Tag: Ayatollah Ali Khamenei

  • Penasihat Khamenei Bikin Marah Lebanon Gegara Komentar Begini

    Penasihat Khamenei Bikin Marah Lebanon Gegara Komentar Begini

    Beirut

    Seorang pejabat Iran memancing kemarahan Lebanon dengan komentarnya yang menyebut keberadaan Hizbullah, yang didukung Teheran, jauh lebih penting daripada roti dan air bagi Lebanon. Otoritas Beirut mengecam komentar itu dan memperingatkan Iran untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri mereka.

    Komentar yang memicu reaksi keras Lebanon itu, seperti dilansir Al Arabiya, Kamis (27/11/2025), dilontarkan oleh Ali Akbar Velayati yang merupakan penasihat senior untuk pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

    Dalam wawancara dengan kantor berita Tasnim yang berafiliasi dengan pemerintah Iran, Velayati mengatakan bahwa mengingat keinginan Israel “untuk membunuh dan menjarah wilayah-wilayah lainnya saat ini, keberadaan Hizbullah lebih penting daripada roti dan air bagi Lebanon”.

    Velayati, dalam wawancara yang diterbitkan pada Rabu (26/11), mengatakan bahwa “pelanggaran berulang-ulang terhadap gencatan senjata dan serangan-serangan terhadap Lebanon” oleh Israel telah menunjukkan “apa konsekuensi perlucutan senjata Hizbullah” bagi Lebanon.

    Iran menentang keras rencana pemerintah Lebanon untuk melucuti persenjataan Hizbullah. Otoritas Beirut mengecam Teheran melakukan “campur tangan secara terangan-terangan dan tidak dapat diterima”.

    Pada Agustus lalu, Velayati menyebut usulan perlucutan senjata Hizbullah sebagai bentuk penyerahan diri kepada “kehendak Amerika Serikat dan Israel”.

    Reaksi keras diberikan oleh Lebanon terhadap komentar terbaru Velayati tersebut. Menteri Luar Negeri (Menlu) Lebanon, Youssef Raggi, memperingatkan Teheran untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri Beirut.

    “Saya sungguh ingin mempercayai pernyataan Anda bahwa Iran tidak mencampuri urusan dalam negeri Lebanon, sampai penasihat pemimpin tertinggi Anda muncul untuk memberitahu kami tentang apa yang penting di Lebanon dan memperingatkan kami tentang konsekuensi perlucutan senjata Hizbullah,” kata Raggi dalam pernyataan yang ditujukan untuk Menlu Iran Abbas Araghchi.

    “Izinkan saya mengklarifikasi hal berikut: yang lebih penting bagi kami daripada air dan roti adalah kedaulatan kami, kebebasan kami, dan independensi pengambilan keputusan internal kami, bebas dari slogan-slogan ideologis dan agenda regional transnasional yang telah menghancurkan negara kami dan terus menyeret kami ke dalam kehancuran,” tegasnya.

    Dalam pernyataan terpisah, politisi Kristen terkemuka di Lebanon, Samir Geagea, mengatakan Iran tidak berhak mencampuri urusan Lebanon.

    “Tuan Khamenei dan penasihatnya yang terhormat, jika Anda berdua peduli dengan urusan rakyat Iran dan penderitaan mereka, itu akan lebih baik bagi kita semuanya,” ucapnya.

    “Lebanon adalah negara merdeka dengan konstitusinya sendiri, diperintah oleh otoritas Lebanon yang dipilih secara demokratis dan populer, dan Anda tidak berjak mencampuri urusannya,” tegas Geagea dalam pernyataan via media sosial X.

    Kelompok Hizbullah telah melemah secara signifikan akibat konfrontasi terbarunya dengan Israel dan jatuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah, sekutu utama Iran dan Hizbullah. Dengan pengaruhnya yang semakin terkikis, pemerintah baru Lebanon bergerak untuk semakin membatasi kelompok tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Pria di Iran Ditemukan Tewas Usai Unggah Bakar Foto Khamenei, Ada Luka Tembak

    Pria di Iran Ditemukan Tewas Usai Unggah Bakar Foto Khamenei, Ada Luka Tembak

    Jakarta

    Seorang pria Iran bernama Omid Sarlak ditemukan tewas setelah mengunggah gambar tengah membakar foto pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Ada luka tembak ditemukan di tubuh pria tersebut.

    Dilansir kantor berita AFP, Selasa (4/11/2025), menurut media oposisi yang berbasis di luar Iran, Omid Sarlak, dari provinsi Lorestan di Iran barat, telah mengunggah di Instagram sebuah gambar dirinya sedang membakar gambar Ayatollah Ali Khamenei di kawasan hutan pada hari Jumat pekan kemarin, beberapa jam sebelum ditemukan tewas pada akhir pekan.

    Kantor berita resmi Iran, IRNA, memuat laporan yang mengutip Ali Asadollahi, kepala polisi di kotanya, Aligudarz, yang mengatakan seorang pria itu ditemukan tewas di dalam mobilnya setelah bunuh diri dengan pistol yang ditemukan di sisinya.

    Namun pada pemakaman Sarlak pada hari Senin (3/11), puluhan pelayat meneriakkan slogan-slogan termasuk “mereka membunuhnya!” dan “matilah Khamenei”, menurut rekaman media sosial yang disiarkan oleh media oposisi yang berbasis di luar Iran, termasuk Iran International dan Radio Farda.

    Dalam videonya, Sarlak, yang berusia 20-an, menyertakan rekaman suara Shah Mohammad Reza Pahlavi yang digulingkan, yang menunjukkan simpatinya terhadap monarki Iran yang digulingkan oleh revolusi Islam tahun 1979.

    Putra Shah yang digulingkan yang tinggal di AS, Reza Pahlavi, menulis di X bahwa Sarlak telah “menentang penindasan Republik Islam dan mengorbankan nyawanya demi kebebasan Iran”.

    Ayah Sarlak terlihat dalam sebuah video yang diunggah di media sosial oleh media oposisi Iran tengah menangis dan berkata “mereka membunuh anakku”. Saat diwawancara kepada televisi pemerintah setempat, dia mendesak orang-orang untuk tidak mempercayai apa yang mereka lihat di media sosial.

    Para aktivis mengatakan pihak berwenang sedang menekan dengan tindakan keras yang lebih intensif tiga tahun setelah protes nasional mengguncang pihak berwenang dan beberapa bulan setelah perang 12 hari antara Israel dan Iran pada bulan Juni.

    “Agresi eksternal telah memicu penindasan internal yang lebih dalam,” ujar pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Iran, Mai Sato, pekan lalu, seraya mencatat lonjakan “yang mengkhawatirkan” dalam eksekusi dan “penangkapan massal” para aktivis.

    (whn/ygs)

  • Kerja Sama dengan AS Mustahil Selama Masih Dukung Israel

    Kerja Sama dengan AS Mustahil Selama Masih Dukung Israel

    Teheran

    Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menegaskan Teheran hanya akan mempertimbangkan kerja sama dengan Amerika Serikat, jika negara itu mengubah kebijakannya di kawasan Timur Tengah, termasuk soal dukungan terhadap Israel.

    “Jika mereka (AS-red) sepenuhnya meninggalkan dukungan untuk rezim Zionis, menarik pangkalan militer mereka dari sini (Timur Tengah-red), dan menahan diri untuk tidak ikut campur di kawasan ini, maka (kerja sama) itu dapat dipertimbangkan,” kata Khamenei dalam pernyataan terbarunya, seperti dilansir AFP, Selasa (4/11/2025).

    Pernyataan terbaru Khamenei itu disampaikan dalam pertemuan dengan para mahasiswa di Teheran pada Senin (3/11) waktu setempat, saat peringatan pengambilalihan Kedutaan Besar AS pada tahun 1979 silam setelah Revolusi Islam menggulingkan Shah yang didukung Barat.

    “Sifat arogan Amerika Serikat tidak menerima apa pun selain kepatuhan,” cetusnya.

    “Jika negara menjadi kuat dan musuh menyadari bahwa menghadapi negara kuat ini tidak akan menghasilkan keuntungan tetapi akan membawa kerugian, negara itu pasti akan mendapatkan kekebalan,” imbuh Khamenei dalam pernyataannya.

    Pertengahan Juni lalu, Israel melancarkan gelombang pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Iran, memicu perang selama 12 hari yang menargetkan fasilitas nuklir dan militer Teheran, serta area permukiman, yang memakan banyak korban jiwa.

    Iran membalas dengan melancarkan rentetan serangan rudal balistik dan drone yang ditargetkan ke kota-kota Israel.

    Perang 12 hari itu menggagalkan perundingan nuklir yang saat itu sedang berlangsung antara Teheran dan Washington, sejak April lalu. Pertempuran kedua negara diakhiri dengan gencatan senjata, yang dimediasi AS, yang berlaku sejak 24 Juni lalu.

    Pada Minggu (2/11), Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Abbas Araghchi, mengatakan dalam wawancara dengan Al Jazeera bahwa Iran “siap untuk berunding” dengan AS, tetapi hanya mengenai program nuklirnya, dan mengesampingkan pembicaraan apa pun mengenai kemampuan rudalnya.

    Araghchi menambahkan bahwa perundingan dapat dilanjutkan “kapan pun Amerika siap untuk bernegosiasi dengan pijakan yang setara dan berdasarkan kepentingan bersama”.

    “Tampaknya mereka (AS-red) tidak terburu-buru. Kami juga tidak terburu-buru,” ucapnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Iran Bantah Kembangkan Bom Atom, Barat Layangkan Ultimatum Terakhir

    Iran Bantah Kembangkan Bom Atom, Barat Layangkan Ultimatum Terakhir

    Jakarta

    Ketegangan nuklir antara Iran dan negara-negara Barat menunjukkan tanda-tanda mereda, hanya beberapa jam menjelang tenggat sanksi internasional yang berlaku secara otomatis.

    Di Sidang Majelis Umum PBB, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menegaskan kembali, negaranya tidak pernah dan tidak akan berambisi mengembangkan bom nuklir. Seakan gayung bersambut, utusan Amerika Serikat mengaku siap melanjutkan perundingan, meski peluang kesepakatan tetap tipis.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Steve Witkoff, utusan khusus Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, pada Rabu (24/9), mencoba menyisipkan harapan. Tapi keduanya mensyaratkan langkah konkret dari Iran, termasuk membuka kembali akses penuh bagi inspektur nuklir PBB dan kembali ke meja perundingan.

    “Kami sedang berbicara dengan mereka. Dan kenapa tidak? Kami bicara dengan semua pihak, memang itulah tugas kami. Tugas kami adalah menyelesaikan masalah,” ujar Witkoff dalam forum Concordia di sela Sidang Umum PBB di New York. “Jika tidak berhasil, maka snapback akan diberlakukan. Itu adalah obat yang tepat.”

    Celah diplomasi dibayangi sanksi

    Sebelum serangan Israel dan AS terhadap fasilitas nuklirnya pada Juni lalu, Teheran dan Washington sempat menggelar lima putaran perundingan nuklir. Namun, pembicaraan tersandung sejumlah isu sensitif, seperti tuntutan Barat agar Iran tidak lagi memperkaya uranium di dalam negeri.

    Kini, di tengah tekanan sanksi yang makin dekat, beberapa diplomat Eropa menyatakan bahwa Inggris, Prancis, dan Jerman, yang disebut kelompok E3, bersedia menunda pemulihan sanksi hingga enam bulan ke depan. Syaratnya, Iran bersedia mengakomodasi tuntutan utama, yakni mengizinkan pengawasan penuh oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA), melaporkan cadangan uranium yang sudah diperkaya, serta kembali berdialog dengan Amerika Serikat.

    “Kesepakatan masih mungkin. Hanya tersisa beberapa jam. Kini tergantung pada Iran untuk memenuhi syarat sah yang telah kami tetapkan,” tulis Macron di platform X usai bertemu Pezeshkian.

    Retorika moral Pezeshkian

    Dalam pidatonya di Sidang Umum PBB, Presiden Pezeshkian tidak hanya menegaskan komitmen anti-bom nuklir, tetapi juga mengecam Israel dan Amerika Serikat atas serangan udara pada Juni lalu yang, menurut Teheran, menewaskan lebih dari 1.000 warga sipil.

    “Deklarasi saya kepada majelis ini jelas: Iran tidak pernah dan tidak akan pernah membangun bom nuklir,” tegas Pezeshkian. “Yang mengganggu perdamaian dan stabilitas di kawasan adalah Israel, namun Iran yang dihukum.”

    Dia menyebut serangan udara oleh “rezim Zionis” dan Amerika Serikat terhadap kota-kota dan fasilitas nuklir Iran sebagai “pengkhianatan besar terhadap diplomasi,” yang terjadi di saat Iran tengah menapaki jalur negosiasi.

    Iran tetap berpegang pada argumen bahwa program nuklirnya sepenuhnya untuk tujuan damai. Mereka menunjuk pada fatwa Ayatollah Ali Khamenei yang secara eksplisit melarang senjata nuklir. Meski demikian, Barat—termasuk Israel dan AS—tetap mencurigai niat Teheran, terutama mengingat kapasitas teknologi nuklir Iran yang dianggap bisa dengan cepat dialihkan untuk membuat senjata.

    Titik nadir diplomasi

    Ketegangan teranyar berpangkal pada keputusan Presiden Trump pada 2018 yang menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015, atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), serta memberlakukan kembali sanksi sepihak terhadap Iran. Teheran membalas dengan meningkatkan aktivitas nuklirnya.

    Pezeshkian turut menyalahkan Eropa karena tidak berdaya melawan tekanan AS, dan bahkan menyebut UE sebagai pihak yang turut meruntuhkan JCPOA.

    “Mereka menyamar sebagai pihak yang beritikad baik dalam perjanjian, tapi mencemooh upaya tulus Iran sebagai tidak memadai,” ujar Pezeshkian. “Semua ini bertujuan untuk menghancurkan JCPOA yang dulunya mereka anggap sebagai pencapaian tertinggi diplomasi.”

    Dalam pidatonya, Pezeshkian ikut memamerkan foto-foto warga yang tewas dalam serangan Israel Juni lalu. “Ini bukan hanya serangan fisik. Ini adalah pembunuhan terhadap diplomasi itu sendiri,” katanya.

    Hari penentuan

    Tenggat 30 hari yang diluncurkan oleh E3 sejak 28 Agustus akan berakhir pada Sabtu, 27 September. Jika tidak ada kesepakatan, maka mekanisme snapback akan mulai berlaku: sanksi ekonomi dan militer PBB terhadap Iran akan dipulihkan.

    Sanksi mencakup embargo senjata, larangan pengolahan dan pengayaan uranium, pembekuan aset global, serta larangan perjalanan bagi entitas dan individu asal Iran.

    Dikhawatirkan, sanksi akan membuat kondisi ekonomi Iran yang sudah terpuruk semakin terjepit. Namun sumber Reuters di Iran mengatakan, beberapa pesan telah dikirimkan ke Washington lewat jalur mediasi selama beberapa minggu terakhir. Hingga kini, belum ada balasan.

    Ayatollah Khamenei pada Selasa (23/9) menegaskan, Iran tidak akan melakukan negosiasi di bawah ancaman. Posisi itu mengindikasikan jurang kepercayaan yang masih lebar, meskipun retorika AS kini sedikit melunak.

    “Kami tidak berniat menyakiti mereka,” ujar Witkoff. “Namun jika tak ada jalan keluar, maka snapback adalah konsekuensi yang tak terelakkan.”

    Editor: Agus Setiawan

    Lihat juga Video: Bom Atom Penghancur Dunia

    (ita/ita)

  • Ayatollah Khamenei Bersumpah Iran Tidak Akan Tunduk ke AS

    Ayatollah Khamenei Bersumpah Iran Tidak Akan Tunduk ke AS

    Jakarta

    Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyerukan persatuan nasional untuk menghadapi apa yang ia sebut sebagai upaya Amerika Serikat (AS) untuk menaklukkan Republik Islam tersebut. Khamenei mengklaim bahwa Amerika Serikat pada akhirnya berusaha membuat Iran “patuh”.

    Dilansir AFP, Senin (25/8/2025), pernyataan tersebut, yang disampaikan di sebuah masjid di ibu kota Teheran dan dipublikasikan di situs web resmi Khamenei, muncul dua bulan sejak pertempuran antara Iran dan musuh bebuyutannya, Israel, terhenti dalam perang yang sempat diikuti Amerika Serikat, dan di saat Teheran sedang terlibat dalam perundingan dengan negara-negara besar dunia mengenai program nuklirnya.

    Serangan langka Israel dan AS pada bulan Juni, yang menargetkan situs-situs nuklir utama dan memicu pembalasan Iran, dirancang untuk mengacaukan Republik Islam tersebut, menurut Khamenei.

    Ia mengatakan bahwa sehari setelah “Iran diserang” oleh Israel pada awal perang, “agen-agen Amerika” bertemu di Eropa “untuk membahas pemerintahan seperti apa yang seharusnya memerintah Iran setelah Republik Islam”.

    Bagi sang pemimpin, negara ini telah bangkit dengan kuat dari perang 12 hari di bulan Juni, konfrontasi langsung paling intens dalam sejarahnya dengan musuh bebuyutannya, Israel dan Amerika Serikat.

    “Bangsa Iran, dengan berdiri teguh bersama angkatan bersenjata, pemerintah, dan sistem, telah memberikan pukulan telak” kepada musuh-musuhnya, kata Khamenei.

    Pemimpin tertinggi, yang memiliki keputusan akhir atas urusan negara, juga memperingatkan tentang perpecahan internal yang menurutnya dipicu oleh kekuatan asing.

    “Jalan ke depan bagi musuh adalah menciptakan perselisihan” di Iran, katanya, menyalahkan “agen-agen Amerika dan rezim Zionis”–merujuk pada Israel–karena berusaha menebar perpecahan.

    “Hari ini, syukur kepada Tuhan, negara ini bersatu. Ada perbedaan pendapat, tetapi dalam hal membela sistem, membela negara, dan melawan musuh, rakyat bersatu,” tambah Khamenei.

    Hubungan antara Teheran dan Washington terputus setelah Revolusi Islam 1979 dan krisis penyanderaan berikutnya di Kedutaan Besar AS. Washington sejak itu telah memberlakukan gelombang sanksi berturut-turut terhadap Teheran, yang terbaru terkait program nuklirnya.

    Amerika Serikat dan sekutunya menuduh Iran berusaha memperoleh senjata nuklir, sebuah klaim yang berulang kali dibantah Teheran.

    Perang bulan Juni meletus ketika Teheran dan Washington dijadwalkan mengadakan perundingan putaran keenam mengenai program nuklir Iran, tetapi negosiasi yang telah dimulai beberapa minggu sebelumnya terhambat oleh konflik tersebut.

    Iran dijadwalkan bertemu pada Selasa (26/8), dengan Inggris, Prancis, dan Jerman untuk perundingan nuklir, karena negara-negara Eropa tersebut telah mengancam akan memberlakukan kembali sanksi jika tidak tercapai kesepakatan.

    Halaman 2 dari 2

    (rfs/rfs)

  • Amunisi Sisa Perang Israel Meledak di Iran, 1 Orang Tewas

    Amunisi Sisa Perang Israel Meledak di Iran, 1 Orang Tewas

    Teheran

    Amunisi sisa perang melawan Israel, yang berkecamuk awal tahun ini, meledak di wilayah Iran pada Selasa (19/8) waktu setempat. Sedikitnya satu orang tewas akibat ledakan tersebut.

    Laporan kantor berita resmi IRNA, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (20/8/2025), menyebut “amunisi rezim Zionis yang belum meledak” telah meledak di dekat kota Beyranshahr di Provinsi Lorestan, Iran bagian barat.

    Tidak dijelaskan lebih lanjut apakah amunisi itu meledak secara tidak sengaja atau memang diledakkan.

    “Insiden itu menewaskan satu orang dan melukai sembilan orang lainnya,” sebut Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) dalam pernyataannya yang dikutip kantor berita IRNA.

    Perang yang berkecamuk selama 12 hari pada Juni lalu diwarnai aksi saling serang, dengan Israel mengebom fasilitas nuklir dan militer, serta kawasan permukiman, di berbagai wilayah Iran.

    Lebih dari 1.000 orang tewas akibat rentetan serangan militer Tel Aviv dalam perang tersebut. Para komandan senior dan ilmuwan nuklir Iran termasuk di antara korban tewas.

    Iran membalas dengan melancarkan rentetan serangan rudal dan drone yang menewaskan puluhan orang di wilayah Israel.

    Amerika Serikat (AS), yang sempat bergabung dalam perang dengan mengebom situs-situs nuklir Iran, melakukan mediasi dan mengumumkan penghentian pertempuran pada 24 Juni lalu.

    Meskipun pertempuran telah berakhir, tidak ada kesepakatan yang meresmikan gencatan senjata antara Iran dan Israel.

    Para pejabat Teheran sejak saat itu menegaskan bahwa Iran tetap siap seandainya konfrontasi kembali pecah dengan Israel.

    Yahya Rahim Safavi, selaku penasihat militer untuk pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan pada Minggu (17/8) bahwa Iran sedang “mempersiapkan rencana untuk skenario terburuk”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Iran Ingatkan Perang dengan Israel Bisa Meletus Lagi Kapan Saja

    Iran Ingatkan Perang dengan Israel Bisa Meletus Lagi Kapan Saja

    Jakarta

    Wakil Presiden (wapres) Iran mengingatkan bahwa perang dengan Israel bisa kembali meletus kapan saja. Pejabat senior Iran itu menyebut jeda yang terjadi setelah konflik 12 hari di bulan Juni lalu hanya sebagai penghentian sementara.

    “Kita harus siap setiap saat untuk konfrontasi; saat ini, kita bahkan belum berada dalam gencatan senjata (kesepakatan); kita berada dalam penghentian permusuhan,” kata Wakil Presiden Pertama Iran Mohammad Reza Aref, dilansir Al Arabiya, Selasa (19/8/2025).

    Dalam pertempuran pada bulan Juni lalu, Israel membombardir situs-situs nuklir dan militer Iran, serta kawasan permukiman, menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk komandan senior dan ilmuwan nuklir Iran.

    Iran membalas dengan serangan rudal dan drone yang menewaskan puluhan orang di Israel.

    Amerika Serikat mengumumkan penghentian pertempuran pada 24 Juni, dua hari setelah bergabung dalam perang dengan mengebom fasilitas-fasilitas nuklir Iran. Namun, tidak ada kesepakatan yang meresmikan gencatan senjata, yang ada hanyalah jeda permusuhan yang tidak diumumkan.

    Pada hari Minggu lalu, Yahya Rahim Safavi, penasihat militer Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan kepada media Iran bahwa negaranya sedang “mempersiapkan rencana untuk skenario terburuk.”

    “Kita tidak sedang berada dalam gencatan senjata sekarang, kita berada dalam fase perang, ini bisa kolaps kapan saja, tidak ada protokol, tidak ada peraturan, tidak ada kesepakatan antara kita dan Israel, antara kita dan Amerika,” ujarnya dalam pernyataan yang dimuat oleh harian Shargh.

    “Gencatan senjata berarti menghentikan serangan; itu bisa berubah kapan saja,” tambahnya.

    Negara-negara Barat menuduh Iran mengembangkan senjata nuklir melalui program atomnya. Namun, tuduhan ini dibantah keras oleh Teheran.

    Setelah perang, Israel dan Amerika Serikat berulang kali mengancam akan menyerang Iran lagi jika Teheran meluncurkan kembali situs nuklirnya dan melanjutkan program pengayaan nuklirnya.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Unjuk Rasa di Sydney Dapat Tanggapan dari Israel-Warga Gaza

    Unjuk Rasa di Sydney Dapat Tanggapan dari Israel-Warga Gaza

    Dunia Hari Ini kembali dengan laporan dunia selama 24 jam terakhir.

    Kami mengawali laporan Senin, 4 Agustus 2025 ini dengan berita dari Sydney, Australia

    Dukungan Palestina dari Sydney

    Lebih dari seratus ribu orang turun ke jalanan kota Sydney, kemudian melintasi Sydney Harbour Bridge yang ikonik untuk menunjukkan dukungan terhadap Palestina.

    Jumlah warga Sydney yang turun ke jalan melebihi perkiraan pihak penyelenggara, yakni Palestine Action Group, hingga menjadi sorotan media-media internasional, termasuk Israel.

    Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa’ar mengkritik unjuk rasa, yang mengunggahnya di X dengan foto salah satu pengunjuk rasa yang membawa foto pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei.

    Unjuk rasa besar juga digelar di Melbourne yang mengkritik pemerintah Australia karena tidak berbuat lebih banyak untuk mengakhiri serangan Israel ke Gaza, termasuk menjatuhkan sanksi terhadap Israel.

    “Kami di sini untuk mendesak pemerintah agar memberikan sanksi kepada Israel. Itulah tujuan inti dari demonstrasi ini,” ujar Nour Salman, salah satu pemimpin pengunjuk rasa.

    Sebuah gunung Rusia meletus

    Sebuah gunung berapi di Semenanjung Kamchatka, Rusia timur jauh, meletus untuk pertama kalinya dalam ratusan tahun, hanya beberapa hari setelah gempa bumi berkekuatan 8,8 skala Richter mengguncang wilayah tersebut.

    Guncangan ini memicu peringatan tsunami hingga Polinesia Prancis dan Chili.

    Seorang juru bicara Tim Tanggap Erupsi Gunung Berapi Kamchatka mengatakan letusan tersebut mungkin terhubung dengan gempa bumi minggu lalu.

    Gunung berapi Krasheninnikov menyemburkan abu setinggi 6 kilometer ke langit, menurut staf di Cagar Alam Kronotsky, tempat gunung berapi tersebut berada.

    Pekerja tambang Chili terjebak reruntuhan

    Lima pekerja tambang tembaga El Teniente di Chili yang terjebak dalam reruntuhan pekan lalu ditemukan tewas.

    Hal ini diungkapkan perusahaan tambang Codelco pada hari Minggu, yang juga berjanji untuk menyelidiki penyebab keruntuhan dan meningkatkan langkah-langkah keselamatan.

    Total korban tewas mencapai enam orang, termasuk satu orang yang meninggal saat kecelakaan terjadi pada Kamis malam, 70 jam sebelum pekerja terakhir yang terjebak ditemukan.

    Chairman Codelco, Maximo Pacheco, mengatakan perusahaannya akan mengumpulkan pakar internasional untuk menyelidiki penyebabnya dan menentukan “kesalahan apa yang telah kami perbuat.”

    Pria tewas di konser Oasis

    Seorang pria berusia 40-an meninggal dunia setelah terjatuh di konser Oasis di Stadion Wembley, London.

    Band tersebut mengatakan anggotanya “terkejut dan sedih” setelah pria tersebut, yang diyakini duduk di tingkat atas, terjatuh hingga tewas saat konser.

    Kepolisian Metropolitan London mengatakan petugas dan paramedis menanggapi laporan tentang seorang penonton yang terluka “dengan cedera yang konsisten dengan jatuh.”

    “Kami terkejut dan sedih mendengar kematian tragis seorang penggemar di konser tadi malam,” bunyi pernyataan Oasis.

  • AS Jatuhkan ‘Bom’ Terbesar ke Iran, Teheran Siap Melawan

    AS Jatuhkan ‘Bom’ Terbesar ke Iran, Teheran Siap Melawan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) kembali menjatuhkan sanksi besar terhadap Iran, kali ini menargetkan lebih dari 100 individu, perusahaan, dan kapal laut yang disebut sebagai bagian dari jaringan pengiriman minyak global yang dikendalikan keluarga dekat pemimpin tertinggi Iran.

    Departemen Keuangan AS pada Rabu (30/7/2025) mengumumkan sanksi terhadap 115 entitas dan individu yang disebut terlibat dalam penghindaran sanksi minyak Iran dan Rusia. Paket ini disebut sebagai “tindakan terbesar terkait Iran sejak 2018”.

    “Jaringan ini mengangkut minyak dan produk minyak bumi dari Iran dan Rusia ke pembeli di seluruh dunia, menghasilkan keuntungan puluhan miliar dolar,” kata Departemen Keuangan dalam pernyataan resmi, seperti dikutip Al Jazeera, Kamis (31/7/2025).

    Jaringan yang dimaksud dikendalikan oleh Mohammad Hossein Shamkhani, putra Ali Shamkhani, penasihat politik senior Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Hossein disebut memanfaatkan struktur perusahaan fronting yang kompleks untuk menjalankan operasionalnya tanpa terdeteksi.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa sanksi ini menjadi bukti bagaimana elit Iran menggunakan kekuasaan mereka demi kepentingan pribadi.

    “Kekaisaran pelayaran keluarga Shamkhani menyoroti bagaimana elit rezim Iran memanfaatkan posisi mereka untuk mengumpulkan kekayaan besar dan mendanai perilaku berbahaya rezim tersebut,” ujar Bessent.

    Departemen Keuangan juga mengungkap bahwa keluarga Shamkhani menguasai sebagian besar ekspor minyak mentah Iran. Meskipun Ali Shamkhani sudah dikenai sanksi sejak 2020, mereka tetap leluasa menjalankan bisnis global berkat kepemilikan properti eksklusif dan paspor asing.

    “Lapisan perusahaan depan yang tampak tidak berbahaya dan tidak memiliki hubungan langsung dengan jaringan Shamkhani memungkinkan keuntungan besar mengalir tanpa pengawasan eksternal,” tulis lembaga tersebut.

    Sanksi ini mencakup 15 perusahaan pelayaran, 52 kapal, 12 individu, dan 53 entitas lain di 17 negara termasuk Panama, Italia, dan Hong Kong. Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa langkah ini akan membuat Iran “jauh lebih sulit” untuk menjual minyaknya, meski diperkirakan tidak mengganggu pasar minyak global secara signifikan.

    China diketahui sebagai pembeli utama minyak Iran saat ini, meskipun dalam pernyataan resmi, pemerintah AS tidak secara langsung menyebut negara tersebut sebagai target sanksi.

    Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menyebut sanksi ini sebagai “contoh nyata permusuhan Amerika terhadap bangsa Iran”, menurut laporan Iranian Student News Agency (ISNA).

    Menanggapi situasi yang memanas, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi memperingatkan bahwa setiap agresi baru terhadap Iran akan memicu balasan yang tegas.

    “Iran, negara dengan budaya 7.000 tahun, tidak akan pernah tunduk pada bahasa ancaman dan intimidasi. Jika agresi terulang, kami tidak akan ragu untuk bereaksi dengan cara yang lebih tegas dan TIDAK MUNGKIN untuk ditutup-tutupi,” tulis Araghchi melalui akun X.

    Ia juga memperingatkan bahwa Iran telah berinvestasi besar dalam pengembangan teknologi pertahanan dalam negeri yang tidak bisa diabaikan oleh pihak asing. “Tidak ada orang waras yang akan mengabaikan hasil investasi besar dalam teknologi damai yang menyelamatkan nyawa,” katanya.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pejabat Iran Tuding Israel Pakai Bantuan Jin dan Klenik dalam Perang 12 Hari

    Pejabat Iran Tuding Israel Pakai Bantuan Jin dan Klenik dalam Perang 12 Hari

    GELORA.CO –  Seorang pejabat senior Iran mengklaim bahwa Israel mengerahkan “roh-roh gaib dan supernatural” selama perangnya dengan Iran, demikian dilaporkan Iran International. Roh gaib dalam bentuk jin itu dituding bertanggung jawab atas fenomena aneh yang terjadi selama perang.

    Dalam sebuah unggahan di media sosial X pada Rabu, (9/7/2025) Abdollah Ganji, mantan editor surat kabar Javan yang berafiliasi dengan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), mengatakan bahwa sebuah fenomena aneh telah terjadi selama perang 12 hari Iran dengan Israel. Dia mengklaim bahwa itu terjadi akibat roh gaib yang dikerahkan Israel melalui jimat-jimat dari jalanan Teheran.

    “Setelah perang baru-baru ini, beberapa lembar kertas ditemukan di jalan-jalan Teheran berisi jimat-jimat dengan simbol-simbol Yahudi,” tulis Ganji, sebagaimana dilansir Jerusalem Post. “Pada tahun pertama perang Gaza, berita juga bocor tentang pertemuan Netanyahu dengan para ahli ilmu gaib.”

    “Beberapa tahun yang lalu, Pemimpin Tertinggi telah menyatakan bahwa negara-negara musuh dan badan intelijen Barat serta Yahudi menggunakan ilmu gaib dan entitas jin untuk spionase,” tambahnya, merujuk pada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

    Akun resmi Mossad, X, dalam bahasa Persia, menanggapi unggahan Ganji pada Kamis, (10/7/2025).

    “Menggunakan narkoba dan berbicara dengan jin bukanlah sifat yang diinginkan bagi seseorang yang memimpin suatu negara,” tulis akun zionis tersebut.

    Jin adalah makhluk gaib yang disebutkan dalam Al-Quran memiliki kemampuan mengambil berbagai bentuk dan memiliki kekuatan luar biasa. Dalam Islam, jin disebut mampu memilih antara baik dan buruk, seperti halnya manusia.