Tag: Bashar al-Assad

  • Presiden Suriah Akan Bertemu Trump di Gedung Putih, Bahas Apa?

    Presiden Suriah Akan Bertemu Trump di Gedung Putih, Bahas Apa?

    Washington DC

    Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa akan melakukan pertemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Gedung Putih pada Senin (10/11) waktu setempat. Pertemuan ini dilakukan setelah Washington menghapus nama Al-Sharaa dari daftar sanksi AS.

    Al-Sharaa, yang memimpin pasukan oposisi Suriah dalam menggulingkan penguasa lama Bashar al-Assad akhir tahun lalu, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (10/11/2025), akan menjadi pemimpin Suriah pertama yang mengunjungi Gedung Putih sejak negara itu merdeka tahun 1946 silam.

    Direktur program AS pada International Crisis Group, Michael Hanna, menyebut kunjungan Al-Sharaa ke Gedung Putih sebagai “momen yang sangat simbolis bagi pemimpin baru negara tersebut”.

    Al-Sharaa telah bertemu Trump untuk pertama kalinya di Arab Saudi ketika sang Presiden AS itu melakukan kunjungan regional pada Mei lalu.

    Setelah tiba di Washington DC pada Sabtu (8/11) waktu setempat, Al-Sharaa selama akhir pekan melakukan pertemuan dengan Kepala IMF Kristalina Georgieva membahas kemungkinan bantuan untuk Suriah yang belasan tahun dilanda perang. Dia juga bertemu dengan perwakilan berbagai organisasi Suriah di AS.

    Utusan AS untuk Suriah, Tom Barrack, mengatakan pada awal bulan ini bahwa Al-Sharaa mungkin akan menandatangani perjanjian pada Senin (10/11) untuk bergabung dengan aliansi internasional yang dipimpin AS dalam melawan kelompok radikal Islamic State (ISIS).

    AS berencana mendirikan pangkalan militer di dekat ibu kota Damaskus, yang menurut seorang sumber diplomatik di Suriah, bertujuan “untuk mengkoordinasikan bantuan kemanusiaan dan memantau perkembangan antara Suriah dan Israel”.

    Sementara itu, keputusan Departemen Luar Negeri AS pada Jumat (7/11) untuk menghapus nama Al-Sharaa dari daftar hitam sanksi AS sudah diperkirakan secara luas. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tommy Pigott, menyebut pemerintah Al-Sharaa telah memenuhi tuntutan AS untuk berupaya menemukan warga Amerika yang hilang dan memusnahkan senjata kimia yang tersisa.

    Kunjungan Al-Sharaa ke Washington DC ini dilakukan setelah pada September lalu, dia mengunjungi markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Itu menjadi kunjungan pertamanya ke AS, di mana dia juga menjadi Presiden Suriah pertama dalam beberapa dekade terakhir yang berpidato di hadapan Majelis Umum PBB.

    Pekan lalu, Washington memimpin digelarnya voting oleh Dewan Keamanan PBB untuk mencabut sanksi-sanksi PBB terhadapnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Kunjungan Bersejarah Presiden Suriah Usai Dihapus dari Daftar Hitam AS

    Kunjungan Bersejarah Presiden Suriah Usai Dihapus dari Daftar Hitam AS

    Washington DC

    Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa akan melakukan kunjungan bersejarah dengan bertemu Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Gedung Putih. Kunjungan dilakukan Sharaa sehari setelah AS menghapusnya dari daftar hitam terorisme.

    Dilansir AFP, Minggu (9/11/2025), Sharaa, yang pasukan pemberontaknya menggulingkan penguasa lama Bashar al-Assad akhir tahun lalu, dijadwalkan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada Senin (10/11) waktu setempat.

    Kunjungan ini merupakan yang pertama kali dilakukan presiden Suriah ke AS sejak negara itu merdeka pada tahun 1946. Pemimpin sementara Suriah itu sebenarnya telah bertemu Trump di Riyadh, Arab Saudi, pada Mei lalu.

    Utusan AS untuk Suriah, Tom Barrack, mengatakan Sharaa ‘diharapkan’ akan menandatangani perjanjian untuk bergabung dengan aliansi internasional pimpinan AS melawan ISIS. AS juga berencana membangun pangkalan militer di dekat Damaskus ‘untuk mengoordinasikan bantuan kemanusiaan dan memantau perkembangan antara Suriah dan Israel’.

    Keputusan Departemen Luar Negeri AS pada Jumat (7/11) untuk menghapus Sharaa dari daftar hitam sudah diperkirakan secara luas. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tommy Pigott, mengatakan pemerintahan Sharaa telah memenuhi tuntutan AS, termasuk berupaya menemukan warga AS yang hilang dan memusnahkan senjata kimia yang tersisa.

    “Tindakan ini diambil sebagai pengakuan atas kemajuan yang ditunjukkan oleh kepemimpinan Suriah setelah kepergian Bashar al-Assad dan lebih dari 50 tahun penindasan di bawah rezim Assad,” kata Pigott.

    Juru bicara tersebut menambahkan penghapusan daftar hitam oleh AS akan mendorong ‘keamanan dan stabilitas regional serta proses politik yang inklusif, dipimpin dan dimiliki oleh Suriah’. Kunjungan Sharaa ke Washington dilakukan setelah kunjungan bersejarahnya ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September lalu.

    Kunjungan itu merupakan kunjungan pertamanya ke tanah AS. Sharaa juga presiden Suriah pertama dalam beberapa dekade yang berpidato di hadapan Majelis Umum PBB di New York.

    Pada Kamis (6/11), Washington memimpin pemungutan suara oleh Dewan Keamanan untuk mencabut sanksi PBB terhadapnya. Kelompok Sharaa, Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang dulunya berafiliasi dengan Al-Qaeda juga telah dihapus dari daftar kelompok teroris oleh Washington pada bulan Juli.

    Sejak berkuasa, para pemimpin baru Suriah berupaya melepaskan diri dari masa lalu mereka yang penuh kekerasan. Mereka berupaya menampilkan citra moderat yang lebih dapat ditoleransi oleh rakyat Suriah dan kekuatan asing.

    “Kunjungan ke Gedung Putih merupakan bukti lebih lanjut atas komitmen AS terhadap Suriah yang baru dan momen yang sangat simbolis bagi pemimpin baru negara tersebut, yang dengan demikian menandai langkah selanjutnya dalam transformasinya yang menakjubkan dari pemimpin militan menjadi negarawan global,” ujar Direktur Program AS International Crisis Group, Michael Hanna.

    Sharaa diprediksi akan mencari dana untuk pembangunan ulang Suriah setelah 13 tahun perang saudara yang brutal. Pada Oktober lalu, Bank Dunia menetapkan ‘perkiraan terbaik konservatif’ untuk biaya pembangunan kembali Suriah sebesar USD 216 miliar.

    Lihat juga Video ‘Ancaman Trump ke Nigeria: Setop Bantuan hingga Operasi Militer’:

    Halaman 2 dari 3

    (haf/rfs)

  • Presiden Suriah Bakal Lakukan Pertemuan Bersejarah dengan Trump di AS

    Presiden Suriah Bakal Lakukan Pertemuan Bersejarah dengan Trump di AS

    Washington DC

    Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa tiba di Amerika Serikat (AS) untuk kunjungan resmi bersejarah. Hal itu dilakukan Sharaa sehari setelah Washington menghapusnya dari daftar hitam terorisme.

    Dilansir AFP, Minggu (9/11/2025), Sharaa, yang pasukan pemberontaknya menggulingkan penguasa lama Bashar al-Assad akhir tahun lalu, dijadwalkan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada Senin (10/11) waktu setempat.

    Ini adalah kunjungan pertama presiden Suriah ke AS sejak negara itu merdeka pada tahun 1946. Pemimpin sementara Suriha tersebut telah bertemu Trump pertama kalinya di Riyadh, Arab Saudi, selama kunjungan regional Presiden AS pada Mei lalu.

    Utusan AS untuk Suriah, Tom Barrack, mengatakan bahwa Sharaa ‘diharapkan’ akan menandatangani perjanjian untuk bergabung dengan aliansi internasional pimpinan AS melawan ISIS. AS juga berencana membangun pangkalan militer di dekat Damaskus ‘untuk mengoordinasikan bantuan kemanusiaan dan memantau perkembangan antara Suriah dan Israel’.

    Keputusan Departemen Luar Negeri AS pada Jumat (7/11) untuk menghapus Sharaa dari daftar hitam sudah diperkirakan secara luas. Juru bicara Departemen Luar Negeri, Tommy Pigott, mengatakan pemerintahan Sharaa telah memenuhi tuntutan AS, termasuk berupaya menemukan warga Amerika yang hilang dan memusnahkan senjata kimia yang tersisa.

    “Tindakan ini diambil sebagai pengakuan atas kemajuan yang ditunjukkan oleh kepemimpinan Suriah setelah kepergian Bashar al-Assad dan lebih dari 50 tahun penindasan di bawah rezim Assad,” kata Pigott.

    Juru bicara tersebut menambahkan penghapusan daftar hitam oleh AS akan mendorong ‘keamanan dan stabilitas regional serta proses politik yang inklusif, dipimpin dan dimiliki oleh Suriah’. Kunjungan Sharaa ke Washington dilakukan setelah kunjungan bersejarahnya ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September lalu.

    Kunjungan itu merupakan kunjungan pertamanya ke tanah AS. Sharaa juga presiden Suriah pertama dalam beberapa dekade yang berpidato di hadapan Majelis Umum PBB di New York.

    Pada Kamis (6/11), Washington memimpin pemungutan suara oleh Dewan Keamanan untuk mencabut sanksi PBB terhadapnya. Kelompok Sharaa, Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang dulunya berafiliasi dengan Al-Qaeda juga telah dihapus dari daftar kelompok teroris oleh Washington pada bulan Juli.

    Sejak berkuasa, para pemimpin baru Suriah telah berusaha melepaskan diri dari masa lalu mereka yang penuh kekerasan dan menampilkan citra moderat yang lebih dapat ditoleransi oleh rakyat Suriah dan kekuatan asing.

    “Kunjungan ke Gedung Putih merupakan bukti lebih lanjut atas komitmen AS terhadap Suriah yang baru dan momen yang sangat simbolis bagi pemimpin baru negara tersebut, yang dengan demikian menandai langkah selanjutnya dalam transformasinya yang menakjubkan dari pemimpin militan menjadi negarawan global,” ujar Direktur Program AS International Crisis Group, Michael Hanna.

    Sharaa diperkirakan akan mencari dana untuk Suriah, yang menghadapi tantangan signifikan dalam pembangunan kembali setelah 13 tahun perang saudara yang brutal. Pada bulan Oktober, Bank Dunia menetapkan ‘perkiraan terbaik konservatif’ untuk biaya pembangunan kembali Suriah sebesar USD 216 miliar.

    Lihat juga Video ‘Presiden Suriah soal Trump Akan Cabut Sanksi: Keputusan Bersejarah!’:

    Halaman 2 dari 2

    (haf/imk)

  • AS Bersiap Tempatkan Militernya di Pangkalan Udara Damaskus Suriah

    AS Bersiap Tempatkan Militernya di Pangkalan Udara Damaskus Suriah

    Damaskus

    Amerika Serikat (AS) dilaporkan sedang mempersiapkan kehadiran militernya di sebuah pangkalan udara di Damaskus, ibu kota Suriah. Hal tersebut bertujuan untuk membantu mewujudkan pakta keamanan, yang dimediasi oleh Washington, antara Suriah dan Israel.

    Dilansir Reuters, Jumat (7/11/2025), rencana AS untuk menempatkan pasukan militer di ibu kota Suriah, yang belum pernah dilaporkan itu, akan menjadi tanda penyelarasan strategis Suriah dengan AS, setelah lengsernya pemimpin lama negara itu, Bashar al-Assad, tahun lalu.

    Persiapan membangun kehadiran militer AS di Damaskus itu diungkapkan oleh enam sumber yang mengetahui persiapan tersebut, yang berbicara kepada Reuters. Keenam sumber itu termasuk dua pejabat negara Barat dan seorang pejabat pertahanan Suriah.

    Sumber-sumber yang dikutip Reuters itu mengonfirmasi bahwa AS berencana menggunakan pangkalan tersebut untuk membantu memantau potensi perjanjian antara Suriah dan Israel.

    Pangkalan yang akan menampung militer AS itu dilaporkan terletak di gerbang menuju wilayah selatan Suriah, yang diperkirakan akan membentuk zona demiliterisasi sebagai bagian dari pakta non-agresi antara Damaskus dan Tel Aviv. Kesepakatan itu sedang dimediasi oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

    Trump dijadwalkan akan bertemu Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa di Gedung Putih pada Senin (10/11) pekan depan. Itu akan menjadi kunjungan pertama seorang kepala negara Suriah ke Gedung Putih.

    Pentagon dan pemerintah Suriah belum memberikan tanggapan langsung atas laporan tersebut.

    Seorang pejabat pemerintah AS, yang tidak disebut namanya, mengatakan bahwa Washington “terus mengevaluasi postur yang diperlukan di Suriah untuk memerangi ISIS (Islamic State) secara efektif dan (kami) tidak mengomentari lokasi atau kemungkinan lokasi (tempat) pasukan beroperasi”.

    Lebih lanjut, seorang pejabat militer Barat yang dikutip Reuters mengatakan bahwa Pentagon mempercepat rencananya selama dua bulan terakhir dengan beberapa misi pengintaian ke pangkalan tersebut. Misi-misi tersebut menyimpulkan bahwa landasan pacu yang panjang di sana siap untuk segera digunakan.

    Dua sumber militer Suriah menyebut bahwa pembicaraan teknis difokuskan pada penggunaan pangkalan itu untuk logistik, pengintaian, pengisian bahan bakar, dan operasi kemanusiaan, sementara Damaskus akan mempertahankan kedaulatan penuh atas fasilitas tersebut.

    Salah satu pejabat pertahanan Suriah mengungkapkan bahwa pesawat angkut militer C-130 milik AS telah melakukan pendaratan di pangkalan itu sebagai “uji coba”. Namun tidak diketahui secara jelas kapan para personel militer AS akan dikirimkan ke pangkalan tersebut.

    Sebelumnya, Al-Sharaa mengatakan bahwa setiap kehadiran pasukan AS harus disetujui oleh negara Suriah yang baru.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Komentar Keras Kanselir Jerman Suruh Pengungsi Suriah Angkat Kaki

    Komentar Keras Kanselir Jerman Suruh Pengungsi Suriah Angkat Kaki

    Jakarta

    Pengungsi Suriah yang berada di Jerman diminta pulang ke negaranya. Perintah itu disampaikan oleh Kanselir Jerman Friedrich Merz.

    Seperti dilansir kantor berita AFP dan Al-Arabiya, Selasa (4/11/2025), Merz mengatakan bahwa saat ini “tidak ada lagi alasan” bagi warga Suriah yang melarikan diri dari perang brutal selama 13 tahun di negara mereka untuk mencari suaka di Jerman. Ini merupakan komentar keras Merz terbaru tentang para pengungsi.

    “Bagi mereka yang menolak untuk kembali ke negara mereka, tentu saja kami dapat mengusir mereka,” katanya saat berkunjung ke Husum, di Jerman utara pada Senin (3/11) waktu setempat.

    Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul pada hari Kamis lalu dalam kunjungannya ke Damaskus, Suriah, mengatakan bahwa potensi warga Suriah untuk kembali ke negara asalnya “sangat terbatas” karena perang telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur negara itu.

    Pernyataan itu memicu reaksi keras dari Partai Uni Demokratik Kristen (CDU) pimpinan Merz dan Wadephul, yang telah berjuang untuk menghindari disalip oleh partai-partai sayap kanan dalam isu migrasi yang eksplosif.

    Merz mengatakan ia telah mengundang Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa, yang pasukannya menggulingkan penguasa lama Bashar al-Assad tahun lalu, untuk mengunjungi Jerman guna membahas “bagaimana kita dapat menyelesaikan masalah ini bersama-sama.”

    “Suriah membutuhkan seluruh kekuatannya, dan terutama warga Suriah, untuk membangun kembali,” kata Merz, seraya menambahkan ia yakin banyak yang akan kembali dengan sendirinya.

    Sekitar satu juta warga Suriah tinggal di Jerman, sebagian besar telah melarikan diri dari perang dalam eksodus massal pada tahun 2015 dan 2016.

    Pemerintahan Baru Suriah

    Diketahui rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad telah digulingkan pada 8 Desember tahun lalu. Pada saat itu, pemberontak memasuki ibu kota memaksa Assad kabur dari Damaskus.

    Assad telah memimpin Suriah sejak 2000 sebelum digulingkan tahun lalu. Dia menjadi presiden setelah ayahnya, Hafez al-Assad, yang menjadi Presiden Suriah sejak 1971, meninggal pada 2000.

    Usai penggulingan Assad, Suriah kemudian dipimpin oleh Presiden Ahmed al-Sharaa. Sharaa adalah yang memimpin serangan kilat yang menggulingkan rezim Bashar al-Assad.

    Pria yang sebelumnya dikenal dengan nama samaran Abu Mohammed al-Jolani ini adalah pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok dominan dalam aliansi pemberontak.

    Ia kemudian mengatakan HTS harus dihapus dari daftar organisasi teroris yang ditetapkan oleh PBB, AS, Uni Eropa, dan Inggris. HTS awalnya ditetapkan sebagai organisasi teroris lantaran merupakan kelompok sempalan al-Qaeda, walau kemudian memisahkan diri pada 2016.

    Sharaa mengatakan negaranya sudah lelah perang dan tidak akan menjadi ancaman bagi negara-negara tetangganya atau negara-negara Barat. Dalam wawancara dengan BBC di Damaskus, ia menyerukan agar sanksi terhadap Suriah dicabut.

    “Sekarang, setelah semua yang terjadi, sanksi-sanksi harus dicabut karena sanksi-sanksi tersebut ditujukan kepada rezim lama. Korban dan penindas tidak boleh diperlakukan dengan cara yang sama,” kata Sharaa seperti dilansir BBC, (21/12/2024).

    Halaman 2 dari 2

    (lir/lir)

  • Keras! Kanselir Jerman Suruh Pengungsi Suriah Pulang Kampung

    Keras! Kanselir Jerman Suruh Pengungsi Suriah Pulang Kampung

    Jakarta

    Kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan bahwa para pengungsi Suriah yang berada di Jerman, harus pulang sekarang setelah perang di negara mereka berakhir. Jika tidak, mereka akan menghadapi deportasi.

    Dilansir kantor berita AFP dan Al-Arabiya, Selasa (4/11/2025), Merz mengatakan bahwa saat ini “tidak ada lagi alasan” bagi warga Suriah yang melarikan diri dari perang brutal selama 13 tahun di negara mereka untuk mencari suaka di Jerman. Ini merupakan komentar keras Merz terbaru tentang para pengungsi.

    “Bagi mereka yang menolak untuk kembali ke negara mereka, tentu saja kami dapat mengusir mereka,” katanya saat berkunjung ke Husum, di Jerman utara pada Senin (3/11) waktu setempat.

    Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul mengatakan pada hari Kamis lalu dalam kunjungannya ke Damaskus, Suriah, bahwa potensi warga Suriah untuk kembali ke negara asalnya “sangat terbatas” karena perang telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur negara itu.

    Pernyataan itu memicu reaksi keras dari Partai Uni Demokratik Kristen (CDU) pimpinan Merz dan Wadephul, yang telah berjuang untuk menghindari disalip oleh partai-partai sayap kanan dalam isu migrasi yang eksplosif.

    Merz mengatakan ia telah mengundang Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa, yang pasukannya menggulingkan penguasa lama Bashar al-Assad tahun lalu, untuk mengunjungi Jerman guna membahas “bagaimana kita dapat menyelesaikan masalah ini bersama-sama.”

    “Suriah membutuhkan seluruh kekuatannya, dan terutama warga Suriah, untuk membangun kembali,” kata Merz, seraya menambahkan ia yakin banyak yang akan kembali dengan sendirinya.

    Sekitar satu juta warga Suriah tinggal di Jerman, sebagian besar telah melarikan diri dari perang dalam eksodus massal pada tahun 2015 dan 2016.

    Tonton juga Video Erdogan Sekakmat Kanselir Jerman yang Salahkan Hamas Atas Gaza

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Iran Kutuk Serangan Israel ke Lebanon

    Iran Kutuk Serangan Israel ke Lebanon

    Jakarta

    Pemerintah Iran mengutuk serangan yang dilakukan oleh musuh bebuyutannya, Israel, di Lebanon selatan terhadap basis sekutu dekatnya, kelompok Hizbullah.

    Dilansir kantor berita AFP, Jumat (17/10/2025), dalam sebuah pernyataan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, mengatakan serangan tersebut merupakan “pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Lebanon.

    Sebelumnya, otoritas Lebanon mengatakan pada hari Kamis (16/10) bahwa Israel telah menewaskan satu orang dan melukai tujuh orang dalam serangan di Lebanon, yang menurut militer Israel menargetkan Hizbullah dan kelompok-kelompok sekutunya.

    Presiden Lebanon, Joseph Aoun, mengatakan serangan tersebut telah menghantam fasilitas sipil. Dia mengecam apa yang ia sebut sebagai pelanggaran gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel yang dinegosiasikan tahun lalu.

    Teheran adalah pendukung utama Hizbullah. Namun, kelompok tersebut telah sangat dilemahkan oleh permusuhan terbarunya dengan Israel dan penggulingan Presiden Suriah Bashar al-Assad yang menyediakan jalur darat menuju Iran.

    Hal ini menjadi pukulan tersendiri bagi Iran, yang juga terkena dampak serangan Israel dan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklirnya selama perang 12 hari dengan Israel tahun ini.

    Namun demikian, Israel telah berulang kali menggempur wilayah Lebanon.

    Baqaei juga menuduh Prancis dan Amerika Serikat — yang merupakan penjamin gencatan senjata — “tidak bertindak dan bersikap lunak” terhadap Israel atas apa yang disebutnya sebagai “pelanggaran berulang” terhadap perjanjian gencatan senjata tersebut.

    Lihat juga Video ‘Detik-detik Drone Israel Hantam Mobil di Lebanon, 2 Tewas’:

    (ita/ita)

  • Presiden Suriah ke Rusia, Minta Putin Serahkan Assad

    Presiden Suriah ke Rusia, Minta Putin Serahkan Assad

    Damaskus

    Presiden sementara Suriah, Ahmed al-Sharaa, melakukan kunjungan pertamanya ke Rusia pada Rabu (15/10) waktu setempat. Dalam kunjungan ini, Sharaa akan meminta Presiden Vladimir Putin untuk menyerahkan mantan penguasa Suriah, Bashar al-Assad, yang kabur ke Rusia usai digulingkan dari kekuasaan.

    “Sharaa akan meminta Presiden Rusia untuk menyerahkan semua individu yang melakukan kejahatan perang dan berada di Rusia, terutama Bashar al-Assad,” ungkap seorang pejabat pemerintah Suriah, yang meminta identitasnya dirahasiakan, seperti dilansir AFP, Rabu (15/10/2025).

    Assad yang digulingkan pada Desember tahun lalu setelah berkuasa lama di Suriah, diketahui mencari perlindungan di Moskow, ibu kota Rusia.

    Kantor berita Suriah, SANA, melaporkan bahwa Sharaa tiba di Rusia pada Rabu (15/10) untuk “kunjungan resmi guna melakukan pembicaraan dengan mitranya dari Rusia, Vladimir Putin, mengenai hubungan bilateral antara kedua negara dan perkembangan regional dan internasional yang menjadi kepentingan bersama”.

    Dituturkan pejabat pemerintah Suriah itu kepada AFP pada Selasa (14/10) bahwa Sharaa dan Putin juga akan membahas “isu-isu ekonomi terkait investasi, status pangkalan Rusia di Suriah, dan isu mempersenjatai kembali militer Suriah yang baru”.

    Rusia merupakan sekutu utama Assad selama 14 tahun perang sipil berkecamuk di Suriah.

    Setelah memberikan dukungan diplomatik di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Moskow melakukan intervensi militer untuk mendukung Assad pada tahun 2015 dengan pengeboman udara besar-besaran di wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak.

    Meskipun demikian, para penguasa Islamis baru di Suriah mengupayakan hubungan damai dengan Rusia.

    Ketidakpastian telah membayangi nasib pangkalan angkatan laut Rusia yang ada di Tartus, kota pelabuhan terbesar kedua di Suriah, dan pangkalan udaranya di Hmeimim sejak Assad digulingkan.

    Tonton juga video ” Presiden Suriah Setelah Diserang Israel: Kami Tak Takut Perang!” Di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Menggila di Timur Tengah, Negara Arab Tak Terima Jadi Sasaran

    Israel Menggila di Timur Tengah, Negara Arab Tak Terima Jadi Sasaran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah Suriah mengecam keras serangan udara Israel yang menghantam sejumlah titik di dalam dan sekitar kota Homs, serta barak militer di Latakia pada Selasa (9/9/2025). Damaskus menyebut aksi itu sebagai pelanggaran kedaulatan dan ancaman terhadap stabilitas kawasan.

    “Serangan udara Israel merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Republik Arab Suriah,” kata Kementerian Luar Negeri Suriah dalam pernyataan yang dikutip kantor berita SANA.

    Kementerian juga menilai langkah itu sebagai “ancaman langsung terhadap keamanan nasional Suriah dan stabilitas regional.”

    Meski SANA tidak memerinci korban maupun kerusakan, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris melaporkan jet tempur Israel menyerang pangkalan udara di Homs.

    Warga setempat dilaporkan mendengar ledakan keras, namun belum ada laporan korban jiwa. Di Latakia, serangan udara menyasar barak militer, dan ambulans terlihat bergegas ke lokasi.

    Pemerintah Suriah juga menegaskan pihaknya menolak setiap upaya Israel yang dianggap merongrong kedaulatan negaranya.

    “Kami menyerukan masyarakat internasional, khususnya Dewan Keamanan PBB, mengambil sikap tegas guna menghentikan agresi berulang Israel,” tambah Kementerian Luar Negeri.

    SOHR mencatat Israel telah melancarkan hampir 100 serangan sepanjang 2025, termasuk 86 serangan udara dan 11 serangan darat, yang menewaskan 61 orang dan menghancurkan lebih dari 130 lokasi di Suriah.

    Sejak jatuhnya rezim Bashar al-Assad pada Desember 2024, frekuensi serangan Israel disebut meningkat tajam dengan lebih dari 500 serangan udara hanya dalam tiga pekan terakhir tahun itu.

    Serangan terbaru ini juga datang setelah enam tentara Suriah tewas dalam serangan drone Israel di Damaskus pada Agustus. Langkah militer tersebut berlangsung di tengah dorongan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terkait visi “Israel Raya”, yang didukung kelompok ultranasionalis dan mengklaim sebagian wilayah Lebanon, Suriah, Mesir, dan Yordania.

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Panas! Serangan Drone Israel Tewaskan 3 Tentara Suriah

    Panas! Serangan Drone Israel Tewaskan 3 Tentara Suriah

    Jakarta

    Israel kembali melancarkan serangan ke Suriah. Seorang pejabat Suriah mengatakan bahwa serangan tersebut menewaskan tiga tentara di dekat ibu kota Damaskus. Namun, menurut kelompok pemantau perang Suriah, jumlah korban lebih tinggi.

    Dilansir kantor berita AFP, Rabu (27/8/2025), Israel telah melancarkan ratusan serangan di Suriah sejak aliansi yang dipimpin kelompok Islamis menggulingkan penguasa lama Bashar al-Assad pada bulan Desember lalu.

    Israel juga telah membuka perundingan dengan otoritas sementara di Damaskus.

    “Sebuah drone Israel menargetkan salah satu gedung militer divisi ke-44 tentara Suriah di Kiswah, sebelah barat Damaskus, menewaskan tiga anggota divisi tersebut,” kata seorang pejabat di Kementerian Pertahanan Suriah kepada AFP, yang berbicara dengan syarat anonim.

    Kelompok Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, kemudian mengatakan jumlah korban telah meningkat menjadi enam orang, semuanya anggota divisi ke-44.

    Sebelumnya pada hari Selasa, kantor berita resmi Suriah, SANA melaporkan bahwa “seorang pemuda tewas dalam serangan Israel di sebuah rumah di desa Taranja”, di sisi garis gencatan senjata di Dataran Tinggi Golan yang sebelumnya dikuasai Suriah.

    “Suriah mengutuk serangan Israel baru-baru ini di wilayahnya, yang mengakibatkan gugurnya seorang pemuda”, kata Kementerian Luar Negeri Suriah.

    “Suriah juga mengutuk serangan pasukan Israel ke sebuah kota di pedesaan Quneitra, kampanye penangkapan mereka terhadap warga sipil, dan pengumuman mereka tentang kelanjutan kehadiran ilegal mereka di puncak Gunung Hermon dan zona penyangga,” imbuh Kementerian.

    “Praktik-praktik agresif ini merupakan pelanggaran berat terhadap Piagam PBB, hukum internasional, dan resolusi Dewan Keamanan yang terkait, serta merupakan ancaman langsung terhadap perdamaian dan keamanan di kawasan,” ujar Kementerian.

    Sejak penggulingan Assad, Israel telah menduduki sebagian besar zona demiliterisasi yang dijaga PBB di sisi garis gencatan senjata yang sebelumnya dikuasai Suriah, termasuk puncak Gunung Hermon, puncak tertinggi di wilayah tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)