet militer Israel membahas pemberontakan di Suriah, di mana kelompok oposisi bersenjata baru-baru ini mengklaim telah merebut tiga kota penting, Aleppo, Idlib dan Hama.

    “Intelijen Israel menemukan keruntuhan garis pertahanan tentara Suriah yang lebih cepat dari perkiraan dalam pertempuran dengan pemberontak di timur laut negara itu,” lapor Channel 12, mengutip dua pejabat senior Israel, Kamis (5/12/2024).

    Sementara itu, seorang pejabat senior AS membenarkan intelijen AS juga memantau runtuhnya pertahanan tentara Suriah.

    “Ini adalah tantangan terbesar bagi rezim Assad dalam dekade terakhir,” kata pejabat itu.

    Ia mengatakan, kemungkinan akan ada perubahan strategis di Suriah.

    Perang Saudara di Suriah

    Perang saudara di Suriah dimulai pada tahun 2011 ketika rakyat Suriah berdemonstrasi menuntut diakhirinya kekuasaan keluarga Bashar Al-Assad dari Partai Ba’ath selama puluhan tahun.

    Bashar Al-Assad berkuasa sejak tahun 2000 setelah sebelumnya ayahnya, Hafez Al-Assad yang berkuasa selama 29 tahun, mempersiapkannya untuk menjadi presiden Suriah selanjutnya.

    Rezim Hafez merevisi aturan usia calon presiden sehingga Bashar Al-Assad dapat mencalonkan diri.

    Selama protes tahun 2011, kekerasan meningkat ketika pasukan keamanan Suriah menembaki para demonstran, menewaskan sejumlah orang.

    Di tengah runtuhnya keamanan di Suriah, muncul kelompok pemberontak termasuk HTS dan faksi lainnya yang didukung Turki.

    Pada tahun 2015, Rusia secara militer membantu Assad merebut kembali sebagian besar negara dari HTS, Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS), dan puluhan kelompok bersenjata yang didukung AS yang disebut “pemberontak moderat” oleh Washington.

    Pada tahun 2016, Presiden Bashar Al-Assad berhasil mempertahankan kekuasaan di Aleppo, yang merupakan kota terbesar kedua di negara itu.

    Aksi saling serang antara militer Suriah dan kelompok pemberontak masih terjadi, hingga pada tahun 2020, Rusia dan Turki menengahi perjanjian gencatan senjata kedua pihak di Suriah.

    HTS dan milisi sekutunya menyerang kota Aleppo yang dikuasai pemerintah di Suriah utara pada hari Rabu (27/11/2024) dan merebut kota Aleppo, Idlib hingga Hama pada hari-hari berikutnya.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Panas Perang Saudara Arab, Pemberontak Suriah Kuasai Kota Kunci Hama

    Panas Perang Saudara Arab, Pemberontak Suriah Kuasai Kota Kunci Hama

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemberontak Suriah mencetak kemenangan besar pada Kamis (5/12/2024) dengan merebut kota strategis Hama, melanjutkan kemajuan kilat mereka di wilayah utara Suriah dalam seminggu terakhir. Keberhasilan ini memberikan pukulan telak bagi Presiden Bashar al-Assad dan sekutunya, Rusia serta Iran, dalam konflik yang telah berlangsung selama 13 tahun.

    Setelah bertahun-tahun menghadapi kebuntuan garis depan, pemberontak melancarkan serangan tercepat yang pernah terjadi sejak pemberontakan terhadap Assad berubah menjadi perang saudara. Dengan menguasai Hama, pemberontak kini mengendalikan kota sentral yang sebelumnya tidak pernah berhasil mereka rebut.

    Tentara Suriah menyatakan bahwa mereka menarik pasukan dari Hama untuk “melindungi nyawa warga sipil dan mencegah pertempuran di dalam kota” setelah terjadi bentrokan sengit. Namun, pemberontak berhasil masuk ke kota dengan relatif cepat.

    Pemandangan perayaan terjadi di Hama. Tayangan televisi menunjukkan pemberontak berparade di kota dengan tembakan perayaan, sementara rekaman lain memperlihatkan para tahanan yang dibebaskan dari penjara kota.

    “Kami siap melanjutkan ke selatan menuju Homs,” ungkap pernyataan dari operasi pemberontak di media daring, yang juga menyerukan warga Homs untuk bangkit melawan Assad.

    Al Jazeera menyiarkan gambar pemberontak di Hama, di mana beberapa terlihat menyapa warga sipil di sebuah bundaran, sementara yang lain melaju dengan kendaraan militer dan sepeda motor.

    Strategi dan Reaksi Assad

    Hama terletak lebih dari sepertiga perjalanan dari Aleppo menuju ibu kota Damaskus. Kehilangan kota ini akan menyulitkan Assad dan sekutunya untuk melancarkan serangan balik terhadap kemajuan pemberontak dalam beberapa hari terakhir.

    Jika pemberontak berhasil merebut Homs, yang berjarak sekitar 40 km di selatan Hama, Damaskus berpotensi terputus dari wilayah pesisir, yang merupakan basis kekuatan sekte Alawit Assad serta lokasi pangkalan angkatan laut dan udara Rusia.

    “Assad kini tidak mampu kehilangan wilayah lagi. Pertempuran besar berikutnya adalah di Homs. Jika Homs jatuh, kita berbicara tentang kemungkinan perubahan rezim,” kata Jihad Yazigi, editor Syria Report, sebagaimana dikutip Reuters.

    Namun, Assad terus mengandalkan dukungan sekutu-sekutunya. Meski Rusia lebih fokus pada perang di Ukraina sejak 2022, dan Hizbullah – kekuatan utama dukungan Iran – mengalami kerugian besar akibat konflik dengan Israel, pasukan Iran lainnya seperti Hashd al-Shaabi dari Irak dikabarkan mulai dikerahkan ke Suriah pekan ini.

    Abu Mohammed al-Golani, komandan utama pemberontak sekaligus pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), memperingatkan Irak agar tidak terlibat dalam konflik Suriah.

    “Kami mendesak Perdana Menteri Irak untuk menjaga agar Irak tidak terjerumus dalam api perang baru yang terkait dengan apa yang terjadi di Suriah,” kata Golani dalam pernyataan videonya.

    Kota Kunci dengan Sejarah Berdarah

    Hama memiliki signifikansi strategis dan sejarah yang mendalam. Pada 1982, kota ini menjadi pusat pemberontakan Ikhwanul Muslimin terhadap rezim ayah Bashar al-Assad. Militer melancarkan serangan balasan selama tiga minggu yang menewaskan lebih dari 10.000 orang.

    “Para revolusioner kini mulai memasuki kota Hama untuk menyembuhkan luka yang telah bertahan selama 40 tahun,” ujar Golani. Ia menegaskan bahwa pemberontak tidak akan membalas dendam atas peristiwa 1982.

    Penguasaan Hama juga berdampak pada komunitas minoritas di sekitar kota, seperti Kristen di Muhrada yang masih bertahan dari pemberontak, serta Muslim Ismaili di Salamiya yang dilaporkan telah menerima kendali pemberontak, menurut Syrian Observatory for Human Rights.

    (luc/luc)

  • Oposisi Rebut Kota Aleppo, Idlib dan Hama, Israel-AS: Rezim Suriah Mulai Runtuh – Halaman all

    4 Pemain Kunci yang Bertempur dalam Perang Suriah: HTS, Loyalis Assad, SNA, dan Pasukan Kurdi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemberontak Suriah baru-baru ini melancarkan serangan kilat terhadap pasukan pemerintah di wilayah barat laut negara itu.

    Serangan ini memicu kembali perang saudara Suriah yang telah berlangsung selama belasan tahun.

    Kelompok pemberontak yang bertempur dalam perang Suriah selama 13 tahun adalah kelompok pejuang yang sangat kompleks.

    Mereka berfokus pada pertempuran melawan berbagai musuh, yang terkadang didukung oleh kekuatan asing.

    Dalam seminggu terakhir, kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) menampakkan diri sebagai penantang tangguh bagi Presiden Bashar al-Assad, penguasa Suriah selama hampir seperempat abad.

    Mengutip The Washington Post, berikut ini adalah hal-hal yang perlu diketahui tentang para pemain kunci yang terlibat dalam pertempuran tersebut.

    1. Hayat Tahrir al-Sham (HTS)

    Pemimpin HTS Abu Mohammed al-Jawlani terlihat di garis depan pertempuran dalam sebuah video (via BBC)

    Hayat Tahrir al-Sham (HTS) merupakan kelompok yang memimpin serangan terbaru terhadap pasukan pemerintah Suriah.

    Selama lebih dari satu dekade, HTS dikenal sebagai penantang berat rezim Assad.

    HTS merupakan penerus afiliasi al-Qaeda, Jabhat al-Nusra.

    Tujuan kelompok tersebut adalah untuk menegakkan pemerintahan Islam di Suriah.

    Dalam beberapa tahun terakhir, HTS menggunakan dominasinya di Suriah barat laut, tempat kelompok tersebut dikekang oleh pasukan pemerintah, untuk membangun kembali kekuatan pasukan oposisi yang tersisa, menjadi pasukan tempur.

    HTS juga berupaya melembutkan citranya.

    Setelah berafiliasi dengan al-Qaeda, kelompok ini kini menjauhkan diri dari akar ekstremisnya.

    HTS lebih berfokus pada penyediaan layanan pemerintah bagi jutaan orang di provinsi Idlib melalui Pemerintahan Keselamatan Suriah yang masih baru, administrator de facto wilayah yang dikuasai HTS.

    Dalam pernyataan terbaru, kelompok ini mengatakan akan melindungi situs budaya dan keagamaan di Aleppo, termasuk gereja.

    Kelompok ini juga menguasai perbatasan Bab al-Hawa menuju Turki, koridor penting untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke wilayah yang dikuasai pemberontak.

    Departemen Luar Negeri AS menetapkan HTS sebagai organisasi teroris asing.

    2. Pasukan Pemerintah Suriah atau Loyalis Assad

    (FILES) Gambar selebaran ini dirilis oleh halaman Facebook Kepresidenan Suriah pada 7 Desember 2020, menunjukkan Presiden Suriah Bashar al-Assad menyampaikan pidato pada pertemuan berkala yang diadakan oleh Kementerian Wakaf di Masjid Al-Othman, di Damaskus. (Handout / Halaman Facebook Kepresidenan)

    Pasukan pemerintah yang setia kepada Assad pernah berhasil menggagalkan upaya untuk menggulingkan rezimnya sejak protes antipemerintah pertama kali meletus pada tahun 2011.

    Ketika pasukan Assad menindak dengan keras, protes yang awalnya damai tersebut berubah menjadi pemberontakan besar-besaran, yang membentuk garis besar konflik saat ini.

    Pada tahun 2020, pasukan pemerintah Suriah (yang didukung oleh Iran, Rusia, dan kelompok militan Lebanon, Hizbullah) berhasil menahan pemberontak oposisi di sudut barat laut Suriah.

    Rusia secara efektif bertindak sebagai angkatan udara Assad sejak tahun 2015.

    Dalam seminggu terakhir, pasukan pemerintah tiba-tiba tampak kehilangan kendali.

    Pemberontak merebut kendali sebagian besar Aleppo, kota besar Suriah yang direbut kembali oleh pasukan Assad pada tahun 2016.

    Militer rezim Suriah mengatakan bahwa mereka mengerahkan kembali pasukan dari wilayah yang dikuasainya di provinsi Aleppo dan Idlib, dibantu oleh pemboman dari angkatan udara gabungan Suriah-Rusia.

    Pada hari Minggu (1/12/2024), menteri luar negeri Iran mengunjungi Damaskus untuk menunjukkan dukungannya terhadap rezim Assad.

    Dalam sebuah wawancara hari Minggu di acara “Meet the Press” NBC, penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan menyatakan bahwa momentum serangan pemberontak terkait dengan melemahnya pendukung utama Assad, yakni Rusia, Iran, dan Hizbullah, dalam konflik di tempat lain di Timur Tengah.

    3. Syrian National Army (SNA) atau Tentara Nasional Suriah

    Syrian National Army (Al Sharq Strategic Research)

    Tentara Nasional Suriah (SNA) adalah koalisi atau gabungan pasukan yang didukung Turki yang juga telah mengambil bagian dalam pertempuran terbaru, terutama melawan pejuang Kurdi di Suriah utara.

    Sebagai informasi, Kurdi adalah kelompok etnis terbesar keempat di Timur Tengah, mengutip BBC.

    Sekitar 25 hingga 35 juta suku Kurdi mendiami wilayah pegunungan yang membentang di perbatasan Turki, Irak, Suriah, Iran, dan Armenia.

    Namun, Kurdi tidak pernah memperoleh negara bangsa yang permanen.

    Di masa lalu, SNA membantu memerangi pemerintah Assad dan militan ISIS, serta HTS dan organisasi pendahulunya.

    Berbasis di wilayah utara Suriah di sepanjang wilayah perbatasan dengan Turki, sebagian besar faksi SNA terdiri dari pejuang Arab Suriah, termasuk mereka yang tergabung dalam kelompok pemberontak pertama, Free Syrian Army atau Tentara Pembebasan Suriah.

    Kantor berita pemerintah Turki, Anadolu, melaporkan bahwa SNA berpartisipasi dalam serangan pemberontak baru-baru ini, dengan mengklaim telah merebut bandara militer di Aleppo.

    Pasukan proksi Turki ini juga telah bertempur melawan pejuang Kurdi Suriah yang bersekutu dengan AS.

    Turki menganggap Kurdi Suriah sebagai teroris karena hubungan mereka dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) Turki, sebuah kelompok militan yang telah melancarkan serangan di dalam Turki atas nama nasionalisme Kurdi.

    Di masa lalu, para ahli PBB menuduh pejuang SNA melakukan pelanggaran besar, termasuk eksekusi tanpa pengadilan, pemukulan, penculikan, dan penjarahan di wilayah yang berada di bawah kendali Turki.

    4. Pasukan Kurdi

    Pasukan Demokratik Suriah (SDF) (Rudaw)

    Pasukan Demokratik Suriah (SDF) merupakan gabungan kelompok militan pimpinan Kurdi yang berpusat di Suriah timur laut, yang didukung oleh Amerika Serikat untuk memerangi ISIS.

    Pada tahun 2019, Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, menarik pasukan AS dari Suriah utara.

    Hal itu membuka jalan bagi Turki untuk melancarkan invasi.

    Selain pertempuran SDF melawan ekstremis Islam, SDF juga terlibat dalam konflik paralel melawan Turki dan pejuang yang didukung Turki.

    Turki menentang SDF karena hubungannya dengan PKK, dan telah lama memandang keberadaannya di dekat perbatasan Turki sebagai ancaman.

    Kelompok pemberontak Kurdi tidak bersekutu dengan mereka yang memimpin serangan terbaru ini.

    Dalam seminggu terakhir, SDF mengatakan mereka berjuang untuk menahan laju pejuang yang didukung Turki yang berpartisipasi dalam serangan yang dipimpin HTS.

    Pada hari Senin, Jenderal SDF Mazloum Kobane Abdi mengumumkan evakuasi pejuang Kurdi dan warga sipil dari Aleppo.

    Ia mengatakan pasukan Kurdi berkomunikasi dengan semua pihak di Suriah untuk mengamankan jalur yang aman dari kota tersebut ke wilayah Suriah yang dikuasai Kurdi di sebelah timur.

    Para analis mengatakan waktu serangan ini bertepatan dengan melemahnya pendukung rezim Assad.

    “Ini ada hubungannya dengan geopolitik dan peluang lokal,” kata Emile Hokayem, peneliti senior untuk keamanan Timur Tengah di Institut Internasional untuk Studi Strategis.

    “Pemberontakan secara umum telah berkumpul kembali, dipersenjatai kembali, dan dilatih ulang untuk sesuatu seperti ini.”

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Pasukan Pemberontak Rebut Kota Penting Hama di Suriah

    Pasukan Pemberontak Rebut Kota Penting Hama di Suriah

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pasukan pemberontak Hayat Tahrir Al Sham merebut salah satu kota penting lainnya di Suriah, Hama, pada Kamis (5/12). Mereka merebut kota ini beberapa hari setelah menduduki Aleppo.

    Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) melancarkan serangan mereka lebih dari seminggu yang lalu, tepat ketika gencatan senjata berlaku antara Israel dan sekutu Assad, Hizbullah, di Lebanon.

    Pemantau perang Syrian Observatory for Human Rights mengatakan setelah bentrokan semalam, para pemberontak menyerbu Hama “dari beberapa sisi” dan terlibat dalam pertempuran jalanan dengan militer Suriah.

    Para pemberontak mengatakan mereka telah merebut penjara Hama dan membebaskan para narapidananya. Pada sore hari, tentara Suriah mengakui kehilangan kendali atas kota yang terletak di antara Aleppo dan basis kekuasaan Presiden Bashar al-Assad di ibukota Damaskus.

    “Selama beberapa jam terakhir, dengan semakin intensifnya konfrontasi antara tentara kami dan kelompok-kelompok teroris, kelompok-kelompok ini mampu menembus sejumlah poros di kota dan memasukinya,” kata militer dalam sebuah pernyataan, melansir AFP, Kamis (5/12).

    Pihak militer menambahkan bahwa pasukannya telah dikerahkan ke luar Hama.

    Dalam sebuah video yang diposting secara online, pemimpin HTS Abu Mohammed al-Jolani mengatakan para pejuangnya telah memasuki Hama untuk “membersihkan luka yang telah berlangsung di Suriah selama 40 tahun”. Ini mengacu pada tindakan keras terhadap Ikhwanul Muslimin pada tahun 1982, yang mengakibatkan ribuan orang tewas.

    “Saya memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar ini menjadi penaklukan tanpa balas dendam,” tambahnya.

    Maya, seorang mahasiswi berusia 22 tahun, mengatakan bahwa ia dan keluarganya tinggal di rumah saat pertempuran berkecamuk di luar.

    “Kami terus mendengar suara ledakan dan penembakan tanpa henti,” katanya kepada AFP melalui telepon dari Hama.

    “Kami tidak tahu apa yang terjadi di luar.”

    Pemantau perang Syrian Observatory for Human Rights mengatakan bahwa 727 orang, yang sebagian besar kombatan dan 111 warga sipil, tewas di Suriah sejak konflik meletus pekan lalu.

    Ini menandai pertempuran paling sengit sejak tahun 2020 di negara yang telah dilanda perang saudara, yang dimulai dengan penindasan terhadap protes pro-demokrasi pada tahun 2011.

    Kunci keberhasilan pemberontak sejak dimulainya serangan pekan lalu adalah pengambilalihan Aleppo, yang selama lebih dari satu dekade perang tidak pernah sepenuhnya jatuh dari tangan pemerintah.

    Jolani, pemimpin HTS, pada hari Rabu mengunjungi benteng penting di Aleppo, di mana gambar-gambar yang diposting di saluran Telegram para pemberontak menunjukkan dia melambaikan tangan kepada para pendukungnya dari sebuah mobil dengan atap terbuka.

    Sementara para pemberontak yang maju hanya mendapat sedikit perlawanan pada awal serangan mereka, pertempuran di sekitar Hama sangat sengit.

    Menurut laporan kantor berita pemerintah SANA, Assad memerintahkan kenaikan gaji tentara karir sebesar 50 persen, karena berusaha memperkuat pasukannya untuk melakukan serangan balik.

    Para pemberontak memukul mundur angkatan bersenjata Suriah meskipun pemerintah telah mengirimkan “konvoi militer dalam jumlah besar”, menurut Observatorium.

    Mereka mengatakan pertempuran pada hari Rabu itu terjadi di dekat daerah yang sebagian besar dihuni oleh kaum Alawit, pengikut cabang Islam Syiah yang sama dengan presiden.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]