Tag: Barack Obama

  • Ngomel-ngomel, Trump Sebut Imigran Somalia ‘Sampah’

    Ngomel-ngomel, Trump Sebut Imigran Somalia ‘Sampah’

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump ngomel-ngomel mengenai para imigran Somalia. Dia mengatakan bahwa mereka seharusnya tidak diterima di Amerika Serikat.

    Pernyataan pedas Trump tersebut muncul di tengah terkuaknya skandal di negara bagian Minnesota, tempat jaksa penuntut mengatakan bahwa lebih dari US$1 miliar dihabiskan untuk layanan sosial yang tidak ada, sebagian besar melalui penagihan palsu oleh warga Amerika Somalia.

    “Di Somalia, mereka tidak punya apa-apa, mereka hanya berkeliaran saling membunuh,” kata Trump dalam rapat kabinet di Gedung Putih pada Selasa (2/12) waktu setempat, dilansir kantor berita AFP, Rabu (3/12/2025).

    “Negara mereka tidak baik karena suatu alasan. Negara mereka busuk, dan kita tidak ingin mereka berada di negara kita,” cetusnya.

    Trump memiliki sejarah panjang dalam mencemooh kaum minoritas. Dia pun meraih popularitas politik dengan menyebarkan teori konspirasi palsu bahwa mantan presiden Barack Obama lahir di Kenya, bukan di Amerika Serikat.

    Trump sering kali mengungkit kekhawatiran mayoritas kulit putih akan kehilangan kekuasaan politik dan budaya.

    “Kita berada di titik kritis,” kata Trump dalam rapat kabinet.

    “Kita bisa memilih salah satu, dan kita akan salah jalan jika terus menerima sampah ke negara kita,” imbuhnya.

    Trump mengatakan bahwa warga Amerika keturunan Somalia “tidak berkontribusi apa pun”. Dia pun mencaci maki Ilhan Omar, seorang anggota kongres AS dari Partai Demokrat yang berasal dari Somalia.

    “Ilhan Omar itu sampah. Teman-temannya sampah,” cetus Trump.

    “Biarkan mereka kembali ke tempat asal mereka dan memperbaikinya,” ujarnya.

    Omar kemudian menulis tentang Trump di media sosial X: “Obsesinya terhadap saya menyeramkan. Saya harap dia mendapatkan bantuan yang sangat dibutuhkannya.”

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Banyak-banyak Cuci Piring, Bill Gates-Jeff Bezos Dapat Ide Jenius Lewat Aktivitas Ini

    Banyak-banyak Cuci Piring, Bill Gates-Jeff Bezos Dapat Ide Jenius Lewat Aktivitas Ini

    Jakarta

    Siapa sangka beberapa ide paling jenius bisa muncul di momen yang sederhana. Misalnya seperti sedang mandi air hangat, melipat cucian, hingga mencuci piring di wastafel.

    Ternyata, hal ini dapat dijelaskan melalui ilmu pengetahuan. Bahkan, nama-nama besar seperti Bill Gates dan Jeff Bezos tetap memilih mencuci piring sendiri.

    Bagi Jeff Bezos, aktivitas tersebut adalah bagian yang penting dari rutinitas malamnya.

    “Saya mencuci piring setiap malam. Saya cukup yakin itu hal terseksi yang saya lakukan,” kata Bezos yang dikutip dari Times of India.

    Senada dengan Bezos, Bill Gates memberi jawaban yang hampir sama terkait kegiatan sederhana itu. Ia rutin melakukannya setiap malam.

    “Saya mencuci piring setiap malam. Orang lain menawarkan diri (untuk mencucinya), tapi saya lebih suka cara saya melakukannya,” sambungnya.

    Bahkan, Barack Obama juga pernah mengaku merindukan momen mencuci piring selama menjabat sebagai presiden. Dalam sebuah wawancara, ia menyebut aktivitas sederhana itu dapat membuatnya tenang.

    Kenapa Aktivitas Mencuci Piring Bisa Memicu Kreativitas?

    Peneliti dari University of California, Santa Barbara, menemukan tugas ringan yang tidak memakan banyak energi mental memungkinkan otak ‘mengambang bebas’. Pada kondisi ini, jaringan otak Default Mode Network (DMN) menjadi aktif.

    DMN bekerja saat seseorang melamun, merangkai memori, atau membayangkan masa depan. Itu merupakan fase-fase yang sering menghasilkan solusi kreatif.

    Studi lain yang dipublikasikan di Frontiers in Psychology menunjukkan tugas berulang seperti mencuci piring atau menyapu lantai, dapat meningkatkan kemampuan berpikir divergen. Itu merupakan jenis pola pikir yang dibutuhkan untuk menghasilkan ide baru.

    Penelitian yang dilakukan di Florida State University pada tahun 2015 menunjukkan bahwa hanya enam menit mencuci piring dengan penuh kesadaran, bisa menurunkan rasa gelisah sebesar 27 persen dan meningkatkan inspirasi hingga 25 persen.

    Efek Jangka Panjang untuk Otak

    Selain mengurangi stres, pekerjaan rumah tangga juga dikaitkan dengan kesehatan otak jangka panjang. Riset pada orang lanjut usia menunjukkan aktivitas fisik rutin di rumah, termasuk mencuci piring, berkaitan dengan volume materi abu-abu yang lebih besar di lobus frontal dan hipokampus.

    Itu merupakan area penting untuk memori dan pengambilan keputusan. Artinya, aktivitas kecil ini mungkin membantu menjaga otak tetap aktif seiring bertambahnya usia.

    Pada orang yang sangat produktif, kebosanan sering dianggap musuh. Padahal, bagi otak kebosanan adalah ruang bernapas.

    Saat tugas repetitif membuat tangan bekerja otomatis, pikiran punya kesempatan menjelajah lebih jauh dan menghubungkan ide-ide yang selama ini tersimpan. Seperti yang dilakukan Bill Gates, Jeff Bezos, dan Barack Obama, pekerjaan rumah tangga paling sederhana bisa menjadi salah satu ‘ritual’ paling ampuh untuk kesehatan mental serta kreativitas.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • China, Raksasa Energi Bersih yang Enggan Pimpin Aksi Iklim Global

    China, Raksasa Energi Bersih yang Enggan Pimpin Aksi Iklim Global

    B

    Setelah Donald Trump dilantik sebagai presiden Amerika Serikat (AS), perintah eksekutif pertama yang ia bubuhkan justru membuka jalan bagi keluarnya AS dari Perjanjian Paris—kesepakatan global yang dibangun susah payah untuk membatasi pemanasan global dan memperlambat perubahan iklim.

    Sejak saat itu, serangkaian kebijakan iklim diputar balik: program energi bersih dipangkas, regulasi emisi dilucuti.

    Tindakan Trump menandai mundurnya AS dari perang melawan krisis iklim di dunia. Padahal, ekonomi terbesar dunia itu sebelumnya memainkan peran kunci dalam merundingkan kesepakatan iklim bersejarah Paris di bawah pemerintahan Barack Obama, sementara Joe Biden, bertahun kemudian, meloloskan paket legislatif untuk mendorong pengembangan energi hijau dan memangkas emisi secara domestik.

    Ketika Amerika angkat kaki, kevakuman yang tercipta menunggu munculnya pemimpin baru. Mata dunia pun beralih ke penghasil emisi gas rumah kaca terbesar: China.

    Beijing sejatinya bukan kandidat alami untuk memimpin aksi iklim global. Betapapun juga, China masih giat menambah deretan pembangkit batu bara untuk mengamankan suplai energi nasional.

    Namun di sisi lain, negeri tirai bambu itu juga tumbuh sebagai raksasa energi bersih.

    “China memproduksi sebagian besar produk teknologi bersih yang dibutuhkan dunia untuk mendekarbonisasi,” kata Li Shuo, direktur China Climate Hub di Asia Society Policy Institute (ASPI) yang berbasis di AS.

    China mendominasi pasar energi bersih

    China kini memproduksi lebih dari 85% panel surya dunia dan mendominasi pasar kendaraan listrik (EV) serta teknologi baterai. Hanya pada tahun 2024, negara ini menginvestasikan $625 miliar (sekitar Rp10,44 kuadriliun) dalam teknologi bersih, tertinggi di antara semua negara.

    “Mereka menyadari sekitar 20 tahun lalu bahwa teknologi bersih punya nilai strategis dan mereka bisa memanfaatkan keahlian serta kekuatan industri yang sedang mereka bangun untuk benar-benar mengembangkan sektor-sektor ini dan mendapatkan keunggulan strategis,” kata Chris Aylett, peneliti di Environment and Society Centre, think tank Chatham House yang berbasis di London.

    Strategi ini membuahkan hasil. Industri energi bersih berkontribusi sekitar seperempat dari pertumbuhan PDB China tahun lalu, dan angka itu bisa berlipat ganda dalam satu dekade ke depan. Hal ini sebagian karena pergeseran global menuju energi bersih yang mempercepat permintaan teknologi dan peralatan, kata Muyi Yang, analis energi senior untuk Asia di think tank energi global Ember.

    “China sebenarnya dapat memenuhi permintaan itu dengan menyediakan teknologi yang lebih terjangkau dan lebih inovatif,” ujarnya kepada DW, menambahkan bahwa langkah ini tidak hanya mempercepat transisi energi China sendiri tetapi juga memfasilitasi perubahan secara global.

    Pengaruh China mengalir ke Global South

    Kapasitas energi terbarukan domestik China telah berkembang pesat. Tenaga angin dan surya tercatat memenuhi 84% dari permintaan listrik baru pada 2024.

    Kemampuan China memproduksi panel surya secara murah juga terlihat di negara-negara di belahan Bumi Selatan atau Global South. Pada tahun yang sama, impor panel surya dari China meningkat 32 persen, melampaui pengiriman ke negara industri maju di belahan utara.

    Negara-negara yang mengimpor teknologi bersih dari China termasuk pasar berkembang besar seperti Brasil, Meksiko, dan Pakistan. Pertumbuhan pesat juga terlihat di pasar Asia Tenggara dan seluruh Afrika.

    Aylett mencatat bahwa meskipun impor energi hijau ini membantu negara-negara memenuhi target iklim mereka, pertimbangan yang lebih “praktis” kemungkinan besar mendorong tren tersebut.

    “Ini bagus untuk ketahanan energi,” katanya, menambahkan bahwa negara-negara kemungkinan berpikir, “Kami sebenarnya tidak ingin mengimpor minyak dan gas. Harganya tidak stabil, kami tidak tahu asalnya dari mana, dan kami tidak bisa yakin dengan pemasoknya.”

    Secara keseluruhan, lonjakan ekspor teknologi terbarukan China memiliki efek terukur, membantu mengurangi emisi karbon global sebesar 1% pada 2024.

    Melampaui target yang ‘tidak ambisius’

    Namun, tidak semuanya positif. Para pengamat mengkritik target pengurangan emisi China karena dianggap tidak ambisius. Emisi global mencapai rekor tertinggi tahun ini, dengan cuaca ekstrem meningkat di seluruh dunia. Para ilmuwan kini memperingatkan bahwa pada awal 2030-an, dunia kemungkinan akan melampaui batas 1,5 derajat Celsius (2,7 Fahrenheit), yang berpotensi memicu kerusakan iklim yang tidak dapat diubah.

    Di bawah Perjanjian Paris, negara-negara berkomitmen membatasi kenaikan suhu global jauh di bawah 2°C dan berusaha menjaga pemanasan di bawah 1,5°C. Untuk tetap pada jalurnya, negara-negara wajib mengajukan target pengurangan emisi baru setiap lima tahun.

    Namun, target China yang baru diajukan, yang menjanjikan pengurangan emisi gas rumah kaca secara keseluruhan sebesar 7-10%, jauh dari cukup untuk menghentikan pemanasan global pada level yang berpotensi katastrofik.

    Meski demikian, negara ini memiliki sejarah menetapkan target rendah tetapi melampauinya.

    Angka-angka ini mungkin tampak tidak ambisius, “Tetapi jika dilihat lebih dalam, Anda bisa melihat semua perubahan ini yang merupakan tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai target tersebut,” kata Aylett kepada DW.

    Pada 2020, Presiden China Xi Jinping berjanji negara itu akan mencapai puncak emisi pada akhir dekade ini, target yang diyakini para ahli sudah atau hampir tercapai lima tahun lebih cepat. Itu, bersama dengan tercapainya target pengurangan emisi absolut pertama mereka, merupakan langkah maju yang baik, kata Yang.

    “Ini semua tanda positif bahwa transisi di konsumen energi terbesar dunia sedang mempercepat dan memperdalam, bukan melambat, dan itu berita sangat baik untuk seluruh dunia,” ujarnya.

    Memimpin diplomasi iklim internasional

    Namun, meski ada kemajuan, Beijing belum sepenuhnya mengambil peran sebagai pemimpin diplomasi iklim global. Meskipun penyebaran energi terbarukan dan pembiayaan teknologi bersih di luar negeri “secara tidak langsung merupakan bentuk kepemimpinan,” kata Aylett, ada “keengganan” untuk secara resmi mengambil peran itu.

    “Saya tidak tahu apakah itu konsep yang benar-benar nyaman bagi mereka,” tambahnya.

    Sebaliknya, Yang dari Ember menggambarkan upaya iklim China terutama fokus pada percepatan transisi sendiri dan pendekatan “memimpin dengan memberi contoh.”

    Secara resmi, China terus mendorong keterlibatan AS dalam isu iklim. Pada KTT iklim COP30 di Belem, kepala delegasi China, Li Gao, menyatakan harapannya agar negara itu kembali berpartisipasi dalam pembicaraan iklim.

    “Mengatasi perubahan iklim membutuhkan semua negara. Kami berharap suatu hari, dan kami juga percaya bahwa suatu hari di masa depan, AS akan kembali,” kata Gao.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Rahka Susanto
    Editor: Rizki Nugraha

    (nvc/nvc)

  • Berani Serang Presiden, Pria Ini Dipenjara dan Ditagih Rp 90 Miliar

    Berani Serang Presiden, Pria Ini Dipenjara dan Ditagih Rp 90 Miliar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pelaku utama peretasan Twitter tahun 2020, Joseph James O’Connor, kembali menjadi sorotan.

    Setelah dijatuhi hukuman penjara lima tahun pada 2023, pria berusia 26 tahun itu kini diperintahkan membayar ganti rugi senilai 4,1 juta poundsterling atau sekitar Rp 90 miliar.

    Perintah pembayaran tersebut diumumkan oleh Crown Prosecution Service (CPS) Inggris pada Senin.

    O’Connor, yang mengaku bersalah di Amerika Serikat atas dakwaan intrusi komputer, wire fraud, dan pemerasan, terbukti terlibat dalam peretasan yang menimpa sejumlah tokoh besar, termasuk Presiden AS ke-44 Barack Obama, Joe Biden, Elon Musk, Bill Gates, Warren Buffett, dan Kim Kardashian.

    Skema kejahatannya menggunakan akun-akun yang diretas untuk meminta kiriman mata uang kripto dan mengancam beberapa selebritas. Atas tindakan itu, CPS berhasil mendapatkan perintah pemulihan sipil untuk menyita 42 Bitcoin dan aset kripto lainnya yang terkait dengan penipuan tersebut.

    “Kami mampu menggunakan seluruh kewenangan yang tersedia untuk memastikan bahwa sekalipun seseorang tidak dihukum di Inggris, kami tetap dapat mencegah mereka mengambil keuntungan dari tindakan kriminal mereka,” kata jaksa Adrian Foster dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Selasa (18/11/2025).

    O’Connor sendiri ditangkap di Spanyol pada 2021 sebelum akhirnya diekstradisi ke AS setelah pengadilan setempat menyimpulkan bahwa proses hukum lebih tepat dilakukan di Amerika karena bukti dan korban berada di sana.

    Aset kripto yang disita akan segera dilikuidasi oleh wali amanat yang ditunjuk pengadilan. Serangan siber itu sempat membuat Twitter, yang kini bernama X, membatasi sementara akses akun terverifikasi karena tingginya risiko penyalahgunaan.

    Kasus ini menjadi salah satu peretasan terbesar dalam sejarah media sosial dan kembali menegaskan pentingnya pengamanan siber bagi platform digital dunia.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Michelle Obama, Tertarik Maju Jadi Presiden AS Nggak Sih?

    Michelle Obama, Tertarik Maju Jadi Presiden AS Nggak Sih?

    Michelle Obama sempat ditanya tertarik maju jadi Presiden Amerika Serikat nggak sih? Ini jawabannya…

    “Itulah mengapa saya selalu bilang, jangan harap saya maju jadi presiden, karena kalian bohong. Kalian belum siap dipimpin perempuan,” kata istri Barack Obama itu.

    Michelle Obama memang jadi salah satu tokoh paling populer dari Partai Demokrat. Banyak yang berharap eks first lady AS itu maju jadi presiden, tapi kayaknya mereka harus mengubur rapat-rapat harapan tersebut.

    Tonton video lainnya di sini!

  • Ternyata Trump Doyan Bikin Video AI ‘Palsu’: Jadi Raja hingga Superman

    Ternyata Trump Doyan Bikin Video AI ‘Palsu’: Jadi Raja hingga Superman

    Jakarta CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kini meningkatkan penggunaan konten yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI) sebagai strategi komunikasi inti di Gedung Putih. Pemanfaatan citra hyper-realistis ini menjadi senjata baru sepanjang pemerintahan keduanya, untuk memoles citra mantan pengusaha tersebut.

    Penggunaan AI sangat terlihat terutama di saluran media sosialnya, Truth Social. AI dimanfaatkan untuk mengagungkan dirinya sendiri dan menyerang kritikus-kritikusnya, terutama terkait hal-hal kontroversi.

    Mengutip AFP, Kamis (6/11/2025), sejumlah konten AI yang dipublikasikan oleh Trump atau Gedung Putih telah melewati batas antara kampanye politik dan distorsi realitas.

    Bulan lalu, Trump memposting video palsu yang menunjukkan dirinya mengenakan mahkota dan menerbangkan jet tempur berlabel “King Trump”, yang menjatuhkan sesuatu yang tampak seperti kotoran ke kerumunan pengunjuk rasa penentangnya.

    Klip itu, diiringi lagu “Danger Zone” dari Kenny Loggins. Video diposting pada hari yang sama dengan protes nasional “No Kings” terhadap perilaku otoriter yang dituduhkan padanya.

    Lalu, Gedung Putih juga memposting gambar AI yang menggambarkan Trump sebagai Superman di tengah spekulasi media sosial tentang kesehatannya. Gambar lain menunjukkan dirinya berpakaian seperti Paus, mengaum di samping singa, atau memimpin orkestra di Kennedy Center.

    Selain itu, Trump secara rutin menggunakan AI untuk mengejek lawan-lawan politiknya. Pada bulan Juli, ia memposting video AI mantan Presiden Barack Obama ditangkap dengan mengenakan pakaian tahanan berwarna oranye.

    Ia juga memposting klip AI Pemimpin Minoritas DPR Hakeem Jeffries, politisi AS yang berkulit hitam, mengenakan kumis palsu. Ia pun dikecam Jeffries sebagai seorang rasis.

    Citra palsu yang dibuat ini berhasil menipu beberapa pengguna media sosial yang mempertanyakan keasliannya. Para kritikus menyebut bahwa AI generatif yang tidak diatur adalah alat yang sempurna bagi seseorang seperti Trump untuk menarik perhatian publik dan mendistorsi realitas.

    “Trump memperdagangkan disinformasi secara online dan offline untuk meningkatkan citranya sendiri, menyerang musuh-musuhnya, dan mengendalikan wacana publik,” kata penasihat senior di kelompok advokasi Free Press, Nora Benavidez.

    Beberapa pengamat melihat strategi ini lebih sebagai kampanye melalui “trolling” daripada upaya aktif untuk menyebarkan keyakinan palsu.

    “Saya melihat perilakunya lebih sebagai kampanye melalui trolling daripada upaya aktif untuk menyebarkan keyakinan palsu bahwa gambar-gambar ini menggambarkan realitas,” jelas Joshua Tucker, co-direktur Pusat Media Sosial dan Politik New York University.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Poin-poin Kritik Pedas Obama untuk Donald Trump

    Poin-poin Kritik Pedas Obama untuk Donald Trump

    Jakarta

    Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama melontarkan kritik tajam terhadap pemerintahan Presiden Donald Trump. Sejumlah hal disoroti Obama terkait kebijakan Trump.

    Dirangkum detikcom, Senin (3/11/2025), salah satu kritik yang disampaikan, Obama mengatakan negaranya sedang berada di masa yang suram dan dalam situasi yang sulit. Obama juga menyoroti kebijakan tarif Trump dan pengerahan pasukan garda nasional, seraya menganalogikan seolah-olah setiap hari seperti Haloween.

    Obama Sebut AS Dalam Masa Gelap

    Hal itu disampaikan Obama saat mengkampanyekan kandidat Partai Demokrat di dua negara bagian seperti dikutip dari Reuters, Minggu (2/11/2025). Dia menyerukan kepada semua pemilih untuk menolak apa yang dia sebut sebagai ketiadaan hukum dan tindakan sembrono dari pemerintahan Trump.

    “Terus terang saja, negara dan kebijakan kita sedang berada di masa yang cukup gelap saat ini,” kata Obama saat mendukung calon gubernur Virginia, Abigail Spanberger, dan calon gubernur New Jersey, Mikie Sherrill di Universitas Old Dominion, Norfolk, Virginia.

    “Susah untuk memulainya dari mana. Karena setiap hari, Gedung Putih ini menyuguhkan kepada rakyat satu paket baru dari tindakan tanpa hukum, kecerobohan, sikap kejam dan benar-benar kegilaan,” sambung dia.

    Kritik Tarif Trump-Pengerahan Pasukan

    Obama mengaku terkejut saat melihat para pemimpin bisnis, firma hukum dan universitas ‘berlutut’ demi menyenangkan Trump.

    Pada Sabtu malam dalam acara di Newark, New Jersey untuk mendukung Sherrill, Obama menyerukan tema yang sama saat mengkritik terhadap pemerintahan Trump.

    Sindiran Obama ke Trump Terkait Gedung Putih

    Selain itu, Obama juga melontarkan sindiran terhadap kebijakan Trump seperti merenovasi sebagian Gedung Putih di tengah penutupan pemerintahan federal.

    “Sebagai catatan, dia memang fokus pada beberapa isu penting seperti menutup halaman Rose Garden dengan aspal, supaya orang-orang tidak terkena lumpur di sepatunya, dan membangun ballroom senilai 300 juta dolar,” imbuhnya.

    (yld/azh)

  • Serba-serbi Tradisi Halloween di Gedung Putih Amerika Serikat

    Serba-serbi Tradisi Halloween di Gedung Putih Amerika Serikat

    Jakarta

    Halloween merupakan salah satu perayaan populer di Amerika Serikat (AS) yang dirayakan setiap 31 Oktober. Tak hanya masyarakat umum, Gedung Putih sebagai kediaman resmi Presiden AS juga turun meramaikan tradisi ini dengan dekorasi dan acara khas yang menarik perhatian publik.

    Lantas, bagaimana awal mula tradisi Halloween di Gedung Putih dan seperti apa perayaannya di tahun 2025 ini?

    Awal Mula Halloween di Gedung Putih

    Menurut catatan White House Historical Association, tradisi dekorasi Halloween di Gedung Putih pertama kali dimulai oleh Ibu Negara AS Mamie Eisenhower pada 1958. Mamie Eisenhower menghiasi Gedung Putih dengan hiasan labu, jagung kering, dan bunga-bunga musim gugur untuk pesta Halloween yang dihadiri anak-anak staf Gedung Putih.

    Sejak saat itu, perayaan Halloween di Gedung Putih menjadi tradisi tahunan yang terus berlanjut di masa pemerintahan presiden berikutnya. Perayaan ini tidak hanya sekadar pesta, tetapi juga sarana mendekatkan keluarga Presiden dengan masyarakat melalui acara ramah anak dan kegiatan sosial.

    Ragam Tradisi dan Dekorasi

    Masih merujuk pada White House Historical Association, tradisi Halloween di Gedung Putih selalu menampilkan dekorasi tematik di halaman dan fasad bangunan. Tema yang diangkat bisa berbeda tiap tahun, mulai dari suasana klasik musim gugur hingga tampilan menyeramkan dengan cahaya oranye dan ungu.

    Selain dekorasi, tradisi khas lainnya adalah acara trick-or-treat di mana anak-anak dari keluarga militer dan sekolah-sekolah sekitar diundang untuk menerima permen langsung dari Presiden dan Ibu Negara. Terkadang, area Gedung Putih juga dipenuhi pertunjukan musik, boneka raksasa, serta instalasi seni yang menghadirkan nuansa ajaib bagi pengunjung cilik.

    Perayaan dari Masa ke Masa

    Pada era Presiden Nixon, misalnya, pesta Halloween diadakan untuk anak-anak staf Gedung Putih dengan hiburan dan kostum tematik. Di masa Presiden Carter dan Reagan, acara menjadi lebih terbuka dengan partisipasi publik. Sementara di masa modern seperti pemerintahan Obama, halaman Gedung Putih disulap menjadi arena bermain penuh warna dan ramah anak.

    Perayaan Halloween di Gedung Putih pun berkembang dari acara internal keluarga menjadi tradisi simbolis yang memperlihatkan sisi hangat dan inklusif kepemimpinan Presiden AS.

    Perayaan Halloween Gedung Putih 2025

    Dilansir situs resmi The White House, Ibu Negara AS Melania Trump kembali mengumumkan perayaan Halloween di Gedung Putih tahun 2025. Acara ini akan berlangsung pada Kamis, 30 Oktober 2025 dan terbuka untuk masyarakat umum dari segala usia.

    “Pada Kamis, 30 Oktober 2025, Ibu Negara Melania Trump dan Presiden Donald J. Trump akan membuka halaman selatan Gedung Putih untuk anak-anak yang melakukan trick or treat dari segala usia,” demikian keterangan yang dilansir The White House, Jumat (24/10/2025).

    Selama tradisi khusus Gedung Putih ini, ribuan anak-anak dan orang tua mereka akan berkeliling di halaman selatan Gedung Putih untuk mengunjungi berbagai stan perayaan Halloween dan menikmati hiasan musim gugur di teras selatan Gedung Putih.

    Acara ini akan berlangsung dari pukul 16.00 hingga 20.30 waktu setempat dan terbuka untuk pemegang tiket, termasuk keluarga militer, keluarga penegak hukum, keluarga asuh dan adopsi, serta pejabat pemerintahan yang memiliki anak.

    Lihat juga Video ‘Sayap Timur Gedung Putih Dibongkar Demi Pembangunan Ruang Dansa Trump’:

    (wia/imk)

  • PM Jepang Usulkan Trump Dapat Nobel Perdamaian

    PM Jepang Usulkan Trump Dapat Nobel Perdamaian

    Jakarta

    Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan bahwa Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi akan menominasikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk Hadiah Nobel Perdamaian.

    Takaichi bertemu Trump di Tokyo pada Selasa (28/10), di mana keduanya membahas isu ekonomi dan keamanan.

    “Dalam waktu singkat, dunia mulai menikmati lebih banyak perdamaian,” ujar Takaichi melalui penerjemah. “Saya pribadi sangat terkesan dan terinspirasi oleh Anda, pak Presiden (Trump),” tambahnya.

    Ambisi Trump mengejar Nobel Perdamaian

    Sejak kembali menjabat pada Januari lalu, Trump semakin gencar menyoroti perannya dalam menciptakan perdamaian dunia. Ia mengklaim telah mengakhiri sejumlah konflik besar dan menyebut dirinya pantas menerima Nobel Perdamaian.

    Namun, banyak pengamat menilai klaim itu berlebihan. Menurut analis, pujian dari para pemimpin dunia terhadap Trump kini juga menjadi strategi diplomatik untuk menjaga hubungan baik dengan Washington.

    Selain Takaichi, sejumlah tokoh lain telah lebih dulu menominasikan Trump untuk penghargaan tersebut.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut Trump “layak mendapatkannya”, sementara Presiden Gabon Brice Oligui Nguema memuji peran Amerika Serikat dalam memediasi perdamaian antara Rwanda dan Republik Demokratik Kongo.

    Di Asia Tenggara, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet juga mengajukan nominasi serupa sehari sebelumnya, setelah penandatanganan perjanjian damai antara Thailand dan Kamboja yang difasilitasi oleh Trump.

    Sepanjang sejarah, hanya dua presiden Amerika yang pernah menerima Nobel Perdamaian, yakni Jimmy Carter dan Barack Obama.

    Usai dipuji PM Jepang, Trump temui keluarga korban penculikan oleh Korea Utara

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump bertemu keluarga warga Jepang yang diculik oleh agen Korea Utara beberapa dekade lalu. Pertemuan itu berlangsung di Tokyo, tak lama setelah Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi memuji kepemimpinan Trump dan menyatakan akan menominasikannya untuk Hadiah Nobel Perdamaian.

    Dalam pertemuan tersebut, Trump menegaskan bahwa Amerika Serikat “akan mendukung sepenuhnya” upaya keluarga korban untuk mencari kejelasan nasib kerabat mereka yang hilang.

    Korea Utara selama bertahun-tahun membantah tuduhan penculikan, sebelum akhirnya pada 2002 mengakui bahwa agen-agennya menculik 13 warga Jepang untuk dijadikan pelatih bahasa dan budaya bagi mata-mata Korea Utara.

    Pertemuan itu digelar menjelang kemungkinan pertemuan antara Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, seiring keberangkatan presiden Amerika tersebut ke Korea Selatan dalam lanjutan tur Asia-nya.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Ausirio Sangga Ndolu

    Editor: Prihardani Tuah Purba

    (ita/ita)

  • Perkara Rambut di Sampul Majalah TIME Bikin Trump Sebal

    Perkara Rambut di Sampul Majalah TIME Bikin Trump Sebal

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump lagi-lagi mempersoalkan rambutnya. Kini, Trump sebal karena rambutnya tampak jelek di sampul majalah TIME.

    Dilansir AFP, Rabu (15/10/2025), Trump sebetulnya menyukai artikel yang ditulis majalah TIME mengenai upaya perdamaian yang dilakukannya untuk Timur Tengah. Namun, ia frustasi lantaran foto dirinya tampak buruk bahkan ia menyebutnya “terburuk sepanjang masa”.

    Trump dalam komentarnya meluapkan kemarahannya dengan menyebut majalah TIME telah “menghilangkan” rambutnya dalam foto sampul. Dia menyebut foto dirinya yang dipilih sebagai sampul majalah itu sangat aneh.

    “Majalah Time menulis artikel yang relatif bagus tentang saya, tetapi fotonya mungkin yang Terburuk Sepanjang Masa,” tulis Trump dalam pernyataannya via media sosial Truth Social pada Selasa (14/10).

    “Mereka ‘menghilangkan’ rambut saya, kemudian ada sesuatu yang mengambang di atas kepala saya yang tampak seperti mahkota yang melayang, tetapi sangat kecil. Sungguh aneh!” sebut Trump.

    Foto Trump yang dipilih untuk sampul majalah TIME itu diambil dari sudut rendah, yang memperlihatkan bagian leher dan dagu, serta rambut yang tersorot cahaya. Majalah TIME mempostingnya ke akun media sosial X milik mereka pada Senin (13/10) waktu setempat.

    “Saya tidak pernah suka mengambil foto dari sudut bawah, tetapi ini foto yang sangat buruk, dan pantas dikritik. Apa yang mereka lakukan, dan mengapa?” tanya Trump dalam komentarnya.

    Artikel yang ditulis majalah TIME, yang diterbitkan pada 10 Oktober lalu, menggambarkan kesepakatan tersebut sebagai “sebuah langkah penebusan dosa bagi Trump, yang para pengkritiknya menuduhnya telah melepaskan peran kepemimpinan Amerika di luar negeri”.

    Trump selama ini mengikuti dengan saksama bagaimana dirinya diulas oleh majalah TIME, sebuah majalah berita ternama yang telah dua kali menobatkan dirinya sebagai “Person of the Year” pada tahun 2016 dan tahun 2024 lalu.

    Trump Teken Perintah Eksekutif demi Jaga Rambutnya

    Tak hanya itu, sebelumnya Trump juga bahkan sampai meneken perintah eksekutif demi rambutnya agar tetap terlihat indah. Ia memerintahkan untuk mencabut pembatasan tekanan air untuk shower di Amerika Serikat.

    Dirangkum detikcom dilansir Reuters, Jumat (11/4/2025), langkah ini diambil Trump setelah bertahun-tahun mengeluhkan pembatasan yang berlaku pada era mantan Presiden Barack Obama dan Joe Biden. Trump mengatakan dirinya ingin “merawat rambut indah saya” saat menandatangani perintah eksekutifnya itu di Ruang Oval Gedung Putih pada Rabu (9/4) waktu setempat.

    Perintah eksekutif Trump itu ditujukan untuk membalikkan langkah-langkah efisiensi dan konservasi air yang diambil oleh Obama dan Biden.

    Menurut lembar fakta Gedung Putih, Trump akan “mengakhiri perang Obama-Biden terhadap tekanan air dan membuat shower di Amerika kembali hebat”.

    “Peraturan yang berlebihan mencekik perekonomian Amerika, mengakar pada birokrat, dan mengekang kebebasan pribadi,” sebut lemba fakta Gedung Putih itu.

    Trump, dalam perintah eksekutifnya, memerintahkan Departemen Energi AS untuk mencabut aturan yang dimulai oleh Obama dan dibawa kembali oleh Biden, yang membatasi aliran dari setiap showerhead, atau kepala pancuran, di pasaran hingga 2,5 galon atau 9,5 liter air per menit.

    Perintah eksekutif Trump itu mencabut pembatasan penggunaan air untuk hampir semua peralatan yang menggunakan air, seperti toilet dan mesin pencuci piring.

    “Dalam kasus saya, saya suka shower dengan air hangat, merawat rambut saya yang indah,” kata Trump dalam seremoni penandatanganan di Ruang Oval Gedung Putih.

    Lihat Video ‘Momen Pidato Trump soal Gaza Diinterupsi di Parlemen Israel’:

    Halaman 2 dari 3

    (maa/maa)