Tag: Barack Obama

  • Trump akan mengirim migran tak berdokumen ke Teluk Guantanamo – Tempat apa itu? – Halaman all

    Trump akan mengirim migran tak berdokumen ke Teluk Guantanamo – Tempat apa itu? – Halaman all

    Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah memerintahkan pembangunan fasilitas penahanan migran di Teluk Guantanamo yang disebut-sebut akan menampung hingga 30.000 orang.

    Trump mengatakan bahwa fasilitas penahanan itu berada di Pangkalan Angkatan Laut AS di Kuba, terpisah dari penjara militer berkeamanan tinggi. Fasilitas tersebut, kata Trump, akan menampung “imigran gelap kriminal terburuk yang mengancam rakyat Amerika.”

    “Kami akan mengirim mereka ke Guantanamo,” kata Trump pada Rabu (29/01).

    Teluk Guantanamo telah lama digunakan untuk menampung para migran, sebuah praktik yang dikritik oleh beberapa kelompok hak asasi manusia.

    Pangkalan AL AS di Teluk Guantanamo digunakan untuk apa?

    Pangkalan AL AS di Kuba terkenal sebagai tempat penampungan para tersangka setelah serangan 11 September 2001.

    Pangkalan ini memiliki pusat penahanan militer dan ruang sidang bagi orang-orang asing yang ditahan semasa pemerintahan Presiden George W Bush. Periode itu disebut pemerintah AS sebagai “perang melawan teror.”

    Didirikan pada tahun 2002 oleh Bush, fasilitas tersebut kini menampung 15 tahanan, termasuk sosok yang dituduh sebagai dalang serangan 11 September 2001 atau kerap disebut dengan istilah 9/11, Khalid Sheikh Mohammed.

    Sosok lainnya yang ditahan di Guantanamo adalah Hambali. Pria asal Indonesia itu disebut sebagai ‘otak’ serangan teror bom di Bali, Oktober 2002, dan beberapa serangan bom lainnya,

    Pria yang bernama asli Encep Nurjaman, bersama dua orang terduga teroris asal Malaysia, telah muncul di pengadilan di pusat penahanan Guantanamo pada 2021.

    Pascaserangan 11 September 2021, AS menjebloskan hampir 800 orang ke Guantanamo.

    Beberapa presiden dari Partai Demokrat, termasuk Barack Obama, berjanji untuk menutupnya tetapi tidak dapat melakukannya.

    Pangkalan ini juga memiliki fasilitas kecil terpisah yang digunakan selama beberapa dekade untuk menahan para migran. Dikenal sebagai Pusat Operasi Migran Guantanamo (GMOC), fasilitas ini telah digunakan oleh sejumlah presiden AS, baik dari Partai Republik maupun Demokrat.

    Pangkalan ini terutama menampung orang-orang yang dicegat saat mencoba mencapai AS secara ilegal dengan perahu, sebagian besar berasal dari Haiti dan Kuba.

    “Kami hanya akan memperluas pusat migran yang sudah ada,” kata Tom Homan, orang yang ditunjuk Trump menangani imigrasi AS.

    Tom menambahkan bahwa pusat tersebut akan dikelola oleh Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai (ICE).

    Apa yang ingin Trump lakukan?

    Pengumuman Trump mengemuka saat ia menandatangani Undang-Undang Laken Riley. UU ini mengharuskan migran tak berdokumen resmi yang ditangkap karena pencurian atau kejahatan kekerasan untuk ditahan di penjara sambil menunggu persidangan.

    UU tersebut, yang dinamai berdasarkan nama seorang mahasiswa keperawatan Georgia yang dibunuh tahun lalu oleh seorang migran Venezuela, telah disetujui oleh Kongres minggu lalu. Hal itu menandai kemenangan legislatif pertama bagi pemerintahan Trump.

    Trump mengatakan bahwa para migran dapat diangkut ke sana secara langsung setelah dicegat di laut oleh Penjaga Pantai AS. Trump membuat klaim bahwa standar penahanan “tertinggi” akan diterapkan dalam pelaksanaannya.

    Menurutnya, fasilitas tersebut akan menggandakan kapasitas AS untuk menahan migran tidak berdokumen.

    Siapa saja yang akan ditahan di Guantanamo?

    Fasilitas penahanan migran di Guantanamo akan digunakan untuk menahan orang-orang “terburuk dari yang terburuk,” kata pejabat pemerintah AS.

    Menteri Keamanan Dalam Negeri, Kristi Noem, dan Kepala Badan Imigrasi, Tom Homan, sama-sama menggunakan frasa tersebut saat berbicara kepada wartawan di luar Gedung Putih.

    Pernyataan Gedung Putih soal siapa yang akan ditahan di Guantanamo justru kurang spesifik.

    Gedung Putih mengatakan fasilitas yang diperluas itu akan “memberikan ruang penahanan tambahan bagi kriminal asing berprioritas tinggi yang secara ilegal berada di Amerika Serikat, dan untuk memenuhi kebutuhan penegakan hukum imigrasi terkait.”

    Bagaimana reaksi terhadap rencana Trump?

    Deepa Alagesan, seorang pengacara senior di International Refugee Assistance Project (IRAP), menyebut rencana Trump untuk menambah jumlah migran yang ditahan di Guantanamo sebagai “prospek yang menakutkan.”

    Deepa yakin fasilitas migrasi itu digunakan untuk menahan orang “dalam jumlah dua digit,” paparnya dalam sebuah wawancara dengan kantor berita AP.

    Vince Warren, direktur eksekutif Center for Constitutional Rights yang berbasis di New York, sebuah kelompok advokasi hukum yang telah mewakili puluhan pria yang ditahan di pangkalan itu sejak 9/11, mengatakan keputusan Trump “harus membuat kita semua ngeri.”

    Dalam sebuah pernyataan, ia mengatakan keputusan Trump “mengirimkan pesan yang jelas: migran dan pencari suaka dianggap sebagai ancaman teroris baru, yang pantas dibuang di penjara pulau, dicabut dari layanan dan dukungan hukum dan sosial.”

    Dalam sebuah laporan tahun 2024, IRAP menuduh pemerintah AS secara diam-diam menahan migran di Guantanamo dalam kondisi “tidak manusiawi” tanpa batas waktu setelah menangkap mereka di laut.

    Baru-baru ini, organisasi sipil American Civil Liberties Union menuntut transparansi soal fasilitas di Guantanamo menggunakan hak kebebasan informasi. Bentuk transparansi yang dimaksud adalah mengungkap catatan resmi pemerintah tentang lokasi tersebut.

    Pemerintahan Biden menanggapi bahwa “itu bukan fasilitas penahanan dan tidak ada migran di sana yang ditahan.”

    Namun, pemerintahan Trump mengatakan bahwa fasilitas yang bakal diperluas itu memang dimaksudkan sebagai pusat penahanan.

    Berapa besar biayanya dan kapan dibuka?

    Tidak jelas berapa biaya yang dibutuhkan untuk mengongkosi fasilitas tersebut atau kapan fasilitas itu akan selesai.

    Pemerintahan Trump dilaporkan akan meminta Kongres untuk mendanai perluasan fasilitas penahanan yang ada sebagai bagian dari rancangan undang-undang pengeluaran yang sedang disusun oleh Partai Republik.

    Ketika ditanya oleh wartawan di Gedung Putih, Menteri Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem hanya mengatakan bahwa dana tersebut akan dialokasikan melalui “pencocokan dan penyesuaian” anggaran.

    Bagaimana reaksi di Kuba?

    AS menyewa Teluk Guantanamo dari Kuba selama lebih dari satu abad, situasi yang bermula setelah Perang Spanyol-Amerika pada 1898.

    Setelah AS mengalahkan Spanyol, Kuba memperoleh kemerdekaannya. Namun, Kuba harus melaksanakan berbagai syarat yang ditetapkan oleh AS, termasuk AS berhak campur tangan dalam urusan Kuba dan AS berhak menyewa tanah untuk pangkalan angkatan laut.

    Pada 1903, AS dan Kuba menandatangani perjanjian sewa yang memberikan kendali AS atas Teluk Guantanamo.

    Perjanjian tersebut memberi AS sewa abadi untuk pangkalan tersebut, dengan imbalan sewa tahunan sebesar US$2.000 dalam bentuk koin emas. Jumlah ini kemudian disesuaikan pada 1934 menjadi nilai yang setara dengan US$4.085, tetapi pembayaran tersebut sebagian besar masih bersifat simbolis.

    Kuba menentang sewa tersebut dan biasanya menolak pembayaran sewa dari AS.

    Melalui media sosial X, Presiden Kuba Miguel Díaz-Canel menilai keputusan Trump sebagai “tindakan brutal”. Dia menyatakan pangkalan di Guantanamo “terletak di wilayah Kuba yang diduduki secara ilegal.”

  • Trump Akan Kirim Migran Ilegal ke Teluk Guantanamo, Tempat Apa Itu?

    Trump Akan Kirim Migran Ilegal ke Teluk Guantanamo, Tempat Apa Itu?

    Washington DC

    Teluk Guantanamo telah lama digunakan untuk menampung migran, tapi paling terkenal sebagai tempat menahan para tersangka setelah serangan 11 September 2001 (Reuters)

    Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah memerintahkan pembangunan fasilitas penahanan migran di Teluk Guantanamo yang disebut-sebut akan menampung hingga 30.000 orang.

    Trump mengatakan bahwa fasilitas penahanan itu berada di Pangkalan Angkatan Laut AS di Kuba, terpisah dari penjara militer berkeamanan tinggi. Fasilitas tersebut, kata Trump, akan menampung “imigran gelap kriminal terburuk yang mengancam rakyat Amerika.”

    “Kami akan mengirim mereka ke Guantanamo,” kata Trump pada Rabu (29/01).

    Teluk Guantanamo telah lama digunakan untuk menampung para migran, sebuah praktik yang dikritik oleh beberapa kelompok hak asasi manusia.

    Pangkalan AL AS di Teluk Guantanamo digunakan untuk apa?

    Pangkalan AL AS di Kuba terkenal sebagai tempat penampungan para tersangka setelah serangan 11 September 2001.

    Pangkalan ini memiliki pusat penahanan militer dan ruang sidang bagi orang-orang asing yang ditahan semasa pemerintahan Presiden George W Bush. Periode itu disebut pemerintah AS sebagai “perang melawan teror.”

    Didirikan pada tahun 2002 oleh Bush, fasilitas tersebut kini menampung 15 tahanan, termasuk sosok yang dituduh sebagai dalang serangan 11 September 2001 atau kerap disebut dengan istilah 9/11, Khalid Sheikh Mohammed.

    Sosok lainnya yang ditahan di Guantanamo adalah Hambali. Pria asal Indonesia itu disebut sebagai ‘otak’ serangan teror bom di Bali, Oktober 2002, dan beberapa serangan bom lainnya,

    Pria yang bernama asli Encep Nurjaman, bersama dua orang terduga teroris asal Malaysia, telah muncul di pengadilan di pusat penahanan Guantanamo pada 2021.

    Pascaserangan 11 September 2021, AS menjebloskan hampir 800 orang ke Guantanamo.

    Salah satu dari 80 tahanan Al-Qaeda dan Taliban (kedua dari kiri) mengenakan pakaian oranye dengan dikelilingi sejumlah petugas di Pangkalan Angkatan Laut Guantanamo, AS, 17 Januari 2002 (AFP)

    Beberapa presiden dari Partai Demokrat, termasuk Barack Obama, berjanji untuk menutupnya tetapi tidak dapat melakukannya.

    Pangkalan ini juga memiliki fasilitas kecil terpisah yang digunakan selama beberapa dekade untuk menahan para migran. Dikenal sebagai Pusat Operasi Migran Guantanamo (GMOC), fasilitas ini telah digunakan oleh sejumlah presiden AS, baik dari Partai Republik maupun Demokrat.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Pangkalan ini terutama menampung orang-orang yang dicegat saat mencoba mencapai AS secara ilegal dengan perahu, sebagian besar berasal dari Haiti dan Kuba.

    “Kami hanya akan memperluas pusat migran yang sudah ada,” kata Tom Homan, orang yang ditunjuk Trump menangani imigrasi AS.

    Tom menambahkan bahwa pusat tersebut akan dikelola oleh Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai (ICE).

    Apa yang ingin Trump lakukan?

    “Kami akan mengirim mereka ke Guantanamo,” kata Trump pada Rabu (29/01) (Getty Images)

    Pengumuman Trump mengemuka saat ia menandatangani Undang-Undang Laken Riley. UU ini mengharuskan migran tak berdokumen resmi yang ditangkap karena pencurian atau kejahatan kekerasan untuk ditahan di penjara sambil menunggu persidangan.

    UU tersebut, yang dinamai berdasarkan nama seorang mahasiswa keperawatan Georgia yang dibunuh tahun lalu oleh seorang migran Venezuela, telah disetujui oleh Kongres minggu lalu. Hal itu menandai kemenangan legislatif pertama bagi pemerintahan Trump.

    Trump mengatakan bahwa para migran dapat diangkut ke sana secara langsung setelah dicegat di laut oleh Penjaga Pantai AS. Trump membuat klaim bahwa standar penahanan “tertinggi” akan diterapkan dalam pelaksanaannya.

    Menurutnya, fasilitas tersebut akan menggandakan kapasitas AS untuk menahan migran tidak berdokumen.

    Siapa saja yang akan ditahan di Guantanamo?

    Fasilitas penahanan migran di Guantanamo akan digunakan untuk menahan orang-orang “terburuk dari yang terburuk,” kata pejabat pemerintah AS.

    Menteri Keamanan Dalam Negeri, Kristi Noem, dan Kepala Badan Imigrasi, Tom Homan, sama-sama menggunakan frasa tersebut saat berbicara kepada wartawan di luar Gedung Putih.

    Pernyataan Gedung Putih soal siapa yang akan ditahan di Guantanamo justru kurang spesifik.

    Gedung Putih mengatakan fasilitas yang diperluas itu akan “memberikan ruang penahanan tambahan bagi kriminal asing berprioritas tinggi yang secara ilegal berada di Amerika Serikat, dan untuk memenuhi kebutuhan penegakan hukum imigrasi terkait.”

    Bagaimana reaksi terhadap rencana Trump?

    Deepa Alagesan, seorang pengacara senior di International Refugee Assistance Project (IRAP), menyebut rencana Trump untuk menambah jumlah migran yang ditahan di Guantanamo sebagai “prospek yang menakutkan.”

    Deepa yakin fasilitas migrasi itu digunakan untuk menahan orang “dalam jumlah dua digit,” paparnya dalam sebuah wawancara dengan kantor berita AP.

    Vince Warren, direktur eksekutif Center for Constitutional Rights yang berbasis di New York, sebuah kelompok advokasi hukum yang telah mewakili puluhan pria yang ditahan di pangkalan itu sejak 9/11, mengatakan keputusan Trump “harus membuat kita semua ngeri.”

    Dalam sebuah pernyataan, ia mengatakan keputusan Trump “mengirimkan pesan yang jelas: migran dan pencari suaka dianggap sebagai ancaman teroris baru, yang pantas dibuang di penjara pulau, dicabut dari layanan dan dukungan hukum dan sosial.”

    BBC

    Dalam sebuah laporan tahun 2024, IRAP menuduh pemerintah AS secara diam-diam menahan migran di Guantanamo dalam kondisi “tidak manusiawi” tanpa batas waktu setelah menangkap mereka di laut.

    Baru-baru ini, organisasi sipil American Civil Liberties Union menuntut transparansi soal fasilitas di Guantanamo menggunakan hak kebebasan informasi. Bentuk transparansi yang dimaksud adalah mengungkap catatan resmi pemerintah tentang lokasi tersebut.

    Pemerintahan Biden menanggapi bahwa “itu bukan fasilitas penahanan dan tidak ada migran di sana yang ditahan.”

    Namun, pemerintahan Trump mengatakan bahwa fasilitas yang bakal diperluas itu memang dimaksudkan sebagai pusat penahanan.

    Berapa besar biayanya dan kapan dibuka?

    Tidak jelas berapa biaya yang dibutuhkan untuk mengongkosi fasilitas tersebut atau kapan fasilitas itu akan selesai.

    Pemerintahan Trump dilaporkan akan meminta Kongres untuk mendanai perluasan fasilitas penahanan yang ada sebagai bagian dari rancangan undang-undang pengeluaran yang sedang disusun oleh Partai Republik.

    Ketika ditanya oleh wartawan di Gedung Putih, Menteri Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem hanya mengatakan bahwa dana tersebut akan dialokasikan melalui “pencocokan dan penyesuaian” anggaran.

    Bagaimana reaksi di Kuba?

    Presiden Kuba, Miguel Daz-Canel, menilai keputusan Trump sebagai “tindakan brutal” (Getty Images)

    AS menyewa Teluk Guantanamo dari Kuba selama lebih dari satu abad, situasi yang bermula setelah Perang Spanyol-Amerika pada 1898.

    Setelah AS mengalahkan Spanyol, Kuba memperoleh kemerdekaannya. Namun, Kuba harus melaksanakan berbagai syarat yang ditetapkan oleh AS, termasuk AS berhak campur tangan dalam urusan Kuba dan AS berhak menyewa tanah untuk pangkalan angkatan laut.

    Pada 1903, AS dan Kuba menandatangani perjanjian sewa yang memberikan kendali AS atas Teluk Guantanamo.

    Perjanjian tersebut memberi AS sewa abadi untuk pangkalan tersebut, dengan imbalan sewa tahunan sebesar US$2.000 dalam bentuk koin emas. Jumlah ini kemudian disesuaikan pada 1934 menjadi nilai yang setara dengan US$4.085, tetapi pembayaran tersebut sebagian besar masih bersifat simbolis.

    Kuba menentang sewa tersebut dan biasanya menolak pembayaran sewa dari AS.

    Melalui media sosial X, Presiden Kuba Miguel Daz-Canel menilai keputusan Trump sebagai “tindakan brutal”. Dia menyatakan pangkalan di Guantanamo “terletak di wilayah Kuba yang diduduki secara ilegal.”

    Menteri Luar Negeri Kuba, Bruno Rodrguez, mengatakan, “Keputusan pemerintah AS untuk memenjarakan para migran di Pangkalan Angkatan Laut Guantanamo, di tempat mereka menciptakan pusat penyiksaan dan penahanan tanpa batas waktu, menunjukkan penghinaan terhadap kondisi manusia dan hukum internasional.”

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Penyebab Tabrakan Ngeri Pesawat Komersil-Black Hawk Masih Misteri

    Penyebab Tabrakan Ngeri Pesawat Komersil-Black Hawk Masih Misteri

    Jakarta

    Penyebab tabrakan pesawat penumpang versus helikopter militer di Amerika Serikat (AS) masih misterius. Sementara, Presiden Donald Trump menuding pendahulunya turut berkontribusi terhadap kecelakaan yang menewaskan puluhan orang itu.

    Pesawat penumpang yang mengalami kecelakaan itu berasal dari anak perusahaan maskapai American Airlines bernama PSA Airlines. Helikopter militer yang bertabrakan dengan pesawat itu adalah helikopter Black Hawk milik Angkatan Darat AS. Kecelakaan terjadi di dekat Bandara Nasional Reagan Washington DC, di Sungai Potomac yang membeku, pada Rabu (29/1) waktu setempat.

    Pesawat penumpang membawa 64 orang dan helikopter membawa 3 orang. Dipastikan, tidak ada yang selamat dari kecelakaan itu. Itu memang kecelakaan yang mengerikan.

    Reuters mengutip berita CBS News yang mengatakan bahwa tim penyelam telah menemukan dua perekam data (data recorder), atau sering disebut sebagai black box. Benda itu diangkat dari pesawat American Airlines yang jatuh tersebut.

    Kotak hitam pesawat yang bertabrakan dengan helikopter Black Hawk sudah ditemukan. Penyidik pun langsung bekerja mencari tahu penyebab kecelakaan tersebut. Foto: NTSB/Handout via Reuters

    Apakah kemudian penyebab kecelakaannya menjadi segera diketahui? Belum. Hingga sekarang, penyebab kecelakaan masih misterius.

    Tabrakan pesawat dan helikopter itu terjadi saat pesawat hendak mendarat di Bandara Reagan. Rekaman komunikasi radio antara menara kontrol (air traffic controler) dengan Black Hawk menunjukkan bahwa kru helikopter tahu ada pesawat di dekatnya. Sekretaris Transportasi Amerika Serikat, Sean Duffy, mengatakan bahwa tidak ada kendala komunikasi yang terjadi.

    Simak halaman selanjutnya, penyebab masih misterius:

    Penyebab Masih Misterius

    Foto: Petty Officer 2nd Class Taylor Bacon, US Coast Guard via AP

    Para investigator Amerika Serikat mengatakan bahwa akan butuh waktu untuk memahami penyebab tabrakan mematikan di udara antara pesawat jet penumpang dan helikopter militer Black Hawk.

    “Kami melakukan misi keselamatan penting di mana kami mengambil pendekatan yang sangat hati-hati,” kata ketua Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Jennifer Homendy kepada wartawan. “Kami melihat fakta… dan itu akan memakan waktu,” imbuhnya, dilansir kantor berita AFP, Jumat (31/1/2025).

    Anggota dewan NTSB Todd Inman juga mengatakan tidak akan ada kesimpulan cepat tentang penyebab bencana tersebut.

    “Kami belum tahu apa yang kami ketahui. Kami tidak tahu cukup banyak fakta untuk dapat mengesampingkan atau menyingkirkan faktor manusia, faktor mekanis — itu adalah bagian dari proses investigasi NTSB,” kata Inman.

    Yang sudah pasti: Black Hawk lampaui ketinggian

    Helikopter militer Black Hawk disebut melampaui batas ketinggian saat bertabrakan dengan sebuah pesawat penumpang yang dioperasikan American Airlines pada Rabu (29/1) waktu setempat. Hal ini dijelaskan di berita CNN.

    Awalnya, pesawat penumpang itu dijadwalkan mendarat di landasan pacu 33 di Bandara Nasional Reagan saat kecelakaan terjadi. Landasan pacu 33 merupakan landasan pacu sekunder yang sering digunakan dalam pendaratan pesawat, agar operator lalu lintas udara (ATC) bisa menjaga laju kedatangan dan keberangkatan penerbangan di bandara tersebut.

    Para pilot penerbangan komersial menuturkan kepada CNN bahwa landasan pacu 33 itu terletak dekat dengan rute helikopter yang ada di sebelah timur bandara. Antara landasan pacu 33 di Bandara Reagan dengan rute helikopter militer dipisahkan oleh Sungai Potomac.

    Helikopter jenis UH-60 Black Hawk milik Angkatan Darat AS menggunakan apa yang dikenal sebagai Route 4. Antara Route 4 dengan landasan pacu 33 berdekatan, dipisahkan Sungai Potomac.

    Grafik Otoritas Penerbangan Federal AS (FAA) menunjukkan helikopter militer itu harus berada pada atau di bawah 200 kaki di atas permukaan laut, namun jalur penerbangannya memotong pendekatan ke landasan pacu 33.

    Mantan penyelidik pada Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB), Greg Feith, dalam pernyataannya menyebut ketinggian helikopter Black Hawk yang terlibat insiden itu menyimpang hampir 200 kaki (sekitar 61 meter) dari batas ketinggian aman.

    “Mengapa mereka melenceng dari batas ketinggian, mengingat fakta bahwa mereka sangat disiplin?” tanya Feith.

    Simak halaman selanjutnya, Trump tuding Biden hingga Obama:

    Trump Tuding Kebijakan Pendahulunya

    Lokasi kecelakaan pesawat, tak jauh dari pusat politik AS. (Petty Officer 2nd Class Taylor Bacon, US Coast Guard via AP_

    Donald Trump berbicara soal insiden tabrakan pesawat American Airlines dan helikopter Black Hawk di Washington. Trump menyalahkan kebijakan presiden pendahulunya dari Joe Biden hingga Barack Obama yang diklaim telah menyingkirkan karyawan yang baik di Administrasi Penerbangan Federal.

    Trump menyalahkan kebijakan keterbukaan terhadap keberagaman (Diversity, Equity, and Inclusion/DEI) dari pemerintahan sebelumnya. Ada yang mau masuk lembaga Administrasi Penerbangan Federal (FAA), meski berbakat tapi ‘terlalu putih’ untuk kebijakan DEI, jadinya ditolak.

    “Saya mengutamakan keselamatan. Obama, Biden, dan Demokrat mengutamakan kebijakan,” kata Trump, dilansir AFP, Jumat (31/1/2025).

    “Mereka benar-benar mengeluarkan arahan ‘terlalu putih’. Dan kami menginginkan orang-orang yang kompeten,” kata Trump.

    Halaman 2 dari 3

    (dnu/dnu)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Tabrakan Pesawat Penumpang AS-Black Hawk, Penyebabnya Masih Misterius    
        Tabrakan Pesawat Penumpang AS-Black Hawk, Penyebabnya Masih Misterius

    Tabrakan Pesawat Penumpang AS-Black Hawk, Penyebabnya Masih Misterius Tabrakan Pesawat Penumpang AS-Black Hawk, Penyebabnya Masih Misterius

    Jakarta

    Para investigator Amerika Serikat mengatakan bahwa akan butuh waktu untuk memahami penyebab tabrakan mematikan di udara antara pesawat jet penumpang dan helikopter militer Black Hawk.

    “Kami melakukan misi keselamatan penting di mana kami mengambil pendekatan yang sangat hati-hati,” kata ketua Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Jennifer Homendy kepada wartawan. “Kami melihat fakta… dan itu akan memakan waktu,” imbuhnya, dilansir kantor berita AFP, Jumat (31/1/2025).

    Anggota dewan NTSB Todd Inman juga mengatakan tidak akan ada kesimpulan cepat tentang penyebab bencana tersebut.

    “Kami belum tahu apa yang kami ketahui. Kami tidak tahu cukup banyak fakta untuk dapat mengesampingkan atau menyingkirkan faktor manusia, faktor mekanis — itu adalah bagian dari proses investigasi NTSB,” kata Inman.

    Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengambil pendekatan yang berlawanan. Dia menyalahkan pilot helikopter dan terutama perekrutan yang beragam, saat ia melancarkan serangan terhadap pendahulunya dari Partai Demokrat, Barack Obama dan Joe Biden karena memperjuangkan praktik keberagaman.

    “Karena saya punya akal sehat, oke?” Trump menjawab ketika ditanya bagaimana ia sampai pada kesimpulan bahwa program untuk melawan rasisme dan seksisme telah memainkan peran.

    Pesan tersebut diperkuat oleh wakil presiden Trump, JD Vance, dan menteri pertahanan baru Pete Hegseth, yang bergantian di podium untuk menyampaikan bahwa langkah-langkah keberagaman membuat warga Amerika yang handal tidak mendapatkan pekerjaan yang bertanggung jawab.

    Lihat Video ‘Mantan Juara Seluncur Es Rusia Jadi Korban Tabrakan Pesawat di AS’:

    Tabrakan itu terjadi pada Rabu malam saat pesawat penumpang American Airlines akan mendarat di Bandara Nasional Reagan, Washington, DC, setelah penerbangan rutin dari Kansas. Dalam insiden yang terjadi pada 29 Januari waktu AS ini, pesawat penumpang jenis Bombardier CRJ700 bertabrakan di udara dengan sebuah helikopter Black Hawk milik Angkatan Darat AS.

    Dengan puluhan jenazah korban berhasil dievakuasi, sejauh ini masih ada 14 korban yang dinyatakan hilang.

    Terdapat 64 penumpang dan awak dalam pesawat American Airlines tersebut, dan tiga personel militer AS di dalam helikopter Black Hawk itu. Otoritas AS mengatakan tidak ada korban selamat dalam insiden ini, yang berarti seluruh 67 orang itu dinyatakan meninggal dunia.

    Lihat Video ‘Mantan Juara Seluncur Es Rusia Jadi Korban Tabrakan Pesawat di AS’:

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump Salahkan Kebijakan Biden-Obama soal Tabrakan Pesawat-Black Hawk

    Trump Salahkan Kebijakan Biden-Obama soal Tabrakan Pesawat-Black Hawk

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berbicara soal insiden tabrakan pesawat American Airlines dan helikopter Black Hawk di Washington. Trump menyalahkan kebijakan presiden pendahulunya dari Joe Biden hingga Barack Obama yang diklaim telah menyingkirkan karyawan yang baik di Administrasi Penerbangan Federal.

    “Saya mengutamakan keselamatan. Obama, Biden, dan Demokrat mengutamakan kebijakan,” kata Trump, dilansir AFP, Jumat (31/1/2025).

    “Mereka benar-benar mengeluarkan arahan ‘terlalu putih.’ Dan kami menginginkan orang-orang yang kompeten,” tambahnya.

    Saat Trump berbicara di Gedung Putih, penyelam polisi mencari lebih banyak jenazah di dalam air. Bangkai jet yang dioperasikan oleh anak perusahaan American Airlines menonjol dari permukaan sungai, dikelilingi oleh kapal darurat dan tim penyelam.

    Pesawat itu membawa 64 orang. Helikopter Black Hawk milik Angkatan Darat, yang membawa tiga tentara, juga berada di sungai.

    “Kami sekarang berada pada titik di mana kami beralih dari operasi penyelamatan ke operasi pemulihan,” kata Kepala Pemadam Kebakaran Washington John Donnelly. Dua puluh delapan jenazah telah ditemukan.

    Audio dramatis dari pengontrol lalu lintas udara menunjukkan mereka berulang kali bertanya kepada helikopter apakah pesawat penumpang terlihat atau tidak. Lalu pengontrol juga sempat memerintahkan untuk melewati pesawat itu tepat sebelum kecelakaan.

    (azh/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • 30.000 Migran Ilegal Akan Dijebloskan Donald Trump ke Penjara Paling Kejam di Guantanamo Bay

    30.000 Migran Ilegal Akan Dijebloskan Donald Trump ke Penjara Paling Kejam di Guantanamo Bay

    30.000 Migran Ilegal Akan Dijebloskan Donald Trump ke Penjara Paling Kejam di Guantanamo Bay

    TRIBUNJATENG.COM- Donald Trump, Presiden Amerika Serikat terpilih kembali mengeluarkan rencana kebijakan terbarunya setelah resmi menjabat.

    Diketahui jika Donald Trump berencana menjeblokan setidaknya 30.000 imigran ilegal di penjara militer yang ada di Guantanamo Bay.

    Guantanamo Bay diketahui merupakan penjara militer yang dikenal paing kejam.

    Didalamnya terdapat tahanan yang merupakan pelaku serangan 9/11 yakni kasus pembajakan pesawat yang telah menelan sebanyak 3.000 lebih korban jiwa di Amerika Serikat.

    Rencana kebijakan tersebut diumumkan pada Rabu (29/1/2025) saat menandatangani undang-undang yang mengijinkan penahanan sebelum pengadilan bagi para imigran ilegal tanpa dokumen yang didakwa telah melakukan pencurian dan kejahatan kekerasan.

    Donald Trump mengungkapkan akan menandatangani perintah eksekutif yang memerintahkan Pentagon dan Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat untuk melakukan persiapan.

    Persaiapan tersebut termasuk menyiapkan fasilitas penahanan para imigran dengan kapastas 30.000 orang di Gaunatanamo Bay.

    Dilansir dari CNN, pihk Pemerintah memiliki setidaknya 30.000 tempat tidur di Guantanamo untuk menahan para imigran yang dianggap berbahaya di Amerika Serikat.

    “Kami memiliki 30.000 tempat tidur di Guantanamo untuk menahan imigran ilegal kriminal terburuk yang mengancam rakyat Amerika. 

    Beberapa dari mereka sangat berbahaya sehingga kami bahkan tidak mempercayai negara asal mereka untuk menahan mereka, karena kami tidak ingin mereka kembali,” ujar Trump di Gedung Putih, sebagaimana dilansir CNN.

    Donald Trump juga menyebutkan, jika Guantanamo merupakan tempat yang sulit untuk melarikan diri.

    “Langkah-langkah ini akan membawa Amerika Serikat selangkah lebih dekat untuk memberantas kejahatan imigran di komunitas kita sekali dan untuk selamanya,” ucapnya.

    Diketahui jika penjara Guantanamo Bay terletak di Pangkalan Angkatan Laut yang berada di panntai teluk Guatanamo yang berada di bagian tenggara Kuba.

    Penjara Guantanamo telah digunakan untuk menahan tahanan secara tidak terbatas, banyak di antaranya tidak pernah didakwa melakukan kejahatan, yang ditangkap selama perang di Afghanistan dan Irak serta operasi lainnya.

    Dikutip dari AFP, Miguel Diaz Canel selaku Presiden Kuba mengungkap jika renacana tersebut dianggap sebagai “tindakan brutal”.

    Miguel juga mengungkap bahwa para migran tersebut akan ditahan di dekat fasilitas yang digunakan untuk melakukan “penyiksaan dan penahanan ilegal”.

    Sebelumnya, Amerika di bawah kepemimpinan Barack Obama dan Joe Biden mengaku akan menutup penjara Guantanamo.

    Namun, penjara tersebut masih meninggalkan jembatan dan tetap beroperasi hingga saat ini.

    (*)

  • Google Maps Mau Ganti Nama Teluk Meksiko Jadi Teluk Amerika

    Google Maps Mau Ganti Nama Teluk Meksiko Jadi Teluk Amerika

    Jakarta

    Presiden AS Donald Trump meminta agar nama Teluk Meksiko diganti menjadi Teluk Amerika. Google Maps siap mewujudkan keinginan itu.

    Dilansir dari CNBC, Selasa (28/1/2025) Google mengatakan pihaknya akan mengganti nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika. Selain itu, nama Gunung Denali juga akan diganti jadi Gunung McKinley.

    Kedua pergantian nama itu mengikuti arahan dari Presiden Donald Trump yang minggu lalu menandatangani perintah eksekutif untuk perubahan nama pada peta pemerintah dan komunikasi federal. Jika sudah terlaksana, Google akan mengikutinya.

    “Kami menerima beberapa pertanyaan mengenai penamaan di Google Maps. Kami punya kebiasaan yang sudah berlangsung lama untuk menerapkan perubahan nama jika sudah ada perubahan di sumber resmi pemerintahan,” kata Google.

    Google mengatakan, nama Teluk Meksiko tetap sebagai Teluk Meksiko jika dilihat dengan Google Maps dari Meksiko. Para pengguna dari negara lain akan melihat dua nama itu sekaligus.

    Trump sebelumnya mengatakan punya rencana untuk mengembalikan nama Gunung Denali di Alaska menjadi nama Gunung McKinley, sesuai nama mantan Presiden AS. McKinley menurut Trump berjasa membuat Amerika jadi negara kaya lewat aneka tarif pajak dan bakatnya.

    Adalah Presiden AS Barack Obama yang mengganti nama Gunung McKinley menjadi Gunung Denali pada 2015. Nama ini untuk menghormati kebudayaan dan penduduk asli Alaska.

    (fay/agt)

  • Trump Akan Singkirkan Ideologi Transgender dari Militer

    Trump Akan Singkirkan Ideologi Transgender dari Militer

    Jakarta

    Presiden AS Donald Trump telah menandatangani perintah eksekutif untuk menyingkirkan ideologi transgender dari militer. Hal itu agar militer AS memiliki kekuatan tempur mematikan.

    “Untuk memastikan bahwa kita memiliki kekuatan tempur paling mematikan di dunia, kita akan menyingkirkan ideologi transgender dari militer kita,” kata Trump dalam retret kongres Partai Republik sebelumnya di Miami, dilansir AFP, Selasa (28/1/2025).

    Trump sebelumnya berjanji untuk memberlakukan kembali larangan terhadap pasukan transgender, tetapi belum jelas langkah-langkah spesifik apa yang tercantum dalam perintah baru tersebut, sebab belum dipublikasikan.

    Serangkaian perintah terkait militer ditandatangani Trump di Air Force One. Trump juga menyerukan pembangunan sistem pertahanan rudal Iron Dome Israel versi AS.

    Partai Republik menandatangani perintah lebih lanjut untuk mengembalikan anggota angkatan yang diberhentikan karena menolak menerima vaksin Covid, dan memperluas tindakan keras pemerintah yang lebih luas terhadap program keberagaman ke angkatan bersenjata.

    Seorang pejabat Gedung Putih yang bersama Trump mengatakan perintah tersebut melibatkan “penghapusan radikalisme gender di militer.”

    Instruksi Trump itu muncul pada awal minggu keduanya kembali ke Gedung Putih. Lebih lanjut AS juga menggelar upacara penyambutan di Pentagon untuk menteri pertahanan barunya, veteran militer dan tokoh Fox News Pete Hegseth. Hegseth mengaku siap melaksanakan perintah Trump di militer itu.

    Diketahui, warga Amerika transgender telah menghadapi perubahan kebijakan yang tidak menentu tentang dinas militer dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintahan Demokrat sebelumnya berusaha mengizinkan mereka untuk bertugas secara terbuka sementara Trump telah berulang kali berusaha untuk mengeluarkannya dari jajaran.

    Militer AS mencabut larangan pasukan transgender yang bertugas di angkatan bersenjata pada tahun 2016, selama masa jabatan kedua Demokrat Barack Obama sebagai presiden.

    Berdasarkan kebijakan tersebut, pasukan transgender yang sudah bertugas diizinkan untuk melakukannya secara terbuka, dan rekrutmen transgender mulai diterima pada 1 Juli 2017.

    (yld/gbr)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump Akan Singkirkan Ideologi Transgender dari Militer

    Trump Berharap Hindari Serangan ke Fasilitas Nuklir Iran

    Pada masa jabatan pertamanya, Trump dengan tegas menarik AS dari perjanjian nuklir Iran, yang dinegosiasikan di bawah mantan Presiden Barack Obama, dan kembali menerapkan sanksi besar-besaran terhadap Teheran.

    Langkah Trump pada saat itu menuai pujian dari Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, yang menyebut pemerintahan yang dikelola ulama di Teheran sebagai ancaman nyata.

    Trump, yang saat itu bersumpah akan memberikan tekanan maksimum terhadap Iran, juga memerintahkan serangan pada tahun 2020 yang menewaskan jenderal senior Iran, Qassem Soleimani, di Baghdad, Irak.

    Namun Trump kemudian terkesan menarik diri dari seruan aksi militer yang lebih luas, dan sejak kembali ke Gedung Putih, dia menjauhkan diri dari para penasihat yang memilih tindakan agresif terhadap Iran.

    Menurut laporan media terkemuka New York Times, Elon Musk, penguasa miliarder dan orang kepercayaan Trump, bertemu dengan seorang pejabat senior Iran setelah pilpres untuk berupaya meredakan ketegangan.

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Warga Amerika Tiba-Tiba Ngamuk Serang Instagram-Facebook

    Warga Amerika Tiba-Tiba Ngamuk Serang Instagram-Facebook

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pengguna Instagram di Amerika Serikat ramai-ramai menuding Meta, perusahaan pemilik Instagram, memaksa mereka untuk mengikuti (follow) akun media sosial Donald Trump. Pengelola Instagram dan Threads akhirnya angkat bicara.

    Lewat akun Threads, juru bicara Meta, menjelaskan bahwa Instagram, Threads, dan Facebook tidak memaksa penggunanya untuk mengikuti akun media sosial Donald Trump.

    Ia menjelaskan bahwa konten Donald Trump yang mereka lihat di timeline adalah unggahan dari akun @POTUS, @VP, dan @FLOTUS yang telah diserahkan oleh pemerintahan Joe Biden ke Trump.

    “Mereka tidak secara otomatis akun resmi Facebook atau Instagram milik Presiden [Donald Trump], Wakil Presiden [JD Vance], atau Ibu Negara [Melania Trump]. Akun ini dikelola oleh Gedung Putih, dengan pergantian pemerintahan, konten di akun tersebut berubah,” kata juru bicara Meta Andy Stone seperti dikutip oleh CNBC International, pada Kamis (23/1/2025).

    Pengguna yang sebelumnya telah mengikuti akun-akun di atas saat pemerintahan sebelumnya akan terus menjadi follower pemerintahan saat ini, termasuk akun @WhiteHouse.

    Mayoritas akun media sosial resmi Presiden AS dibuat oleh pemerintahan Barrack Obama. Kebijakan transisi penyerahan akun ke pemerintahan selanjutnya juga disusun oleh pemerintahan Obama.

    Dalam blog resmi Gedung Putih sebelum Pemilihan Presiden AS 2016, pemerintahan Obama menjelaskan kebijakan transisi tersebut.

    “Di Instagram dan Facebook, pemerintahan selanjutnya akan menguasai nama, URL, dan followers White House. Namun, semua konten dari pemerintahan sebelumnya dibersihkan. Arsip konten yang diunggah oleh Gedung Putih era Obama akan bisa diakses di Instagram.com/ObamaWhiteHouse dan Facebook.com/ObamaWhiteHouse.”

    Unggahan dari akun pemerintahan Joe Biden-Kamala Harris dipindahkan ke akun @potus46archive, @vp46archive, dan @fotus46archive.

    Kemarahan warga AS terkait akun resmi Presiden AS tampaknya muncul sebagai respons dari kedekatan CEO Meta Mark Zuckerberg dengan Trump. Zuckerberg diketahui menyumbang US$ 1 juta ke dana pelantikan Trump dan menghadiri sendiri acara tersebut.

    Zuckerberg juga mengubah kebijakan di Facebook, Instagram, dan Threads setelah mengangkat Joel Kaplan, eks petinggi partai pendukung Trum, sebagai kepala kebijakan publik.

    Di AS, Meta menutup program pengecekan fakta oleh pihak ketiga dan mengakhiri kebijakan kesetaraan di perusahaan.

    (dem/dem)