Tag: Barbie Hsu

  • Ini Cara Membedakan Batuk Flu dan Batuk TBC

    Ini Cara Membedakan Batuk Flu dan Batuk TBC

    Jakarta

    Sama seperti influenza atau flu dan penyakit pernapasan pada umumnya, Tuberkulosis (TB) atau populer dengan sebutan TBC juga ditandai dengan gejala batuk. Namun ada beberapa perbedaan yang bisa dikenali di antara keduanya.

    Selain perlu mengenali perbedaan gejala di antara keduanya, penting juga untuk mengetahui cara penularan influenza dan TBC. Pada kondisi tertentu, keduanya sama-sama bisa berakibat fatal.

    Flu Vs TBC

    Meski identik dengan penyakit sehari-hari, flu juga bisa mematikan. Awal Februari 2025, aktris Taiwan pemeran Shancai dalam serial lawas Meteor Garden, Barbie Hsu meninggal dunia setelah terinfeksi flu yang berujung komplikasi pneumonia.

    Pada periode waktu yang sama, Kementerian Kesehatan RI juga sama-sama mewaspadai peningkatan kasus influenza. Vaksin flu dapat mengurangi risiko penularan di tengah adanya tren peningkatan kasus.

    “Berdasarkan data beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan kasus pada akhir ke awal tahun, pada musim hujan,” ungkap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI dr Ina Agustina Isturini, MKM saat dihubungi detikcom Selasa (4/2/2025).

    Dikutip dari The US Center for Disease Control and Prevention (US CDC), flu merupakan penyakit menular pernapasan yang disebabkan oleh virus influenza. Ada 4 tipe virus flu yakni tipe A, B, C, dan D. Flu musiman disebabkan oleh virus influenza tipe A dan B, meskipun di wilayah tropis bersirkulasi sepanjang tahun.

    Di sisi lain, TBC merupakan infeksi pernapasan yang dipicu oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Indonesia saat ini menempati peringkat kedua di dunia setelah India sebagai negara dengan jumlah kasus TBC terbanyak, dengan lebih dari 1 juta kasus dan 125 ribu kematian setiap tahun.

    Perbedaan Batuk Flu dan TBC

    Beberapa ciri yang membedakan gejala batuk akibat flu dan TBC terangkum sebagai berikut.

    1. Penyebab

    Batuk karena flu disebabkan oleh infeksi bakteri influenza, sedangkan TBC disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis.

    2. Durasi

    Sebagaimana pada infeksi virus pada umumnya, batuk karena influenza umumnya sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. Lain halnya dengan infeksi TBC, batuk yang dialami pasien bisa berlangsung dalam waktu lama.

    “Batuk yang terus menerus selama paling nggak hampir sampai dua minggu dan berdahak itu yang menjadi ciri khas (TBC),” kata dr Henry Diatmo, MKM dari Stop TB Partnership Indonesia (STPI) dalam sebuah wawancara dengan detikcom.

    3. Bercak darah

    Bercak darah dalam dahak merupakan salah satu pembeda batuk pada TBC dari batuk biasa, termasuk flu. Seperti dialami Budi Hermawan, seorang penyintas TBC resisten obat, sebagaimana diungkap dalam wawancara dengan detikcom.

    “Di malam itu, saya berkeringat banyak, dan beberapa hari kemudian, saya mulai batuk darah. Saya pergi ke klinik untuk berobat. Hasil rontgen saya menunjukkan bahwa saya positif TBC, jadi dokter meresepkan beberapa obat TBC,” kata Budi, Rabu (7/8/2024).

    4. Gejala penyerta

    Pada pasien TBC, batuk bisa disertai nyeri dada dan penurunan berat badan. Namun pada TB-dormant, yakni ketika bakteri dalam kondisi tidak aktif, pasien bisa saja tidak bergejala.

    Sementara itu, influenza bisa disertai dengan demam dan menggigil, nyeri telan, serta hidung meler. Rasa letih bisa ditemukan baik pada TBC maupun influenza.

    5. Media penularan

    US CDC menyebut, para pakar meyakini penularan flu utamanya terjadi melalui droplet atau bercak dahak saat pasien batuk, bersin, atau berbicara.

    TBC juga menular dengan cara yang sama, namun penularan paling umum terjadi pada orang-orang yang tinggal lama dengan pasien TBC aktif atau di area yang banyak kasus TBC.

    Rangkuman

    Perbedaan dan persamaan batuk karena flu dan TBC dapat dirangkum sebagai berikut:

    PerbedaanTBCFluDurasilebih dari 2 minggulebih singkat, self limitingPenyebabMycobacterium tuberculosisvirus influenzaBercak darahumum ditemukanjarangGejala penyertaberat badan turun, dada sesak, letihdemam, nyeri telan, hidung melerMedia penularandropletdroplet

    (up/up)

  • Ungkap Rela Mati Demi Barbie Hsu, Wang Xiaofei Kini Menikahi Wanita Lain Setelah Kepergian Istri

    Ungkap Rela Mati Demi Barbie Hsu, Wang Xiaofei Kini Menikahi Wanita Lain Setelah Kepergian Istri

    Ungkap Rela Mati Demi Barbie Hsu, Wang Xiaofei Kini Menikahi Wanita Lain Setelah Kepergian Istri

    TRIBUNJATENG.COM- Kepergian Barbie Hsu masih meninggalkan duka dan luka yang mendalam bagi para kerabat dan penggemarnya.

    Aktris asal Taiwan tersebut diketahui sebelumnya meninggal dunia saat tengah berlibur ke Jepang pada 3 Februari 2025 lalu.

    Berdasarkan laporan, Barbie Hsu meninggal karena menderita penyakit flu berat akibat pneumonia.

    Sementara itu, kehidupan suami Barbie Hsu menjadi sorotan publik.

    Bukan tanpa alasan, Wang Xaiofei tersebut saat sang istri dikabarkan meninggal dunia ia mengungkapkan bahwa dirinya rela mati untuk Barbie Hsu.

    Dilansir dari Koreaboo, Wang Xiaofei diketahui tengah mempersiapkan pernikahan dengan wanita lain.

    Wanita tersebut adalah Mandy Ma yang saat ini berusia 26 tahun dan berprofesi sebagai seorang pengusaha dan seorang influencer media sosial.

    Pernikahan Wang Xiaofei dan Mandy Ma tersebut diketahui akan digelar secara privat di sebuah hotel dan turut mengundang kerabat dekat serta anggota keluarga.

    Sementara itu, berdasarkan sumber yang dekat dengan Wang Xiaofei, pasangan tersebut telah mendaftarkan pernikahan mereka pada bulan Mei tahun 2024 lalu dan baru akan melaksanakan resepsi.

    Tak hanya itu, Wang dan Mandy juga tampak terlihat bersama selama beberapa bulan terakhir begitu juga dengan kedua anak Wang dan Barbie yang dikabarkan akan berada di Beijing jelang upacara pernikahan tersebut.

    (*)

  • Ini Kelompok yang Berisiko Terkena Pneumonia Akibat Virus Influenza – Halaman all

    Ini Kelompok yang Berisiko Terkena Pneumonia Akibat Virus Influenza – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Pneumonia infeksi paru-paru yang berbahaya dan patut diwaspadai.
    Kondisi ini dialami juga oleh sosok kenamaan dunia seperti, Paus Fransiskus, aktris Meteor Garden, Barbie Hsu yang diberitakan meninggal dunia.

    Teranyar adalah Val Kilmer pemeran Batman yang juga tutup usia karena Pneumonia.

    Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza yang menimbulkan komplikasi pneumonia bahkan kematian.

    Karena itu, Dokter Spesialis Paru, Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc., Sp.P. (K) menekankan, influenza bukanlah penyakit sesaat atau musiman, tapi terjadi sepanjang waktu.

    “Memang peningkatan kasusnya terjadi di akhir tahun, karena virus influenza sangat stabil di udara yang dingin dengan kelembapan yang rendah,” ujar dia Live Instagram kalbefarma belum lama ini.

    Prof. Erlina menjelaskan, meskipun kelembapan udara di Indonesia termasuk tinggi, namun peningkatan influenza juga terjadi di Indonesia.

    Sebab, banyak wilayah yang memiliki sirkulasi udara kurang baik dan ventilasi ruangan tidak baik.

    Selain itu, mobilisasi manusia sangat tinggi, terutama di kota besar dan libur Lebaran.

    Pasalnya jika terdapat satu orang terserang influenza di dalam ruangan, proses penularan terhadap orang di sekitarnya akan mudah.

    Penularan influenza dengan droplet atau percikan pernapasan melalui cairan dari hidung atau mulut, yaitu batuk, bersin, atau pilek.

    Influenza kerap kali disalah artikan dengan common cold atau flu biasa ini.

    Padahal, gejala flu yaitu hidung berair, tersumbat, bersin, pilek, batuk, yang tidak terlalu berat; kadang-kadang disertai dengan demam ringan.

    Flu dapat sembuh dengan sendirinya atau self limiting disease.

    Sedangkan influenza, biasanya pasien mengalami demam yang lebih tinggi dan batuk yang lebih berat dibandingkan dengan common cold.

    Juga ada nyeri tenggorokan, pilek, nyeri otot, dan lain sebagainya.

    Selain itu, influenza memiliki komplikasi yang cukup menjadi perhatian karena menjadi berat, yaitu pneumonia.

    Secara umum, semua orang bisa tertular influenza, tetapi ada kelompok tertentu yang mudah tertular dan biasanya menjadi berat gejalanya.

    Satu adalah lansia, usia di atas 60 atau 65 tahun, karena lansia ini sistem imunnya sudah mulai turun. Jadi kemampuan sistem imunitas tidak cukup optimal untuk menangkal penyakit.

    Kemudian anak-anak yang usia di bawah 5 tahun, terutama anak di bawah 2 tahun, mudah sekali terserang influenza.

    “Kalau orang tua tadi sistem imunnya sudah mulai menurun, pada anak-anak sistem imunnya belum terbentuk dengan sempurna atau masih dalam proses improvement. Kelompok lain, ibu hamil, orang-orang dengan komorbid (asma, PPOK, hipertensi, diabetes, atau berbagai komorbid lainnya). Lebih hati-hati lagi kalau sudah tua dan punya lebih dari dua komorbid,” jelasnya.

    Influenza ringan dapat sembuh sendiri dengan cukup istirahat, makan makanan yang bergizi seimbang, dan konsumsi obat-obatan yang mengurangi gejala.

    Namun, apabila mengalami influenza berat dan tidak segera ditangani, dapat menimbulkan komplikasi, yaitu bronchitis, pneumonia, bahkan terjadi penurunan kesadaran.

    Kondisi ini membutuhkan perawatan di rumah sakit. Prof. Erlina menekankan pentingnya menjaga diri dengan melakukan berbagai upaya pencegahan atau preventif, karena virus ada di mana-mana dan kondisi lingkungan tidak dapat dikendalikan.

    Dalam hal ini, manusia dapat mengendalikan atau mengontrol diri sendiri agar sistem imun lebih kuat melawan virus.

    Menjaga sistem imun dengan healthy lifestyle, dengan perilaku hidup yang sehat.

    Pertama, menjaga nutrisi harus seimbang, bahwa karbohidrat dibandingkan dengan protein, vitamin, dan mineral itu cukup porsinya. 

    Selain nutrisi yang seimbang, manusia perlu istirahat untuk regenerasi atau memperbaiki sel-sel yang rusak. Istirahat pada waktu tidur, jangan bergadang.

    ” Kemudian, berolahraga yang bisa ditoleransi, bukan high impact yang membuat kelelahan, selama 2—3 kali seminggu secara teratur. Kemudian, mengelola stres agar stres tidak berkepanjangan, dan berhenti merokok,” tutur Prof. Erlina.

    Ia menambahkan, vitamin dan mineral berfungsi sebagai antioksidan untuk menangani inflamasi atau peradangan yang disebabkan oleh virus. Antioksidan ada dalam vitamin C, vitamin E, vitamin B.

    Begitu juga dengan mineral, mulai dari magnesium, kalsium, kalium, zinc, selenium, dan lainnya. Baik vitamin maupun mineral, dapat melindungi sel-sel tubuh yang diserang oleh virus atau toxic yang berasal dari virus. 

    Vitamin dan mineral bisa diperoleh dari konsumsi buah dan sayur dalam jumlah yang cukup. Namun, jika tidak cukup, sebaiknya dilengkapi dengan konsumsi multivitamin.

    “Ada baiknya kita mengonsumsi suplemen vitamin atau mineral. Suplemen ini merupakan tambahan dalam kondisi kita tidak tahu kurang vitamin atau nutrisi atau asupan kurang bagus,” tutur Prof. Erlina.

     

  • Vaksin Jadi Cara Hindari Pneumonia, Penyakit yang Sebabkan Barbie Hsu Meninggal, Kapan Jadwalnya? – Halaman all

    Vaksin Jadi Cara Hindari Pneumonia, Penyakit yang Sebabkan Barbie Hsu Meninggal, Kapan Jadwalnya? – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

     

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Pneumonia mewabah di Jepang. Penyakit ini bahkan sudah memakan korban. Artis pemain film Meteor Garden Barbie Hsu meninggal usai terinfeksi pneumonia.

    Vaksinasi menjadi salah satu cara pencegahan untuk membentengi diri dari Pneumonia.

    Mereka yang berisiko tinggi seperti anak dibawah dua tahun, lansia maupun orang dengan komorbid, disarankan untuk melengkapi diri dengan vaksinasi pneumonia maupun influenza saat menuju daerah wbah Pneumonia. 

    Vaksinasi pneumonia penting diberikan kepada anak dan orang dewasa.

     
    Pneumonia merupakan kondisi di mana paru mengalami peradangan akibat infeksi bakteri maupun virus.

     

    Penyakit ini bisa menginfeksi siapa saja, namun bisa beresiko fatal jika dialami lansia dan anak-anak.

    Diserang pneumonia, Barbie Hsu Meningal, Fenita Arie sembuh

    BARBIE HSU MENINGGAL – Tangkapan layar dari BBC pada Senin (3/2/2025) menampilkan foto aktris Taiwan Barbie Hsu. Jasad Barbie Hsu akan dikremasi di Jepang dan abunya akan dikembalikan ke Taiwan, setelah meninggal karena pneumonia usai berlibur ke Jepang. (Tangkap layar BBC)

    Sebelumnya, artis serial televisi Meteor Garden Barbie Hsu meninggal dunia saat berlibur ke Jepang. Ia tutup usia akibat komplikasi influenza yang berujung pneumonia.

    Selain Barbie Hsu, artis dan presenter Fenita Arie juga mengalami hal serupa sepulangnya ia dan suami Arie Untung dari Jepang.

    Fenita Arie didiagnosis pneumonia. Ia sempat mengalami kondisi kesehatan yang menurun.

    Fenita kini sudah dinyatakan sembuh dan kembali beraktivitas, setelah sempat dirawat di RS.

    “Alhamdulillah, sejak pulang dari Jepang tanggal 10, mimi masuk rumah sakit baru bisa beraktivitas hari Sabtu lalu dengan diagnosis pneumonia, padahal nggak pernah ada riwayat,” tulis Arie Untung dalam unggahannya.

    “Bulan lalu aku juga dirawat dengan diagnosis yang sama, ketika melihat berita Barbie Hsu meninggal dengan penyakit yang sama bahkan belum sempat kembali ke negaranya, bikin kita bersyukur atas segala nikmat kesembuhan ini,” lanjut postingan tersebut.

    Kapan vaksin pneumonia diberikan? Simak jadwalnya

    Lalu kapan jadwal pemberian vaksin pneumonia untuk anak dan orang dewasa?

     

    Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi RS Pondok Indah – Bintaro Jaya dr. Rania Imaniar mengatakan, ada perbedaan jadwal pemberian vaksin pneumonia berdasarkan kelompok usianya.

    Ilustrasi vaksin (Freepik)

    Pada anak vaksin pneumonia diberikan pada usia kurang dari 1 tahun akan mendapatkan 3 dosis vaksin pneumonia, dengan jadwal vaksinasi pertama saat anak berusia 2 bulan, kemudian dosis ke-2 saat anak berusia 4 bulan, dan dosis terakhir pada saat anak berusia 6 bulan.

     

    Vaksin untuk dosis pengulangan diberikan pada saat anak menginjak usia 12–15 bulan.

     

    Sementara pada orang dewasa vaksin pneumonia diberikan dalam 2 tahap.

     

    Vaksin pneumonia yang pertama diberikan adalah vaksin jenis PCV, sedangkan vaksin pneumonia jenis PPV diberikan dengan jeda waktu 1 tahun setelah pemberian vaksin PCV.

     

    “Selain vaksinasi, upaya pencegahan yang tepat adalah dengan menerapkan pola hidup sehat yakni dengan kebiasaan mencuci tangan, menghindari paparan asap rokok, serta mengonsumsi makanan bergizi,” kata dia dalam keterangannya kepada Tribunnews.com, Rabu (12/2/2025).

     

    Persiapan Sebelum Vaksinasi

    Sebelum mendapatkan vaksin pneumonia, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi.

     

    Ini untuk mengetahui riwayat kesehatan, termasuk obat dan suplemen yang rutin dikonsumsi, alergi, maupun adanya keluhan maupun alasan khusus melakukan vaksin ini.

     

    Bagi pasien wanita, status kehamilan, seperti sedang merencanakan kehamilan, hamil, maupun menyusui.

     

    Riwayat kesehatan keluarga juga perlu diinformasikan, terutama menyangkut riwayat alergi dan kelainan perdarahan, maupun autoimun.

     

    Pasien sebaiknya menginformasikan jika memiliki salah satu kondisi yang merupakan kontraindikasi vaksin pneumonia seperti memiliki riwayat alergi, bahkan anafilaksis, setelah mendapatkan vaksin pneumonia ataupun memiliki riwayat alergi dengan salah satu komponen vaksin, atau vaksin yang mengandung difteri toksoid

     

    Efek Samping Vaksin Pneumonia

    Sama seperti pemberian vaksin lain, vaksin pneumonia juga dapat menyebabkan beberapa efek samping, dari yang ringan hingga yang berat. 

    Berikut ini adalah beberapa contoh efek samping yang mungkin terjadi.

     

    Seperti demam ringan, nyeri atau sakit, bengkak, dan kemerahan di area penyuntikan vaksin yang akan membaik dalam 2-3 hari setelah vaksin diberikan, menggigil, tidak nafsu makan, nyeri otot atau pegal-pegal, sakit kepala, hingga anafilaksis atau reaksi alergi berat

     

    “Umumnya efek samping setelah vaksin pneumonia ini akan membaik dengan sendirinya dalam waktu 2-3 hari. Jika keluhan yang terjadi setelah mendapatkan vaksin tidak kunjung membaik dalam 3 hari, sebaiknya periksakan diri ke dokter,” ujar dokter yang sekaligus menjadi staf pengajar bidang studi Infeksi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

     

    Vaksin Pneumonia untuk Jamaah Haji dan Umrah

    Vaksinasi pneumonia juga sering kali diberikan pada para calon jamaah haji dan umroh sebelum keberangkatan.

     

    Meskipun bukan merupakan salah satu vaksinasi wajib untuk beribadah haji dan umroh, vaksinasi pneumonia dapat membantu melindungi kesehatan para jemaah, sehingga ibadah dapat tetap dilakukan dengan optimal.

     

    Jenis Vaksin Pneumonia

    Terdapat 2 jenis vaksin pneumonia yang tengah beredar, yang sama-sama efektif untuk mencegah infeksi akibat bakteri pneumokokus. Berikut ini adalah penjelasan singkatnya:

    1.       Pneumococcal conjugate vaccine (PCV)

    Vaksin ini mencegah radang paru-paru yang disebabkan oleh 13-15 jenis bakteri pneumokokus. Vaksin pneumonia jenis ini diberikan pada bayi, anak-anak, dan orang dewasa yang berisiko terinfeksi.

    2.       Pneumococcal polysaccharide vaccine (PPSV23)

    Vaksin ini akan memberikan perlindungan terhadap 23 jenis bakteri penyebab pneumonia. Umumnya jenis vaksin pneumonia ini diberikan pada perokok aktif, lansia, orang dewasa, maupun anak yang berusia lebih dari 2 tahun.

     
    Imbaun Kemenkes 

    Kasus pneumonia di Jepang meningkat, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) beri imbauan bagi warga negara Indonesia yang ingin berlibur ke negara matahari terbit itu.

    Juru bicara Kemenkes drg Widyawati berpesan bagi WNI yang ingin melancong ke Jepang untuk selalu berperilaku hidup sehat dan bersih.

    “Himbauannya selalu menjaga kesehatan, berperilaku hidup bersih dan sehat. Tidak ada pelarangan ke Jepang tetapi intinya adalah jaga kesehatan,” kata dia saat ditemui di kantor Kemenkes, Jakarta, Jumat (7/2/2025).

    Bagi mereka yang berisiko tinggi seperti anak dibawah dua tahun, lansia maupun orang dengan komorbid, disarankan untuk melengkapi diri dengan vaksinasi pneumonia maupun influenza.

    Juga rutin mencuci tangan dengan sabun untuk membantu mencegah kuman yang dapat menyebabkan pneumonia.

    Melalui pola hidup yang sehat maka bisa memperkuat sistem kekebalan tubuh dalam mencegah pneumonia.

    Jika mungkin, hindari kontak dekat dengan orang yang sakit, terutama mereka yang memiliki infeksi saluran pernapasan.

    “Jadi kembali lagi menjaga kesehatan, untuk mengantisipasi penyakit itu. Lakukan persiapan diri ketika hendak berpergian ke luar negeri,” ungkap dia.

     

  • Cerita Wanita Malaysia yang Terkena Flu seperti Barbie Hsu di Jepang, Keluhkan Biaya Rumah Sakit – Halaman all

    Cerita Wanita Malaysia yang Terkena Flu seperti Barbie Hsu di Jepang, Keluhkan Biaya Rumah Sakit – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang wanita Malaysia mengalami masalah kesehatan serius setelah tertular flu selama perjalanannya ke Jepang pada awal Januari lalu.

    Namun ia merasa sangat beruntung karena berhasil selamat dari kondisi tersebut.

    Qin Yufen, nama wanita tersebut, mengalami gejala flu yang mirip dengan aktris Taiwan, Barbie Hsu, yang baru-baru ini meninggal dunia akibat pneumonia terkait influenza di Jepang.

    Dalam wawancara dengan China Press, Yufen menceritakan bahwa ia kesulitan bernapas saat berada di puncak gunung di Hokkaido.

    Pada awalnya, ia mengira kondisi tersebut hanyalah reaksi terhadap cuaca dingin.

    Putranya dan sopir sewaan mereka mencoba mencari obat di lebih dari 10 apotek, tetapi mereka diberitahu bahwa inhaler asma hanya bisa didapatkan melalui rawat inap di rumah sakit.

    Ketika dirawat di rumah sakit, Yufen diberikan bantuan pernapasan karena kekurangan oksigen.

    Namun, komunikasi dengan staf medis terhambat oleh kendala bahasa.

    Beruntung, ia bertemu dengan penerjemah yang bisa berbahasa Mandarin.

    “Saya menjelaskan kondisi saya, tetapi staf rumah sakit hanya memberikan oksigen sekali dan melanjutkan dengan infus, meskipun saya masih kesulitan bernapas,” katanya.

    Meski memiliki asuransi perjalanan, Yufen harus membayar biaya rumah sakit sebesar RM15.000 (sekitar Rp55 juta) per hari secara tunai.

    Karena khawatir dananya tidak mencukupi, ia memutuskan untuk kembali ke Malaysia untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

    “Saya memberi tahu rumah sakit bahwa saya tidak punya cukup uang tunai, sehingga mereka meminta saya menandatangani surat pernyataan bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab atas kondisi saya setelah saya keluar dari rumah sakit,” ungkap Yufen.

    “Keluarga saya sangat khawatir karena saya tidak bisa makan.”

    “Saya hanya menghembuskan napas tetapi tidak bisa menarik napas dengan benar, dan setelah minum Panadol, saya mulai muntah keesokan harinya.”

    Setelah tiba di Malaysia, Yufen segera dirawat di rumah sakit.

    Kadar oksigen dalam darahnya menurun drastis.

    Sementara pasien flu biasa hanya memerlukan dua jenis obat, ia diberikan lebih dari 10 jenis obat pada malam itu.

    “Dokter mengatakan saya perlu dirawat di ICU karena kadar oksigen saya tidak kunjung membaik,” jelasnya.

    Yufen dirawat selama lima hari empat malam di rumah sakit.

    Setelah pulih, ia mengisolasi diri sebelum akhirnya kembali beraktivitas.

    Saat mengajukan klaim asuransi dan meninjau laporan medisnya, Yufen terkejut mendapati bahwa gejalanya mirip dengan yang dialami Barbie Hsu.

    “Saya merasa sangat beruntung bisa selamat dari flu ini,” katanya.

    Permintaan Vaksin Influenza Meningkat Setelah Kematian Barbie Hsu

    Kematian Barbie Hsu memicu lonjakan permintaan vaksin influenza di berbagai negara.

    Di Singapura, lebih dari 2.000 orang membuat janji vaksinasi pada 4 Februari, sehari setelah berita kematian Hsu diumumkan.

    Sebagai perbandingan, hanya sekitar 3.000 janji vaksinasi yang dibuat sepanjang Januari, menurut laporan The Straits Times.

    Barbie Hsu, yang dikenal lewat perannya di serial drama Meteor Garden, meninggal pada 2 Februari di usia 48 tahun akibat pneumonia terkait influenza saat sedang berada di Jepang bersama keluarganya.

    Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) meyakinkan publik bahwa stok vaksin influenza di Singapura cukup memadai.

    Permintaan vaksin juga melonjak di Taiwan dan Hong Kong setelah berita kematian Hsu.

    Taiwan bahkan harus menambah 100.000 dosis vaksin karena stok yang didanai publik diperkirakan akan habis dalam waktu seminggu, lapor Focus Taiwan pada 6 Februari.

    MOH menganjurkan agar kelompok yang berisiko tinggi terkena infeksi influenza berat, seperti lansia dan orang-orang dengan kondisi medis tertentu, segera berkonsultasi dengan dokter dan mendapatkan vaksinasi influenza.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Penyebab dan Gejala Pneumonia, Penyakit yang Mewabah di Jepang – Halaman all

    Penyebab dan Gejala Pneumonia, Penyakit yang Mewabah di Jepang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM –  Simak penyebab dan gejala pneumonia, penyakit paru-paru yang saat ini mewabah di Jepang.

    Pneumonia sebenarnya tak hanya berada di Jepang. Namun beberapa tahun ini kasus pneumonia meningkat, termasuk di Indonesia.

    Pneumonia makin tersiar setelah aktris asal Taiwan, Barbie Hsu meninggal dunia karena penyakit ini.

    Bahkan presenter Fenita Arie juga sempat terpapar pneumonia setelah liburan dari Jepang pada 10 Januari 2025 lalu.

    Dikutip dari situs Kemenkes, pneumonia biasa disebut sebagai paru-paru basah.

    Di mana kondisi peradangan terjadi pada jaringan paru-paru.

    Peradangan tersebut mengakibatkan kantong udara terisi cairan sehingga paru-paru tidak berfungsi dengan baik.

    Pasien yang terkena pneumonia dapat mengalami kegagalan fungsi organ tubuh.

    Lantas apa penyebab dan gejala pneumonia?

    Pneumonia disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, termasuk bakteri, jamur, protozoa, dan virus.

    Ada pula beberapa faktor pemicu pneumonia, di antaranya:

    1. Kebiasaan Merokok

    Merokok dapat merusak paru-paru dan menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, sehingga meningkatkan risiko pneumonia.

    2. Penyakit Jantung Kronis 

    Penyakit jantung dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko pneumonia.

    3. Diabetes Melitus

    Diabetes dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan risiko pneumonia.

    4. Kelemahan Struktur Organ Pernapasan

    Kelemahan struktur organ pernapasan dapat membuat paru-paru lebih rentan terhadap infeksi.

    5. Penurunan Tingkat Kesadaran

    Penurunan tingkat kesadaran dapat meningkatkan risiko aspirasi, yang dapat menyebabkan pneumonia.

    Masih dalam laman yang sama, gejala pneumonia biasanya dimulai dengan beberapa tanda. Di antaranya:

    1, Demam disertai nyeri kepala dan tubuh menggigil.

    2. Batuk tidak berdahak, atau berdahak dengan cairan mengandung nanah yang berwarna kekuningan.

    3, Nyeri dada yang terasa ketika bernapas hingga napas yang pendek.

    4. Mual, muntah, dan diare.

    5. Rasa nyeri pada otot, sendi, serta mudah lelah.

    6. Denyut nadi yang melemah hingga 100 kali per menit.

    Jika merasakan gejala tersebut hingga kesulitan bernapas segera mencari pertolongan medis.

    Dokter akan melakukan penanganan terhadap pneumonia dengan terapi kausal, terapi suportif umum, terapi inhalasi, dan fisioterapi dada.

    Dokter di Thailand menyarankan agar warganya mempertimbangkan untuk berencana ke Jepang saat ini.

    Dr. Jade Boonyawongwiroj, asisten direktur Rumah Sakit Maharat Nakhon Ratchasima, menggambarkan wabah influenza di Jepang saat ini berada di level “parah”, dengan rata-rata 66.132 kasus baru dilaporkan setiap hari selama 144 hari terakhir.

    Ia menekankan beberapa daerah di Tokyo memiliki tingkat infeksi yang tinggi, dengan beberapa rumah sakit menolak menerima pasien kecuali mereka dalam kondisi serius.

    Institut Penyakit Menular Nasional Jepang memperkirakan bahwa dari 2 September 2024 hingga 26 Januari 2025, negara tersebut mencatat sekitar 9,52 juta kasus flu, menurut data yang dirilis pada 31 Januari.

    Melansir dari laman Telegraph, wabah pneumonia di Jepang dilaporkan sudah disoroti sejak akhir 2024 lalu, yang mana dinilai sebagai wabah pneumonia terburuk yang terjadi selama lebih dari 20 tahun.

    Pada akhir 2024 tercatat hampir 6.000 kasus pneumonia mikoplasma, jumlah tersebut meningkat lebih dari 10 kali lipat dibanding tahun sebelumnya.

    Juga, merupakan jumlah tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1999.

    Guna memerangi penyebaran penyakit ini, para ahli dari lima asosiasi medis Jepang menganjurkan untuk memakai masker kembali dan meningkatkan ventilasi dalam ruangan.

    “Masyarakat harus cermat dalam mengambil tindakan pencegahan dasar untuk menghentikan penyebaran penyakit, seperti memakai masker dan mencuci tangan,” kata Mukae Hiroshi, Profesor di Universitas Nagasaki dan anggota Masyarakat Pernapasan Jepang, dikutip Kamis (6/2/2025).

    Imbauan Kemenkes RI

    Juru bicara Kemenkes drg Widyawati berpesan bagi WNI yang ingin melancong ke Jepang untuk selalu berperilaku hidup sehat dan bersih.

    “Himbauannya selalu menjaga kesehatan, berperilaku hidup bersih dan sehat. Tidak ada pelarangan ke Jepang tetapi intinya adalah jaga kesehatan,” kata dia saat ditemui di kantor Kemenkes, Jakarta, Jumat (7/2/2025).

    Bagi mereka yang berisiko tinggi seperti anak dibawah dua tahun, lansia maupun orang dengan komorbid, disarankan untuk melengkapi diri dengan vaksinasi pneumonia maupun influenza.

    Juga rutin mencuci tangan dengan sabun untuk membantu mencegah kuman yang dapat menyebabkan pneumonia.

    Melalui pola hidup yang sehat maka bisa memperkuat sistem kekebalan tubuh dalam mencegah pneumonia.

    Jika mungkin, hindari kontak dekat dengan orang yang sakit, terutama mereka yang memiliki infeksi saluran pernapasan.

    “Jadi kembali lagi menjaga kesehatan, untuk mengantisipasi penyakit itu. Lakukan persiapan diri ketika hendak berpergian ke luar negeri,” ungkap dia. (*)

    (Tribunnews.com/ Siti N/ Rina Ayu) (Kompas.com/ Yoga Sukmana)

  • Laporan Medis Bocor: Barbie Hsu 2 Kali Tolak Dirawat Sebelum Meninggal di Jepang

    Laporan Medis Bocor: Barbie Hsu 2 Kali Tolak Dirawat Sebelum Meninggal di Jepang

    Jakarta, Beritasatu.com – Aktris asal Taiwan, Barbie Hsu, dikabarkan menolak menjalani perawatan serius di rumah sakit sebelum meninggal dunia di Jepang pada 2 Februari 2025. Berdasarkan laporan medis darurat yang bocor, meskipun belum dikonfirmasi secara resmi oleh otoritas kesehatan Jepang, Barbie Hsu disebutkan memilih untuk kembali ke hotel daripada menjalani perawatan lebih lanjut ketika jatuh sakit.

    Keputusan tersebut, sayangnya, berujung pada kematian sang aktris akibat pneumonia yang dipicu oleh influenza. Dikutip VN Express, Sabtu (8/2/2025), disebutkan bahwa  Barbie Hsu tiba di Jepang pada 29 Januari 2025.

    Ia kemudian dinyatakan meninggal dunia empat hari kemudian pada usia 49 tahun. Laporan medis yang bocor mengungkapkan bahwa sebelum meninggal, pemeran Sanchai dalam serial televisi Meteor Garden itu telah menunjukkan tanda-tanda kondisi kesehatan yang mengkhawatirkan.

    Saat pertama kali diperiksa di rumah sakit, kadar oksigen dalam darahnya dilaporkan turun hingga 89%, serta ditemukan rales basah pada paru-parunya sebagai indikasi adanya kerusakan paru yang cukup serius.

    Barbie Hsu – (Instagram/@barbiehsu.fp)

    “Namun, alih-alih menjalani rawat inap, Barbie Hsu hanya diberikan obat penurun demam dan memilih kembali ke hotel untuk beristirahat,” tulis VN Express terkait laporan medis Barbie Hsu. 

    Kesempatan kedua untuk mendapatkan perawatan intensif muncul pada 1 Februari 2025, ketika tim medis menyarankan agar ia segera dipindahkan ke Tokyo General Hospital. Namun, tawaran ini kembali ditolak dengan alasan ia dan keluarganya telah memiliki tiket pesawat untuk kembali ke Taiwan.

    Keputusan tersebut berujung fatal. Dalam perjalanan kembali ke hotel, Barbie Hsu mengalami henti napas dan segera dilarikan ke klinik terdekat. Hasil CT scan menunjukkan bahwa kedua paru-parunya sudah dalam kondisi putih total, indikasi pneumonia berat yang sangat berbahaya.

    Ambulans pun akhirnya dipanggil, dan Barbie Hsu dibawa ke fasilitas medis, tetapi sayangnya, klinik tempat ia dirawat tidak memiliki peralatan yang memadai untuk menangani kondisinya. Barbie Hsu akhirnya menghembuskan napas terakhirnya pada 2 Februari 2025.

    Saat ini prosesi kremasi Barbie Hsu telah dilakukan di Jepang, dan menurut laporan TVBS, suaminya, DJ Koo, dijadwalkan membawa abu jenazahnya kembali ke Taiwan pada 6 Februari 2025.

    Kematian Barbie Hsu menambah daftar panjang riwayat kesehatannya yang sebelumnya juga sempat mengalami kondisi kritis. Pada 2016, saat melahirkan anak keduanya, ia mengalami kejang epilepsi yang menyebabkan henti jantung dan pernapasan. Mantan suaminya, Wang Xiaofei, bahkan harus melakukan CPR untuk menyelamatkannya. Setelah koma selama 10 hari, ia akhirnya sadar.

    Selain laporan medis di Jepang, Barbie Hsu juga diketahui mengidap prolaps katup mitral kronis, yang menyebabkan pingsan dan serangan kesehatan berulang. Pada 2018, ia mengalami kejang setelah terkena flu yang berkepanjangan. Ibunya juga mengungkapkan bahwa ia pernah mengalami dua kali keguguran akibat kondisi kesehatannya.
     

  • Kondisi Fenita Arie Didiagnosis Pneumonia seperti Barbie Hsu, Pulang dari Jepang Dirawat di RS

    Kondisi Fenita Arie Didiagnosis Pneumonia seperti Barbie Hsu, Pulang dari Jepang Dirawat di RS

    TRIBUNJATIM.COM – Penyakit pneumonia tidak hanya menyerang Barbie Hsu.

    Terbaru, artis asal Indonesia juga mengalaminya.

     

    Presenter Fenita Arie didiagnosa mengidap penyakit pneumonia yang mirip dengan aktris Taiwan pemeran Sanchai di drama Meteor Garden, Barbie Hsu, sepulang dari Jepang. 

    Kabar itu diungkap oleh suami Fenita Arie, Arie Untung dalam unggahan video di akun Instagram pribadinya @ariekuntung.

    Seperti diketahui, Barbie Hsu diberitakan meninggal dunia di Tokyo pada Minggu (2/5/2025) waktu setempat.

    Arie Untung mengatakan sang istri sempat dirawat di rumah sakit karena mengidap penyakit yang mirip dengan Barbie Hsu.

    Seusai mengetahui berita meninggalnya Barbie Hsu karena pneumonia, Fenita pun mengaku bersyukur masih diberi kesembuhan.

    “Tadi lihat berita Barbie Hsu atau Sanchai yang ternyata meninggal karena pneumonia Jepang dan influenza-nya.”

    “Qadarullah kemarin dari Jepang, Mimi langsung dirawat di rumah sakit, dengan penyakit yang sama.”

    “Makanya kita ketika melihat berita itu, alhamdulillah masih dikasih kesempatan sama Allah,” ucap Arie Untung dan Fenita dalam video yang mereka unggah lewat akun Instagramnya, dikutip Jumat (7/2/2025).

    Meski sudah dinyatakan sembuh dari pneumonia, Fenita Arie mengaku masih merasakan efek samping dari penyakit tersebut. 

    Namun, ia tetap bersyukur masih diberi kesembuhan.

    Istri Arie Untung itu pun berharap senantiasa diberi kesehatan dan dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik.

    FENITA ARIE SAKIT – Fenita Arie saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (25/9/2019). Fenita Arie, istri Arie Untung didiagnosa mengidap penyakit pneumonia seperti Barbie Hsu seusai berkunjung ke Jepang. (KOLASE Instagram.com/ariekuntung/BBC via Tribunnews.com)

    “Mudah-mudahan dikasih kesehatan terus, bisa mulai aktivitas lagi.”

    “Walaupun masih berasa ada side efeknya habis dari sakit itu, tapi masih dikasih nikmat sembuh,” imbuh Fenita Arie. 

    Dalam keterangan unggahan, Arie Untung pun menyebut sang istri sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit pneumonia.

    Di sisi lain, Arie Untung juga mengaku sempat dirawat karena penyakit yang sama dan dirawat di rumah sakit.

    Pemilik nama lengkap Arie Kuncoro Untung itu pun mengaku bersyukur bisa sembuh dari pneumonia.

    “Alhamdulillah, sejak pulang dari jepang tanggal 10, mimi masuk rumah sakit baru bisa beraktivitas hari Sabtu lalu.”

    “Dengan diagnosa pneumonia, padahal ga pernah ada riwayat, sedang bulan lalu aku juga dirawat dengan diagnosa yang sama.”

    “Ketika melihat berita #barbiehsu meninggal dengan penyakit yang sama bahkan belum sempet kembali ke negaranya, bikin kita bersyukur atas segala nikmat kesembuhan ini,” tulis Arie Untung.

    Berita Artis dan Berita Jatim lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Pneumonia Mewabah di Jepang, Ini Imbauan Kemenkes untuk WNI yang Ingin Berlibur – Halaman all

    Pneumonia Mewabah di Jepang, Ini Imbauan Kemenkes untuk WNI yang Ingin Berlibur – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA — Kasus pneumonia di Jepang meningkat, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) beri imbauan bagi warga negara Indonesia yang ingin berlibur ke negara matahari terbit itu.

    Juru bicara Kemenkes drg Widyawati berpesan bagi WNI yang ingin melancong ke Jepang untuk selalu berperilaku hidup sehat dan bersih.

    “Himbauannya selalu menjaga kesehatan, berperilaku hidup bersih dan sehat. Tidak ada pelarangan ke Jepang tetapi intinya adalah jaga kesehatan,” kata dia saat ditemui di kantor Kemenkes, Jakarta, Jumat (7/2/2025).

    Bagi mereka yang berisiko tinggi seperti anak dibawah dua tahun, lansia maupun orang dengan komorbid, disarankan untuk melengkapi diri dengan vaksinasi pneumonia maupun influenza.

    Juga rutin mencuci tangan dengan sabun untuk membantu mencegah kuman yang dapat menyebabkan pneumonia.

    Melalui pola hidup yang sehat maka bisa memperkuat sistem kekebalan tubuh dalam mencegah pneumonia.

    Jika mungkin, hindari kontak dekat dengan orang yang sakit, terutama mereka yang memiliki infeksi saluran pernapasan.

    “Jadi kembali lagi menjaga kesehatan, untuk mengantisipasi penyakit itu. Lakukan persiapan diri ketika hendak berpergian ke luar negeri,” ungkap dia.

    Sebelumnya, artis serial televisi Meteor Garden Barbie Hsu meninggal dunia saat berlibur ke Jepang. Ia tutup usia akibat komplikasi influenza yang berujung pneumonia.

    Selain Barbie Hsu, artis dan presenter Fenita Arie juga mengalami hal serupa sepulangnya ia dan suami Arie Untung dari Jepang.

    Fenita Arie didiagnosis pneumonia. Ia sempat mengalami kondisi kesehatan yang menurun.

    Fenita kini sudah dinyatakan sembuh dan kembali beraktivitas, setelah sempat dirawat di RS.

    “Alhamdulillah, sejak pulang dari Jepang tanggal 10, mimi masuk rumah sakit baru bisa beraktivitas hari Sabtu lalu dengan diagnosis pneumonia, padahal nggak pernah ada riwayat,” tulis Arie Untung dalam unggahannya.

    “Bulan lalu aku juga dirawat dengan diagnosis yang sama, ketika melihat berita Barbie Hsu meninggal dengan penyakit yang sama bahkan belum sempat kembali ke negaranya, bikin kita bersyukur atas segala nikmat kesembuhan ini,” lanjutny postingan tersebut.

    Gejala Pneumonia

    Selalu waspada dengan Pneumonia pada anak, mari pahami dan cari tahu bagaimana cara mencegahnya lewat langkah-langkah berikut ini (Shutterstock)

    Dikutip dari laman kemenkes, pneumonia atau yang sering disebut sebagai paru-paru basah, merupakan kondisi peradangan yang terjadi pada jaringan paru-paru.

    Akibatnya alveolus (kantong udara) terisi oleh cairan, sehingga paru-paru tidak dapat berfungsi dengan baik.

    Berikut ini adalah gejala-gejala yang biasanya muncul:

    • Demam disertai nyeri kepala dan tubuh menggigil.
    • Batuk tidak berdahak, atau berdahak dengan cairan mengandung nanah yang berwarna kekuningan.
    • Nyeri dada yang terasa ketika bernapas hingga napas yang pendek.
    • Mual, muntah, dan diare.
    • Rasa nyeri pada otot, sendi, serta mudah lelah.
    • Denyut nadi yang melemah hingga 100 kali per menit.

    Jika anggota keluarga mengalami kesulitan bernapas atau terjadi peningkatan frekuensi napas, segeralah bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang tepat. 

     

  • Stok Vaksin di Taiwan Menipis, Diborong Warga pasca Kematian Barbie Hsu

    Stok Vaksin di Taiwan Menipis, Diborong Warga pasca Kematian Barbie Hsu

    Jakarta

    Sejumlah rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Taiwan melaporkan lonjakan permintaan vaksin flu setelah aktris Taiwan Barbie Hsu meninggal di Jepang akibat pneumonia terkait influenza.

    Diberitakan VN Express, di Kota Tainan, lebih dari 7.400 dosis vaksin flu gratis awalnya tersedia, tetapi semuanya ludes dalam kurun waktu tiga jam setelah kabar meninggalnya Barbie Hsu.

    Departemen Kedokteran Keluarga di Rumah Sakit Taichung, di bawah Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, juga melaporkan peningkatan tajam jumlah pasien pada sore itu. Lonjakan permintaan bahkan membanjiri situs web CDC Taiwan.

    Banyak orang memutuskan untuk divaksinasi setelah mengetahui kematian Hsu. Keluarganya mengonfirmasi bahwa dia meninggal karena pneumonia terkait influenza, dengan mencatat dia telah menunjukkan tanda-tanda peringatan kesehatan yang parah sebelum kematiannya.

    Hung Wei-chieh, Direktur Departemen Kedokteran Keluarga di Rumah Sakit E-Da, mengatakan kepada Taiwan News pada Selasa bahwa sebelum Tahun Baru Imlek, hanya ada sedikit minat untuk vaksinasi flu. Namun, dalam dua hari terakhir, banyak orang yang sebelumnya ragu-ragu telah secara proaktif mencari lokasi vaksinasi.

    Dalam konferensi pers darurat pada hari Senin (3/1), CDC Taiwan merilis statistik flu terbaru. Dari tanggal 19 hingga 25 Januari, terdapat 162.352 kunjungan rawat jalan dan gawat darurat untuk penyakit mirip flu, jumlah tertinggi untuk periode tersebut dalam 10 tahun terakhir.

    Pemerintah Taiwan juga akan membeli 100.000 dosis tambahan vaksin flu, yang diperuntukkan bagi kelompok berisiko tinggi, untuk memenuhi permintaan yang meningkat pada musim flu ini.

    Perdana Menteri Cho Jung-tai (卓榮泰) pada hari Kamis menyetujui pembelian 100.000 dosis tambahan vaksin yang didanai publik. Vaksin tersebut akan diberikan kepada kelompok berisiko tinggi, khususnya mereka yang berusia di atas 65 tahun, balita di atas 6 bulan, anak-anak prasekolah, dan individu lain yang ditetapkan CDC sebagai berisiko tinggi terkena influenza.

    (kna/naf)