Tag: Bashar al-Assad

  • Ledakan Gudang Senjata di Suriah Tewaskan 11 Orang, Diduga Ulah Israel

    Ledakan Gudang Senjata di Suriah Tewaskan 11 Orang, Diduga Ulah Israel

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sebuah ledakan dahsyat terjadi di gudang senjata di kawasan industri Adra, sekitar 30 kilometer dari ibu kota Damaskus, pada Minggu (29/12), menewaskan sedikitnya 11 orang. Insiden ini terjadi hanya beberapa minggu setelah pemberontak menggulingkan Bashar al-Assad dari kekuasaan.

    Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, ledakan tersebut ‘kemungkinan besar’ disebabkan oleh serangan udara Israel. Namun, pihak militer Israel membantah keterlibatan mereka dalam insiden ini.

    Sumber setempat yang meminta anonimitas mengatakan kepada AFP bahwa ledakan yang masih belum diketahui penyebabnya itu mengguncang kawasan industri tersebut.

    Jumlah korban jiwa yang pasti masih dalam proses verifikasi, sementara operasi penyelamatan terus berlanjut untuk mengevakuasi korban yang selamat dan mengamankan lokasi.

    Kepala Observatorium Suriah Rami Abdel Rahman menyatakan ledakan terjadi di sebuah gudang senjata yang diduga milik rezim Al Assad.

    “Setidaknya 11 orang tewas, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil,” katanya.

    Polisi dan tim forensik masih menginvestigasi sumber ledakan dan dampak lebih lanjut terhadap warga sipil di sekitar lokasi kejadian. Otoritas setempat juga mengimbau warga untuk menjauhi area tersebut hingga situasi dinyatakan aman.

    Sementara, Juru bicara militer Israel mengatakan, “Kami tidak mengetahui adanya serangan oleh IDF (Pasukan Pertahanan Israel) di daerah tersebut.”

    Sejak tergulingnya Al Assad pada 8 Desember, wilayah Suriah telah menjadi titik rawan konflik. Banyak warga sipil yang mencoba mencari barang bekas, termasuk logam, dari bekas lokasi militer untuk dijual demi bertahan hidup. Aktivitas ini menimbulkan kekhawatiran akan bahaya yang lebih besar akibat persenjataan yang belum diamankan sepenuhnya.

    Setelah Al Assad digulingkan, Israel dilaporkan telah melancarkan ratusan serangan udara terhadap fasilitas militer di Suriah. Tujuannya adalah untuk mencegah persenjataan tersebut jatuh ke tangan kelompok-kelompok militan yang dianggap berbahaya. Namun, ketegangan terus meningkat di kawasan tersebut, memperumit situasi kemanusiaan yang sudah genting.

    (tim/isn)

    [Gambas:Video CNN]

  • Bantah Laporan Israel, Hamas: Rudal 7,5 Kg Pembunuh Haniyeh Dipandu Sinyal Ponsel di Teheran – Halaman all

    Bantah Laporan Israel, Hamas: Rudal 7,5 Kg Pembunuh Haniyeh Dipandu Sinyal Ponsel di Teheran – Halaman all

    Bantah Laporan Israel, Hamas: Rudal 7,5 Kg Pembunuh Haniyeh Dipandu Sinyal Ponsel

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas dilaporkan mengeluarkan pernyataan yang membantah klaim baru yang dilontarkan oleh media Israel tentang pembunuhan mantan kepala biro politik gerakan ini, Ismail Haniyeh.

    “Gerakan Perlawanan Hamas menolak klaim palsu musuh Zionis tentang cara mereka membunuh martir Ismail Haniyeh di Teheran,” tulis pernyataan Hamas dilansir MNA, Minggu (29/12/2024).

    Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan bahwa mereka sepenuhnya menolak semua kebohongan rezim Zionis Israel yang dipublikasikan hari ini.

    “Khususnya apa yang mereka klaim sebagai rincian operasi pembunuhan Martir Ismail Haniyeh,” kata laporan itu.

    Hamas menekankan, penyelidikan bersama antara lembaga keamanannya dan aparat keamanan Iran telah menunjukkan kalau operasi pembunuhan Haniyeh tersebut dilakukan dengan peluru kendali seberat 7,5 kg bahan peledak. 

    “Peluru kendali ini langsung menaraetkan (dipandu oleh sinyal) telepon seluler Haniyeh,” kata Hamas dalam pernyataannya.

    Hamas menyebut, “Klaim yang dibuat oleh rezim Zionis hanyalah upaya putus asa untuk mengalihkan opini publik dari kejahatan berlapis ini, yang telah dilakukan dengan jelas melanggar kedaulatan Republik Islam Iran dan menargetkan salah satu kantor pusat resmi negara itu.”

    Penampakan lokasi Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, dibunuh pada Rabu (31/7/2024), di dekat Kompleks Saadabad, Teheran utara, Iran. (AFP/Anadolu Ajansi)

    Versi Israel, Bom Haniyeh Diletakkan di Bantal

    Seperti diberitakan, Channel 12 Israel mengumumkan kalau pengawasan militer Israel (IDF) telah memberikan izin untuk merilis informasi baru tentang pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran.

    Menurut penyelidikan yang diklaim oleh Saluran 12 Israel, Haniyeh terlihat beberapa kali di tempat pembunuhan yang sama di Teheran.

    Menurut dugaan penyelidikan ini, Mossad membunuh Haniyeh menggunakan bom yang ditempatkan di kamarnya.

    Laporan detail yang dilansir Khaberni, bom itu secara spesifik diletakkan di bantal yang dipakai Haniyeh.

    Diklaim bahwa bom itu ditempatkan di kamar Haniyeh sebelum upacara pelantikan presiden baru Iran.

    Pada malam pembunuhan Haniyeh, sistem ventilasi di kamarnya tidak berfungsi, yang dapat menyebabkan pembatalan operasi, tetapi Iran memperbaikinya, klaimnya lebih lanjut.

    Ismail Haniyeh dan salah satu pengawalnya tewas setelah kediaman mereka menjadi sasaran di Teheran pada 31 Juli, menurut pernyataan yang dirilis oleh Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).

    Dalam sebuah pernyataan, IRGC mengatakan bahwa pembunuhan Ismail Haniyeh “dirancang dan dilaksanakan oleh rezim Zionis dan didukung oleh pemerintah kriminal Amerika.”

    Iran Punya Kekuatan Besar, Israel Bisa Kewalahan

    Terkait perkembangan konflik Iran dan Israel, koresponden Urusan Utara dan Militer di media Israel Maariv, Avi Ashkenazi, menyebut kekuatan militer Iran tetap menjadi yang terbesar dibandingkan dengan Israel.

    Israel disebut-sebut akan kewalahan jika meniatkan diri untuk melawan Iran bila perang pecah.

    Menurut Ashkenazi, Iran memiliki kekuatan besar, dengan ratusan ribu rudal, ekonomi yang lebih besar dari Israel, dan sumber daya yang besar, termasuk mineral, gas alam, dan minyak.

    Dalam pernyataan Ashkenazi, ia mempertanyakan apakah Israel mampu terlibat perang melawan Iran, dan menekankan, masalahnya lebih kompleks.

    Dikutip dari Al Mayadeen, Ashkenazi juga menyebut Lembaga Intelijen Israel, Mossad marah besar setelah adanya kebocoran dari wartawan politik yang mengklaim kepala Mossad merekomendasikan peluncuran kampanye melawan Iran.

    Kepala Mossad, David Barnea pun langsung menyatakan laporan tersebut tidak sepenuhnya akurat.

    “Saya berasumsi Barnea mengacu pada rencana operasional yang dapat merugikan Iran. Saya yakin itulah yang dimaksudnya,” kata Ashkenazi.

    Ashkenazi pun menekankan pentingnya untuk tidak meremehkan Iran, bahkan ketika mereka terluka.

    “Akhirnya, Barnea mengakui bahwa pada akhirnya, Israel akan mundur dari perang dengan Iran,” ucap Ashkenazi.

    AS Khawatir pada Iran

    Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, sangat khawatir dengan Iran yang menurutnya makin melemah.

    Meski semakin melemah, AS khawatir dengan pembangunan senjata nuklir yang dilakukan oleh Iran.

    Iran telah mengalami kemunduran dalam pengaruh regionalnya setelah serangan Israel terhadap sekutunya, Hamas Palestina dan Hizbullah Lebanon, diikuti oleh jatuhnya Presiden Suriah yang bersekutu dengan Iran, Bashar al-Assad.

    Serangan Israel terhadap fasilitas Iran, termasuk pabrik rudal dan pertahanan udara, telah mengurangi kemampuan militer konvensional Teheran.

    “Tidak mengherankan ada suara-suara (di Iran) yang mengatakan, ‘Hei, mungkin kita perlu mengembangkan senjata nuklir sekarang juga. Mungkin kita harus meninjau kembali doktrin nuklir kita’,” kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan kepada CNN.

    Iran mengatakan program nuklirnya bersifat damai, tetapi telah memperluas pengayaan uranium sejak Trump, dalam masa jabatan presiden 2017-2021, menarik diri dari kesepakatan antara Teheran dan negara-negara besar dunia yang membatasi aktivitas nuklir Iran dengan imbalan keringanan sanksi.

    Sullivan mengatakan ada risiko bahwa Iran mungkin mengabaikan janjinya untuk tidak membangun senjata nuklir.

    “Ini adalah risiko yang sedang kami waspadai sekarang. Ini adalah risiko yang secara pribadi saya sampaikan kepada tim yang akan datang,” ucap Sullivan.

    Trump, yang akan mulai menjabat pada 20 Januari, dapat kembali ke kebijakan garis kerasnya terhadap Iran dengan meningkatkan sanksi terhadap industri minyak Iran.

    Sullivan mengatakan Trump akan memiliki kesempatan untuk melakukan diplomasi dengan Teheran, mengingat “negara Iran yang melemah”.

    “Mungkin dia (Trump) bisa datang kali ini, dengan situasi yang dialami Iran, dan benar-benar menyampaikan kesepakatan nuklir yang mengekang ambisi nuklir Iran untuk jangka panjang,” katanya.

    Iran Bersumpah Hancurkan Tentara Bayaran AS

    Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei (Khamenei.ir)

    Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei telah bersumpah akan menghancurkan siapa pun yang bersedia menjadi tentara bayaran Amerika Serikat (AS).

    Pernyataan Ali Khamenei ini muncul setelah Pemimpin Tertinggi itu marah karena Iran selalu disalahkan ketika Timur Tengah memanas.

    Dalam pidatonya, Khamenei menguraikan strategi AS untuk mendominasi negara-negara, yang katanya berputar di sekitar dua skenario.

    Pertama, mendirikan rezim despotik yang sejalan dengan kepentingan mereka.

    Lalu yang kedua adalah mengobarkan kekacauan dan kerusuhan ketika rezim seperti itu tidak dapat didirikan.

    “Di Suriah, mereka menggunakan kerusuhan dan menciptakan kekacauan,” jelas Khamenei, dikutip dari IRNA.

    Dirinya pun mengkritik tindakan AS dan Israel baru-baru ini, yang menyatakan bahwa rasa kemenangan mereka saat ini telah mengarah pada retorika yang gegabah.

    “Sekarang, mereka membayangkan telah meraih kemenangan. Orang Amerika, rezim Zionis, dan kaki tangannya merasa telah berhasil, yang membuat mereka membual.”

    “Inilah sifat orang-orang yang berbuat jahat — ketika mereka yakin telah menang, mereka kehilangan kendali atas lidah mereka dan mengucapkan omong kosong,” ujarnya.

    Ia secara khusus menanggapi komentar terbaru dari seorang pejabat AS, yang dianggap Khamenei sebagai provokasi tak berdasar.

    “Orang-orang ini telah terjerumus ke dalam omong kosong. Seorang pejabat Amerika, dalam pernyataan sombongnya—meskipun dibalut dengan kehalusan, tetapi sepenuhnya jelas—mengatakan, ‘Siapa pun yang memicu kerusuhan di Iran, kami akan mendukung mereka’. Orang-orang bodoh ini mengira mereka telah menemukan emas,” tegas Khamenei.

    “Poin pertama adalah bahwa bangsa Iran akan menghancurkan siapa pun yang bersedia bertindak sebagai tentara bayaran Amerika dalam masalah ini,” pungkas Khamenei.

     

    (oln/MNA/khbrn/*)

  • Dua Pesawat Kargo Militer AS Tiba di Pangkalan Ain al-Asad di Irak, Pengerahan Besar Pasukan Dimulai – Halaman all

    Dua Pesawat Kargo Militer AS Tiba di Pangkalan Ain al-Asad di Irak, Pengerahan Besar Pasukan Dimulai – Halaman all

    Dua Pesawat Kargo Militer AS Tiba di Pangkalan Ain al-Asad di Irak, Pengerahan Besar Pasukan Dimulai

    TRIBUNNEWS.COM – Media MNA, mengutip narasumber yang mereka labeli ‘terpercaya’ mengumumkan kedatangan 2 pesawat angkut (kargo) militer Amerika Serikat (AS) di pangkalan Ain al-Asad di Irak barat.

    “Pesawat kargo militer AS tersebut membawa tentara dan peralatan militer ke pangkalan tersebut,” kata laporan MNA, Minggu (29/12/2024).

    Laporan itu menambahkan, sejumlah sumber juga mengumumkan kalau pangkalan Ain al-Asad di Irak barat akan diubah AS menjadi pusat logistik.

    “Pangkalan itu akan diubah menjadi pangkalan perlengkapan bagi pangkalan lain AS di wilayah tersebut,” tulis laporan MNA.

    Sumber tersebut juga menganggap langkah ini sebagai awal dari dimulainya pengerahan terbesar pasukan Amerika di Timur Tengah.

    “Pada hari Sabtu, sebuah sumber yang terpercaya mengungkapkan tiga alasan peningkatan lalu lintas udara di pangkalan Ain al-Asad di Irak barat untuk mengubahnya menjadi pusat perlengkapan pangkalan lainnya,” tambah laporan itu.

    Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Baghdad Al-Youm, sumber ini mengatakan, “Penerbangan pesawat kargo besar di Ain al-Asad di bagian barat negara itu dimulai dengan kecepatan yang meningkat setelah tanggal 8 Desember tahun ini.”

    “Puncaknya terjadi dalam beberapa hari terakhir, beberapa dari penerbangan ini dilakukan dari pangkalan Amerika di wilayah Teluk Persia dan yang lainnya dari pangkalan di Eropa, yang membawa tentara, peralatan, dan perbekalan,” kata narasumber tersebut.

    Pangkalan Ain al-Asad Jadi Pusat Logistik Pangkalan Militer AS

    Sebelumnya beredarnya informasi yang mengindikasikan kalau Washington telah memberi lampu hijau untuk membangun tiga pangkalan baru di Suriah antara lain di Damaskus, Daraa, dan Quneitra,

    Adapun Pangkalan Militer Ain al-Asad di Irak menjadi pusat sementara dan pangkalan terbesar di Timur Tengah.

    “Pasukan serta peralatan militer akan dikirim dari sana (Ain al-Asad) ke tujuh pangkalan Amerika di Suriah, khususnya di Hasakah,” sumber tersebut menambahkan.

    Hal ini terjadi setelah sumber lokal di Suriah melaporkan kedatangan konvoi AS dari Irak ke negara Arab tersebut.

    Sumber tersebut menambahkan bahwa konvoi militer AS, termasuk 50 truk yang membawa kendaraan lapis baja, peralatan militer, dan logistik, sedang dalam perjalanan menuju salah satu pangkalan militer AS di timur dan utara Suriah melalui perbatasan Al-Waleed.

    Ini bukan pertama kalinya konvoi militer Amerika memasuki Suriah dari Irak dengan tujuan yang meragukan dan tidak jelas.

    Selain memindahkan konvoi militer, AS menjarah minyak dan gandum dari wilayah timur Suriah dan memindahkannya ke pangkalannya di Irak.

    Memanfaatkan pergolakan di Suriah dan berlarutnya Perang Gaza antara Israel dan Hamas, AS dilaporkan bermanuver guna membangun lebih banyak pangkalan militer di kawasan Timur Tengah sebagai bagian dari strategi geopolitik.

    Satu di antaranya adalah dalam membantu Israel dalam konfliknya melawan Iran. 

    Sudah Ada Pasukan Khusus AS di Hasakah

    Sebelumnya di beritakan kalau Amerika Serikat (AS) dilaporkan menambah jumlah pasukan dan persenjatannya ke Suriah, Kamis (26/12/2024).

    “AS meningkatkan kehadirannya di Suriah seiring dengan semakin banyaknya pasukan Amerika yang tiba di pangkalan militer di provinsi Hasakah di timur laut,” demikian laporan media, MNA, Kamis.

    Konvoi pasukan militer AS, yang terdiri dari 20 kendaraan dan truk, memasuki pangkalan di Hasakah di timur laut Suriah dari pangkalan Ain al-Asad di Irak Kamis pagi, menurut media Suriah.

    Konvoi pasukan tersebut, yang dilindungi oleh dukungan udara (air support), juga termasuk Pasukan Khusus AS yang dikerahkan ke kawasan tersebut.

    Sumber-sumber lokal melaporkan, militer AS baru-baru ini mengerahkan sejumlah besar pasukan tempur dari pangkalan Ain al-Assad di provinsi Anbar dan pangkalan Harir di Erbil selatan.

    Suriah saat ini tengah mengalami pergolakan dan pelengseran rezim.

    Kelompok oposisi yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad awal bulan ini, segera setelah mereka melancarkan serangan kilat terhadap pemerintah pusat.

    Israel memanfaatkan situasi ini untuk merebut wilayah perbatasan termasuk puncak Gunung Hermon dengan dalil bubarnya perjanjian pada 1973 silam sering jatuhnya rezim Assad.

    Pasukan Amerika Serikat di Timur Tengah. Sebuah dokumen berisi perintah Pentagon dilaporkan memberi instruksi agar tentara AS yang berada di Irak bersiaga jika dibutuhkan untuk dikerahkan langsung dalam Perang Gaza membantu Israel melawan Hamas. (Photo: The US Army, via Wikimedia Commons)

    AS Tempatkan Ribuan Tentara di Suriah

    Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) mengakui kehadiran lebih dari 2.500 tentara Amerika di Irak.

    Pentagon juga menyatakan jumlah pasukan di Suriah telah meningkat selama beberapa tahun terakhir karena meningkatnya ancaman.

    “Setidaknya ada 2.500 anggota pasukan Amerika di Irak, selain beberapa pasukan pendukung sementara yang dikerahkan secara berkala,” kata juru bicara Pentagon, Pat Ryder dalam sebuah pernyataan, Senin (23/12/2024).

    Dia menambahkan, karena pertimbangan diplomatik, Pentagon tidak akan memberikan rincian lebih lanjut.

    AS menyelesaikan perundingan sensitif dengan pemerintah Irak pada bulan September lalu yang menetapkan dimulainya penarikan pasukan setelah pemilu pada bulan November.

    Kehadiran pasukan AS di sana merupakan beban politik jangka panjang bagi para pemimpin Irak, yang semakin mendapat tekanan dari Iran.

    Pejabat Amerika tidak memberikan rincian mengenai perjanjian penarikan tersebut, namun perjanjian tersebut mencakup penghentian misi melawan ISIS pada bulan September 2025, dengan beberapa pasukan AS tersisa hingga tahun 2026 untuk mendukung misi melawan ISIS di Suriah.

    Ada kemungkinan beberapa pasukan akan tetap berada di wilayah Kurdistan setelah itu karena pemerintah daerah ingin kehadiran mereka terus berlanjut, seperti diberitakan Al Arabiya.

    2.000 Tentara AS di Suriah

    Sebelumnya pada Kamis (19/12/2024), Pat Ryder mengumumkan ada sekitar 2.000 tentara Amerika di Suriah, lebih dari dua kali lipat dari 900 tentara yang diakui secara terbuka oleh AS sampai sekarang.

    Pada Senin (23/12/2024), ia mengatakan setidaknya ada 1.100 tentara tambahan dikerahkan untuk jangka waktu singkat untuk melakukan perlindungan pasukan, transportasi, pemeliharaan dan tugas-tugas lainnya.

    Jumlah tersebut berfluktuasi selama beberapa tahun terakhir dan meningkat seiring waktu.

    “Jumlah pasukan sementara tambahan ini telah berfluktuasi selama beberapa tahun terakhir berdasarkan kebutuhan misi, tetapi secara umum telah meningkat seiring waktu karena meningkatnya ancaman terhadap pasukan dasar,” kata Pat Ryder, Senin.

    Setelah Presiden Suriah Bashar Assad digulingkan oleh oposisi bersenjata pada 8 Desember lalu, negara itu bergulat dengan kekacauan. 

    Media lokal di Suriah melaporkan pada Senin kemarin terjadi bentrokan sengit antara SDF yang didukung AS dan yang didukung Turki di sekitar Bendungan Tishrin di Provinsi Aleppo, seperti diberitakan Mehr.

    Apa Kepentingan AS di Suriah?

    AS menjadi satu di antara banyak pihak yang berkepentingan di Suriah pasca-lengsernya rezim Assad.

    Ali Bilgic, profesor hubungan internasional dan politik Timur Tengah di Universitas Loughborough di Inggris, AS justru menjadi pemain inti dari para pemain regional yang punya kepentingan di Suriah.

    Menurut Ali Bilgic, cara para aktor utama bertindak di Suriah akan sangat bergantung pada Amerika Serikat.

    Bagi AS, jatuhnya rezim Assad merupakan tanda positif lantaran AS senantiasa berupaya mengganti pemerintahan Suriah secara langsung atau tidak langsung sejak 2011.

    Presiden AS Joe Biden pada Minggu (08/12) menyebut situasi di Suriah sebagai “masa penuh risiko dan ketidakpastian” bagi kawasan tersebut.

    Namun Biden hanya akan menjabat selama beberapa pekan ke depan.

    Pada Sabtu (07/12/2024), Presiden AS terpilih Donald Trump menyebut rangkaian peristiwa di Suriah dengan kalimat, “Ini bukan perang kita (AS).”

    Seperti yang dijelaskan oleh Ali Bilgic, “jika Amerika Serikat benar-benar memutuskan untuk tidak terlibat di Suriah, kekosongan kekuasaan akan diisi oleh aktor lain dan salah satu aktor tersebut bisa jadi adalah Rusia”.

    “Jika itu terjadi, Rusia tentu akan berjuang untuk mempertahankan pangkalannya di Suriah, khususnya pangkalan angkatan lautnya yang merupakan pusat operasinya untuk kawasan Afrika sub-Sahara,” kata sang profesor dilansir BBC.

    Saat ini tidak jelas peran apa yang akan dimainkan Amerika Serikat dalam tatanan baru Suriah.

    Tetapi, kata Bilgic, “sulit membayangkan presiden Amerika mana pun berkata, ‘Kami tidak tertarik pada Suriah’.”

    “Ada banyak hal yang dipertaruhkan bagi Amerika Serikat dan saya tidak bisa membayangkan Donald Trump bakal membiarkan kekuatan lain mengisi kekosongan di Suriah begitu saja.”

    Washington menempatkan ribuan tentara di daerah pengeboran minyak mentah di bagian timur laut Suriah yang dikuasai suku Kurdi. AS juga memiliki sebuah pangkalan militer di sebelah tenggara.

    Seorang personel Tentara Amerika Serikat (AS) di Suriah duduk di atas tank dengan berbendera AS.

    Incar Si Emas Hitam

    Peran AS dalam perang saudara Suriah telah berkali-kali berubah.

    Namun, bahkan Donald Trump pada masa jabatan pertamanya sebagai presiden memahami bahwa meninggalkan Suriah sepenuhnya bukanlah “alternatif yang layak” untuk melindungi kepentingan negara, jelas Bilgic.

    “Jadi membiarkan Suriah begitu saja sangat tidak mungkin, karena kelompok Kurdi membutuhkan dukungan pasukan AS. Kelompok tersebut mengendalikan dan memelihara beberapa kamp penahanan mantan anggota ISIS dan keluarga mereka.”

    “Hal lain karena sumber daya alam Suriah, terutama minyak dan gas, sekarang berada di bawah kendali Kurdi. Di sanalah tentara AS ditempatkan,” tambahnya.

    Dengan demikian, saat transisi kekuasaan berlangsung dan masa depan politik Suriah dibahas, salah satu pertanyaan utama adalah: siapa yang akan mengendalikan sumber daya alam negara itu?

    “Tidak ada pembicaraan tentang itu sekarang, tapi saya pikir siapa pun pemegang kekuasaan di Damaskus tidak akan membiarkan Kurdi memiliki kendali penuh atas minyak dan gas alam di Suriah bagian utara.”

    “Dan jika itu masalahnya, pasukan AS akan berada di wilayah itu untuk melindungi kepentingan mereka. Jadi saya tidak berpikir Washington akan menarik diri dari Suriah. Saya ragu Donald Trump memiliki visi yang sempit,” kata Bilgic.

     

    (oln/MNA/BBC/*)

  • Intelijen Israel Taruh Bom di Bantal Ismail Haniyeh di Teheran: Pengamanan IRGC Iran Bobol Total – Halaman all

    Intelijen Israel Taruh Bom di Bantal Ismail Haniyeh di Teheran: Pengamanan IRGC Iran Bobol Total – Halaman all

    Israel Akui Bunuh Ismail Haniyeh: Bom Ditaruh di Bantal, Iran Bobol Total

     

    TRIBUNNEWS.COM – Media Israel berbahasa Ibrani, Channel 12 pada Kamis pekan kemarin mengungkapkan informasi baru tentang pembunuhan kepala biro politik Hamas, almarhum Ismail Haniyeh.

    Haniyeh gugur di Teheran, ibu kota Iran, pada 31 Juli 2024 karena ledakan bom di kamar tempat dia menginap.

    Dalam laporan terbaru soal detail pembunuhan Haniyeh, media Israel itu mengatakan kalau bom yang menewaskan Ismail Haniyeh di kamarnya diletakkan di bantalnya sendiri.

    Laporan media Israel itu diklaim berasal dari narasumber dengan label informasi eksklusif.

    Ismail Haniyeh dan rekannya meninggal pada 31 Juli tahun ini setelah berpartisipasi dalam upacara pelantikan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian.

    Penampakan lokasi Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, diserang pada Rabu (31/7/2024), di dekat Kompleks Saadabad, Teheran utara, Iran. (Anadolu Ajansi)

    Intelijen Iran Bobol Total

    Pada Senin, 23 Desember 2024 kemarin, Menteri Pertahanan Israel Yisrael Katz mengakui Tel Aviv bertanggung jawab atas pembunuhan kepala biro politik Hamas tersebut.

    Pengakuan Katz, dalam klaim resmi pertama Israel atas pembunuhan yang dilakukan di ibu kota Iran, Teheran.

    Dalam pidatonya pada upacara penghormatan terhadap sekelompok perwira cadangan yang diselenggarakan oleh Kementerian Keamanan dan Angkatan Darat Israel, Katz mengakui pembunuhan Haniyeh saat mengeluarkan ancaman kepada Houthi.

    “Kami akan memukul mereka (Houthi) dengan keras, menargetkan infrastruktur strategis mereka, dan kami akan memenggal kepala para pemimpin mereka, seperti yang kami lakukan terhadap Haniyeh, mantan pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, dan mantan Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah. Seperti di Teheran, Gaza dan Lebanon, kami akan melakukan itu di Hodeidah dan Sanaa,” kata Katz.

    Pernyataan Katz itu sekaligus menampar Iran dengan menunjukkan lemahnya sistem pengamanan mereka hingga mudah disusupi yang berujung pada kematian Haniyeh, tamu negara Iran saat itu.

    Haniyeh tiba di Teheran pada Selasa (30/7/2024).

    Ia telah bertemu dengan Pezeshkian dan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

    Laporan Iran mengatakan bahwa serangan udara terjadi sekitar pukul 2 pagi waktu setempat.

    Dalam sebuah pernyataan, Hamas berduka atas kematian Haniyeh, yang menurutnya terbunuh dalam “serangan berbahaya Zionis di kediamannya di Teheran”.

    Hamas mengatakan mereka yakin Haniyeh terbunuh, bersama salah satu pengawalnya, oleh serangan udara Israel di kediamannya.

    Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, yang bertanggung jawab melindungi Haniyeh, mengatakan pada awal Agustus bahwa Haniyeh dibunuh dengan “proyektil jarak pendek dengan hulu ledak sekitar 7 kilogram”.

    “Tindakan ini dirancang dan dilaksanakan oleh rezim Zionis dan didukung oleh pemerintah kriminal Amerika,” jelas IRGC.

    Sementara media barat mengatakan bahwa Haniyeh terbunuh oleh alat peledak yang ditanam jauh-jauh hari di kamarnya, kemungkinan oleh agen yang direkrut oleh Mossad, badan intelijen Israel. 

    Sebuah laporan oleh The Telegraph mengatakan alat peledak itu ditempatkan di tiga kamar terpisah di wisma tamu, yang menunjukkan operasi yang direncanakan dengan sangat cermat.

    Saat itu, tidak ada yang langsung mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan itu tetapi kecurigaan langsung tertuju pada Israel.

    Haniyeh tinggal di pengasingan dan membagi waktunya antara Turki dan Qatar.

    Dia telah melakukan misi diplomatik ke Iran dan Turki selama perang, bertemu dengan Presiden Turki dan Iran.

    Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz (Tehran Times)

    Israel Ancam Hancurkan Houthi

    Dalam pidato yang sama, Israel Katz juga menyinggung betapa Israel mampu menetralisir sistem pertahanan Iran.

    “Pada hari-hari ini ketika Houthi menembakkan rudal ke Israel, saya ingin menyampaikan pesan yang jelas kepada mereka. Di awal pidato saya, kami mengalahkan Hamas, kami mengalahkan Hizbullah, kami menonaktifkan sistem pertahanan Iran dan menyerang jaringan produksi. 

    Katz juga menyiratkan peran Israel dalam penggulingan rezim Bashar al-Assad di Suriah yang menurutnya adalah pukulan telak bagi ‘Poros Perlawanan’, jaringan proksi milisi perlawanan yang dikendalikan Iran.

    “Kami menghancurkan rezim Assad di Suriah dan memberikan pukulan telak terhadap Poros Kejahatan. Kami juga akan menyerang dengan keras organisasi Houthi, yang masih menjadi kelompok terakhir yang bertahan dan menembaki Israel. Siapa pun yang mengangkat tangannya melawan Israel akan dipotong tangannya, tentara Israel akan memukulnya dan meminta pertanggungjawabannya,” kata Katz.

    Latihan militer Houthi Yaman menggunakan rudal jelajah pada 12 Maret 2024, di Sana’a, Yaman. (dok. Gerakan Houthi via Getty Images/Middle East Monitor)

    Pejabat Israel: Teknologi Houthi Lebih Canggih dari yang Diperkirakan

    Seorang pejabat Israel mengakui bahwa teknologi yang dimiliki Houthi lebih canggih daripada yang diperkirakan banyak orang.

    Oleh karena itu, upaya Israel untuk melawan kelompok dari Yaman itu barangkali akan lebih sulit.

    Kepada media terkenal asal Amerika Serikat, The New York Times, pejabat yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan Houthi tak seharusnya diremehkan.

    Menurutnya, berkat bantuan Iran, Houthi mampu mengambil “langkah praktis” dalam mengejar tujuannya, yakni menghancurkan Israel.

    Sementara itu, Yoel Guzansky, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional Israel, menyebut Houthi hendak melancarkan perang atrisi melawan Israel.

    “Houthi menginginkan perang atrisi melawan Israel dengan terus menembak sehingga mereka bisa berkata, ‘Kami adalah perlawanan nyata,’” kata Guzansky.

    Dia berujar sebagian rencana Houthi didasarkan pada ekonomi sederhana.

    Rudal dan pesawat nirawak atau drone yang diluncurkan Houthi mungkin hanya berbiaya beberapa ribu dolar. Namun, biaya yang dikeluarkan Israel untuk menangkisnya mencapai puluhan ribu dolar.

    Sejarawan militer Danny Orbach di Universitas Ibrani mengungkapkan tantangan lain yang harus dihadapi Israel.

    Tantangan itu ialah jarak yang begitu jauh. Houthi berada di Yaman yang berjarak lebih dari seribu mil dari Israel.

    Jarak jauh itu juga disinggung oleh Amatzia Baram, seorang guru besar sejarah Timur Tengah dan Direktur Pusat Kajian Irak di Universitas Haifa.

    “Jaraknya sangat jauh, hampir 2.000 km. Ini bukan Tartus, Latakia, atau Beirut, ini dunia yang sepenuhnya berbeda,” kata Baram saat diwawancarai Maariv.

    Menurutnya, Israel butuh lima jam penerbangan pulang pergi untuk menyerang Houthi.

    “Houthi mengetahui ini, mereka punya rudal. Rudal mereka bisa menjangkau kita. Kita tak punya rudal yang cocok untuk tugas ini. Kita hanya punya angkatan udara.”

    “Dengan sebuah rudal, kalian menekan tombol, mengirimnya, dan pergi tidur. Rudal akan membereskan yang lainnya. Angkatan udara tidak bekerja seperti itu. Hampir tiga jam untuk berangkat, tiga jam kembali.”

    Kelompok Ansarallah Houthi Yaman meneguhkan dukungan ke Perlawanan Palestina dengan meningkatkan serangan ke Israel. (Khaberni)

    Baram juga mengomentari serangan terbaru Israel ke Bandara Sanaa di Yaman. Menurutnya serangan itu sangat efektif karena merusak menara kendali sehingga menyusahkan pendaratan pesawat angkut Iran.

    Meski demikian, dia berkata pesawat masih bisa mendarat. “Tetapi akan sangat susah, itu akan problematis.”

    Houthi ‘The Last Man Standing’

    Seth J. Frantzman, seorang analis di Jerusalem Post, menyebut Houthi sebagai the last man standing atau pihak terakhir yang masih bertahan dalam kelompok Poros Perlawanan yang dipimpin Iran.

    Berbeda dengan Houthi, Hizbullah sebagai salah satu anggota poros itu sudah sepakat untuk melakukan gencatan senjata dengan Israel.

    “Houthi yang didukung Iran tampaknya sendirian dalam upaya menyerang Israel karena Iran dan kelompok proksi Iran lainnya telah melemah,” kata Frantzman pertengahan bulan ini.

    “Mereka belum mengalami kemunduran besar sejak memulai serangan mereka terhadap Israel dan kapal-kapal setelah serangan Hamas tanggal 7 Oktober.”

    Dia mengklaim Houthi bisa melancarkan serangan jauhnya kemudian bersembunyi di gunung-gunung sekitar Sanaa, Yaman.

    Serangan Houthi itu sampai membuat sekutu dekat Israel, AS, harus campur tangan.

    AS menjalankan Operasi Penjaga Kemakmuran pada bulan Desember 2023 guna melawan serangan Houthi terhadap kapal-kapal dagang di Laut Merah. Operasi AS itu tidak membuahkan kesuksesan besar.

    Kawah besar tercipta di Israel setelah rudal yang ditembakkan Houthi menghantam Tel Aviv, Sabtu dini hari, 21 Desember 2024. (Jack GUEZ / AFP)

    Adapun Israel menyebut serangan Houthi sebagai salah satu front dalam perang perang tujuh front.

    Serangan rudal dan drone Houthi terus berlanjut, bahkan ketika Hamas dilaporkan didera kemunduran di Gaza dan Hizbullah sepakat untuk mengadakan gencatan senjata dengan Israel.

    “Rezim mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah tumbang. Milisi di Irak yang didukung Iran juga saat ini tampaknya telah berhenti menyerang Israel,” kata Frantzman.

    (oln/fbr/khbrn/*)

     

     

  • Suriah Butuh 4 Tahun untuk Pemilu, Kata Pemimpin HTS Al-Julani – Halaman all

    Suriah Butuh 4 Tahun untuk Pemilu, Kata Pemimpin HTS Al-Julani – Halaman all

    Pemimpin HTS Al-Julani optimis Suriah akan lebih baik pasca pemilu yang butuh waktu 4 tahun dan pembubaran HTS.

    Tayang: Minggu, 29 Desember 2024 20:13 WIB

    Daily News Egypt

    Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Abu Mohammad al-Julani 

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Ahmed Al-Sharaa atau Al-Julani, menyatakan bahwa penyelenggaraan pemilu di Suriah diperkirakan akan memakan waktu hingga empat tahun.

    Al-Julani menambahkan bahwa saat ini Suriah berada dalam tahap membangun kembali undang-undang.

    Mengenai aksi unjuk rasa, Al-Julani menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak sah untuk menyampaikan pendapat tanpa merugikan institusi.

    Ia juga mengungkapkan bahwa HTS akan dibubarkan dan pengumuman tersebut akan dilakukan pada Konferensi Dialog Nasional.

    “Selain HTS, faksi-faksi di Suriah juga akan dibubarkan dan akan bergabung di bawah Kementerian Pertahanan pada pemerintahan baru,” ujarnya.

    Negosiasi dan Harapan Masa Depan

    Al-Julani menekankan pentingnya negosiasi dengan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) untuk menyelesaikan krisis di timur laut Suriah.

    Terkait hubungan internasional, Al-Julani berharap pemerintahan baru AS yang dipimpin oleh Donald Trump akan mencabut sanksi terhadap Suriah.

    Ia juga menginginkan hubungan yang baik antara Suriah yang baru dengan Rusia, yang sebelumnya merupakan sekutu rezim Bashar al-Assad.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Pemerintah Baru Suriah Tangkap Hampir 300 Orang Diduga Loyalis Assad

    Pemerintah Baru Suriah Tangkap Hampir 300 Orang Diduga Loyalis Assad

    Jakarta

    Pemerintah baru Suriah menangkap hampir 300 orang dalam penindakan tegas terhadap loyalis mantan Presiden Suriah yang terguling Bashar al-Assad. Sejumlah orang yang ditangkap termasuk informan, pejuang pro-rezim, dan mantan tentara.

    “Dalam waktu kurang dari seminggu, hampir 300 orang telah ditahan di Damaskus dan pinggirannya, serta di Homs, Hama, Tartus, Latakia, dan bahkan Deir Ezzor,” kata Kepala pemantau perang Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, Rami Abdel Rahman, dilansir AFP, Minggu (29/12/2024).

    Diketahui, sejak pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Islamis Hayat Tahrir al-Sham (HTS) menggulingkan Assad tiga minggu lalu, sekaligus mengakhiri lebih dari lima dekade kekuasaan keluarga Assad, pemerintah baru di Suriah telah mengintensifkan upaya untuk mengonsolidasikan kendali.

    Pasukan keamanan pemerintahan baru melancarkan operasi skala besar pada hari Kamis terhadap milisi Assad.

    Kantor berita resmi Suriah SANA juga melaporkan penangkapan minggu ini yang menargetkan ‘anggota milisi Assad’ di provinsi Hama dan Latakia, tempat senjata dan amunisi disita. Namun kantor berita SANA tidak memberikan rincian apa pun terkait hal tersebut.

    Di antara mereka yang ditangkap, menurut Abdel Rahman, terdapat mantan informan rezim, pejuang pro-Iran, dan perwira militer berpangkat rendah yang dituduh melakukan pembunuhan dan penyiksaan.

    Abdel Rahman mengatakan bahwa ‘kampanye sedang berlangsung, tetapi tidak ada tokoh terkemuka yang ditangkap’. Terkecuali Jenderal Mohammed Kanjo Hassan, mantan kepala peradilan militer di bawah Assad, telah ditangkap.

    Berdasarkan pada video di media sosial yang memperlihatkan orang-orang bersenjata menyiksa tahanan dan bahkan melakukan eksekusi singkat, Abdel Rahman mengatakan: “Beberapa individu, termasuk informan, langsung dieksekusi setelah ditahan”.

    Penangkapan itu dilaporkan terjadi ‘dengan kerja sama penduduk setempat’.

    Diketahui, kelompok HTS memimpin koalisi mantan kelompok pemberontak Islam yang memasuki Damaskus pada 8 Desember setelah serangan cepat, yang memaksa Assad melarikan diri ke Rusia.

    Anas Khattab, kepala baru Intelijen Umum, telah berjanji untuk merombak aparat keamanan, mengecam “ketidakadilan dan tirani rezim sebelumnya, yang lembaganya menabur korupsi dan menimbulkan penderitaan pada rakyat.”

    (yld/knv)

  • Putin Cabut Kelompok Taliban dan HTS Dari Daftar Teroris – Halaman all

    Putin Cabut Kelompok Taliban dan HTS Dari Daftar Teroris – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM — Lembaga asal Amerika Serikat, Institute for the Study of War (ISW) menyebut pemimpin Rusia, Vladimir Putin telah menghapus Taliban dan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dari daftar organisasi teroris.

    Dengan demikian hubungan Rusia dengan dua organisasi penguasa Afghanistan dan Suriah tersebut kini telah cair.

    Taliban adalah kelompok yang kini menguasai Afghanistan setelah Amerika Serikat meninggalkan negara itu di zaman Presiden Donald Trump berkuasa.

    Sementara Tahrir al-Sham (HTS) berkuasa di Suriah setelah menggulingkan rezim Bashar Al Assad belum lama ini.

    Dikutip dari Ukrainska Pravda, ISW menyebut Putin telah menandatangani dekrit yang memberi wewenang kepada pemerintah Rusia untuk menghapus organisasi tertentu dari daftar kelompok terorisnya. 

    Dekrit tersebut termasuk Taliban, yang saat ini memerintah Afghanistan, dan HTS, yang baru-baru ini mengambil alih kekuasaan di Suriah. 

    Keputusan tersebut dipandang sebagai bagian dari strategi Rusia yang lebih luas untuk membangun hubungan yang lebih kuat dengan kelompok-kelompok ini.

    Para blogger militer Rusia menyarankan bahwa tindakan ini akan mendorong kerja sama politik dan ekonomi antara Rusia dan Taliban, yang berpotensi memfasilitasi terciptanya rute perdagangan baru melalui Afghanistan. 

    Dekrit tersebut juga memberikan kesempatan bagi Rusia untuk bekerja sama dengan pemerintah sementara Suriah yang dipimpin oleh HTS. Para analis mengamati bahwa hal ini akan memungkinkan Rusia untuk mengamankan dan mempertahankan pangkalan militernya di Suriah.

    Taliban, seperti dilansir dari BBC adalah kelompok yang mulai berjuang di selatan Afghanstan pada 1990-an. Nama Taliban berasal dari bahasa Pashtun yang artinya adalah murid atau mahasiswa.

    Sempat berkuasa pada 2000-an, Taliban kemudian didongkel sebagai penguasa Afghanistan. Amerika Serikat pun menempatkan ribuan pasukannya di negara itu.

    Akan tetapi Presiden AS Donald Trump akhirnya menarik pasukannya dari Kabul dan menyerahkan kekuasaannya pada Taliban di tahun 2021. Oleh kebanyakan negara Barat, Taliban masih disebut sebagai organisasi teroris.

    Sementara Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) adalah koalisi kelompok pemberontak Islam Sunni yang berbasis di Suriah utara yang berkembang dari Jabhat al-Nusrah, atau “Front Nusrah,” bekas cabang al-Qa’ida di Suriah.

    Selama tahun-tahun awal pemberontakan Suriah, pertikaian internal antara Front Nusrah, ISIS, dan faksi-faksi yang bersekutu dengan kelompok-kelompok ini untuk memperebutkan wilayah, pendapatan, dan perlawanan terhadap rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.

  • Apa yang akan dilakukan pemimpin HTS terhadap peredaran narkoba pil Captagon di Suriah? – Halaman all

    Apa yang akan dilakukan pemimpin HTS terhadap peredaran narkoba pil Captagon di Suriah? – Halaman all

    Ketika pemimpin pemberontak Suriah, Ahmed al-Sharaa, tiba di Damaskus dan menyampaikan pidato kemenangan setelah berhasil menggulingkan rezim Bashar al-Assad dalam serangan militer yang begitu cepat, satu pernyataannya luput dari perhatian.

    Yakni, pernyataannya soal narkotika ilegal yang telah membanjiri Timur Tengah selama 10 tahun terakhir.

    “Suriah telah menjadi produsen Captagon terbesar di dunia,” kata Ahmed al-Sharaa.

    “Dan hari ini, Suriah akan dimurnikan oleh kasih karunia Tuhan,” ucapnya kemudian.

    Captagon adalah pil yang adiktif—mirip amfetamin—yang terkadang disebut “kokain untuk orang miskin”.

    Pil ini tidak banyak dikenal di luar Timur Tengah, namun produksinya telah berkembang pesat di Suriah—di tengah ekonomi yang hancur akibat perang, sanksi, dan pengungsian massal warga Suriah ke luar negeri.

    Pihak berwenang di negara-negara tetangga telah berupaya untuk mengatasi penyelundupan pil ini melintasi perbatasan mereka dalam jumlah besar.

    Semua bukti menunjukkan bahwa Suriah adalah sumber utama perdagangan gelap Captagon dengan nilai peredaran senilai US$5,6 miliar (setara Rp90 triliun) per tahun oleh Bank Dunia.

    Melihat skala produksi dan pengiriman pil tersebut, timbul kecurigaan bahwa penyelundupan ini bukan sekadar pekerjaan geng kriminal—tetapi industri yang dikendalikan oleh rezim Assad.

    Beberapa pekan setelah pidato al-Sharaa—sebelumnya dikenal dengan nama samaran Abu Mohammed al-Jolani)—muncul gambar-gambar spektakuler yang menunjukkan kecurigaan itu benar adanya.

    Video yang direkam oleh warga Suriah yang menyerbu properti—yang diduga milik kerabat Assad—memperlihatkan ruangan penuh dengan pil yang dibuat, dikemas, dan disembunyikan dalam produk industri palsu.

    Rekaman lain memperlihatkan tumpukan pil yang ditemukan di tempat yang tampaknya merupakan pangkalan udara militer Suriah, dibakar oleh para pemberontak.

    Saya menghabiskan waktu setahun untuk menyelidiki Captagon untuk dokumenter BBC World Service dan melihat bagaimana obat tersebut menjadi populer di kalangan pemuda kaya di negara-negara Teluk seperti Arab Saudi, dan kalangan kelas pekerja di negara-negara seperti Yordania.

    “Saya berusia 19 tahun, saya mulai mengonsumsi Captagon dan hidup saya mulai berantakan,” ucap Yasser, seorang pecandu muda di sebuah klinik rehabilitasi yang berlokasi di ibu kota Yordania, Amman.

    “Saya mulai bergaul dengan orang-orang yang mengonsumsi obat ini. Saat saya bekerja, saya tidak makan, tubuh saya pun hancur.”

    Jadi, bagaimana al-Sharaa dan kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) akan menangani sejumlah besar orang di Suriah dan di seluruh Timur Tengah yang kecanduan Captagon tiba-tiba mendapati diri mereka tidak memiliki persediaan?

    Caroline Rose, seorang pakar perdagangan narkoba Suriah di New Lines Institute, khawatir dengan kondisi itu.

    “Ketakutan saya adalah mereka akan benar-benar memusnahkan pasokan dan tidak serta merta mencoba melakukan pengurangan permintaan.”

    Tapi, ada pertanyaan yang lebih luas: apa dampak hilangnya perdagangan yang menguntungkan tersebut terhadap ekonomi Suriah?

    Dan saat mereka yang berada di balik pil-pil itu menyingkir, bagaimana al-Sharaa menghalau penjahat lain yang menunggu untuk menggantikan mereka?

    Perang narkoba di Timur Tengah

    Peredaran Captagon mendorong Timur Tengah ke dalam perang narkoba yang sesungguhnya.

    Saat syuting dengan tentara Yordania di perbatasan gurun dengan Suriah, kami melihat bagaimana para tentara memperkuat pagar mereka dan mengetahui tentang rekan-rekan mereka yang telah tewas dalam baku tembak dengan penyelundup Captagon.

    Mereka lantas menuduh tentara Suriah di seberang perbatasan membantu para penyelundup.

    Negara-negara lain di kawasan itu juga terganggu oleh perdagangan gelap tersebut.

    Untuk sementara waktu, Arab Saudi menangguhkan impor buah dan sayuran dari Lebanon karena pihak berwenang kerap menemukan peti kemas penuh dengan produk seperti buah delima yang telah dilubangi dan diisi dengan kantong-kantong pil Captagon.

    Kami melakukan syuting di lima negara, termasuk di Suriah yang dikuasai rezim Assad serta pemberontak.

    Kami juga berkonsultasi dengan sumber terpercaya dan memperoleh akses ke catatan rahasia dari kasus pengadilan di Jerman dan Lebanon.

    Kami dapat menyebutkan dua pihak utama yang terlibat dalam perdagangan pil ini: keluarga besar Assad dan angkatan bersenjata Suriah, khususnya Divisi Keempat yang dipimpin oleh saudara laki-laki Assad, Maher.

    Pertanyaan seputar saudara laki-laki Assad

    Maher al-Assad mungkin adalah orang paling berkuasa di Suriah selain saudaranya, Bashar al-Assad.

    Dia dijatuhi sanksi oleh banyak negara Barat atas kekerasan yang dilakukannya terhadap pengunjuk rasa selama pemberontakan pro-demokrasi pada 2011, yang memicu perang saudara berdarah.

    Pengadilan Prancis juga telah mengeluarkan surat perintah penangkapan internasional untuknya dan saudaranya atas dugaan keterlibatan mereka dalam serangan senjata kimia di Suriah pada 2013.

    Dengan memperoleh akses ke obrolan WhatsApp seorang pedagang Captagon yang dipenjara di Lebanon, kami menemukan keterlibatan Divisi Keempat yang dipimpin Maher al-Assad dan wakilnya, Jenderal Ghassan Bilal.

    Pengungkapan tersebut merupakan tonggak penting dalam mengonfirmasi peran angkatan bersenjata Suriah dan lingkaran dalam Bashar al-Assad dalam perdagangan tersebut.

    Melihat gambar-gambar terkini pasukan tentara Suriah yang kehilangan semangat dan melarikan diri tanpa perlawanan saat pemberontak maju, saya teringat wawancara yang kami lakukan dengan seorang tentara pada tahun lalu.

    Ia memberi tahu kami bahwa gaji bulanannya sebesar US$30 (sekitar Rp485.000) hampir tidak cukup untuk makan keluarganya selama tiga hari, sehingga unitnya terlibat dalam kriminalitas dan penyelundupan Captagon.

    “Itulah yang menghasilkan sebagian besar uang sekarang,” kata tentara itu.

    Pada Mei 2023, Liga Arab setuju untuk menerima kembali Suriah, setelah 12 tahun lalu dikeluarkan karena secara keras menekan pemberontakan rakyat.

    Tindakan itu dipandang sebagai kudeta diplomatik bagi Assad.

    Ia pun menggunakan kesempatan itu dan berjanji untuk menangani perdagangan Captagon.

    Bisakah para pemimpin pemberontak bertindak tegas?

    Kini, ketika para pemimpin pemberontak Suriah mengonsolidasikan kekuasaan mereka terhadap lembaga-lembaga negara, tampaknya mereka sepenuhnya sadar untuk mengirimkan sinyal-sinyal positif kepada negara-negara tetangga bahwa mereka berjanji untuk menindak tegas perdagangan Captagon.

    Namun, mungkin akan menjadi tugas yang lebih berat bagi mereka untuk merebut Suriah dari upaya kriminal yang selama bertahun-tahun dianggap menguntungkan oleh negara itu sendiri.

    Issam Al Reis adalah seorang insinyur di militer Suriah hingga akhirnya dia membelot pada awal pemberontakan terhadap rezim Assad.

    Ia telah menghabiskan waktunya untuk menyelidiki perdagangan Captagon.

    Dia meyakini HTS tidak perlu berbuat banyak untuk menghentikan perdagangan tersebut “karena para pemain utama telah pergi” dan telah terjadi penurunan drastis ekspor Captagon.

    Tetapi dia memperingatkan bahwa “orang-orang baru” mungkin sedang menunggu untuk mengambil alih.

    Hal ini akan menjadi masalah, khususnya jika sisi permintaan tidak ditangani.

    Menurut Caroline Rose, seorang pakar perdagangan narkoba Suriah di New Lines Institute, hanya ada sedikit bukti soal “investasi dalam rehabilitasi” sejak HTS menguasai Provinsi Idlib di Suriah barat laut.

    “[Ada] gambaran yang sangat buruk untuk mencoba mengatasi konsumsi Captagon,” katanya.

    Ia juga mengatakan telah terjadi peningkatan dalam perdagangan narkoba lain melalui Suriah.

    “Saya pikir banyak pengguna akan mencari sabu kristal sebagai alternatif, terutama pengguna yang telah memiliki toleransi terhadap Captagon dan membutuhkan sesuatu yang sedikit lebih kuat.”

    Masalah lainnya, seperti yang ditunjukkan oleh Al Reis, adalah masalah keuangan. Seperti yang dia katakan: “Warga Suriah membutuhkan uang”.

    Harapannya adalah masyarakat internasional akan membantu mencegah orang-orang memasuki perdagangan narkoba melalui bantuan kemanusiaan dan pelonggaran sanksi.

    Tapi, Caroline Rose berpendapat para pemimpin baru perlu mengidentifikasi “jalur ekonomi baru dan alternatif untuk mendorong warga Suriah berpartisipasi dalam ekonomi formal yang legal.”

    Sementara para gembong narkoba telah melarikan diri, banyak dari mereka yang terlibat dalam pembuatan dan penyelundupan narkoba tetap berada di dalam negeri, sambungnya.

  • Turki Umumkan 30.000 Warga Suriah Kembali ke Tanah Air Pasca Assad – Halaman all

    Turki Umumkan 30.000 Warga Suriah Kembali ke Tanah Air Pasca Assad – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Turki mengumumkan bahwa lebih dari 30.000 warga Suriah telah kembali ke negara asal mereka sejak runtuhnya pemerintahan Bashar al-Assad pada 8 Desember 2024.

    Ini merupakan langkah signifikan dalam proses pemulihan dan stabilisasi pasca-perang yang telah berlangsung lebih dari satu dekade.

    Apa yang Dikatakan Menteri Dalam Negeri Turki?

    Menteri Dalam Negeri Turki, Ali Yerlikaya, mengungkapkan dalam wawancara dengan saluran berita lokal TGRT bahwa sebanyak 30.663 orang telah kembali ke Suriah, dengan sekitar 30 persen dari mereka lahir di Turki.

    Dalam pernyataannya yang dilaporkan oleh Al Jazeera dan Al Mayadeen, Yerlikaya juga menambahkan bahwa warga Suriah yang kembali diizinkan untuk keluar masuk Turki hingga tiga kali pada paruh pertama tahun 2025.

    Bagaimana Kondisi Warga Suriah di Turki?

    Pada hari yang sama, sejumlah warga Suriah yang tinggal di Turki berunjuk rasa untuk mengenang para korban rezim al-Assad dan konflik yang telah berlangsung selama 13 tahun.

    Sejak awal perang pada 2011, jutaan warga Suriah melarikan diri dari negara mereka, dan dengan jatuhnya al-Assad, banyak dari mereka yang berharap dapat kembali.

    Turki mengambil langkah-langkah untuk mendukung pengembalian pengungsi, termasuk membuka konsulat jenderal di Aleppo dan mengaktifkan kembali kedutaan besar di Damaskus pada 14 Desember 2024.

    Pembukaan kedutaan ini berlangsung enam hari setelah kejatuhan al-Assad yang dikuasai oleh kelompok oposisi, Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

    Apa Langkah Selanjutnya yang Ditempuh Turki?

    Pemerintah Turki juga berencana untuk membuka kantor manajemen migrasi di Aleppo, daerah asal sebagian besar pengungsi Suriah yang kini berada di Turki.

    Selain itu, izin untuk kembali ke Suriah bagi pengungsi juga akan diberikan, dengan ketentuan untuk keluar dan masuk hingga tiga kali dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

    Ini diharapkan dapat memperbaiki kondisi hidup mereka yang telah lama berada di Turki dan memfasilitasi pemulihan wilayah yang kini dikuasai oleh oposisi.

    Apa yang Terjadi dengan Keluarga Assad?

    Sementara itu, situasi dalam keluarga Assad juga menjadi perhatian publik.

    Laporan media Turki baru-baru ini mengindikasikan bahwa Asma al-Assad, istri mantan Presiden Bashar al-Assad, sedang mengajukan gugatan perceraian.

    Ia dilaporkan ingin meninggalkan Rusia dan mencari kehidupan baru di Inggris, tempat kelahirannya.

    Namun, Rusia menolak klaim tersebut.

    Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan bahwa laporan itu tidak berdasar, sementara pemerintah Inggris menegaskan bahwa Asma tidak diterima kembali karena dikenakan sanksi internasional.

    Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menegaskan bahwa tindakan serupa yang diambil terhadap individu-individu yang terlibat dengan kelompok teroris juga bisa berlaku untuk Asma.

    Situasi keluarga Assad di Moskow tetap menjadi perhatian, terutama di tengah upaya Rusia untuk menjaga hubungan dengan pemerintahan baru Suriah pascajatuhnya rezim Assad.

    Kesimpulan

    Dengan lebih dari 30.000 warga Suriah yang telah kembali ke kampung halaman mereka dan langkah-langkah yang diambil oleh Turki untuk memfasilitasi pemulihan, harapan bagi stabilitas dan perbaikan kondisi hidup di Suriah semakin terlihat.

    Namun, dinamika politik dan sosial, termasuk isu dalam keluarga Assad, tetap menjadi tantangan yang perlu diperhatikan ke depan.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Negaranya Diserang Israel, Gubernur Damaskus: Suriah Tak Punya Masalah dengan Israel, Tolak Musuhan – Halaman all

    Negaranya Diserang Israel, Gubernur Damaskus: Suriah Tak Punya Masalah dengan Israel, Tolak Musuhan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gubernur Damaskus, Maher Marwan, mengatakan rezim yang saat ini berkuasa di Suriah tidak punya masalah dengan Israel.

    Marwan berbicara atas nama Ahmed Hussein al-Sharaa atau Abu Mohammad al-Julani, pemimipin Hayat Tahrir al-Sham di Suriah.

    Dalam wawancaranya dengan media AS NPR, Marwan menyebut pemerintah Suriah saat ini ingin memfasilitasi hubungan baik antara Israel dan Suriah.

    Setelah rezim Bashar al-Assad ditumbangkan HTS, Israel mulai membombardir fasilitas militer Suriah. Bahkan, Israel menduduki sebagian Dataran Tinggi Golan sehingga memicu kekhawatiran akan adanya pencaplokan wilayah.

    “Israel mungkin merasa takut. Jadi, Israel sedikit bergerak maju, sedikit mengebom, dll.,” kata Marwan.

    “Kami tidak takut kepada Israel, masalah kami bukan dengan Israel.”

    Dia mengklaim rezim Suriah saat ini tak ingin ikut campur dalam perkara yang akan mengancam keamanan Israel atau keamanan negara lain.

    Tank militer Suriah yang disita oleh militer Israel (IDF) di Suriah Selatan, 11 Desember 2024. (IDF/Timesof Israel)

    Di samping itu, dia meminta Amerika Serikat (AS) untuk memfasilitasi hubungan yang lebih baik antara Israel dan Suriah.

    “Ada orang-orang yang ingin hidup berdampingan. Mereka ingin perdamaian. Mereka tidak ingin bersengketa,” ujar Marwan.

    Sementara itu, sudah ada laporan dari media Israel yang menyebut AS telah mendesak Israel untuk menghubungi HTS. Seorang pejabat AS juga mengatakan AS telah menyampaikan pesan dari HTS.

    “Kami ingin perdamaian, dan kami tak bisa jadi musuh Israel atau musuh siapa saja,” kata Marwan.

    Di sisi lain, Israel juga memberikan sinyal ingin membangun hubungan dengan rezim baru Suriah.

    Akan tetapi, awal Desember ini Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan ancaman keras.

    “Jika rezim ini mengizinkan Iran untuk membangun diri kembali di Suriah, atau mengizinkan pengiriman senjata Iran atau senjata lain apa pun kepada Hizbullah, atau menyerang kita, kita akan membalasnya dengan keras dan meminta bayaran mahal atas itu,” kata Netanyahu dikutip dari The Times of Israel.

    Dia mengatakan siapa pun yang mengikuti jejak Assad bakal bernasib seperti dia.

    Julani tolak berkonflik dengan Israel

    Adapun Julani yang saat ini menjadi pemimpin de facto di Suriah mengaku berkomitmen mematuhi perjanjian tahun 1974.

    “Kami bersiap mengembalikan para pemantu dari PBB (pasukan perdamaian PBB di zona demiliterisasi),” kata Julani.

    “Kami tak menginginkan konflik apa pun dengan Israel atau siapa pun dan kami tidak akan membiarkan Suriah menjadi tempat melancarkan serangan. Rakyat Suriah perlu istirahat dan serangan perlu diakhiri dan Israel harus menarik diri ke posisi sebelumnya,” kata Julani kepada The Times of London beberapa waktu lalu.

    Dia mengklaim Israel berhak menargetkan pasukan yang didukung Iran sebelum pemerintahan Assad tumbang. Namun, Israel tak punya alasan yang sah untuk tetap beroperasi di Suriah.

    Hingga saat ini Suriah dan Israel tidak punya hubungan diplomatik dan secara formal masih bertikai.

    Pada tahun 1974 ditandatangani perjanjian antara Suriah dan Israel berupa zona demiliterisasi di perbatasan Suriah-Israel.

    Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Abu Mohammad al-Julani (Daily News Egypt)

    Julani mengkritik serangan besar Israel ke Suriah beberapa waktu lalu dan tindakan pasukan Israel (IDF) menduduki sebagian wilayah Suriah.

    IDF mengklaim tujuannya beroperasi di Suriah ialah hanya untuk memastikan keamanan Israel.

    Julani mengatakan dalih Israel menduduki Suriah itu suatu alasan yang lemah dan tidak bisa digunakan sebagai pembenaran.

    “Israel sudah jelas melewati batas di Suriah, itu merupakan ancaman eskalasi tak berdasar di kawasan ini,” kata Julani saat diwawancarai Syria TV.

    “Kondisi suriah yang letih karena perang, setelah konflik dan perang bertahun-tahun, tidak mengizinkan adanya konfrontasi baru. Prioritas saat ini adalah pembangunan kembali dan stabilitas, tidak ditarik ke dalam sengketa yang bisa memunculkan kehancuran lebih lanjut.”

    Di samping itu, dia mengatakan solusi diplomatik adalah satu-satunya cara untuk memastikan keamanan dan stabilitas. Menurutnya, “petualangan politik yang tanpa perhitungan” tidak dihendaki.

    (Tribunnews/Febri)