Tag: Ayatollah Ali Khamenei

  • Diserang Israel, Iran: Ini Deklarasi Perang!

    Diserang Israel, Iran: Ini Deklarasi Perang!

    Jakarta

    Pemerintah Iran menyebut serangan besar-besaran Israel ke negaranya pada hari Jumat (13/6) sebagai “deklarasi perang”. Ini disampaikan setelah militer Israel menyerang sekitar 100 target di wilayah Iran, termasuk fasilitas nuklir dan menewaskan sejumlah tokoh senior, di antaranya kepala staf angkatan bersenjata dan para ilmuwan nuklir terkemuka.

    Dalam sebuah surat kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyebut serangan Israel itu sebagai “deklarasi perang”. Dia pun “meminta Dewan Keamanan untuk segera menangani masalah ini”, kata Kementerian Luar Negeri Iran, seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (13/6/2025).

    Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah memperingatkan Israel bahwa mereka menghadapi nasib yang “pahit dan menyakitkan” atas serangan tersebut. Sementara militer Iran mengatakan “tidak ada batasan” dalam serangan pembalasannya.

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel menyerang “jantung program pengayaan nuklir Iran”, dengan menargetkan para ilmuwan nuklir dan fasilitas pengayaan bawah tanah utama di Natanz.

    Serangan akan “berlanjut selama diperlukan”, kata pemimpin Israel itu. Militer Israel menyebut bahwa serangan terhadap Iran itu melibatkan 200 jet tempur.

    Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada Fox News, bahwa ia telah mengetahui tentang serangan Israel tersebut sebelum terjadi, yang menurut Israel melibatkan 200 jet tempur. Trump juga menekankan bahwa Teheran “tidak dapat memiliki bom nuklir”.

    Amerika Serikat menggarisbawahi bahwa mereka tidak terlibat dalam tindakan Israel itu, dan memperingatkan Iran agar tidak menyerang personel atau kepentingannya. Namun, Teheran mengatakan Washington akan ikut “menanggung konsekuensinya”.

    Usai serangan ke Iran, Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Israel Katz, melontarkan peringatan terbaru, bahwa musuh-musuh yang berupaya menghancurkan negaranya akan “dilenyapkan”. Peringatan ini disampaikan setelah Israel melancarkan rentetan serangan terhadap target nuklir dan militer Iran.

    Katz dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Jumat (13/6/2025), mengatakan bahwa serangan-serangan Israel tepat sasaran dalam menargetkan komandan senior Garda Revolusi Iran, fasilitas militer dan nuklir Iran, juga para ilmuwan nuklir Iran.

    “Penargetan tepat sasaran terhadap para komandan senior Garda Revolusi, militer Iran, dan para ilmuwan nuklir — yang semuanya terlibat dalam memajukan rencana untuk menghancurkan Israel — telah mengirimkan pesan yang kuat dan jelas; mereka yang berupaya menghancurkan Israel akan dilenyapkan,” tegas Katz dalam pernyataannya.

    Tonton juga “Israel Status Darurat Usai Serang Iran: RS Bersiap-Bandara Tutup” di sini:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Serang Iran-Alarm Perang Pecah, Pengusaha Cemaskan 3 Sektor Ini

    Israel Serang Iran-Alarm Perang Pecah, Pengusaha Cemaskan 3 Sektor Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Israel mengonfirmasi telah melancarkan serangan militer besar-besaran ke sejumlah target strategis di Iran, termasuk fasilitas nuklir dan produksi rudal. Menurut pernyataan resmi pemerintah Israel pada Jumat (13/6/2025), operasi yang diberi nama “Rising Lion” itu dimaksudkan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.

    Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pun telah bersumpah akan memberikan “hukuman berat” kepada Israel karena telah menyerang negaranya. Artinya, tak berlebihan jika hal ini memicu kekhawatiran potensi semakin meluasnya perang di Timur Tengah.

    Menanggapi hal itu, Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI), Anggawira menyebut ketegangan militer yang memuncak antara Israel dan Iran bukan cuma jadi urusan geopolitik kawasan Timur Tengah. Di mata pengusaha Indonesia, ini adalah alarm krisis global yang bisa berdampak langsung pada energi, logistik, hingga industri strategis dalam negeri.

    “Ketegangan militer antara Israel dan Iran bukan hanya isu geopolitik kawasan, tapi berpotensi membawa efek domino global, terutama di sektor energi, keuangan, dan logistik,” kata Anggawira kepada CNBC Indonesia, Jumat (13/6/2025).

    Menurut Anggawira, sektor energi adalah titik rawan paling utama. Jika konflik ini memicu gangguan di jalur strategis seperti Selat Hormuz, harga minyak mentah bisa melonjak tajam. Efeknya? Langsung terasa ke Indonesia yang masih sangat bergantung pada impor BBM.

    “Indonesia yang masih bergantung pada impor BBM tentu akan langsung terdampak, mulai dari biaya energi industri, inflasi transportasi, hingga subsidi energi yang membebani APBN,” jelasnya.

    Tak hanya itu, penerbangan, logistik, dan manufaktur ekspor juga akan mendapat tekanan besar akibat melonjaknya ongkos produksi dan pengiriman.

    Anggawira menyebut, pelaku usaha, terutama perusahaan terbuka dan BUMN strategis, sudah mulai memasukkan skenario geopolitik global dalam peta risiko bisnis sejak pandemi. Namun, tidak semua sektor punya daya tahan yang sama.

    “Perusahaan padat impor, energi-intensif, dan berorientasi pasar ekspor ke Eropa/Timur Tengah akan lebih rentan,” ujarnya.

    HIPMI menilai ada tiga strategi utama yang perlu segera dijalankan pelaku usaha untuk meredam efek domino dari ketegangan Israel-Iran. Pertama, efisiensi energi dan operasional.

    “Termasuk konversi ke energi alternatif, optimalisasi rantai pasok, dan renegosiasi kontrak logistik internasional,” jelas Anggawira.

    Kedua, buka pasar baru. “Terutama ke kawasan Asia Selatan, Afrika, dan ASEAN, untuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara terdampak geopolitik,” katanya.

    Ketiga, investasi strategis. “Misalnya pada sektor energi domestik, infrastruktur logistik nasional, dan industri substitusi impor yang bisa mengurangi eksposur risiko global,” tambahnya.

    Pengusaha Butuh Tangan Pemerintah

    Meski dunia usaha punya peran besar dalam bertahan di tengah krisis, Anggawira menekankan, peran pemerintah tetap krusial dalam menjaga stabilitas ekonomi.

    “Dunia usaha tidak bisa bergerak sendiri. Pemerintah juga perlu siapkan fasilitas fiskal dan stimulus insentif yang adaptif terhadap risiko global, seperti penyesuaian harga energi, insentif logistik, dan jaminan pasokan bahan baku esensial,” ujarnya.

    Lebih lanjut, Anggawira mewakili HIPMI mengingatkan agar pelaku usaha tidak hanya reaktif, tetapi proaktif membangun ketahanan jangka panjang.

    “Ketegangan Israel-Iran adalah pengingat bahwa ketahanan ekonomi Indonesia bukan hanya soal pertumbuhan, tapi juga soal resiliensi terhadap krisis global,” pungkasnya.

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Memanas! Iran Ancam Serang Pangkalan Militer AS

    Memanas! Iran Ancam Serang Pangkalan Militer AS

    Teheran

    Iran mengancam akan menyerang pangkalan-pangkalan militer Amerika Serikat (AS) yang ada di kawasan Timur Tengah, jika perundingan nuklir gagal dan konflik militer terjadi dengan Washington.

    Ancaman itu, seperti dilansir Reuters, Rabu (11/6/2025), dilontarkan oleh Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, dalam konferensi pers pada Rabu (11/6) waktu setempat, beberapa hari menjelang putaran keenam perundingan nuklir antara Teheran dan Washington.

    “Beberapa pejabat di pihak lain mengancam akan terjadi konflik jika negosiasi tidak membuahkan hasil,” ucap Nasirzadeh.

    “Jika konflik dipaksakan kepada kami… semua pangkalan AS berada dalam jangkauan kami, dan kami akan dengan berani menargetkannya di negara-negara tuan rumah,” tegasnya, merujuk pada pangkalan-pangkalan militer AS yang ada di negara-negara kawasan Timur Tengah.

    Presiden AS Donald Trump telah berulang kali mengancam Iran dengan pengeboman jika perundingan yang kini berlangsung gagal mencapai kesepakatan nuklir baru, yang akan menggantikan kesepakatan nuklir sebelumnya yang ditinggalkan Washington pada masa jabatan pertama Trump.

    Putaran terbaru untuk perundingan nuklir antara kedua negara dijadwalkan pekan ini. Trump menyebut perundingan akan digelar pada Kamis (12/6), sedangkan Teheran mengatakan perundingan selanjutnya akan berlangsung pada Minggu (15/6) mendatang di Oman.

    Iran diperkirakan akan mengajukan usulan balasan terhadap tawaran AS sebelumnya untuk kesepakatan nuklir yang ditolak negara tersebut.

    Tonton juga Video: Iran Pamer Rudal Balistik Baru, Ancam Pangkalan Militer AS di Timur Tengah

    Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.

    Trump dalam tanggapannya terhadap penolakan itu, pada Selasa (10/6), menyebut Teheran menjadi “jauh lebih agresif” dalam perundingan nuklir.

    Nasirzadeh dalam konferensi pers menambahkan bahwa Iran baru-baru ini menguji coba rudal dengan hulu ledak seberat dua ton. Dia menegaskan negaranya tidak akan menerima pembatasan dalam aktivitas balistik dan nuklir.

    Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan pada Februari lalu bahwa Iran harus lebih mengembangkan militernya, termasuk rudal-rudalnya.

    Tonton juga Video: Iran Pamer Rudal Balistik Baru, Ancam Pangkalan Militer AS di Timur Tengah

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Khamenei Tolak Proposal Nuklir AS, Tak Akan Setop Pengayaan Uranium!

    Khamenei Tolak Proposal Nuklir AS, Tak Akan Setop Pengayaan Uranium!

    Jakarta

    Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa proposal Amerika Serikat untuk kesepakatan nuklir bertentangan dengan kepentingan nasional Teheran. Dia menegaskan bahwa negara itu tidak akan menghentikan pengayaan uranium.

    Masalah pengayaan uranium telah menjadi titik kritis dalam negosiasi antara AS dan Iran. Pengayaan uranium tetap menjadi kunci program nuklir Republik Islam tersebut, kata Khamenei dalam sebuah pidato, dilansir Reuters dan Al Arabiya, Rabu (4/6/2025).

    Khamenei mengatakan bahwa Amerika Serikat “tidak bisa bersuara” mengenai pengayaan uranium dalam program nuklir Iran.

    “Mengapa Anda ikut campur dalam menentukan apakah Iran harus melakukan pengayaan atau tidak? Anda tidak dapat memberikan suara,” kata Khamenei mengacu pada Amerika Serikat dalam pidato yang disiarkan di televisi pemerintah.

    Sebelumnya pada hari Senin lalu, seorang diplomat Iran mengatakan kepada Reuters bahwa Teheran siap untuk menolak proposal AS untuk mengakhiri sengketa nuklir yang telah berlangsung puluhan tahun.

    Teheran mengatakan ingin menguasai teknologi nuklir untuk tujuan damai, dan telah lama membantah tuduhan oleh kekuatan Barat, bahwa mereka berusaha mengembangkan senjata nuklir.

    “Iran memiliki program nuklir yang damai… Kami siap memberikan jaminan ini kepada pihak atau entitas mana pun. Kami tidak menyembunyikan apa pun dalam hal ini,” ucap Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, dalam konferensi pers di Kairo, Mesir, di mana dia bertemu kepala IAEA Rafael Grossi.

    Ditegaskan oleh Aragchi dalam pernyataannya bahwa tidak akan ada kesepakatan nuklir jika tujuannya adalah “menghentikan Iran dari aktivitas nuklir damai” — yang merujuk pada aktivitas pengayaan uranium.

    “Jika tujuan negosiasi adalah untuk mendapatkan kepastian dan kepercayaan bahwa Iran tidak mengupayakan senjata nuklir, maka menurut pandangan saya, mencapai kesepakatan adalah hal yang mungkin terjadi,” ucapnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Iran Ogah Didikte AS soal Nuklir, Perang Dunia 3 di Depan Mata?

    Iran Ogah Didikte AS soal Nuklir, Perang Dunia 3 di Depan Mata?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Iran diperkirakan akan secara resmi menolak proposal terbaru dari Amerika Serikat terkait penyelesaian sengketa nuklir yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

    Seorang diplomat senior Iran yang dekat dengan tim negosiasi menyebut tawaran tersebut sebagai “non-starter”, atau titik awal yang gagal, karena dinilai tidak mengakomodasi kepentingan Iran dan tidak mencerminkan pelunakan sikap Washington terhadap isu pengayaan uranium.

    “Iran sedang menyusun tanggapan negatif terhadap proposal AS, yang dapat diartikan sebagai penolakan,” ujar diplomat tersebut kepada Reuters, Senin (2/6/2025).

    Proposal dari Washington itu disampaikan melalui Menteri Luar Negeri Oman, Sayyid Badr Albusaidi, yang mengunjungi Teheran dalam kapasitasnya sebagai mediator pembicaraan antara Iran dan Amerika Serikat.

    Proposal nuklir terbaru ini datang setelah lima putaran pembicaraan antara Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi dan utusan Timur Tengah Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff. Namun, sejumlah hambatan utama masih belum teratasi.

    Iran secara tegas menolak permintaan AS untuk menghentikan program pengayaan uranium dan menolak mengirimkan seluruh persediaan uranium yang telah diperkaya ke luar negeri, bahan baku potensial untuk senjata nuklir.

    “Dalam proposal ini, posisi AS terkait pengayaan uranium di tanah Iran tidak berubah, dan tidak ada penjelasan jelas mengenai pencabutan sanksi,” kata diplomat Iran tersebut, yang berbicara tanpa menyebut nama karena sensitivitas isu tersebut.

    Araqchi menyatakan bahwa Teheran akan menyampaikan tanggapan resmi dalam waktu dekat. Iran menuntut pencabutan segera seluruh sanksi yang diberlakukan oleh AS dan berdampak besar terhadap ekonomi nasional yang berbasis minyak.

    Namun, pihak AS hanya bersedia mencabut sanksi terkait nuklir secara bertahap.

    Sejak 2018, puluhan lembaga penting dalam perekonomian Iran, termasuk bank sentral dan Perusahaan Minyak Nasional Iran, masuk dalam daftar hitam sanksi AS karena dituduh mendukung terorisme dan proliferasi senjata.

    Adapun kebijakan “tekanan maksimum” kembali digencarkan oleh Presiden Trump sejak kembali menjabat pada Januari, termasuk pengetatan sanksi dan ancaman aksi militer jika negosiasi tidak menghasilkan kesepakatan.

    Selama masa jabatan pertamanya pada 2018, Trump menarik AS keluar dari perjanjian nuklir 2015 dan kembali memberlakukan sanksi yang melumpuhkan ekonomi Iran. Sebagai respons, Iran meningkatkan pengayaan uranium secara signifikan melampaui batas kesepakatan.

    Menurut penilaian Komite Negosiasi Nuklir Iran di bawah pengawasan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, proposal AS dianggap “sepenuhnya sepihak” dan tidak dapat memenuhi kepentingan nasional Iran.

    “Teheran menganggap proposal ini sebagai upaya sepihak untuk memaksakan kesepakatan buruk melalui tuntutan berlebihan,” tegas diplomat tersebut.

    Kebuntuan dalam negosiasi ini memperparah ketegangan di kawasan Timur Tengah. Pemerintah AS menekankan bahwa tujuan mereka adalah untuk membatasi potensi Iran mengembangkan senjata nuklir yang dapat memicu perlombaan senjata dan membahayakan keamanan sekutu, khususnya Israel, yang menganggap program nuklir Iran sebagai ancaman eksistensial.

    Sementara itu, para pemimpin Iran bersikeras bahwa tujuan nuklir mereka sepenuhnya damai dan digunakan untuk keperluan energi dan penelitian medis. Meski begitu, Iran menyatakan bersedia menerima pembatasan tertentu dalam program pengayaan, asalkan disertai jaminan mutlak bahwa Washington tidak akan kembali mengingkari perjanjian seperti yang terjadi pada 2018.

    Dua pejabat Iran mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa Teheran dapat mempertimbangkan penghentian sementara pengayaan uranium apabila AS bersedia membebaskan dana Iran yang dibekukan dan mengakui hak Iran atas pengayaan uranium untuk tujuan sipil sebagai bagian dari kesepakatan politik menuju perjanjian yang lebih luas.

    Dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Mesir di Kairo, Abbas Araqchi juga menyinggung kemungkinan serangan Israel. “Saya tidak berpikir Israel akan melakukan kesalahan sebesar itu dengan menyerang Iran,” ujarnya.

    Tekanan tidak hanya datang dari Washington. Pada April lalu, Menteri Pertahanan Arab Saudi mengirim pesan tegas kepada Teheran agar mempertimbangkan dengan serius tawaran terbaru AS guna menghindari risiko konflik militer dengan Israel.

    Namun, di sisi lain, pengaruh regional Iran kini menurun, seiring dengan kemunduran militer kelompok poros perlawanan (Axis of Resistance) yang selama ini menjadi sekutu Iran, seperti Hamas, Hizbullah, Houthi di Yaman, dan milisi Syiah di Irak.

     

    (luc/luc)

  • Gempar Ledakan di Pelabuhan Iran, Korban Tewas Bertambah Jadi 70 Orang

    Gempar Ledakan di Pelabuhan Iran, Korban Tewas Bertambah Jadi 70 Orang

    Teheran

    Korban tewas akibat ledakan dahsyat di pelabuhan peti kemas terpenting di Iran, Bandar Abbas, bertambah menjadi sedikitnya 70 orang. Jumlah korban luka sejauh ini melampaui 1.200 orang.

    Para pejabat Iran, seperti dilansir Reuters, Selasa (29/4/2025), menyebut kebakaran yang dimulai sejak ledakan mengguncang bagian Shahid Rajaee yang ada di kompleks pelabuhan itu pada Sabtu (26/4) waktu setempat, kini telah terkendali.

    Upaya untuk memadamkan kebakaran terus berlanjut sejak saat itu, dengan kebakaran sporadis muncul akibat angin dan barang-barang yang mudah terbakar di dalam peti kemas di kompleks itu, yang beberapa di antaranya melepaskan emisi beracun di area tersebut.

    “Setelah api besar berhasil dikendalikan, operasi penyelamatan sedang berlangsung,” sebut Gubernur Provinsi Hormozgan, lokasi Bandar Abbas berada, dalam pernyataan yang dikutip media pemerintah Iran.

    “Memindahkan peti kemas bisa memakan waktu hingga dua pekan,” imbuh pernyataan itu.

    Gubernur Hormozgan dalam pernyataannya menyebut sekitar 22 orang masih dinyatakan hilang, dan sebanyak 22 jenazah korban tewas di antara belum teridentifikasi.

    Menteri Dalam Negeri Iran, Eskandar Momeni, dalam pernyataan terpisah seperti dilansir kantor berita ISNA, menyebut operasi nasional untuk mengatasi kebakaran di area Shahid Rajaee telah berakhir dan pengelolaan pemadaman kebakaran telah diserahkan kepada pemerintah setempat.

    Laporan awal oleh komite investigasi yang bertanggung jawab atas penyelidikan insiden tersebut menemukan pelanggaran dalam kepatuhan terhadap prinsip-prinsip pertahanan dan keamanan sipil.

    Pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, pada Minggu (27/4), memerintahkan penyelidikan untuk “mengungkap kelalaian atau niat” di balik insiden tersebut — sebuah indikasi bahwa otoritas Teheran tidak mengesampingkan kemungkinan sabotase dalam insiden itu.

    Ledakan ini terjadi saat Iran memulai putaran ketiga perundingan nuklir dengan Amerika Serikat (AS), namun tidak ada indikasi soal keterkaitan antara kedua peristiwa tersebut.

    Penyimpanan bahan kima yang buruk dalam kontainer-kontainer di pelabuhan itu diduga menjadi penyebab ledakan dahsyat tersebut. Salah satu juru bicara organisasi manajemen krisis setempat mengatakan bahwa peringatan dini telah menyoroti potensi risiko keselamatan di area pelabuhan.

    Kementerian Pertahanan Iran telah membantah laporan media internasional yang menyebut ledakan itu mungkin terkait dengan penanganan yang salah terhadap bahan bakar padat yang digunakan untuk rudal.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 4 Fakta Ledakan Dahsyat di Pelabuhan Iran tapi Penyebab Belum Ketahuan

    4 Fakta Ledakan Dahsyat di Pelabuhan Iran tapi Penyebab Belum Ketahuan

    Jakarta

    Ledakan dahsyat di Pelabuhan Shahid Rajeee, Iran menyebabkan puluhan orang tewas. Namun, penyebab ledakan belum terungkap.

    Ledakan terjadi pada Sabtu (26/4/2025) waktu setempat. Awalnya pemerintah Iran mengatakan delapan orang tewas akibat insiden tersebut.

    Proses pemadaman memakan waktu berjam-jam. Media pemerintah Iran melaporkan bahwa ‘ledakan besar’ mengguncang area Shahid Rajaee, yang merupakan pelabuhan komersial terbesar di negara tersebut, yang terletak di Provinsi Hormozgan, pesisir selatan Iran.

    Berdasarkan tayangan televisi pemerintah Iran, kepulan asap hitam pekat membubung ke udara dari area pelabuhan tersebut, yang menjadi tempat banyak peti kemas disimpan. Sejumlah helikopter dikerahkan untuk memadamkan api.

    Rusia turut mengirimkan tim penyelamat ke Pelabuhan Iran. Tim penyelamat dikirim untuk membantu memadamkan api.

    “Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan pengiriman segera beberapa pesawat yang membawa spesialis dari Kementerian Situasi Darurat Rusia,” kata Kedutaan Besar Rusia dalam sebuah pernyataan dilansir AFP, Senin (28/4/2025).

    “Tim penyelamat akan dikirim untuk membantu operasi pemadaman kebakaran di Pelabuhan Shahid Rajaee,” lanjutnya.

    40 Orang Tewas

    Ledakan Guncang Pelabuhan Iran. (Foto: Planet Labs PBC via AP)

    Korban ledakan dahsyat di Pelabuhan Iran terus bertambah. Awal kejadian dilaporkan delapan orang tewas. Per Minggu (27/4), 40 orang dilaporkan meninggal dalam peristiwa tersebut.

    “Untuk saat ini, 40 orang telah kehilangan nyawa akibat cedera yang disebabkan oleh ledakan tersebut,” kata pejabat provinsi Hormozgan Mohammad Ashouri, dikutip AFP, pada Minggu (27/4/2025).

    Ratusan orang lain terluka akibat ledakan itu. Dalam sebuah siaran televisi pemerintah, kantor bea cukai pelabuhan menyatakan bahwa ledakan itu mungkin disebabkan oleh kebakaran yang terjadi di depot penyimpanan bahan kimia dan berbahaya. Seorang pejabat darurat regional mengatakan beberapa kontainer telah meledak.

    Sementara itu, The New York Times mengutip sumber yang memiliki hubungan dengan Korps Garda Revolusi Islam Iran, mengatakan bahwa yang meledak adalah natrium perklorat — bahan utama dalam bahan bakar padat untuk rudal.

    Penyebab Diminta Diungkap

    Ledakan di Pelabuhan Iran. (Foto: Hessam Oddin Ansarian/Getty Images)

    Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei meminta pejabat keamanan dan peradilan menyelidiki penyebab ledakan yang menewaskan puluhan orang di Pelabuhan selatan utama Iran. Menurutnya pejabat keamanan dan peradilan berkewajiban melakukan penyelidikan.

    “Pejabat keamanan dan peradilan berkewajiban untuk menyelidiki secara menyeluruh, mengungkap kelalaian atau niat apa pun, dan menindaklanjutinya sesuai dengan peraturan,” kata Khamenei dalam sebuah pesan yang disiarkan oleh televisi pemerintah dilansir AFP, Senin (28/4/2025).

    Dilansir AFP, lebih dari seribu orang mengalami luka-luka. Hal itu disamapaikan pejabat provinsi Hormozgan Mohammad Ashouri pada Minggu (27/4/2025) waktu setempat.

    “Untuk saat ini, 40 orang telah kehilangan nyawa akibat cedera yang disebabkan oleh ledakan tersebut,” kata Ashouri kepada televisi pemerintah.

    Ledakan Diduga dari Kontainer

    Ledakan di Pelabuhan Iran. (Foto: Razieh Pudat/ISNA via AP)

    Ledakan itu diduga berasal dari container bermuatan bahan kimia yang berada di lokasi. Juru Bicara Organisasi Manajemen Krisis Iran, Hossein Zafari, mengatakan organisasinya telah memperingatkan potensi bahaya terkait keberadaan kontainer bermuatan kimia di Pelabuhan Shahid Rajaee saat melakukan kunjungan ke pelabuhan itu beberapa waktu lalu.

    “Penyebab ledakan adalah bahan kimia di dalam kontainer,” katanya.

    Juru bicara pemerintah Iran mengatakan meskipun bahan kimia kemungkinan besar menjadi penyebab ledakan, namun saat ini penyebab pasti ledakan di Pelabuhan Shahid Rajaee masih diselidiki.

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian memerintahkan penyelidikan atas insiden tersebut dan mengirim menteri dalam negerinya ke lokasi kejadian. Otoritas Iras berupaya untuk memadamkan api dan mencegahnya menyebar ke daerah lain.

    Sementara itu, The New York Times mengutip sumber yang memiliki hubungan dengan Korps Garda Revolusi Islam Iran, mengatakan bahwa yang meledak adalah natrium perklorat — bahan utama dalam bahan bakar padat untuk rudal.

    Kantor hingga Sekolah Tutup

    Ledakan di Pelabuhan Iran. (Foto: Iranian Red Crescent / Handout/Anadolu via Getty Images)

    Pelabuhan itu berlokasi di kota Bandar Abbas, Iran. Pemerintah Iran telah memerintahkan untuk menutup sekolah dan kantor di sekitar wilayah Bandar Abbas.

    “Dengan asap yang menyesakkan menyebar ke seluruh area, semua sekolah dan kantor yang berjarak 23 kilometer di Bandar Abbas, ibu kota provinsi Hormozgan, telah diperintahkan tutup pada hari Minggu,” kata Tv pemerintah Iran dilansir AFP, Minggu (27/4/2025).

    Kebijakan penutupan sekolah dan kantor dilakukan untuk memudahkan petugas dalam melakukan pencarian korban. Sekitar 10 jam setelah ledakan di Pelabuhan Shahid Rajaee di Iran selatan, TV pemerintah melaporkan kebakaran semakin parah.

    “Intensitas kebakaran di Pelabuhan Shahid Rajaee telah meningkat dan ada kemungkinan api dapat menyebar ke area dan peti kemas lainnya”, kata TV pemerintah Sabtu malam.

    Gambar dari kantor berita resmi IRNA menunjukkan tim penyelamat dan korban berjalan di sepanjang jalan raya lebar yang dipenuhi puing-puing setelah ledakan.

    Halaman 2 dari 5

    (idn/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Betapa Beraninya Mendikte AS dalam Negosiasi Nuklir

    Betapa Beraninya Mendikte AS dalam Negosiasi Nuklir

    Jakarta

    Pemerintah Iran menuduh Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mencoba mendikte kebijakan AS dalam negosiasi. Hal ini disampaikan setelah Netanyahu menyerukan penghentian total program nuklir Iran.

    “Yang mengejutkan… adalah betapa beraninya Netanyahu sekarang mendikte apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan Presiden Trump dalam diplomasinya dengan Iran,” kata Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dalam sebuah posting di media sosial X, dilansir kantor berita AFP, Senin (28/4/2025).

    “Fantasi Israel bahwa mereka dapat mendikte apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan Iran sangat jauh dari kenyataan sehingga hampir tidak layak untuk ditanggapi,” kata Araghchi.

    Ia menekankan bahwa Iran mampu menggagalkan “setiap upaya oleh aktor eksternal yang jahat untuk menyabotase kebijakan luar negerinya atau mendikte arahnya.”

    “Kita hanya bisa berharap rekan-rekan kita di AS juga sama teguhnya,” imbuhnya.

    Sebelumnya pada hari Minggu (27/4), Netanyahu mengatakan kesepakatan Iran-AS yang sebenarnya akan menjadi kesepakatan “yang menghilangkan kapasitas Iran untuk memperkaya uranium untuk senjata nuklir” dan “mencegah rudal balistik”.

    Pernyataan itu muncul sehari setelah delegasi Iran dan AS bertemu di Oman untuk putaran ketiga pembicaraan tingkat tinggi tentang program nuklir Teheran. Kedua belah pihak melaporkan adanya kemajuan dalam pembicaraan tersebut.

    Presiden AS Donald Trump mengirim surat pada bulan Maret lalu kepada pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei yang mendesak pembicaraan, dan memperingatkan kemungkinan tindakan militer jika Iran menolak. Sejak kembali menjabat pada bulan Januari lalu, Trump menghidupkan kembali kampanye sanksi “tekanan maksimum”, yang mencerminkan pendekatannya selama masa jabatan pertamanya ketika ia menarik diri dari kesepakatan nuklir penting tahun 2015 dengan Iran.

    Pembicaraan dimulai pada tanggal 12 April, dengan Teheran bersikeras bahwa pembicaraan tersebut harus difokuskan hanya pada isu nuklir dan pencabutan sanksi. Korps Garda Revolusi Islam Iran mengatakan bahwa kemampuan militer negara tersebut tidak termasuk dalam pembahasan tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ngeri Ledakan Dahsyat di Pelabuhan Iran, Kebakaran Masih Berkobar

    Ngeri Ledakan Dahsyat di Pelabuhan Iran, Kebakaran Masih Berkobar

    Jakarta

    Para petugas pemadam kebakaran di Iran terus berjuang untuk memadamkan kebakaran hebat pada hari Senin (28/4) di pelabuhan komersial terbesar di negara itu. Kebakaran masih terjadi dua hari setelah ledakan dahsyat yang menewaskan sedikitnya 40 orang.

    Ledakan dahsyat itu terjadi pada hari Sabtu lalu di Pelabuhan Shahid Rajaee di selatan Iran, dekat Selat Hormuz yang strategis, jalur perairan yang dilalui seperlima dari produksi minyak global.

    Para pejabat Iran mengatakan, ledakan itu menewaskan sedikitnya 40 orang dan melukai lebih dari 1.000 orang lainnya, setelah memicu ledakan dan kebakaran yang lebih kecil di kontainer di dekatnya.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (28/4/2025), televisi pemerintah Iran menayangkan gambar para petugas pemadam kebakaran yang memadamkan api, dan mengatakan kerusakan akan dinilai setelah api berhasil dikendalikan sepenuhnya.

    Asap tebal mengepul di atas tumpukan kontainer di lokasi kejadian, seperti yang ditunjukkan dalam gambar TV.

    Belum jelas apa yang menyebabkan ledakan tersebut. Namun, kantor bea cukai pelabuhan mengatakan ledakan tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh kebakaran yang terjadi di depot penyimpanan bahan kimia dan berbahaya.

    Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memerintahkan penyelidikan atas insiden tersebut untuk menentukan apakah ada “kelalaian atau kesengajaan”.

    Gambar rekaman CCTV di media sosial menunjukkan insiden tersebut dimulai secara bertahap, dengan api kecil dan asap oranye-coklat, sebelum bola api meletus.

    Presiden Masoud Pezeshkian pada hari Minggu (27/4) telah mengunjungi rumah sakit untuk menjenguk para korban luka di kota terdekat Bandar Abbas.

    Sejak ledakan tersebut, otoritas Iran telah memerintahkan semua sekolah dan kantor di daerah tersebut ditutup. Warga juga diimbau untuk tidak keluar rumah “sampai pemberitahuan lebih lanjut” dan menggunakan masker pelindung.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ledakan di Pelabuhan Iran: 40 Jiwa Tewas, Ledakan Diduga dari Api Kecil Diperparah Suhu 40 Derajat – Halaman all

    Ledakan di Pelabuhan Iran: 40 Jiwa Tewas, Ledakan Diduga dari Api Kecil Diperparah Suhu 40 Derajat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Insiden ledakan besar di Pelabuhan Shahid Rajaee di Iran selatan pada hari Sabtu (26/4/2025) masih menjadi sorotan.

    Diketahui Pelabuhan Shahid Rajaee merupakan pelabuhan yang penting secara strategis di Iran.

    Terletak di provinsi Hormozgan selatan, terletak sekitar 15 kilometer (9,3 mil) barat daya dari pelabuhan Bandar Abbas di pantai utara Selat Hormuz.

    Ledakan terjadi sekitar pukul 12 malam waktu setempat (0830GMT).

    Ledakan terjadi khususnya di area dermaga kontainer, menurut media setempat.

    Laporan awal menunjukkan adanya bahan yang mudah terbakar di dekat lokasi ledakan.

    Mengutip saksi, laporan menunjukkan awalnya terdapat api kecil yang akhirnya dengan cepat menyebar dan memicu ledakan.

    Api kecil tersebut menyebar diperparah dengan adanya suhu panas 40 derajat Celcius dan akumulasi zat yang mudah terbakar, mengutip Anadolu Agency.

    Korban Jiwa

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada hari Minggu (27/4/2025), mengunjungi mereka yang terluka dalam ledakan besar yang mengguncang pelabuhan tersebut.

    Korban tewas dari ledakan tersebut sebanyak 40 jiwa, sementara 1.000 orang lebih terluka.

    Sementara saat ini militer Iran berusaha untuk menolak pengiriman amonium perklorat dari China.

    Dan tampak dari video yang beredar tampak apokaliptik terbakar di pelabuhan dan masih membara.

    Sebuah kawah yang tampak sedalam beberapa meter dikelilingi oleh asap, sehingga pihak berwenang menutup lokasi tersebut.

    Kontainer tampak hancur dan rusak parah, sementara bangkai truk dan mobil yang terbakar tersebar di sekitar lokasi.

    “Kita harus mencari tahu mengapa itu terjadi,” kata Pezeshkian dalam pertemuan dengan para pejabat yang disiarkan oleh televisi pemerintah Iran, mengutip AP News.

    Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei secara terpisah menyampaikan belasungkawa atas ledakan itu.

    Pihaknya menduga kemungkinan adanya sabotase menyebabkan ledakan. 

    “Ini adalah tugas pejabat keamanan dan otoritas kehakiman untuk melakukan penyelidikan menyeluruh untuk mendeteksi apakah ada kelalaian atau tindakan yang disengaja yang menyebabkan ledakan,” ujarnya.

    Semua pejabat harus tahu bahwa itu adalah tugas mereka untuk mencegah peristiwa yang pahit dan merusak,” lanjutnya.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)