Tag: Ayatollah Ali Khamenei

  • Sinyal Waspada Ekonomi Global Imbas Serangan AS ke Iran

    Sinyal Waspada Ekonomi Global Imbas Serangan AS ke Iran

    Bisnis.com, JAKARTA – Serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran berisiko menimbulkan efek berantai yang dapat berdampak buruk terhadap perekonomian global.

    Hal ini diungkapkan oleh Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva yang mengingatkan bahwa serangan udara AS dapat memicu dampak lanjutan yang meluas, jauh melampaui sektor energi.

    “Ini kami lihat sebagai sumber ketidakpastian tambahan dalam lingkungan yang sudah sangat tidak stabil,” kata Georgieva seperti dilansir Bloomberg, Senin (23/6/2025).

    Ia menyebut gejolak terbesar sejauh ini tercermin pada lonjakan harga energi, yang kini tengah diawasi ketat oleh IMF. Namun, ia menambahkan bahwa bisa saja muncul dampak sekunder dan tersier dari lonjakan harga energi tersebut.

    ”Misalnya, jika turbulensi ini mulai memukul prospek pertumbuhan ekonomi besar, maka kita berhadapan dengan risiko revisi turun terhadap proyeksi pertumbuhan global,” lanjutnya.

    Harga acuan minyak dunia, Brent, sempat melesat hingga 5,7% ke US$81,40 per barel pada perdagangan pagi di Asia, sebelum terkoreksi sebagian akibat aksi jual intensif.

    IMF sendiri telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini pada April lalu, ketika memperingatkan bahwa upaya “reboot” perdagangan global yang dipimpin AS justru memperlambat laju pertumbuhan.

    Georgieva mengatakan, data kuartal pertama dan kedua menunjukkan tren tersebut masih berlangsung. Meskipun dunia diperkirakan terhindar dari resesi, lonjakan ketidakpastian terus menekan ruang pertumbuhan.

    Ketegangan geopolitik meningkat tajam setelah Presiden Donald Trump memerintahkan serangan dengan bom penembus bunker ke situs nuklir Iran. Langkah ini mendorong kawasan Timur Tengah ke wilayah risiko yang belum terpetakan, dan mengguncang sentimen global di saat perekonomian dunia masih belum pulih dari tekanan perang dagang.

    Secara spesifik, Georgieva menyatakan IMF kini tengah mencermati premi risiko energi — terutama di pasar minyak dan gas. Volume transaksi opsi meningkat tajam, sementara kurva kontrak berjangka mengalami pergeseran mencerminkan kekhawatiran terhadap potensi keketatan pasokan jangka pendek.

    “Kita masih harus melihat bagaimana peristiwa ini akan berkembang,” ujarnya, seraya menyampaikan kekhawatiran akan kemungkinan terganggunya jalur distribusi energi atau meluasnya dampak ke negara-negara lain. “Saya hanya bisa berdoa agar itu tidak terjadi.”

    Mengenai kondisi ekonomi AS, Georgieva melihat tren disinflasi masih berjalan, namun The Fed belum berada dalam posisi untuk segera memangkas suku bunga.

    “Menjelang akhir tahun, kami memperkirakan The Fed mungkin akan menilai bahwa waktunya telah tiba untuk melakukan penyesuaian ke bawah pada suku bunga,” tuturnya. Ia menunjuk pada kekuatan pasar tenaga kerja dan pertumbuhan upah yang menopang daya beli rumah tangga sebagai faktor utama.

    Namun, Georgieva menegaskan bahwa semakin tinggi gejolak dan ketidakpastian, semakin besar pula tekanan yang dihadapi dunia usaha.

    “Dalam situasi tidak pasti, apa yang terjadi? Investor menunda investasi, konsumen menahan belanja, dan prospek pertumbuhan pun tertahan,” pungkasnya.

    Antisipasi Balasan Iran

    Sebagai langkah awal, Iran membalas dengan meluncurkan gelombang rudal ke wilayah Israel, menimbulkan puluhan korban luka dan meratakan sejumlah bangunan di Tel Aviv.

    Kendati belum ada aksi langsung terhadap pangkalan militer AS atau penutupan jalur minyak global, para pengamat menilai bahwa situasi dapat berubah sewaktu-waktu.

    Dalam pernyataannya di Istanbul, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menegaskan bahwa segala opsi masih di atas meja. Jalur diplomasi, kata dia, hanya akan dibuka setelah Teheran memberikan respons militer.

    “Amerika telah menginjak-injak hukum internasional. Mereka hanya paham bahasa ancaman dan kekuatan,” ujar Araqchi, dikutip Reuters, Senin (23/6/2025).

    Penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yakni Ali Shamkhani, menulis di platform X (dulu Twitter): “Kejutan akan terus berlanjut!”

    Di sisi lain, Departemen Luar Negeri AS memerintahkan evakuasi keluarga staf diplomatik dari Lebanon dan mengimbau warganya di Timur Tengah untuk membatasi mobilitas dan menjaga profil rendah. Peringatan keamanan domestik juga diperketat, dengan patroli dan pengamanan ditingkatkan di lokasi-lokasi strategis, keagamaan, dan diplomatik.

    Ancaman Penutupan Selat Hormuz

    Parlemen Iran telah menyetujui langkah awal untuk menutup Selat Hormuz—jalur strategis yang dilalui hampir 25% dari total perdagangan minyak dunia dan berbatasan langsung dengan Oman serta Uni Emirat Arab.

    Meski keputusan akhir masih berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran yang diketuai oleh pejabat pilihan Ayatollah Khamenei, upaya ini dipandang sebagai potensi pemicu gejolak besar di pasar minyak global.

    Penutupan jalur ini diperkirakan akan mengerek harga minyak secara drastis, mengguncang perekonomian dunia, dan meningkatkan risiko konfrontasi langsung dengan Armada Kelima Angkatan Laut AS yang ditugaskan menjaga kelancaran lalu lintas di kawasan Teluk.

    Analis keamanan juga memperingatkan bahwa bila Iran terdesak, mereka dapat beralih ke strategi tidak konvensional, termasuk serangan bom atau siber.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dalam wawancara dengan Sunday Morning Futures menegaskan bahwa jika Iran membalas, itu akan menjadi kesalahan terburuk yang pernah mereka buat.

    Dalam pernyataan terpisah kepada CBS, Rubio menambahkan bahwa meskipun tidak ada rencana operasi lanjutan saat ini, AS memiliki target lain yang siap diserang jika diperlukan.

    “Tidak ada rencana aksi militer tambahan terhadap Iran, kecuali mereka bertindak sembrono,” ujarnya.

    Sementara itu, Dewan Keamanan PBB dijadwalkan menggelar pertemuan darurat pada Minggu malam waktu New York atas permintaan Iran. Teheran menyerukan agar badan beranggotakan 15 negara itu mengecam tindakan AS yang dinilai sebagai agresi terang-terangan dan ilegal.

  • Perang Dunia 3 di Depat Mata, Iran Ancam Serang Pangkalan Militer AS

    Perang Dunia 3 di Depat Mata, Iran Ancam Serang Pangkalan Militer AS

    Jakarta, CNBC Indonesia – Iran mengancam akan menyerang pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di kawasan Timur Tengah sebagai respons atas serangan udara besar-besaran yang menurut Washington telah melumpuhkan fasilitas nuklir utama Teheran. Ketegangan meningkat tajam, memicu kekhawatiran akan meluasnya konflik di kawasan.

    “Setiap negara yang wilayahnya digunakan oleh pasukan Amerika untuk menyerang Iran akan kami anggap sebagai target sah,” kata Ali Akbar Velayati, penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, dalam pernyataan yang disiarkan kantor berita IRNA, Minggu waktu setempat, dikutip Senin (23/6/2025).

    “Amerika telah menyerang jantung dunia Islam dan harus menunggu konsekuensi yang tidak bisa diperbaiki.”

    Pernyataan keras Iran ini muncul di tengah eskalasi militer antara Iran dan Israel. Serangan terbaru Israel diklaim menyasar target militer strategis Iran.

    Bersamaan, AS juga meluncurkan operasi udara yang dikatakan telah menghantam situs-situs nuklir Iran di Fordo, Isfahan, dan Natanz. Presiden AS Donald Trump menyebut operasi militer itu sebagai “keberhasilan spektakuler”.

    “Kami mengambil ‘bom’ langsung dari tangan mereka, dan mereka akan menggunakannya jika mereka bisa!” kata Trump di media sosialnya, Truth Social.

    Trump juga melontarkan wacana perubahan rezim di Iran. “Kalau rezim Iran tidak bisa MEMBUAT IRAN HEBAT LAGI, mengapa tidak ada perubahan rezim??? MIGA!!!” tulisnya, merujuk pada slogan ‘Make Iran Great Again’.

    Sementara itu, Presiden Masoud Pezeshkian berjanji bahwa AS akan “menerima tanggapan” atas serangan tersebut. Ali Shamkhani, penasihat lain Khamenei, menegaskan bahwa meski situs fisik dihancurkan, Iran belum kehilangan kemampuan nuklirnya. 

    Di sisi lain, orang-orang berkumpul pada hari Minggu di pusat kota Teheran untuk memprotes serangan AS dan Israel, melambaikan bendera dan meneriakkan slogan-slogan. Di provinsi Semnan di sebelah timur ibu kota, ibu rumah tangga berusia 46 tahun Samireh mengatakan bahwa dia “benar-benar terkejut” oleh serangan tersebut.

    “Provinsi Semnan sangat jauh dari fasilitas nuklir yang menjadi sasaran, tetapi saya sangat khawatir dengan orang-orang yang tinggal di dekatnya,” katanya.

    Perlu diketahui Uni Emirat Arab (UEA), Qatar dan Oman, yang telah memediasi perundingan nuklir Iran-AS, mengkritik serangan AS dan menyerukan de-eskalasi. Sedangkan Prancis, Jerman dan Inggris meminta Teheran “untuk tidak mengambil tindakan lebih lanjut yang dapat mengganggu stabilitas kawasan.”

    Siaga PD 3?

    Ketegangan di Timur Tengah bisa membuat perang dunia 3 muncul. Jika Iran menyerang pangkalan AS di negara lain, maka Amerika juga akan membalasnya.

    Banyak negara akan menganggapnya sebagai serangan terhadap diri mereka sendiri, yang dapat menyebabkan perang yang semakin meluas. Hal ini juga ditegaskan Pakar Urusan Luar Negeri Sushant Sareen, sebagaimana ANI melaporkan.

    Pada Minggu malam waktu AS, Departemen Luar Negeri Trump mengeluarkan “peringatan di seluruh dunia” bagi warga Amerika. AS mengatakan konflik di Timur Tengah dapat meningkatkan risiko keamanan bagi mereka yang bepergian atau tinggal di luar negeri.

    “Ada potensi demonstrasi terhadap warga negara AS dan kepentingan di luar negeri,” kata peringatan keamanan tersebut.

    “Departemen Luar Negeri menyarankan warga negara AS di seluruh dunia untuk lebih berhati-hati.”

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Breaking: Pemerintah AS Beri Warning ke Warga Amerika di Seluruh Dunia

    Breaking: Pemerintah AS Beri Warning ke Warga Amerika di Seluruh Dunia

    Jakarta, CNBC Indonesia -Pemerintah Amerika Serikat (AS), mengeluarkan peringatan di seluruh dunia bagi seluruh warga AS, Minggu waktu setempat. Negeri itu mengatakan konflik di Timur Tengah dapat meningkatkan risiko keamanan bagi mereka yang bepergian atau tinggal di luar negeri.

    “Konflik antara Israel dan Iran telah mengakibatkan gangguan perjalanan dan penutupan wilayah udara secara berkala di seluruh Timur Tengah. Ada potensi demonstrasi terhadap warga negara AS dan kepentingan di luar negeri,” kata peringatan keamanan Departemen Luar Negeri, dikutip AFP, Senin.

    “Departemen Luar Negeri menyarankan warga negara AS di seluruh dunia untuk lebih berhati-hati.”

    Pernyataan tersebut tidak menyebutkan bagaimana AS ikut campur dalam konflik tersebut Sabtu malama atau Minggu dini hari. Diketahui pesawat Amerika mengebom fasilitas nuklir di Iran, sebuah tindakan yang menurut Teheran akan memiliki “konsekuensi yang tidak dapat diperbaiki”.

    Minggu, Iran telah mengancam pangkalan-pangkalan AS di Timur Tengah. Teheran memperingatkan bahwa pasukan AS dapat diserang sebagai balasan atas serangan udara yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menurut Pentagon telah menghancurkan program nuklir Iran.

    “Setiap negara di kawasan ini atau di tempat lain yang digunakan oleh pasukan Amerika untuk menyerang Iran akan dianggap sebagai target yang sah bagi angkatan bersenjata kami,” kata seorang penasihat pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Ali Akbar Velayati, dalam sebuah pesan yang disiarkan oleh kantor berita resmi IRNA.

    Evakuasi Besar-besaran AS di Israel, Irak, Lebanon

    Sebelumnya pada hari Sabtu, AS memulai penerbangan evakuasi dari Israel untuk warga negara Amerika dan penduduk tetap AS yang tinggal di Israel atau Tepi Barat. Amerika Serikat juga memerintahkan staf di misi diplomatiknya di Irak dan Lebanon untuk meninggalkan negara-negara tersebut.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Harga Minyak Melambung 2% Setelah Amerika Serang Iran – Page 3

    Harga Minyak Melambung 2% Setelah Amerika Serang Iran – Page 3

    Ketegangan juga meningkat di negara tetangga Irak, produsen OPEC terbesar kedua, tempat milisi pro-Teheran sebelumnya mengancam Washington, jika negara itu menargetkan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

    Pada Minggu, Garda Revolusi Iran memperingatkan “pangkalan AS di wilayah tersebut bukanlah kekuatan mereka, melainkan kerentanan terbesar mereka” tanpa menyebutkan lokasi tertentu, demikian dikutip CNBC dari kantor berita Iran Fars.

    Hubungan diplomatik yang baru terbentuk, tetapi bangkit kembali antara mantan rival Iran dan Arab Saudi sementara itu dapat meredakan kemungkinan gangguan dalam pasokan eksportir minyak mentah terbesar di dunia.

    “Kerajaan Arab Saudi mengikuti dengan penuh kekhawatiran perkembangan di Republik Islam Iran, khususnya penargetan fasilitas nuklir Iran oleh Amerika Serikat,” kata kementerian luar negeri Saudi pada Minggu. Riyadh, sekutu dekat AS di Timur Tengah, telah membatasi keterlibatannya dalam serangan Iran-Israel.

    Kembali pada 2019, empat tahun sebelum melanjutkan hubungan diplomatik dengan Iran, fasilitas instalasi minyak Arab Saudi di Abqaiq dan Khurais mengalami kerusakan selama serangan yang diklaim oleh Houthi, tetapi Riyadh dan AS mengatakan Iran bertanggung jawab atas hal tersebut. Teheran membantah terlibat.

    Pada dimulainya kembali serangan Israel-Iran minggu lalu, kepala Badan Energi Internasional Fatih Birol mengatakan lembaga tersebut memantau perkembangan dan bahwa “pasar dipasok dengan baik hari ini tetapi kami siap bertindak jika diperlukan,” dengan 1,2 miliar barel stok darurat dalam keadaan siaga.

  • Ini Opsi Iran Buat Balas Serang AS

    Ini Opsi Iran Buat Balas Serang AS

    Jakarta, CNBC Indonesia — Iran telah berupaya untuk mencegah Presiden AS Donald Trump bergabung dengan Israel. Negara tersebut sempat mengancam AS dengan pembalasan yang mengerikan, tetapi pilihannya sekarang terbatas dan penuh dengan risiko.

    Melansir The Guardian, Minggu (22/6/2025), para pejabat Iran telah mengatakan secara khusus bahwa kapal-kapal dan pangkalan militer AS akan menjadi sasaran, tetapi sebagian besar kapasitas yang diandalkannya sebagai penangkal telah dilucuti selama beberapa hari terakhir oleh serangan Israel.

    Serangan-serangan Israel berfokus pada peluncur rudal balistik jarak jauh. Meski begitu, Iran masih memiliki persenjataan rudal jarak pendek dan pesawat tak berawak yang tangguh.

    Perlu diingat, AS telah mengambil tindakan pencegahan selama beberapa minggu terakhir, menyebarkan kehadiran angkatan lautnya di wilayah tersebut dan meningkatkan pertahanan udara, untuk mencoba memastikan bahwa mereka merupakan target yang sulit.

    Lebih jauh, Trump memperingatkan keterlibatan AS yang lebih luas dalam perang Israel jika Iran mencoba untuk menyerang balik, dan dalam beberapa hari terakhir menyarankan bahwa salah satu target pesawat pengebom AS adalah pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

    Senjata utama Iran lainnya, yang dibangun selama beberapa dekade, adalah jaringan aliansinya dengan milisi regional, “poros perlawanannya”, tetapi itu juga telah terkuras.

    Persenjataan rudal Hizbullah yang luas dihancurkan oleh angkatan udara Israel tahun lalu. Pesawat-pesawat Israel telah kembali untuk mengendalikan pasukan Syiah Lebanon, dengan mengebom dugaan persediaan rudal di Beirut selatan pada bulan April.

    Milisi Syiah yang didukung Teheran di Irak, Kata’ib Hizbullah, telah mengancam akan menargetkan “kepentingan AS” di Timur Tengah sebagai tanggapan atas partisipasi Washington dalam dukungan Israel.

    Salah satu komandannya, Abu Ali al-Askari, dikutip dari CNN mengatakan bahwa pangkalan-pangkalan AS di wilayah tersebut “akan menjadi seperti tempat berburu bebek”. Amerika Serikat memiliki fasilitas militer di sedikitnya 19 lokasi di Timur Tengah, delapan di antaranya permanen.

    Mitra Iran lainnya, pasukan Houthi di Yaman, menyetujui gencatan senjata dengan AS pada bulan Mei, tetapi mereka telah memperingatkan bahwa mereka akan menganggap kebenaran telah terungkap jika Trump memutuskan untuk mengambil bagian dalam serangan terhadap Iran, dan akan menargetkan kapal-kapal AS di Laut Merah, sesuatu yang telah dilakukan Houthi dengan hasil yang beragam di masa lalu.

    Masuknya salah satu milisi ini ke dalam perang akan memicu respons yang menghancurkan dari AS, yang telah mempersiapkan diri untuk kemungkinan seperti itu selama berbulan-bulan ketika Israel mempersiapkan serangannya.

    Iran juga memiliki opsi untuk menyerang pengiriman, dengan opsi terakhir menggunakan ranjau, menenggelamkan kapal atau mengeluarkan ancaman yang kredibel untuk menutup selat Hormuz, pintu gerbang sempit ke Teluk Persia yang hanya selebar 55 km di beberapa tempat, yang dilalui lebih dari seperlima pasokan minyak dunia, 20 juta barel, dan sebagian besar gas cairnya setiap hari.

    Politisi garis keras Iran telah menyerukan agar selat itu ditutup selama beberapa hari terakhir. Hal ini memiliki keuntungan karena dapat menjadi alat untuk memukul Trump, karena akan memicu lonjakan harga minyak dengan efek inflasi yang hampir seketika di AS menjelang pemilihan kongres tahun depan.

    Sayangnya, hal ini juga akan menjadi tindakan yang sangat merugikan ekonomi. Minyak Iran menggunakan gerbang yang sama, dan menutup Hormuz berisiko membawa negara-negara Teluk Arab, yang sangat kritis terhadap serangan Israel, ke dalam perang untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.

    Untuk menghindari melibatkan lebih banyak musuh dalam konflik atau mengundang kampanye pemboman AS habis-habisan, Teheran dapat memutuskan untuk membalas dendamnya pada kemudian hari. Di masa lalu, ia telah menunda tanggapannya terhadap serangan dari luar.

    Menteri luar negeri, Seyed Abbas Araghchi mengisyaratkan pembalasan terbuka seperti itu ketika ia mengatakan pada hari Minggu bahwa keputusan Trump “akan memiliki konsekuensi yang abadi”.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ini Opsi Iran Buat Balas Serang AS

    Ini Opsi Iran Buat Balas Serang AS

    Jakarta, CNBC Indonesia — Iran telah berupaya untuk mencegah Presiden AS Donald Trump bergabung dengan Israel. Negara tersebut sempat mengancam AS dengan pembalasan yang mengerikan, tetapi pilihannya sekarang terbatas dan penuh dengan risiko.

    Melansir The Guardian, Minggu (22/6/2025), para pejabat Iran telah mengatakan secara khusus bahwa kapal-kapal dan pangkalan militer AS akan menjadi sasaran, tetapi sebagian besar kapasitas yang diandalkannya sebagai penangkal telah dilucuti selama beberapa hari terakhir oleh serangan Israel.

    Serangan-serangan Israel berfokus pada peluncur rudal balistik jarak jauh. Meski begitu, Iran masih memiliki persenjataan rudal jarak pendek dan pesawat tak berawak yang tangguh.

    Perlu diingat, AS telah mengambil tindakan pencegahan selama beberapa minggu terakhir, menyebarkan kehadiran angkatan lautnya di wilayah tersebut dan meningkatkan pertahanan udara, untuk mencoba memastikan bahwa mereka merupakan target yang sulit.

    Lebih jauh, Trump memperingatkan keterlibatan AS yang lebih luas dalam perang Israel jika Iran mencoba untuk menyerang balik, dan dalam beberapa hari terakhir menyarankan bahwa salah satu target pesawat pengebom AS adalah pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

    Senjata utama Iran lainnya, yang dibangun selama beberapa dekade, adalah jaringan aliansinya dengan milisi regional, “poros perlawanannya”, tetapi itu juga telah terkuras.

    Persenjataan rudal Hizbullah yang luas dihancurkan oleh angkatan udara Israel tahun lalu. Pesawat-pesawat Israel telah kembali untuk mengendalikan pasukan Syiah Lebanon, dengan mengebom dugaan persediaan rudal di Beirut selatan pada bulan April.

    Milisi Syiah yang didukung Teheran di Irak, Kata’ib Hizbullah, telah mengancam akan menargetkan “kepentingan AS” di Timur Tengah sebagai tanggapan atas partisipasi Washington dalam dukungan Israel.

    Salah satu komandannya, Abu Ali al-Askari, dikutip dari CNN mengatakan bahwa pangkalan-pangkalan AS di wilayah tersebut “akan menjadi seperti tempat berburu bebek”. Amerika Serikat memiliki fasilitas militer di sedikitnya 19 lokasi di Timur Tengah, delapan di antaranya permanen.

    Mitra Iran lainnya, pasukan Houthi di Yaman, menyetujui gencatan senjata dengan AS pada bulan Mei, tetapi mereka telah memperingatkan bahwa mereka akan menganggap kebenaran telah terungkap jika Trump memutuskan untuk mengambil bagian dalam serangan terhadap Iran, dan akan menargetkan kapal-kapal AS di Laut Merah, sesuatu yang telah dilakukan Houthi dengan hasil yang beragam di masa lalu.

    Masuknya salah satu milisi ini ke dalam perang akan memicu respons yang menghancurkan dari AS, yang telah mempersiapkan diri untuk kemungkinan seperti itu selama berbulan-bulan ketika Israel mempersiapkan serangannya.

    Iran juga memiliki opsi untuk menyerang pengiriman, dengan opsi terakhir menggunakan ranjau, menenggelamkan kapal atau mengeluarkan ancaman yang kredibel untuk menutup selat Hormuz, pintu gerbang sempit ke Teluk Persia yang hanya selebar 55 km di beberapa tempat, yang dilalui lebih dari seperlima pasokan minyak dunia, 20 juta barel, dan sebagian besar gas cairnya setiap hari.

    Politisi garis keras Iran telah menyerukan agar selat itu ditutup selama beberapa hari terakhir. Hal ini memiliki keuntungan karena dapat menjadi alat untuk memukul Trump, karena akan memicu lonjakan harga minyak dengan efek inflasi yang hampir seketika di AS menjelang pemilihan kongres tahun depan.

    Sayangnya, hal ini juga akan menjadi tindakan yang sangat merugikan ekonomi. Minyak Iran menggunakan gerbang yang sama, dan menutup Hormuz berisiko membawa negara-negara Teluk Arab, yang sangat kritis terhadap serangan Israel, ke dalam perang untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.

    Untuk menghindari melibatkan lebih banyak musuh dalam konflik atau mengundang kampanye pemboman AS habis-habisan, Teheran dapat memutuskan untuk membalas dendamnya pada kemudian hari. Di masa lalu, ia telah menunda tanggapannya terhadap serangan dari luar.

    Menteri luar negeri, Seyed Abbas Araghchi mengisyaratkan pembalasan terbuka seperti itu ketika ia mengatakan pada hari Minggu bahwa keputusan Trump “akan memiliki konsekuensi yang abadi”.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • BKSAP kecam serangan AS ke Iran di tengah upaya diplomasi

    BKSAP kecam serangan AS ke Iran di tengah upaya diplomasi

    Justru parlemen dan diplomasi parlementer harus menjadi garda depan dalam membangun kepercayaan antarnegara dan mendorong penyelesaian damai.

    Jakarta (ANTARA) – Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI menyatakan keprihatinan mendalam dan mengecam keras tindakan militer sepihak yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Iran di tengah berlangsungnya perundingan antara Iran dan Uni Eropa di Swiss.

    “Tindakan sepihak Amerika Serikat tidak hanya memperburuk konflik, tetapi juga merusak kepercayaan terhadap mekanisme diplomasi internasional,” kata Ketua BKSAP DPR RI Mardani Ali Sera dalam keterangan diterima di Jakarta, Minggu.

    Menurut Mardani, serangan AS ke Iran lebih dari sekadar serangan fisik. Insiden ini merupakan tamparan terhadap prinsip-prinsip multilateralisme dan penyelesaian damai melalui diplomasi.

    Terlebih, imbuhnya, serangan dilancarkan bersamaan dengan pertemuan diplomatik antara delegasi Iran dan Uni Eropa di Swiss, menandakan penolakan terang-terangan terhadap ruang dialog.

    Mardani pun menyebut serangan itu menjadi pengingat bahwa parlemen di seluruh dunia memiliki peran strategis dalam mencegah konflik dan menjaga perdamaian.

    Ia menekankan bahwa kekuatan militer tidak boleh menjadi alat utama dalam menyelesaikan sengketa internasional.

    “Justru parlemen dan diplomasi parlementer harus menjadi garda depan dalam membangun kepercayaan antarnegara dan mendorong penyelesaian damai yang berkelanjutan,” demikian Mardani.

    Sebagaimana diberitakan sebelumnya oleh kantor berita Kyodo, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa AS telah menyelesaikan “serangan yang sangat sukses” terhadap tiga titik fasilitas nuklir di Iran, Sabtu (21/6) waktu setempat.

    Dalam Truth Social, Trump menyatakan bahwa semua pesawat AS telah keluar dari ruang udara Iran, di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

    Serangan tersebut dilancarkan setelah Israel dilaporkan meminta AS terlibat dalam serangan udara yang sudah dilakukan terlebih dahulu terhadap sejumlah titik di Iran.

    Israel juga telah menyerang beberapa fasilitas yang terkait dengan program pengembangan nuklir Teheran sebelumnya.

    Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan dalam pesan videonya baru-baru ini bahwa keterlibatan AS dalam konflik dengan Israel akan menimbulkan konsekuensi yang sangat berat.

    Pewarta: Fath Putra Mulya
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Khamenei Berlindung di Bunker dan Tunjuk Tiga Calon Pengganti

    Khamenei Berlindung di Bunker dan Tunjuk Tiga Calon Pengganti

    GELORA.CO -Di tengah serangan udara besar-besaran Israel terhadap Iran, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dilaporkan telah mengungsi ke dalam bunker dan secara diam-diam menetapkan tiga calon penerus jika dirinya terbunuh. 

    Laporan eksklusif The New York Times pada Sabtu, 21 Juni 2025, mengutip beberapa pejabat Iran, mengungkap langkah darurat yang diambil Khamenei demi menjamin kelangsungan kepemimpinan Republik Islam.

    Khamenei, 86 tahun, disebut telah cut off dari komunikasi digital sepenuhnya dan hanya berkomunikasi melalui ajudan tepercaya dengan para komandan militer.

    “Khamenei sekarang berkomunikasi dengan komandan secara eksklusif melalui seorang ajudan dan telah berhenti menggunakan semua komunikasi digital untuk menghindari deteksi,” kata salah satu dari tiga pejabat Iran yang tidak disebutkan namanya. 

    Laporan tersebut menyebutkan bahwa Khamenei secara pribadi telah menginstruksikan Majelis Ahli, lembaga ulama senior yang berwenang memilih pemimpin tertinggi, untuk memilih penggantinya dari tiga nama yang telah ia tetapkan, apabila ia gugur.

    Biasanya, proses pemilihan pemimpin tertinggi baru bisa memakan waktu berbulan-bulan dengan diskusi panjang antarulama. Namun, situasi perang memaksa Khamenei mempercepat dan menyederhanakan proses tersebut.

    Mengejutkannya, Mojtaba Khamenei, putranya yang selama ini digadang-gadang sebagai pewaris tahta religius-politik Republik Islam, dilaporkan tidak masuk dalam daftar yang diajukan.

    “Keputusan untuk mengidentifikasi tiga penerus ulama menggarisbawahi meningkatnya ancaman terhadap kepemimpinan Khamenei,” tulis New York Times mengutip pejabat Iran.

    Calon kuat sebelumnya, Presiden Ebrahim Raisi, tewas dalam kecelakaan helikopter pada 2024, yang membuka spekulasi besar mengenai suksesi kekuasaan di Iran.

    Laporan juga menyebut bahwa Khamenei telah menunjuk pengganti untuk posisi-posisi kunci dalam rantai komando militer, sebagai tindakan pencegahan menyusul serangkaian pembunuhan terhadap pejabat tinggi Iran dalam beberapa hari pertama kampanye udara Israel.

    “Struktur komando militer tetap berfungsi, namun pejabat mengakui bahwa jaringan tersebut telah rusak parah,” kata seorang sumber Iran.

    Meskipun begitu, para pejabat Iran menegaskan belum terlihat adanya tanda pemberontakan internal di dalam rezim, meski tekanan terhadap elite kepemimpinan sangat tinggi.

    Sebagai langkah keamanan tambahan, Kementerian Intelijen Iran memerintahkan semua pejabat senior pemerintah dan militer untuk berhenti menggunakan telepon genggam serta perangkat komunikasi elektronik lainnya. 

    Langkah ini diambil untuk mencegah pelacakan, infiltrasi, atau kemungkinan serangan presisi yang dilakukan Israel.

    “Arahan keamanan tersebut mencerminkan kekhawatiran yang mendalam atas kemungkinan serangan lebih lanjut terhadap kepemimpinan Iran,” demikian dikutip dari dua sumber Iran.

    Sejak perang dimulai, Khamenei hanya muncul secara terbatas melalui dua pesan rekaman kepada rakyat Iran. Dalam kedua pesan itu, ia bersumpah bahwa Republik Islam tidak akan menyerah kepada tekanan militer maupun politik dari Israel dan sekutu-sekutunya.

  • AS Serang Tiga Lokasi Nuklir Iran, Trump: Operasi Sangat Berhasil

    AS Serang Tiga Lokasi Nuklir Iran, Trump: Operasi Sangat Berhasil

    GELORA.CO -Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan keberhasilan militer AS menyerang langsung tiga fasilitas nuklir utama Iran, menandai eskalasi besar dalam konflik yang sebelumnya didorong oleh ketegangan antara Tel Aviv dan Teheran.

    Dalam pernyataan yang dirilis melalui akun media sosial pribadinya pada Sabtu malam waktu setempat, 21 Juni 2025, Trump mengatakan militer AS sukses besar menyerang tiga fasilitas nuklir di Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Esfahan.

    “Kami telah menyelesaikan serangan yang sangat berhasil terhadap tiga lokasi nuklir di Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Esfahan. Semua pesawat sekarang berada di luar wilayah udara Iran. Muatan penuh Bom dijatuhkan di lokasi utama, Fordow,” tulisnya, seperti dimuat NBC. 

    Trump bahkan menyebut pesawat militer yang AS kerahkan di luar wilayah udara Iran berhasil kembali ke negaranya dengan selamat. 

    “Semua pesawat dalam perjalanan pulang dengan selamat. Selamat kepada Prajurit Amerika kita yang hebat. Tidak ada militer lain di dunia yang dapat melakukan ini. Sekarang waktunya perdamaian!” tegas Trump.

    Presiden AS itu dijadwalkan menyampaikan pidato resmi kepada rakyat Amerika  pada Sabtu malam pukul 22.00 waktu setempat. 

    Langkah militer ini menempatkan AS dalam konflik bersenjata langsung dengan Iran, yang sebelumnya hanya menjadi pendukung tidak langsung Israel. 

    Serangan dilakukan oleh pesawat-pesawat pengebom siluman B-2 yang lepas landas dari Missouri dan diketahui membawa bom penghancur bunker GBU-57 seberat 30.000 pon, dikenal sebagai Massive Ordnance Penetrator.

    Operasi ini secara efektif mengubur peluang diplomasi yang sebelumnya diklaim masih terbuka. Pada hari Kamis lalu, 19 Juni 2025, Trump bahkan menyebut bahwa dirinya akan mengambil keputusan dalam dua minggu terkait kemungkinan keterlibatan militer.

    “Berdasarkan fakta bahwa ada peluang besar negosiasi yang mungkin atau mungkin tidak terjadi dengan Iran dalam waktu dekat, saya akan membuat keputusan apakah akan melakukannya atau tidak dalam dua minggu ke depan,” kata Trump dalam pernyataan resmi Gedung Putih.

    Namun hanya dua hari berselang, keputusan militer diambil, mengesampingkan pendekatan diplomasi yang sempat diupayakan Gedung Putih di balik layar.

    Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dalam pernyataan yang disiarkan televisi pemerintah sebelumnya telah memperingatkan akan memberikan balasan yang serius terhadap setiap upaya AS menghancurkan Teheran.

    “Setiap masuknya militer Amerika niscaya akan menemui kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Jika mereka masuk secara militer, mereka akan menghadapi bahaya yang tidak dapat mereka atasi,” tegasnya. 

    Belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Iran pasca serangan ini, namun banyak pihak memperkirakan pembalasan akan dilakukan dalam berbagai bentuk, baik langsung maupun tidak langsung.

    Salah satu kekhawatiran utama yang mencuat adalah dampaknya terhadap jalur perdagangan minyak dunia, terutama di Selat Hormuz. 

    Analis energi Helima Croft dari RBC Capital Markets mengungkapkan: “Kami sudah menerima laporan bahwa Iran mengganggu transponder kapal dengan sangat, sangat agresif.”

    Ia menambahkan bahwa penanaman ranjau laut oleh Iran berpotensi menutup selat tersebut, yang merupakan jalur transit 20 persen pasokan minyak dunia. 

    Beberapa negara, termasuk Qatar dan Yunani, telah mengeluarkan peringatan kepada kapal-kapal mereka untuk menghindari kawasan itu.

  • Batas Waktu 2 Pekan dan Potensi AS Gabung Israel Serang Iran

    Batas Waktu 2 Pekan dan Potensi AS Gabung Israel Serang Iran

    Jakarta

    Dalam waktu dua pekan ke depan, Amerika Serikat (AS) akan menentukan sikap untuk bergabung atau tidak dengan serangan Israel terhadap Iran. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat mengambil keputusan jika dirasa tidak ada kemajuan dalam upaya penghentian program nuklir Iran.

    Dalam kurun waktu tersebut, juga masih ada potensi besar adanya perundingan guna mengakhiri perang. Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Iran memiliki “waktu maksimum” dua minggu untuk menghindari kemungkinan serangan udara AS.
    Pernyataan tersebut mengidentifikasi Trump dapat mengambil keputusan sebelum batas waktu dua minggu, yang dia tetapkan sebelumnya, berakhir.

    Dilansir AFP, Sabtu (21/6/2025), Trump sendiri menegaskan dirinya kemungkinan tidak akan menghentikan Israel untuk menyerang Iran karena sekutunya itu berada dalam posisi “menang”. Dia juga mengabaikan upaya Eropa untuk melakukan mediasi demi mengakhiri konflik.

    “Saya memberikan mereka waktu, dan saya akan mengatakan dua minggu akan menjadi waktu maksimum,” kata Trump ketika ditanya wartawan, pada Jumat (20/6), apakah dirinya dapat mengambil keputusan untuk menyerang Iran sebelum batas waktu dua minggu berakhir.

    Trump ingin melihat kesadaran dari Iran. Untuk itu, dia menetapkan batas waktu.

    “Melihat apakah orang-orang sadar atau tidak,” kata Trump.

    Peluang Adanya Perundingan

    Foto: REUTERS/Ken Cedeno

    Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, seperti dilansir AFP, Jumat (20/6/2025), membacakan pesan dari Trump setelah apa yang disebutnya sebagai “banyak spekulasi” soal apakah AS akan “terlibat langsung” dalam konflik tersebut.

    “Berdasarkan fakta bahwa ada peluang besar untuk melakukan perundingan yang mungkin terjadi atau tidak dengan Iran dalam waktu dekat, saya akan membuat keputusan apakah akan melakukannya atau tidak dalam dua minggu ke depan,” kata Trump dalam pernyataan yang dibacakan Leavitt.

    Mengenai tenggat waktu dua minggu tersebut, Leavitt membantah jika Trump menunda-nunda keputusan.

    “Jika ada peluang untuk diplomasi, presiden akan selalu memanfaatkannya, tetapi dia juga tidak takut untuk menggunakan kekuatan,” ucap Leavitt.

    Trump mengatakan pada Rabu (18/5) bahwa Iran telah meminta untuk mengirim pejabat ke Gedung Putih guna merundingkan kesepakatan mengenai program nuklirnya dan untuk mengakhiri konflik dengan Israel — meskipun Iran membantah telah mengajukan permintaan semacam itu.

    Ditegaskan Leavitt bahwa Washington dan Teheran telah melanjutkan “korespondensi” sejak Israel pertama kali menyerang Iran pekan lalu.

    Tenggat waktu dua minggu itu disampaikan beberapa hari menegangkan di mana Trump secara terbuka mempertimbangkan untuk bergabung dengan serangan Israel terhadap Iran, dan mengatakan bahwa pemimpin tertinggi Teheran Ayatollah Ali Khamenei adalah “target yang mudah”.

    Trump telah menghabiskan waktu beberapa pekan untuk menempuh jalur diplomatik demi mencapai kesepakatan baru, untuk menggantikan kesepakatan nuklir dengan Iran yang ditinggalkan pada masa jabatannya tahun 2018. Namun sejak itu, dia mendukung serangan Israel terhadap fasilitas nuklir dan petinggi militer Iran, sembari mempertimbangkan apakah akan bergabung.

    AS menjadi satu-satunya negara yang memiliki bom besar “penghancur bunker” yang dapat menghancurkan fasilitas pengayaan nuklir Iran yang penting, Fordo, yang ada jauh di bawah tanah. Gedung Putih mendesak para pendukung Trump untuk “mempercayai” sang Presiden AS saat dia memutuskan apakah akan bertindak.

    “Percayalah pada Presiden Trump. Presiden Trump memiliki insting yang luar biasa,” kata Leavitt.

    Halaman 2 dari 2

    (dek/dek)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini