Tag: Bashar al-Assad

  • Kongres AS Cabut Permanen Sanksi terhadap Suriah

    Kongres AS Cabut Permanen Sanksi terhadap Suriah

    Jakarta

    Kongres Amerika Serikat secara permanen mengakhiri sanksi-sanksi yang dikenakan pada Suriah di bawah pemimpin yang digulingkan, Bashar al-Assad. Langkah ini membuka jalan bagi kembalinya investasi ke negara yang dilanda perang tersebut.

    Presiden AS Donald Trump sebelumnya telah dua kali menangguhkan pelaksanaan sanksi tersebut. Namun, Presiden baru Suriah, Ahmed al-Sharya menginginkan pengakhiran sanksi secara permanen. Sebabnya, dia khawatir bahwa selama sanksi tersebut masih berlaku, hal itu akan menghambat bisnis di negara tersebut.

    Pada Rabu (17/12) waktu setempat, Senat meloloskan pencabutan Undang-Undang Caesar 2019 sebagai bagian dari paket pertahanan tahunan yang komprehensif. Senat memberikan suara 77 setuju banding 20 suara menolak untuk mendukung undang-undang tersebut, yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan diharapkan akan ditandatangani oleh Trump.

    Pencabutan undang-undang tersebut, yang didukung secara luas oleh para anggota parlemen dari kedua partai, “merupakan langkah penting untuk memberikan kesempatan nyata kepada rakyat Suriah untuk membangun kembali setelah puluhan tahun penderitaan yang tak terbayangkan,” kata Senator Jeanne Shaheen, pemimpin Partai Demokrat di Komite Hubungan Luar Negeri Senat.

    Damaskus menyambut keputusan tersebut sebagai titik balik.

    “Kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kami kepada Senat AS atas dukungannya kepada rakyat Suriah dan pemungutan suaranya untuk mencabut Undang-Undang Caesar,” kata Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shaibani.

    Ia menyebut langkah tersebut sebagai “perkembangan positif yang membuka cakrawala baru untuk kerja sama dan kemitraan antara negara kami dan dunia.”

    Undang-Undang Caesar, yang dinamai menurut nama seorang fotografer anonim yang mendokumentasikan kekejaman di penjara-penjara Assad, sangat membatasi investasi dan memutus akses Suriah dari sistem perbankan internasional.

    Undang-undang tersebut dimaksudkan untuk mencegah masuknya bisnis asing untuk membangun kembali Suriah pada saat Assad tampaknya telah menang, setelah lebih dari satu dekade perang saudara.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Ancang-Ancang Trump Balas ISIS yang Tewaskan 2 Tentara AS

    Ancang-Ancang Trump Balas ISIS yang Tewaskan 2 Tentara AS

    Jakarta

    Dua tentara Amerika Serikat (AS) tewas diduga ditembak oleh tentara ISIS di Suriah tengah. Presiden AS Donald Trump mengambil ancang-ancang untuk membalas ISIS.

    Seperti dilansir AFP, Minggu (14/12/2025), penembakan itu terjadi pada Sabtu (13/12) waktu setempat. Pelaku menembaki rombongan prajurit yang sedang melakukan patroli gabungan di Suriah tengah.

    Komando Pusat AS (CENTCOM) mengumumkan kematian tersebut setelah media pemerintah Suriah sebelumnya melaporkan serangan di kota Palmyra yang melukai pasukan Amerika dan Suriah.

    “Sebuah penyergapan oleh seorang penembak ISIS mengakibatkan kematian tiga warga Amerika serta cedera pada tiga tentara lainnya,” bunyi keterangan CENTCOM.

    “Penembak itu terlibat baku tembak dan tewas,” katanya.

    Juru bicara Pentagon Sean Parnell mengatakan serangan itu terjadi ketika para tentara “sedang melakukan pertemuan dengan pemimpin kunci” untuk mendukung operasi kontra-terorisme. Sementara utusan AS untuk Suriah Tom Barrack mengatakan penyergapan itu menargetkan “patroli gabungan pemerintah AS-Suriah.”

    Parnell mengatakan identitas para prajurit yang tewas akan dirahasiakan hingga keluarga mereka diberitahu.

    Insiden ini adalah yang pertama dilaporkan sejak pasukan yang dipimpin kelompok Islamis menggulingkan penguasa Suriah Bashar al-Assad pada Desember tahun lalu, dan menghidupkan kembali hubungan negara itu dengan Amerika Serikat.

    Kantor berita negara Suriah, SANA, mengutip sumber keamanan, sebelumnya melaporkan bahwa beberapa tentara AS dan dua anggota militer Suriah terluka dalam serangan itu.

    Para prajurit tersebut sedang mengikuti “tur lapangan bersama” di Palmyra, yang pernah berada di bawah kendali kelompok ISIS, lapor SANA.

    Trump Siap Membalas

    Donald Trump merespons kematian tentara AS dan penerjemah sipil. Dia menyebut siap untuk membalas ISI.

    “Kami akan membalas,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih. Dia mengatakan negara itu berduka atas “kehilangan tiga patriot Amerika yang hebat” dan berdoa untuk tiga orang yang terluka, yang “tampaknya dalam keadaan cukup baik.”

    Presiden mencatat kerja sama AS dengan pasukan Suriah. “Suriah, omong-omong, ikut berperang bersama kita,” kata Trump, menambahkan bahwa presiden baru Suriah “sangat terpukul oleh apa yang terjadi.”

    Beberapa menit setelah Trump berbicara kepada wartawan, ia mengulangi peringatannya tentang pembalasan dalam sebuah unggahan media sosial, menyebut insiden itu sebagai “serangan ISIS terhadap AS, dan Suriah.

    “Akan ada pembalasan yang sangat serius,” tulis Trump.

    ISIS belum secara terbuka mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

    Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shaibani mengutuk serangan itu. Dia juga menyampaikan duka.

    “Kami menyampaikan belasungkawa kepada keluarga para korban dan kepada pemerintah serta rakyat AS, dan kami berharap para korban luka segera pulih,” tulis al-Shaibani di X.

    Banyak reruntuhan terkenal di kota itu, yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO, hancur ketika kelompok ISIS menguasai daerah tersebut satu dekade lalu.

    Seorang pejabat militer Suriah yang meminta namanya dirahasiakan mengatakan bahwa tembakan dilepaskan “selama pertemuan antara perwira Suriah dan Amerika” di sebuah pangkalan Suriah di Palmyra. Seorang saksi, yang meminta namanya dirahasiakan, mengatakan dia mendengar tembakan berasal dari dalam pangkalan tersebut.

    Dalam sebuah wawancara di televisi pemerintah, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Suriah, Anwar al-Baba, mengatakan telah ada “peringatan sebelumnya dari komando keamanan internal kepada pasukan sekutu di wilayah gurun tentang potensi penyusupan ISIS.

    “Pasukan koalisi internasional tidak mempertimbangkan peringatan Suriah tentang kemungkinan penyusupan ISIS,” katanya.

    SANA melaporkan bahwa helikopter telah mengevakuasi korban luka ke pangkalan Al-Tanf di Suriah selatan, tempat pasukan Amerika ditempatkan sebagai bagian dari koalisi global pimpinan Washington melawan kelompok ISIS.

    Halaman 2 dari 2

    (lir/lir)

  • Setahun Setelah Assad, Bagaimana Situasi Suriah Kini?

    Setahun Setelah Assad, Bagaimana Situasi Suriah Kini?

    Jakarta

    Tanggal 8 Desember 2025 menandakan genap setahun sejak rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad tumbang. Selama lebih dari 50 tahun dinasti Alawi itu berkuasa, dimulai oleh Hafez al-Assad sejak 1971 dan dilanjutkan putranya, Bashar, pada tahun 2000. Kekuasaan lalim dinasti Assad berakhir perlahan, dimulai dari gerakan Musim Semi Arab pada 2011 yang kemudian berkembang menjadi perang saudara brutal hampir 14 tahun.

    Kejatuhan Assad terjadi pada 8 Desember 2024 melalui serangan kilat kelompok milisi oposisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang nyaris tanpa perlawanan berarti. Assad dikabarkan melarikan diri ke Moskow melalui pangkalan militer Rusia.

    Pada Januari berikutnya, pemimpin HTS Ahmad al-Sharaa, yang sempat menghuni daftar teror Amerika Serikat, ditunjuk sebagai presiden sementara Suriah. Setahun berlalu, berbagai perubahan terjadi, tetapi tantangan besar masih membayangi seisi negeri.

    Aman tapi genting

    Saat ini, tidak ada lagi serangan udara militer Rusia atau pengeboman terhadap fasilitas kesehatan, yang dulu menjadi simbol kekejaman pasukan pemerintah. Namun, laporan Dewan Keamanan PBB pada November menyebut Suriah masih menghadapi “lanskap keamanan yang terfragmentasi”.

    Ibu kota Damaskus dikabarkan relatif tenang, dan tingkat kekerasan dilaporkan menurun tajam, bahkan mencapai titik terendah pada pertengahan November. Meski demikian, bentrokan masih terjadi antara pasukan pemerintah yang baru dan kelompok lain di berbagai wilayah, termasuk kelompok Kurdi dan Druze. Sisa-sisa pendukung Assad juga masih beroperasi secara sembunyi-sembunyi, sementara kelompok ekstremis Negara Islam (ISIS) memanfaatkan celah keamanan untuk memperluas jejaringnya.

    Badan Suaka Uni Eropa mencatat, otoritas baru Suriah belum sepenuhnya menguasai seluruh wilayah negeri. Insiden pelanggaran hukum, kriminalitas, dan aksi balas dendam masih sering dilaporkan.

    Jalan panjang menuju keadilan

    Kekerasan yang masih terjadi sebagian dipicu aksi balas dendam terhadap mereka yang dituduh berkolaborasi dengan rezim lama. Karena itu, keadilan transisi dinilai krusial, demi membongkar semua kejahatan dari era Assad, tulis wadah pemikir Syria Justice and Accountability Centre (SJAC) di Washington, September silam.

    Namun, SJAC menilai progres masih timpang. Ketika komisi pencari orang hilang relatif aktif, proses penyelidikan kejahatan rezim dinilai “berjalan lambat karena minim dukungan pemerintah pusat.”

    Kelompok hak asasi juga mengkritik fokus penyelidikan yang dinilai hanya menyasar kejahatan era Assad, tanpa menelaah dugaan pelanggaran oleh kelompok lain, termasuk HTS.

    Demokrasi di usia prematur

    Suriah menggelar pemilu parlemen yang relatif lebih bebas awal tahun ini, meskipun belum dilakukan secara langsung dan masih melalui mekanisme majelis pemilih. Al-Sharaa akan tetap menjabat presiden sementara hingga konstitusi baru disahkan.

    Penyusunan konstitusi tengah berlangsung disertai dialog nasional. Namun, perbedaan pandangan antara pemerintah sementara dan berbagai kelompok masyarakat masih tajam. Sejumlah pengamat juga mengkhawatirkan kuatnya konsolidasi kekuasaan di tangan al-Sharaa, dan betapa sang penguasa berlaku kian lalim.

    Analis menilai masih terlalu dini membicarakan demokrasi di negeri yang masih dipenuhi konflik tersevzt. Meski demikian, kemunculan institusi-institusi baru dipandang sebagai langkah awal bagi Suriah untuk kembali ke arena politik elektoral, dengan risiko masa depan yang masih terbuka antara demokratisasi atau kembalinya otoritarianisme.

    Diplomasi: Terbuka tapi rentan

    Perubahan paling mencolok terlihat dalam diplomasi luar negeri. Kantor-kantor perwakilan di seluruh dunia kembali dibuka, dan pejabat tinggi kembali aktif melakukan kunjungan internasional. Al-Sharaa, yang sebelumnya masuk daftar sanksi dan pernah diburu dengan hadiah jutaan dolar, kini bahkan berpidato di depan Majelis Umum PBB dan menjadi pemimpin Suriah pertama yang mengunjungi Gedung Putih sejak 1946.

    Suriah juga menjalin komunikasi dengan seluruh anggota tetap Dewan Keamanan PBB, termasuk Rusia dan Cina. Namun, operasi militer Israel di wilayah Suriah masih menjadi sumber ketegangan utama, yang menurut PBB mengancam transisi politik dan keamanan rapuh negara tersebut.

    Kepulangan menuju reruntuhan

    Sekitar 2,9 juta warga Suriah tercatat telah kembali, baik dari pengungsian di dalam negeri maupun luar negeri. Akan tetapi, kebanyakan pengungsi akan pulang ke kampung halaman yang telah hancur. Hampir semua pemukiman penduduk mengalami kerusakan infrastruktur, dengan sekolah dan rumah sakit yang tak berfungsi, atau maraknya sengketa kepemilikan lahan.

    Lebih dari separuh jaringan air dan sebagian besar jaringan listrik nasional rusak atau tidak beroperasi. Biaya rekonstruksi diperkirakan mencapai 250–400 miliar dolar AS. Meski ada tanda-tanda pemulihan, seperti renovasi ratusan sekolah dan penambahan aliran listrik di beberapa wilayah, dampaknya belum merata.

    Secara ekonomi, sekitar seperempat warga Suriah masih hidup dalam kemiskinan ekstrem. Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sekitar 1 persen pada 2025, ditopang pencabutan sanksi era Assad dan investasi dari negara-negara Teluk. Namun, dampak nyata bagi kehidupan sehari-hari warga dinilai masih belum terasa.

    Setahun setelah kejatuhan Assad, Suriah memang memasuki babak baru. Namun, jalan menuju stabilitas, keadilan, dan kesejahteraan masih panjang dan penuh ketidakpastian.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha
    Editor: Yuniman Farid


    (ita/ita)

  • Bocornya Rekaman Assad Olok-olok Rakyat Suriah Hidup Susah

    Bocornya Rekaman Assad Olok-olok Rakyat Suriah Hidup Susah

    Jakarta

    Rekaman percakapan yang diklaim melibatkan mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad bocor ke publik. Dalam rekaman tersebut, Assad diduga mengolok-olok penderitaan rakyat Suriah yang hidup dalam kesulitan akibat perang berkepanjangan.

    Untuk diketahui, Assad digulingkan dari kekuasaannya oleh pasukan oposisi Suriah pada Desember 2024 lalu. Setelah lengser, Assad mencari perlindungan di Rusia, negara yang mendukungnya selama perang berkecamuk di Suriah. Saat ini Assad, dan keluarganya, diyakini tinggal di Moskow, ibu kota Rusia.

    Kembali ke rekaman yang bocor, percakapan Assad mengejek rakyat Suriah itu diyakini merupakan video lama, namun baru mencuat ke permukaan dalam beberapa waktu terakhir. Stasiun televisi Al Arabiya memperoleh video itu secara eksklusif, sehingga membuka tabir percakapan yang selama ini tersembunyi dari publik.

    Dilansir Al Arabiya, Senin (8/12/2025), dalam video tersebut, Assad terlihat sedang mengemudikan mobil sambil berbicara dengan mantan penasihatnya, Luna al-Shibl. Selain al-Shibl, sejumlah sumber mengatakan bahwa asisten Al-Shibl, Amjad Issa juga berada di mobil tersebut.

    Percakapan dalam rekaman tersebut sarat dengan kritik tajam dan sindiran pedas terhadap sejumlah tokoh dunia, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin yang dikenal sebagai sekutu dekat Assad, serta berbagai peristiwa penting di Suriah.

    Dalam salah satu cuplikan, Assad bahkan melontarkan komentar yang dinilai merendahkan rakyat Suriah. Ia menyebut warga Suriah menghabiskan uang untuk membangun masjid, padahal kata Assad rakyat Suriah “bahkan tak sanggup membeli makanan”.

    Selain mengejek rakyat Suriah, Assad juga mengejek para tentara Suriah. Assad berbicara kepada Al-Shibl bahwa dirinya tidak merasakan apa-apa ketika potretnya banyak dipajang di jalanan Suriah. Terdengar keduanya mengejek tentara Suriah.

    Saat membahas soal situasi di Suriah, Assad terdengar mengatakan: “Saya tidak merasa malu, saya merasa jijik.”

    Assad Juga Ejek Putin

    Dalam rekaman itu juga terdengar percakapan Assad dan Al-Shibl mengejek Putin. Percakapan itu diawali Al-Shibl berkomentar sinis mengenai penampilan dan kesehatan Putin, dengan mengatakan: “Apakah Anda melihat betapa membengkaknya penampilan Putin?”

    Assad menjawab: “Itu semua operasi.”

    Al-Shibl menimpali Assad dengan mengatakan: “Iya, semuanya tentang Putin adalah operasi. Dia berusia 65 tahun… klip itu mengeksposenya secara buruk.”

    Belum ada tanggapan langsung dari Kremlin mengenai video yang bocor tersebut.

    Hingga saat ini, belum diketahui tanggal pasti soal kapan video itu direkam. Diketahui, Al-Shibl yang mendampingi Assad dalam video itu telah meninggal dunia pada Juli 2024, setelah dia mengalami luka parah dalam sebuah kecelakaan mobil.

    Menurut salah satu koresponden Al Arabiya, Mahmoud al-Wawi, rekaman video itu “lebih mengejutkan bagi para pendukung al-Assad daripada para penentangnya”.

    Disebutkan oleh Al-Wawi bahwa rekaman video itu ditemukan disimpan di dalam Istana Kepresidenan Suriah dalam sebuah amplop bertanda “Top Secret” bersama dengan dokumen-dokumen pribadi milik Al-Shibl.

    Lihat juga Video ‘Trump Usai Bertemu Presiden Suriah di Gedung Putih: Saya Menyukainya’:

    Halaman 2 dari 2

    (eva/lir)

  • Rekaman Bocor, Assad Ejek Warga Suriah yang Hidup Susah

    Rekaman Bocor, Assad Ejek Warga Suriah yang Hidup Susah

    Damaskus

    Rekaman video yang bocor ke publik menunjukkan mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad melontarkan komentar sarkastis mengenai berbagai tokoh dan peristiwa di negara itu. Dalam salah satu rekaman video, Assad terdengar mengejek rakyat Suriah yang hidup susah selama perang.

    Rekaman itu diyakini merupakan video lama, namun baru terungkap ke publik beberapa waktu terakhir, dengan Al Arabiya berhasil mendapatkan secara eksklusif rekaman video tersebut.

    Dalam rekaman video itu, seperti dilansir Al Arabiya, Senin (8/12/2025), Assad terlihat sedang mengemudikan mobil sambil berbicara dengan mantan penasihatnya, Luna al-Shibl. Sejumlah sumber mengatakan kepada Al Arabiya bahwa Amjad Issa, asisten Al-Shibl, juga berada di mobil tersebut.

    Percakapan yang terekam dalam video itu mencakup kritikan dan komentar sarkastis tentang berbagai tokoh, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin yang merupakan sekutu dekat Assad, dan berbagai peristiwa yang terjadi di Suriah.

    Dalam salah satu video, Assad melontarkan ejekan untuk rakyat Suriah, dengan mengatakan bahwa mereka menghabiskan uang untuk masjid-masjid padahal mereka “bahkan tidak mampu membeli makanan”.

    Dalam bagian video lainnya, Assad memberitahu Al-Shibl bahwa dirinya tidak merasakan apa-apa ketika melihat potret dirinya yang banyak dipajang di jalanan Suriah. Rekaman video itu juga menunjukkan Assad dan Al-Shibl mengejek tentara Suriah.

    Ketika membahas soal situasi di Suriah, Assad terdengar mengatakan: “Saya tidak merasa malu, saya merasa jijik.”

    Tanggal pasti soal kapan video itu direkam tidak diketahui secara jelas. Namun, diketahui bahwa Al-Shibl yang mendampingi Assad dalam video itu telah meninggal dunia pada Juli 2024, setelah dia mengalami luka parah dalam sebuah kecelakaan mobil.

    Assad digulingkan dari kekuasaannya oleh pasukan oposisi Suriah pada Desember 2024 lalu. Setelah lengser, Assad mencari perlindungan di Rusia, negara yang mendukungnya selama perang berkecamuk di Suriah. Saat ini Assad, dan keluarganya, diyakini tinggal di Moskow, ibu kota Rusia.

    Bagian rekaman video lainnya bahkan menunjukkan Assad mengejek penampilan Putin.

    Rekaman video yang bocor ini telah menjadi topik utama perbincangan di kalangan warga Suriah, karena mengungkapkan — baik dalam bentuk audio maupun video — bagaimana Assad mengejek penderitaan dan kesulitan hidup yang mereka alami.

    Menurut salah satu koresponden Al Arabiya, Mahmoud al-Wawi, rekaman video itu “lebih mengejutkan bagi para pendukung al-Assad daripada para penentangnya”.

    Disebutkan oleh Al-Wawi bahwa rekaman video itu ditemukan disimpan di dalam Istana Kepresidenan Suriah dalam sebuah amplop bertanda “Top Secret” bersama dengan dokumen-dokumen pribadi milik Al-Shibl.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Rekaman Video Bocor, Eks Presiden Suriah Bashar al-Assad Ejek Putin

    Rekaman Video Bocor, Eks Presiden Suriah Bashar al-Assad Ejek Putin

    Damaskus

    Mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad kedapatan mengejek Presiden Rusia Vladimir Putin dalam sebuah rekaman video yang bocor ke publik baru-baru ini. Assad yang digulingkan pada akhir tahun 2024 lalu, ketahuan melontarkan olok-olokan untuk penampilan sang pemimpin Kremlin.

    Ejekan untuk Putin itu dilontarkan Assad meskipun Rusia merupakan sekutu dekat Suriah ketika dia masih berkuasa dan selama perang berkecamuk di negara itu.

    Rekaman video yang bocor ke publik baru-baru ini dan didapatkan oleh Al Arabiya itu, seperti dilansir Al Arabiya, Senin (8/12/2025), menunjukkan Assad sedang berbicara secara privat dengan mantan penasihatnya, Luna al-Shibl, saat keduanya berada dalam sebuah mobil yang melaju di jalanan Suriah.

    Dalam rekaman video itu, Assad melontarkan perkataan yang mengejek berbagai tokoh, termasuk Putin, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Suriah.

    Tanggal pasti soal kapan video itu direkam tidak diketahui secara jelas. Namun diketahui bahwa Al-Shibl yang mendampingi Assad dalam video itu telah meninggal dunia pada Juli 2024 lalu, setelah dia mengalami luka parah dalam sebuah kecelakaan mobil.

    Assad sendiri digulingkan dari kekuasaannya sejak lama oleh pasukan oposisi Suriah pada Desember 2024. Setelah lengser, Assad diketahui mencari perlindungan di Moskow, ibu kota Rusia. Saat ini dia diyakini masih tinggal di Moskow.

    Kebocoran rekaman video itu mengungkap hubungan Assad dengan inner circle-nya dan dengan Putin, yang merupakan sekutu terpenting bagi rezim pemerintahannya terdahulu.

    Dalam salah satu rekaman video yang bocor, Al-Shibl berkomentar sinis mengenai penampilan dan kesehatan Putin, dengan mengatakan: “Apakah Anda melihat betapa membengkaknya penampilan Putin?”

    Assad menjawab: “Itu semua operasi.”

    Al-Shibl menimpali Assad dengan mengatakan: “Iya, semuanya tentang Putin adalah operasi. Dia berusia 65 tahun… klip itu mengeksposenya secara buruk.”

    Pada bagian lain rekaman video itu, Al-Shibl mengkritik tentara-tentara Suriah, dengan mengatakan: “Mereka menatap wajah saya… Saya menyayangi mereka, tetapi saya muak dengan mereka.”

    Sejumlah sumber mengatakan kepada Al-Arabiya bahwa Amjad Issad, asisten Al-Shibl, juga berada di dalam mobil bersama Assad ketika video itu direkam.

    Belum ada tanggapan langsung dari Kremlin mengenai video yang bocor tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/zap)

  • Gempar ‘Dokumen Damaskus’ Ungkap Kekejaman Rezim Assad

    Gempar ‘Dokumen Damaskus’ Ungkap Kekejaman Rezim Assad

    Jakarta

    Setelah kejatuhan diktatur Suriah Bashar al-Assad, muncul bukti baru berupa foto-foto yang menunjukkan kekejian tak manusiawi. Kumpulan data dengan lebih dari 70.000 foto itu diserahkan kepada Norddeutscher Rundfunk (NDR).

    Dokumen tersebut berasal dari seorang kolonel Suriah yang bekerja di Departemen Pengamanan Barang Bukti, Kepolisian Militer Damaskus. Saat pergolakan terjadi setahun yang lalu, dia berhasil membawa dan menyembunyikan hard disk berisi data dari brankas kantornya saat itu.

    Kumpulan data terbesar yang pernah dievaluasi

    Dokumen-dokumen tersebut diteliti bersama dengan jurnalis investigasi dari Westdeutscher Rundfunk (WDR), Süddeutsche Zeitung (SZ), Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional (ICIJ), dan banyak mitra media internasional lainnya. “Damascus Dossier” adalah kumpulan data terbesar yang pernah dievaluasi jurnalis. Beberapa media yang terlibat dalam penelitian ini adalah surat kabar “Le Monde”, “Washington Post”, “El Pais”, “Toronto Star”, dan banyak lainnya.

    Seperti dilaporkan oleh NDR, dokumen ini mendokumentasikan pelanggaran berat hak asasi manusia di penjara-penjara Suriah di bawah pemerintahan Assad. Gambar-gambar tersebut menunjukkan nasib 10.212 tahanan Suriah yang tewas, sebagian besar pria, tetapi juga wanita, anak di bawah umur, dan setidaknya satu bayi.

    Selain foto-foto tahanan yang tewas, dokumen rahasia, daftar anggota militer, dan surat kematian tahanan juga ada dalam kumpulan dokumen tersebut.

    Tanda kekurangan gizi dan kekerasan

    Dalam laporannya NDR menyebut data tersebut mengungkapkan bagaimana warga sipil Suriah dimata-matai, dipenjara, dan disiksa hingga kehilangan nyawa sebelum Assad digulingkan pada Desember 2024. Sebagian besar mayat dalam foto-foto tersebut menunjukkan tanda kurang gizi, banyak di antaranya korban kurus kering. Selain itu, terdapat juga bukti kekerasan parah yang dialami para korban. Para ahli yang diwawancarai NDR menginterpretasikan hal tersebut sebagai akibat dari penyiksaan sistematis.

    Penelitian menunjukkan bahwa rumah sakit militer punya peran signifikan melakukan penindasan di Suriah. Dokter dari Rumah Sakit Militer Harasta di Damaskus menandatangani surat kematian tahanan dan hanya mencatatkan kejadian terminal seperti “henti jantung” tanpa penyebab kematian yang sebenarnya.

    Penyelidikan dilakukan Kejaksaan Agung Jerman

    Foto-foto dari Suriah ini penting bagi penyidik Jerman. Sejalan dengan prinsip hukum internasional, penjahat perang dapat dituntut di Jerman atas kejahatan yang dilakukan di Suriah.

    Data tersebut dapat diakses Jaksa Agung Federal, yang akan melakukan pemeriksaan dan evaluasi. Jaksa Agung Federal saat ini melakukan puluhan penyelidikan dan telah memeriksa lebih dari 2000 saksi untuk penyelidikan struktur organisasi kriminal.

    “Foto-foto yang kami miliki tentang Suriah melengkapi kesaksian individu-individu,” kata Jaksa Agung Federal Jens Rommel kepada tim investigasi gabungan NDR, WDR, dan SZ. “Foto-foto tersebut memperlihatkan dengan jelas apa yang telah dialami oleh individu-individu tersebut, apa yang mereka alami kini dapat diobjektifkan,” ujar Rommel.

    Bashar al-Assad memerintah Suriah selama hampir seperempat abad. Pada 8 Desember 2024, Assad digulingkan pejuang milisi Islamis HTS dan sekutunya. Assad yang kini berada di bawah suaka Moskow, dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia berat serta kejahatan perang termasuk melakukan penyiksaan dan pembunuhan terhadap oposisinya dan juga penggunaan gas beracun dalam perang saudara.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Rizki Nugraha


    (ita/ita)

  • Trump Wanti-wanti Israel Tidak ‘Campur Tangan’ di Suriah

    Trump Wanti-wanti Israel Tidak ‘Campur Tangan’ di Suriah

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan Israel agar tidak mengganggu stabilitas Suriah dan kepemimpinan baru di Suriah. Pernyataan Trump beberapa hari setelah operasi mematikan oleh pasukan Israel di wilayah selatan negara itu.

    “Sangat penting bagi Israel untuk mempertahankan dialog yang kuat dan jujur dengan Suriah, dan tidak ada yang terjadi yang akan mengganggu evolusi Suriah menjadi negara yang makmur,” kata Trump di platform Truth Social miliknya dilansir AFP, Selasa (2/12/2025).

    Trump mengatakan ia sangat puas dengan kinerja Suriah di bawah Ahmed al-Sharaa, yang melakukan kunjungan bersejarah ke Gedung Putih pada bulan November.

    Trump telah mendorong pakta keamanan antara Israel dan Suriah sejak koalisi Sharaa menggulingkan penguasa lama Bashar al-Assad setahun yang lalu.

    Namun, ketegangan telah meningkat setelah ratusan serangan Israel terhadap Suriah. Dalam serangan paling mematikan sejauh ini, pasukan Israel menewaskan 13 orang dalam sebuah operasi di Suriah selatan, dengan mengatakan bahwa mereka menargetkan sebuah kelompok.

    Trump mengatakan Sharaa “bekerja keras untuk memastikan hal-hal baik terjadi, dan bahwa Suriah dan Israel akan memiliki hubungan yang langgeng dan sejahtera bersama.”

    Trump menambahkan bahwa Amerika Serikat “melakukan segala daya upaya untuk memastikan Pemerintah Suriah terus melakukan apa yang dimaksudkan” untuk membangun kembali negara yang dilanda perang tersebut.

    (rfs/rfs)

  • Pasukan Israel Serbu Desa Suriah, 10 Orang Tewas

    Pasukan Israel Serbu Desa Suriah, 10 Orang Tewas

    Damaskus

    Pasukan Israel menyerbu sebuah desa di wilayah Suriah bagian selatan, dalam operasi yang diklaim bertujuan menangkap anggota kelompok militan Jamaah Islamiyah asal Lebanon. Sedikitnya 10 orang tewas akibat penyerbuan pasukan Israel tersebut.

    Militer Israel melaporkan enam tentaranya mengalami luka-luka dalam operasi di area tersebut.

    Televisi pemerintah Suriah, seperti dilansir AFP, Jumat (28/11/2025), melaporkan korban tewas dalam serangan militer Israel terhadap desa bernama Beit Jin itu mencakup wanita dan anak-anak.

    “Jumlah korban tewas akibat agresi Israel… telah bertambah menjadi 10 orang, termasuk sejumlah wanita dan anak-anak, sedangkan yang lainnya masih terjebak di bawah reruntuhan,” demikian dilaporkan televisi pemerintah Suriah.

    Disebutkan juga bahwa puluhan keluarga telah meninggalkan desa Beit Jin untuk mencari tempat aman di area-area sekitarnya.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, menyebut operasi semalam di Suriah bertujuan untuk menangkap sejumlah tersangka dari kelompok Jamaah Islamiyah.

    “Para tersangka beroperasi di area Beit Jin di selatan Suriah dan melancarkan serangan-serangan teror terhadap warga-warga sipil Israel,” demikian pernyataan militer Israel.

    Militer Israel mengatakan bahwa setidaknya enam tentaranya terluka dalam operasi tersebut, dengan tiga tentara di antaranya mengalami luka parah.

    Dalam pernyataan terpisah, seorang pejabat lokal Abdul Rahman Al-Hamrawi mengatakan kepada AFP bahwa Israel menyerbu desa di barat daya Damaskus, yang terletak di kaki Gunung Hermon, hingga memicu bentrokan.

    “Tentara pendudukan Israel menyerbu Beit Jin untuk menangkap tiga pemuda dari desa tersebut, yang memicu bentrokan dengan penduduk yang mencoba melawan penyerbuan Israel,” sebutnya.

    “Setelah bentrokan tersebut, pasukan pendudukan Israel menembaki area tersebut dengan artileri dan drone,” ujar Al-Hamrawi.

    Setelah lengsernya rezim Bashar al-Assad di Suriah pada Desember 2024, dan kedatangan pemimpin Islamis baru di Damaskus, Israel melancarkan ratusan serangan di wilayah Suriah.

    Tel Aviv dengan cepat mengirimkan pasukan ke zona penyangga yang menjadi area patroli Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang memisahkan pasukan Israel dan Suriah di Dataran Tinggi Golan sejak tahun 1974 silam.

    Tonton juga video “Bentrok! Tentara Israel Adu Jotos-Lempar Kursi di Pangkalan Militer”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Penasihat Khamenei Bikin Marah Lebanon Gegara Komentar Begini

    Penasihat Khamenei Bikin Marah Lebanon Gegara Komentar Begini

    Beirut

    Seorang pejabat Iran memancing kemarahan Lebanon dengan komentarnya yang menyebut keberadaan Hizbullah, yang didukung Teheran, jauh lebih penting daripada roti dan air bagi Lebanon. Otoritas Beirut mengecam komentar itu dan memperingatkan Iran untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri mereka.

    Komentar yang memicu reaksi keras Lebanon itu, seperti dilansir Al Arabiya, Kamis (27/11/2025), dilontarkan oleh Ali Akbar Velayati yang merupakan penasihat senior untuk pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

    Dalam wawancara dengan kantor berita Tasnim yang berafiliasi dengan pemerintah Iran, Velayati mengatakan bahwa mengingat keinginan Israel “untuk membunuh dan menjarah wilayah-wilayah lainnya saat ini, keberadaan Hizbullah lebih penting daripada roti dan air bagi Lebanon”.

    Velayati, dalam wawancara yang diterbitkan pada Rabu (26/11), mengatakan bahwa “pelanggaran berulang-ulang terhadap gencatan senjata dan serangan-serangan terhadap Lebanon” oleh Israel telah menunjukkan “apa konsekuensi perlucutan senjata Hizbullah” bagi Lebanon.

    Iran menentang keras rencana pemerintah Lebanon untuk melucuti persenjataan Hizbullah. Otoritas Beirut mengecam Teheran melakukan “campur tangan secara terangan-terangan dan tidak dapat diterima”.

    Pada Agustus lalu, Velayati menyebut usulan perlucutan senjata Hizbullah sebagai bentuk penyerahan diri kepada “kehendak Amerika Serikat dan Israel”.

    Reaksi keras diberikan oleh Lebanon terhadap komentar terbaru Velayati tersebut. Menteri Luar Negeri (Menlu) Lebanon, Youssef Raggi, memperingatkan Teheran untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri Beirut.

    “Saya sungguh ingin mempercayai pernyataan Anda bahwa Iran tidak mencampuri urusan dalam negeri Lebanon, sampai penasihat pemimpin tertinggi Anda muncul untuk memberitahu kami tentang apa yang penting di Lebanon dan memperingatkan kami tentang konsekuensi perlucutan senjata Hizbullah,” kata Raggi dalam pernyataan yang ditujukan untuk Menlu Iran Abbas Araghchi.

    “Izinkan saya mengklarifikasi hal berikut: yang lebih penting bagi kami daripada air dan roti adalah kedaulatan kami, kebebasan kami, dan independensi pengambilan keputusan internal kami, bebas dari slogan-slogan ideologis dan agenda regional transnasional yang telah menghancurkan negara kami dan terus menyeret kami ke dalam kehancuran,” tegasnya.

    Dalam pernyataan terpisah, politisi Kristen terkemuka di Lebanon, Samir Geagea, mengatakan Iran tidak berhak mencampuri urusan Lebanon.

    “Tuan Khamenei dan penasihatnya yang terhormat, jika Anda berdua peduli dengan urusan rakyat Iran dan penderitaan mereka, itu akan lebih baik bagi kita semuanya,” ucapnya.

    “Lebanon adalah negara merdeka dengan konstitusinya sendiri, diperintah oleh otoritas Lebanon yang dipilih secara demokratis dan populer, dan Anda tidak berjak mencampuri urusannya,” tegas Geagea dalam pernyataan via media sosial X.

    Kelompok Hizbullah telah melemah secara signifikan akibat konfrontasi terbarunya dengan Israel dan jatuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah, sekutu utama Iran dan Hizbullah. Dengan pengaruhnya yang semakin terkikis, pemerintah baru Lebanon bergerak untuk semakin membatasi kelompok tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)