Tag: Barack Obama

  • 3 Hal tentang Tim Walz Cawapres Pilihan Kamala Harris di Pemilu AS

    3 Hal tentang Tim Walz Cawapres Pilihan Kamala Harris di Pemilu AS

    Washington DC

    Kamala Harris resmi diusung Partai Demokrat sebagai calon presiden dalam Pemilu Amerika Serikat (AS) 2024. Wakil Presiden AS itu memilih Tim Walz sebagai calon wapresnya pada pemilu kali ini.

    Pengumuman tersebut diunggah Kamala Haris di akun X-nya @kamalaharris, Selasa (6/8/2024) malam. Kamala Harris mengaku bangga mengumumkan Tim Walz sebagai cawapresnya.

    “Saya bangga mengumumkan bahwa saya telah meminta @Tim_Walz untuk menjadi calon wakil presiden saya,” tulis Kamala Harris.

    Siapakah Tim Walz? Simak tiga hal tentang Tim Walz yang dipilih Harris sebagai cawapresnya:

    Walz Merasa Terhormat Jadi Cawapres Harris

    Harris menyebut Tim Walz sebagai seorang gubernur hingga guru yang telah kontribusi terbaik selama ini.

    “Sebagai seorang gubernur, pelatih, guru, dan veteran, dia telah memberikan yang terbaik bagi keluarga pekerja seperti keluarganya. Senang sekali dia ada di tim. Sekarang mari kita mulai bekerja. Bergabunglah dengan kami,” ujar Harris.

    Walz pun merespons cuitan Harris. Dia mengaku terhormat ditunjuk sebagai cawapres di Pemilu 2024.

    “Merupakan kehormatan seumur hidup untuk bergabung dengan @kamalaharris dalam kampanye ini. Saya mendukung sepenuhnya,” ujarnya.

    “Wakil Presiden Harris menunjukkan kepada kita politik tentang apa yang mungkin. Ini mengingatkan saya sedikit pada hari pertama sekolah. Jadi, mari kita selesaikan ini, teman-teman! Bergabunglah dengan kami,” lanjut Tim Walz.

    Perjalanan Karier Walz

    Pria bernama lengkap Timothy James Walz itu lahir pada 6 April 1964 di West Point, Nebraska. Walz pernah bertugas di militer dari tahun 1981 hingga 2005 dengan pangkat tertinggi Sersan Mayor.

    Walz juga mengemban pendidikan ilmu sosial di Chadron State College dan mendapatkan gelar magister bidang kepemimpinan pendidikan di Minnestota State University. Selain di militer, Walz juga pernah bekerja sebagai guru SMA, bekerja di sektor agrikultur hingga manufaktur.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Dia juga aktif di Partai Demokrat. Walz pernah menjabat sebagai anggota DPR dapil Minnesota selama tiga periode, yakni dari 2007 hingga 2019.

    Setelah melepas jabatan anggota DPR, Walz menjabat sebagai Gubernur Minnesota.

    Serang Donald Trump dan JD Vance

    Dilansir DW, Walz makin dikenal publik setelah menyerang capres-cawapres Partai Republik, yakni Donald Trump dan JD Vance sebagai orang yang ‘aneh’. Penghinaan itu kemudian viral dan diterima oleh tim kampanye Harris.

    Walz merupakan pendukung kuat serikat buruh yang menjadi bagian penting dari koalisi elektoral Partai Demokrat. Presiden AS Joe Biden dan mantan Ketua DPR AS Nancy Pelosi dilaporkan merestui Walz sebagai pilihan Wapres Harris.

    “Gubernur Walz tidak hanya punya pengalaman untuk menjadi wakil presiden, ia memiliki nilai-nilai dan integritas yang membuat kita bangga,” tulis mantan Presiden Barack Obama dalam sebuah pernyataan setelah Walz dipilih oleh Harris.

    Dengan memilih Walz, Harris berharap dapat menarik lebih banyak pemilih dari kelas pekerja dan pedalaman di Midwest yang dapat membantunya menang melawan Donald Trump dalam pemilihan umum pada bulan November.

    Ketertarikan Walz dalam bidang berburu, memancing, konservasi, dan american football juga dapat menarik pemilih yang tinggal di daerah pedesaan di jantung AS. Tim kampanye Donald Trump pada hari Senin melabeli Walz sebagai ‘ekstremis liberal berbahaya’.

    Halaman 2 dari 2

    (haf/fas)

  • Misteri di Balik Elon Musk Membelot Dukung Donald Trump

    Misteri di Balik Elon Musk Membelot Dukung Donald Trump

    Washington

    Donald Trump kini cukup banyak didukung pentolan dari dunia teknologi, tidak seperti sebelumnya. Mereka termasuk Elon Musk yang menjadi nama terbesar yang mendukung mantan presiden tersebut, bahkan terlibat dalam upaya penggalangan dana.

    Menurut Wall Street Journal, Musk menjanjikan USD 45 juta per bulan untuk kampanye Trump, yang akan menjadikannya salah satu donatur terbesar. Musk sendiri mengakui terlibat upaya penggalangan dana Trump, tapi membantah jumlah tersebut, dengan mengatakan sumbangannya jauh lebih rendah.

    “Saya percaya pada Amerika yang memaksimalkan kebebasan dan prestasi individu. Dulu itu adalah Partai Demokrat, tetapi sekarang pendulum telah berayun ke Partai Republik,” tulis Musk di X.

    Keputusan Musk mendukung Trump tampak seperti perubahan yang mengejutkan sekaligus misterius bagi seorang pria yang secara historis menghindari sumbangan politik dan dulu lebih mendukung Partai Demokrat. Ia dilaporkan pernah mengantre enam jam untuk menjabat Barack Obama dan di 2018 menggambarkan diri sebagai moderat secara politik.

    Pada tahun 2017 seperti dikutip detikINET dari BBC, ia termasuk di antara anggota pertama yang keluar dari dewan bisnis Gedung Putih, berpisah dengan Trump terkait kebijakan perubahan iklim.

    Perusahaannya Tesla, berulang kali dikritik Trump sebagai mahal dan tidak praktis. Namun memang, Musk telah lama merasa kesal dengan pengawasan oleh regulator keuangan di masa pemerintahan Joe Biden.

    Kritiknya terhadap Joe Biden meningkat dua tahun lalu, setelah tidak mendapat undangan ke pertemuan bisnis Gedung Putih, sebuah penolakan yang membuatnya merasa diabaikan secara tidak adil.

    Di media sosial, ia semakin terlibat dalam perdebatan tentang pandemi Covid, perang di Ukraina, kebijakan China, dan isu transgender. Ia cenderung lebih setuju dengan pandangan Partai Republik dan sekarang terang-terangan mendukung Donald Trump.

    (fyk/fay)

  • Benjamin Netanyahu Dijadwalkan Pidato di Depan Kongres AS 13 Juni

    Benjamin Netanyahu Dijadwalkan Pidato di Depan Kongres AS 13 Juni

    Jakarta

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dijadwalkan akan berpidato di depan Kongres Amerika Serikat (AS) pekan depan. Netanyahu direncanakan menyampaikan pidatonya pada 13 Juni mendatang.

    Dilansir CNN, Selasa (4/6/2024), empat pimpinan utama Partai Republik dan Demokrat telah menyampaikan undangan tersebut ke Netanyahu sejak pekan lalu. Belum diketahui apakah Perdana Menteri Israel itu turut melakukan pertemuan di Gedung Putih.

    Namun peluang bertemunya Netanyahu dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden pekan depan menipis. Pasalnya, Biden dijadwalkan menghadiri pertemuan puncak pemimpin G7 di Italia pada 13-15 Juni.

    Jika Netanyahu memenuhi undangan berpidato di depan Kongres AS pada 13 Juni mendatang, maka itu bukan kali pertama Netanyahu mengunjungi Washington tanpa bertemu presiden dari Partai Demokrat yang sedang menjabat. Di tahun 2015 silam, Partai Republik mengundang Netanyahu untuk menyatakan penolakannya terhadap perjanjian nuklir Iran dalam pidatonya di Kongres dan tidak melibatkan Gedung Putih pada masa Presiden Barack Obama dalam pidatonya.

    Keputusan untuk mengundang Netanyahu berbicara pada pertemuan Kongres juga tidak mendapat persetujuan bulat dari Partai Demokrat. Beberapa anggota partai menyatakan akan memboikot pidato tersebut.

    Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer bahkan menyerukan pemilu baru di Israel awal tahun ini, dengan implikasi Netanyahu meninggalkan kekuasaan. Namun Partai Demokrat New York tetap menandatangani surat yang mengundang perdana menteri untuk berbicara di depan Kongres.

    “Kami bergabung dengan Negara Israel dalam perjuangan melawan teror, terutama karena Hamas terus menahan warga Amerika dan Israel dan para pemimpinnya membahayakan stabilitas regional,” demikian isi surat dari Schumer, Pemimpin Minoritas Senat Mitch McConnell, Ketua DPR Mike Johnson dan DPR. Pemimpin Minoritas Hakeem Jeffries.

    Pidato di pertemuan gabungan Kongres oleh para pemimpin asing adalah suatu kehormatan langka yang umumnya hanya ditujukan kepada sekutu terdekat AS atau tokoh-tokoh utama dunia. Netanyahu telah memberikan tiga pidato serupa, terakhir pada tahun 2015.

    Pidato ini menjadikan Netanyahu sebagai pemimpin asing pertama yang berpidato di pertemuan gabungan Kongres sebanyak empat kali. Dia saat ini berada di peringkat yang dengan perdana menteri Inggris pada masa perang, Winston Churchill.

    (ygs/zap)

  • Michelle Obama Berduka, Ibunda Meninggal pada Usia 86 Tahun

    Michelle Obama Berduka, Ibunda Meninggal pada Usia 86 Tahun

    Jakarta

    Marian Robinson, ibu dari mantan ibu negara Amerika Serikat, Michelle Obama, meninggal pada hari Jumat (31/5) waktu setempat pada usia 86 tahun.

    Mendiang Robinson sebelumnya pernah membantu mengasuh cucu-cucunya yang masih kecil sewaktu tinggal di Gedung Putih.

    “Kami membutuhkannya. Anak-anak membutuhkannya. Dan dia akhirnya menjadi batu penjuru kami dalam semua hal ini,” kata keluarganya dalam sebuah pernyataan, dikutip dari kantor berita AFP, Sabtu (1/6/2024).

    “Pada setiap langkah, ketika keluarga kami menempuh jalan yang tidak dapat kami prediksi, dia tetap menjadi tempat perlindungan kami dari badai, menjaga kaki kami tetap kokoh,” demikian pernyataan keluarga tersebut.

    Meskipun dia menghindari sorotan, Robinson hadir di beberapa momen keluarga Obama. Dia sering kali muncul di perayaan liburan atau acara lainnya bersama pasangan Barack Obama dan Michelle serta kedua putri mereka, Sasha dan Malia.

    Robinson lahir pada tahun 1937 dan dibesarkan di South Side, Chicago. Anak dari tujuh bersaudara itu menempuh pendidikan untuk menjadi guru dan bekerja sebagai sekretaris.

    Dia menikah dengan suaminya, Fraser Robinson, pada tahun 1960, dan pasangan tersebut memiliki dua anak, Michelle Obama dan saudara laki-lakinya Craig Robinson, keduanya juga dibesarkan di South Side.

    Fraser Robinson meninggal pada tahun 1991 setelah perjuangan panjang melawan multiple sclerosis.

    Selama delapan tahun keluarga Obama berada di Gedung Putih dari 2009 hingga 2017, “satu-satunya tamu yang dia ingin temui adalah Paus,” kata keluarganya.

    Robinson meninggalkan anak-anaknya dan enam cucunya.

    “Dia meninggal dengan damai pagi ini, dan saat ini, tidak ada satu pun dari kami yang yakin bagaimana tepatnya kami akan melanjutkan hidup tanpa dia,” kata pernyataan keluarganya.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Saling Tuding Soal Pecandu Narkoba, Apakah Aliansi Marcos-Duterte Terputus?

    Saling Tuding Soal Pecandu Narkoba, Apakah Aliansi Marcos-Duterte Terputus?

    Manila

    Dua dinasti politik yang paling berpengaruh di Filipina, yaitu keluarga Duterte dan Marcos, saling melontarkan kritik dan diprediksi akan mengalami perpecahan. Namun, apakah mungkin hal itu terjadi dan apa risiko yang muncul jika mereka akhirnya ‘bercerai’?

    Dengan gaya yang bombastis, mantan Presiden Filipina yang terkenal dengan kebijakan perang melawan narkoba, Rodrigo Duterte, mengatakan kepada para pendukungnya Januari silam bahwa penggantinya, Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr., adalah pecandu narkoba.

    Tidak berdiam diri, Marcos yang saat ini menjadi Presiden Filipina membalas dengan mengatakan bahwa Duterte melontarkan hinaan itu pasti di bawah pengaruh opioid atau obat pereda nyeri kategori narkotika.

    Saling balas ini disebut sebagai salah satu sinyal terkuat yang menunjukkan adanya keretakan dalam aliansi yang mengantarkan Marcos meraih kemenangan bersejarah pada pemilu 2022 lalu. Sekutu Marcos dalam pesta demokrasi itu adalah putri Rodrigo, Sara Duterte, yang kini menjabat sebagai wakil presiden.

    Sedari awal, para analis telah memprediksi terjadinya ‘perceraian’ di antara dua dinasti politik paling berkuasa di Filipina, Duterte dan Marcos.

    Tanda-tanda perpecahan semakin menguat di tengah perselisihan publik dan meningkatnya perbedaan pendapat antara dua dinasti ini mengenai agenda politik.

    Namun memutuskan untuk berpisah mungkin bukan pilihan bagi Marcos maupun Duterte, yang menjual diri kepada pemilih mereka sebagai “UniTeam”.

    Keretakan dalam aliansi

    Ayahnya, Rodrigo Duterte, menunjukkan ketidaksenangan dengan jelas atas keputusan Sara itu.

    Sara dipandang sebagai pewaris politik Duterte. Sebelum menjabat sebagai wakil presiden, Sara adalah Wali Kota Davao City, jabatan yang dipegang Duterte selama bertahun-tahun sebelum melangkah menjadi presiden pada tahun 2016.

    Aliansi Sara dengan Marcos, putra mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos, tidak mengejutkan para analis.

    Kedua kandidat ini berisiko kalah jika saling bertarung satu sama lain karena dukungan akan terpecah. Pendukung Sara mayoritas berada di wilayah selatan Filipina, sedangkan dukungan Marcos terpusat di utara.

    Dengan berkoalisi, mereka telah menyatukan kubu masing-masing dan memenangkan suara mayoritas Filipina pada pemilu tahun 2022.

    Baca juga:

    Banyak pengamat memprediksi Sara Duterte akan mencalonkan diri sebagai presiden pada 2028 mendatang. Konstitusi Filipina melarang Marcos untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan enam tahun yang kedua sebuah pembatasan yang coba dia hapus, tuduh Duterte.

    Marcos mengatakan dia mendukung reformasi hukum yang akan memudahkan peraturan bagi bisnis asing, menarik lebih banyak investasi dan lapangan kerja ke negara di Asia Tenggara yang berpenduduk 100 juta orang.

    Namun para pengkritiknya menuding upaya Marcus itu sebagai taktik “jahat” untuk melakukan perubahan politik yang memungkinkan dirinya mencalonkan diri lagi menjadi presiden.

    Batasan masa jabatan presiden yang diberlakukan sejak tahun 1986, setelah ayahnya Marcos digulingkan dari kekuasaan oleh protes rakyat, semakin menambah seruan protes.

    Keretakan ini berubah secara mengejutkan ketika Duterte (kiri) dan Marcos saling menuduh sebagai pecandu narkoba (Getty Images)

    Tapi ini bukan satu-satunya sumber perdebatan antara dua dinasti ini.

    Marcos melontarkan komentar-komentar yang tampaknya mengkritik perang Duterte terhadap narkoba, kebijakan yang telah merenggut ribuan nyawa dan membuatnya menjadi paria terbuang atau tersingkir dari komunitas internasional.

    Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan pembunuhan masih terus terjadi, walaupun polisi mengklaim jumlahnya telah berkurang pada masa pemerintahan presiden yang baru.

    Selain itu, Marcos juga mendukung Amerika, berbeda dengan gaya kepemimpinan Duterte saat memerintah yang dekat dengan Beijing.

    Marcos memberikan akses yang lebih luas ke pasukan Amerika atas pangkalan militer di Filipina. Marcos juga meningkatkan latihan militer tahunan antara dua negara dan menggunakan posisi strategis Filipina di Pasifik untuk menggalang dukungan, tidak hanya dari Washington tetapi juga Jepang.

    Baca juga:

    Hingga kini, Marcos juga belum mundur dari ‘permainan kucing-kucingan’ yang mematikan dengan China di perairan Laut China Selatan yang bersengketa.

    Di sisi lain, Rodrigo Duterte menolak untuk menyerukan kemenangan Filipina di pengadilan internasional terhadap klaim Beijing di Laut Cina Selatan selama masa jabatannya.

    Duterte berupaya menjalin hubungan yang lebih dekat dengan China, yang diduga sebagai respon terhadap kecaman dari negara-negara Barat atas perang narkoba yang dilakukannya.

    Ada juga pertengkaran kecil di antara dua kubu ini.

    Selain menjabat sebagai wapres, Sara Duterte juga ditunjuk menjadi menteri pendidikan di pemerintahan Marcos, meskipun secara terbuka dia mengatakan ingin menjadi menteri pertahanan.

    Sara mengatakan dia menerima keputusan itu untuk menghindari pembicaraan tentang dugaan adanya keretakan dalam koalisi.

    Sara juga diperiksa secara ketat oleh parlemen tahun lalu atas permintaannya untuk memberikan jutaan peso sebagai “dana rahasia” pengeluaran bersifat diskresi yang diperbolehkan oleh lembaga pemerintah.

    Sekutu Marcos kemudian memotong anggarannya, sebuah tindakan yang disebut memalukan sekaligus membuat marah.

    Permainan sinetron berisiko tinggi

    Melewati rangkaian perbedaan ini, keduanya masih menghindari saling menyerang secara langsung mungkin menandakan sebuah front persatuan untuk saat ini.

    Namun pihak-pihak lain dari kedua kubu ini jelas-jelas menginginkan keunggulan dalam menggaet opini publik, kata ilmuwan politik Cleve Arguelles, presiden perusahaan jajak pendapat WR Numero.

    Pada April lalu, setelah kedua pemimpin dinasti ini saling tuduh sebagai pecandu narkoba, Ibu Negara Liza Araneta-Marcos melakukan wawancara di YouTube.

    Liza mengatakan dirinya “terluka” karena Sara Duterte tidak melakukan intervensi ketika ayahnya menyebut presiden Marcos sebagai “pecandu”.

    Dalam balasan video singkatnya, Sara mengatakan “perasaan pribadi” ibu negara itu bukanlah bagian dari pekerjaannya.

    Liza Marcos, padahal, tidak pernah membahas politik secara terbuka. Wawancara mengejutkan ini adalah upaya untuk “mengalahkan Duterte dalam permainan mereka sendiri”, Arguelles menganalisis.

    Liza Marcos tidak bisa menandingi komentar Rodrigo Duterte yang menohok – dia terkenal karena pernyataannya yang seksis, mengutuk Paus Francis dan mantan presiden AS Barack Obama.

    Tapi, Liza bisa dan memang membangun sebuah karakter sinetron yang dicerca namun ditonton oleh jutaan orang Filipina yaitu Si pengkhianat.

    “Ibu negara mencoba menggunakan emosi dibandingkan membingkainya dengan cara lain. Kami punya dugaan pengkhianatan, keluarga telah disakiti,” kata Arguelles.

    “Ini seperti sinetron.”

    Sara Duterte (kiri) dan Liza Marcos (kanan) (Getty Images)

    Arguelles mengatakan gaya ini sangat berbeda dengan Rodrigo Duterte, yang merupakan “ahli… kritik publik”.

    Duterte secara rutin mengkritik Marcos karena menjadi pemimpin yang “lemah” sebuah pesan yang kini digaungkan oleh putranya Sebastian, Wali Kota Davao City, yang bahkan meminta presiden untuk mengundurkan diri.

    “Keluarga Marcos terpaksa merespons. Jika tidak, mereka akan tertinggal,” kata Arguelles.

    Bagi Sara Duterte, keluar dari aliansi dengan Marcos dapat menyebabkan dinastinya dikucilkan dari pemerintahan.

    Hal ini juga bisa menjerat ayahnya untuk dituntut di Filipina dan luar negeri atas tuduhan pembunuhan ratusan tersangka pengguna narkoba oleh polisi selama masa jabatannya.

    Selain itu, keputusan berisiko itu juga dapat merugikan peluang Sara mencalonkan diri pada pemilihan presiden tahun 2028. Para pemilih di Filipina tidak suka melihat presiden dan wakil presiden mereka bertengkar, kata Arguelles.

    Dua wakil presiden terakhir kalah dalam pencalonan mereka setelah berselisih dengan presiden yang mencalonkan diri bersama mereka.

    “Ada kebutuhan praktis bagi mereka untuk tetap bersatu,” tambahnya, setidaknya hingga pemilu paruh waktu pada 2026, yang akan menjadi referendum bagi petahana.

    Kedua belah pihak berharap untuk memenangkan parlemen dan badan-badan lokal, yang akan meningkatkan agenda politik masing-masing.

    “Jika mereka terpecah, mereka akan menjadi sangat rentan,” kata Arguelles.

    “Ini akan menjadi pertandingan bola bagi siapa pun.”

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Lebih Baik Lindungi Bumi Daripada ke Mars

    Lebih Baik Lindungi Bumi Daripada ke Mars

    Jakarta

    Elon Musk dan Jeff Bezos melalui perusahaan masing-masing, SpaceX dan Blue Origin, berambisi membangun koloni di luar angkasa, termasuk ke Planet Mars. Akan tetapi, upaya itu dikritik oleh mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama.

    Menurutnya, Bumi akan lebih layak huni dibandingkan planet Mars, bahkan setelah perang nuklir. Obama berpendapat bahwa para taipan di Silicon Valley, seharusnya lebih fokus pada penyelamatan Bumi daripada berinvestasi menerbangkan manusia ke antariksa.

    “Ketika saya mendengar beberapa orang berbicara tentang rencana untuk menjajah Mars karena lingkungan Bumi mungkin sudah sangat terdegradasi sehingga tidak dapat ditinggali, saya melihat mereka dan bertanya-tanya, apa yang Anda bicarakan?” kata Obama pada pembukaan KTT POwR.Earth 2024 di Paris.

    “Bahkan setelah perang nuklir, Bumi akan lebih layak huni dibandingkan Mars, bahkan jika kita tidak melakukan apa pun terhadap perubahan iklim, Bumi masih memiliki oksigen. Sejauh yang kami tahu, Mars tidak memilikinya,” imbuhnya.

    Obama menegaskan, pengembangan eksplorasi luar angkasa harus terus berlanjut demi ilmu pengetahuan dan penemuan. Namun beda halnya ketika menyangkut relokasi manusia ke luar angkasa, “Saya lebih suka kita berinvestasi dalam menjaga planet ini di sini,” kata Obama.

    “Kita dirancang untuk tempat ini, dan akan lebih baik jika kita menjaga tempat ini agar tetap layak huni,” cetusnya, seperti dikutip detikINET dari Insider.

    Elon Musk pernah mengatakan ingin mengirim jutaan manusia ke Mars pada tahun 2050 dan menurutnya sangat mungkin manusia akan mendarat di planet merah tersebut dalam dekade berikutnya.

    Sedangkan perusahaan Blue Origin milik Jeff Bezos berencana menguji mega-roketnya sendiri, New Glenn, untuk pertama kalinya pada Agustus tahun ini. Roket tersebut dapat bersaing dengan Starship dari SpaceX untuk rencana NASA untuk kembali ke bulan sebelum menuju ke Mars.

    Mantan CEO Amazon itu mengatakan tahun lalu bahwa dia melihat lebih banyak potensi dalam menempatkan manusia di stasiun luar angkasa raksasa daripada mengirim mereka ke planet lain.

    (fyk/fyk)

  • Elon Musk Nyinyirin Mantan Istri Jeff Bezos, Tweetnya Langsung Dihapus

    Elon Musk Nyinyirin Mantan Istri Jeff Bezos, Tweetnya Langsung Dihapus

    Jakarta

    Elon Musk baru-baru ini menyindir mantan istri Jeff Bezos, MacKenzie Scott, yang memberikan donasi. Tak lama kemudian, tweet itu kemudian dihapus.

    “‘Mantan istri super kaya yang membenci mantan pasangannya’ harus dimasukkan dalam daftar ‘Alasan Kematian Peradaban Barat,’” tulis bos Tesla di platform yang sudah dibeli USD 44 miliar di akhir 2022 itu.

    Elon Musk baru-baru ini menyindir mantan istri Jeff Bezos, MacKenzie Scott, yang memberikan donasi. Tak lama kemudian, tweet itu kemudian dihapus. Foto: X/elonmusk/via The Post

    Musk menulis postingan tersebut sebagai tanggapan terhadap pengguna X yang mengeluh bahwa Scott, yang menceraikan pendiri Amazon pada tahun 2019 setelah 25 tahun menikah, memberikan uang kepada organisasi yang menangani masalah ras dan/atau gender.

    “Dananya seharusnya disebut The AWFL Fund. Itu adalah ekspresi aspirasional tertinggi dari kelompok paling mengerikan di AS,” tulis pengguna X yang bernama ‘i/o’. Musk menghapus postingan itu beberapa jam kemudian.

    Melansir The Post, Musk penah juga berkomentar soal aksi Scott beramal. Musk beranggapan Scott memberikan sumbangan amalnya kepada komite aksi politik yang bersekutu dengan Partai Demokrat.

    [Gambas:Twitter]

    Menurut situs webnya, Scott telah menyumbangkan ratusan juta dolar kepada organisasi-organisasi yang mengabdi pada tujuan-tujuan seperti keadilan rasial, keadilan LGBTQ+, kesetaraan gender, kesehatan masyarakat, perubahan iklim dan sesuatu yang disebut dengan ‘demokrasi fungsional’.

    Penerima sumbangannya termasuk Obama Foundation, Movement for Black Lives, Jackie Robinson Foundation, Morehouse College, Howard University, Planned Parenthood dan George W. Bush Presidential Center.

    (ask/ask)

  • Menguak Psikologi Tersembunyi dalam Proses Mencoblos

    Menguak Psikologi Tersembunyi dalam Proses Mencoblos

    Jakarta

    Pemungutan suara dilakukan berdasarkan keputusan yang rasional? Belum tentu. Menurut sebuah penelitian, kita mungkin tidak bisa mengendalikan preferensi kita.

    Reaksi kita, tanpa disadari mungkin mengungkapkan lebih banyak hal tentang kita sendiri, bahkan mungkin mengungkapkan kecenderungan politik kita.

    “Kita mungkin tidak bisa mengendalikan suara kita sendiri seperti yang kita pikirkan, menurut banyak psikolog. Pendidikan, layanan kesehatan, dan perekonomian merupakan hal yang penting, namun pilihan pemilih juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari seberapa mudahnya orang merasa takut atau jijik, hingga bagaimana mereka bereaksi terhadap cuaca,” tulis Zaria Gorvett, jurnalis senior dan pemenang penghargaan BBC Future.

    Pengambilan Keputusan

    Keputusan sadar kita secara rutin dipengaruhi oleh proses berpikir bawah sadar, emosi dan prasangka. Jon Krosnick, profesor ilmu politik di University of Stanford, mengabdikan karirnya meneliti fenomena ini.

    “Apa yang kita ketahui dari ilmu psikologi adalah Anda dapat membagi otak menjadi dua bagian. Faktanya, semua pengambilan keputusan dilakukan secara tidak sadar,” kata Krosnick seperti dikutip dari BBC.

    Krosnick berpendapat bahwa selama acara debat yang disiarkan televisi, meskipun para pemilih mendengarkan para kandidat, ada faktor-faktor lain yang bisa mempunyai dampak yang sama besarnya, atau bahkan lebih besar, terhadap keputusan para pemilih.

    Ia mengambil contoh Pilpres AS tahun 2008. Krosnick dan rekan-rekannya menemukan bahwa pada pemilu, banyak pemilih lebih dipengaruhi oleh etnisitas para kandidat, yakni Barack Obama dan John McCain. Orang-orang dengan skor prasangka rasial implisit yang lebih tinggi, yang secara tidak sadar mereka miliki, lebih kecil kemungkinannya untuk memilih Obama.

    Rasa Jijik

    Yoel Inbar, seorang profesor psikologi di University of Toronto, mempelajari hal tersembunyi lain yang mungkin mempengaruhi pilihan kita, yaitu melalui hal-hal yang memicu perasaan jijik.

    Penelitian Inbar menempatkan partisipan yang diuji pada ‘skala jijik’, meminta partisipan menilai persetujuan mereka terhadap pernyataan dan situasi yang menjijikkan hingga menyayat hati. Kemudian, subyek kemudian ditanyai tentang ideologi politik mereka. Ia menemukan bahwa mereka yang lebih mudah merasa jijik cenderung konservatif secara politik

    “Pada dasarnya kami memiliki data yang bagus di setiap wilayah di dunia kecuali Afrika Sub-Sahara. Dan kami melihat hubungan yang cukup konsisten”, kata Inbar.

    Inbar percaya bahwa hubungan politik dan moral dengan rasa jijik dan penyakit dapat dijelaskan oleh beberapa kondisi biologi masa prasejarah.

    Ketika orang-orang mulai menghabiskan lebih banyak waktu dalam kelompok sosial yang besar, mereka mengembangkan serangkaian perilaku yang akan meminimalkan risiko tertular penyakit, yang oleh para psikolog disebut sebagai ‘sistem kekebalan perilaku’.

    Mood Saat Memilih

    Penelitian lain menunjukkan bahwa perasaan kita pada hari itu mungkin juga berpengaruh. Sebuah studi menemukan bahwa membuat orang berpikir tentang penyakit, dapat mendorong mereka berpikir negatif tentang perbedaan ras.

    Demikian pula, sebuah penelitian di AS pada tahun 2014 menemukan bahwa orang-orang yang merasa tidak enak badan lebih cenderung memilih kandidat yang menarik dibandingkan lawan mereka yang kurang menarik secara fisik.

    “Sikap yang berasal dari sistem kekebalan perilaku adalah hal-hal yang cenderung kita anggap konservatif secara sosial,” kata Inbar.

    “Hal-hal tersebut adalah tentang menghindari kelompok yang tidak Anda kenal, tentang mengikuti praktik sosial tradisional, dan tentang pembatasan seksual. Jijik adalah emosi yang benar-benar mengatakan ‘hei jangan lakukan itu, jauhi itu, itu berbahaya bagimu’,” ujarnya.

    Menariknya, dalam eksperimen lain, Inbar dan rekannya menemukan bahwa membuat orang merasa jijik seperti menggunakan bau tak sedap di dalam ruangan, membuat mereka untuk sementara lebih cenderung menjauhi kelompok minoritas tertentu, misalnya kaum homoseksual.

    Implikasinya adalah bahwa kampanye politik dan komentar media yang menggunakan pemicu rasa jijik, misalnya mengatakan kebijakan ‘kotor’, mungkin memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap sebagian orang.

    Selanjutnya: Rasa Takut hingga Cuaca Pengaruhi Pemilih

  • Wapres AS Ngaku Sangat Takut Trump Kembali ke Gedung Putih

    Wapres AS Ngaku Sangat Takut Trump Kembali ke Gedung Putih

    Jakarta

    Wakil Presiden (Wapres) Amerika Serikat Kamala Harris mengaku dirinya sangat takut bahwa Donald Trump akan memenangi pemilihan presiden dan kembali ke Gedung Putih. Dia pun mendesak Partai Demokrat untuk “melawan”.

    Komentarnya ini dilontarkan setelah Trump meraih kemenangan pada hari Senin lalu dalam kaukus di Iowa, langkah pertama dalam perebutan nominasi calon presiden Partai Republik untuk menantang petahana Presiden Joe Biden pada pemilihan presiden November mendatang.

    “Saya sangat takut, itulah sebabnya saya bepergian ke negara kita… kita semua harusnya takut,” kata Wapres AS itu kepada The View, sebuah acara bincang-bincang di jaringan ABC, seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (18/1/2024).

    Namun Harris yang berusia 59 tahun itu menambahkan: “Kita tidak lari dari sesuatu ketika kita takut, kita melawannya.”

    Komentar Harris tersebut menanggapi pertanyaan tentang laporan bahwa mantan presiden Barack Obama prihatin dengan kampanye Biden, dan komentar mantan ibu negara Michelle Obama yang mengatakan dia “takut” jika Trump kembali terpilih.

    Biden telah meningkatkan serangan langsung terhadap Trump baru-baru ini, dengan mengingatkan bahwa mantan presiden yang menghadapi 91 dakwaan pidana tersebut merupakan ancaman bagi demokrasi AS.

    Harris sendiri memiliki peran yang semakin menonjol dalam upayanya memobilisasi para pemilih kulit hitam, kaum perempuan dan kaum muda untuk pemilu penting tahun ini.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Mobil Tiba-tiba Tabrak Gerbang Gedung Putih, Pengemudi Ditangkap

    Mobil Tiba-tiba Tabrak Gerbang Gedung Putih, Pengemudi Ditangkap

    Washington DC

    Otoritas Amerika Serikat (AS) menangkap seorang pengemudi setelah mobli yang dikemudikannya menabrak gerbang luar kompleks Gedung Putih. Penyelidikan terhadap insiden itu sedang berlangsung.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Selasa (9/1/2024), Secret Service yang bertugas menjaga keamanan kantor kepresidenan melaporkan bahwa insiden itu terjadi pada Senin (8/1) petang, dengan sebuah mobil tiba-tiba menabrak gerbang luar kompleks kantor kepresidenan AS di Washington DC.

    “Sesaat sebelum pukul 18.00 waktu setempat, sebuah kendaraan menabrak gerbang luar kompleks Gedung Putih,” ucap juru bicara Secret Service AS Anthony Guglielmi dalam pernyataan via media sosial X.

    “Pengemudinya telah ditahan dan kami sedang menyelidiki penyebab dan situasi seputar tabrakan itu,” imbuh Guglielmi.

    Insiden ini terjadi di sisi timur laut kompleks Gedung Putih, dengan Guglielmi memperkirakan adanya “dampak lalu lintas” di ruas jalan 15th Street dan Pennsylvania Avenue.

    Presiden Joe Biden kebetulan sedang berada di luar kota saat insiden itu terjadi.

    Otoritas keamanan setempat tidak mengatakan apakah insiden itu murni kecelakaan lalu lintas atau disengaja dan dimaksudkan sebagai serangan.

    Insiden serupa sudah beberapa kali terjadi dalam beberapa tahun terakhir, sehingga menimbulkan kekhawatiran yang cukup besar pagar besi yang lebih tinggi dan lebih kokoh di sekeliling gedung ikonik tersebut.

    Salah satu insiden terjadi tahun 2017 lalu, ketika seorang pria nekat memanjat pagar Gedung Putih dan berjalan-jalan di halamannya selama lebih dari 16 menit sebelum akhirnya ditangkap. Ketika insiden ini terjadi, Presiden Donald Trump yang saat itu menjabat sedang berada di dalam gedung Putih.

    Insiden lainnya terjadi tahun 2014 ketika Barack Obama menjabat Presiden AS. Pada saat itu, seorang veteran Angkatan Darat AS yang gelisah melompati pagar Gedung Putih lalu berlari di halaman dan masuk ke dalam gedung sambil membawa pisau di sakunya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini