Tag: Arifin

  • Refleksi Hari Jadi Ke-17, AJP Bedah Buku Karya Kadarisman Sastrodiwirdjo

    Refleksi Hari Jadi Ke-17, AJP Bedah Buku Karya Kadarisman Sastrodiwirdjo

    Pamekasan (beritajatim.com) – Aliansi Jurnalis Pamekasan (AJP) memeriahkan Hari Jadi ke-17 melalui kegiatan bedah buku berjudul ‘Menyoal Akuntabilitas DPRD dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah’ karya Kadarisman Sastrodiwirdjo di Hall Laboratorium Universitas Madura (UNIRA) Pamekasan, Rabu (12/11/2025).

    Dalam bedah buku tersebut, AJP menghadirkan beberapa narasumber yang diplot sebagai pembedah, di antaranya Rektor Universitas Dr Soetomo Surabaya, Prof Dr Siti Marwiyah, Dekan Fakultas Hukum UNIRA Pamekasan, Nadir, Ketua DPRD Pamekasan, Ali Masykur, serta perwakilan jurnalis, Samsul Arifin.

    Dalam kesempatan tersebut juga tampak hadir jajaran civitas akademika UNIRA, termasuk Bupati Pamekasan, KH Kholilurrahman beserta sejumlah perwakilan Forkopimda, sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD), sejumlah jurnalis dari berbagai media, serta para undangan hingga mahasiswa UNIRA Pamekasan.

    “Sejauh ini, kami bersama rekan-rekan di AJP tidak hanya fokus pada kerja jurnalistik semata, tetapi juga menyentuh aspek lain seperti pendidikan maupun kemanusiaan. Salah satu di antaranya kegiatan bedah buku ini karya Kadarisman Sastrodiwirdjo,” kata Ketua AJP, M Khairul Umam.

    Kadarisman Sastrodiwirdjo, penulis Buku ‘Menyoal Akuntabilitas DPRD dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah’ di Pamekasan, Rabu (12/11/2025).

    Upaya tersebut bukan tanpa alasan, sebab dalam waktu dekat pihaknya juga berencana meresmikan prodok buku dengan judul ‘Pamekasan Mencari Identitas’ yang dijadwalkan digelar bersamaan dengan AJP Award 2025 pada awal Desember 2025 mendatang.

    “Hal ini kita tunjukkan sebagai salah satu bentuk komitmen dalam menjalankan tugas jurnalistik, sekaligus menjadi wajah baru AJP yang bisa menerbitkan karya berupa produk buku yang ditulis oleh para pengurus maupun anggota AJP,” ungkapnya.

    Sementara Rektor UNIRA Pamekasan, Gazali menyampaikan apresiasi khusus bagi keluarga besar AJP. “Apresiasi dan terima kasih kami sampaikan kepada rekan-rekan AJP yang sudah berkenan menjadikan kampus kami sebagai ruang refleksi dan diskusi intelektual,” kata Gazali.

    “Tidak kalah penting di usia 17 tahun ini, AJP kami harapkan semakin matang dan memiliki arah yang jelas dalam memperkuat sinergi antara media, akademisi dan pemerintah daerah. Tentunya dengan tetap selalu menjunjung tinggi nilai sesuai kode etik profesi maupun jurnalistik,” harapnya.

    Harapan senada juga disampaikan KH Kholilurrahman yang mengapresiasi kiprah AJP yang tetap bertahan dan memberikan kontribusi nyata bagi daerah. “Usia 17 tahun adalah usia puber, usia menuju kematangan. Semoga AJP terus berperan aktif dalam membangun Pamekasan,” harap Kholil.

    “Dalam konteks demokrasi, jurnalis bukan sekedar profesi, tetapi panggilan nurani untuk membangun bangsa dan negara. Terlebih selama ini media berperan sebagai cerminan masyarakat, sehingga pemerintah daerah akan terus membuka ruang kritik konstruktif dan profesional,” pungkasnya. [pin/ted]

  • Profil Gus Elham Yahya Luqman, Dai Muda yang Disorot karena Cium Anak Perempuan

    Profil Gus Elham Yahya Luqman, Dai Muda yang Disorot karena Cium Anak Perempuan

    GELORA.CO  – Profil Gus Elham Yahya Luqman, pendakwah muda yang mencium anak perempuan di atas panggung menuai kritikan dari sejumlah kalangan. 

    Video Gus Elham mencium pipi anak perempuan tersebut beredar luas dan viral di media sosial. Perilaku dai muda asal Kediri, Jawa Timur itu dinilai melanggar nilai-nilai dakwah dan bertentangan dengan ajaran agama Islam.

    Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pun menyesalkan tindakan dan perilaku pendakwah Elham Yahya Luqman, yang tidak mencerminkan akhlakul karimah serta bertentangan dengan ajaran Islam.

    Ketua PBNU Alissa Wahid mengatakan, perilaku yang bersifat merendahkan martabat manusia, terlebih terhadap anak-anak, merupakan pelanggaran serius terhadap nilai kemanusiaan dan prinsip dakwah bil hikmah yang menjadi ciri dakwah Islam rahmatan lil ‘alamin.

     

    “Itu menodai nilai-nilai dakwah sendiri yang seharusnya memberikan teladan melalui sikap dan lakunya kepada umat,” kata Alissa Wahid, Senin (12/11/2025).

    PBNU menegaskan bahwa Nahdlatul Ulama mewarisi amanah besar untuk membangun kemaslahatan umat dengan berpegang pada prinsip Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyyah.

    Oleh Karena itu, NU menolak keras segala praktik yang mencederai Maqashid Syariah (tujuan penerapan syariat), terutama perlindungan terhadap kehormatan manusia (hifdz al-‘irdh), tanpa memandang usia, status, maupun kedudukan sosial.

    Berikut ini profil lengkap Gus Elham Yahya Luqman, pendakwah muda yang banjir kritikan atas tindakannya menciium pipi anak perempuan.

    Profil Elham Yahya Luqman

    Gus Elham Yahya Luqman dikenal sebagai pendakwah muda yang populer, terutama di kalangan generasi muda, berkat gaya dakwahnya yang ringan, hangat, dan aktif di media sosial.

    Gus Elham lahir pada 8 Juli 2021 di Kediri, Jawa Timur, putra pasangan KH Luqman Arifin Dhofir dan Hj. Ernisa Zulfa Al-Hafidz, pengasuh Pondok Pesantren Al Ikhlas 1 Kediri. Mohammad Elham Yahya Luqman. Kakeknya, KH Mudhofir Ilyas juga salah satu kiai kharismatik sekaligus pendiri Pondok Pesantren Al Ikhlas Kaliboto.

    Riwayat Pendidikan

    Gus Elham tumbuh dalam lingkungan pesantren yang sangat kuat, menunjukkan bahwa ia adalah keturunan dari ulama besar di Kediri. Sejak kecil, Gus Elham sudah ditempa dalam tradisi keilmuan Islam.

    Dia sempat menimba ilmu di salah satu pesantren tertua dan terbesar di Kediri, yaitu Pondok Pesantren Lirboyo. Pesantren ini dikenal sebagai salah satu yang melahirkan banyak ulama besar di Indonesia.

    Sebagai bentuk pengabdian dan komitmen terhadap pendidikan agama Islam, Gus Elham mendirikan beberapa lembaga dakwah dan Pendidikan Pondok Pesantren Al Ikhlas 2. Didirikan di Desa Kaliboto, Tarokan, Kediri. Pesantren ini merupakan cabang dari pondok pesantren yang diasuh oleh ayahnya.

    Dia juga mendirikan Majelis Taklim Ibadallah (MT Ibadallah) yang diinisiasi sejak September 2023. Wadah dakwah dan pengajian ini berkembang pesat dan aktif di media sosial melalui akun Instagram @mt.ibadallah, yang kini memiliki puluhan ribu pengikut. Melalui platform ini, ia rutin membagikan ceramah singkat, nasihat keagamaan, dan dokumentasi kegiatan sosial.

    Popularitas Gus Elham meningkat pesat berkat gaya dakwahnya yang mudah diterima oleh generasi muda.

    Seiring dengan ketenarannya, Gus Elham juga beberapa kali menjadi subjek pemberitaan karena kontroversi di media sosial. Beberapa video ceramahnya sempat viral dan menuai pro-kontra, bahkan pernah mendapat perhatian dan teguran dari tokoh ulama lain. 

    Terakhir, namanya ramai diperbincangkan setelah sebuah video yang memperlihatkan interaksinya dengan anak kecil di atas panggung dakwah viral. Tindakan tersebut menuai kecaman dari publik, PBNU, hingga Wakil Menteri Agama, yang menilai perilaku tersebut tidak pantas.

    Gus Elham telah menyampaikan permohonan maaf dan mengakui tindakannya sebagai kekhilafan dan kesalahan pribadi.

    Meskipun menghadapi kontroversi, Gus Elham Yahya Luqman tetap aktif berdakwah dan melanjutkan kegiatan pendidikan di pesantren yang didirikannya

  • Langgar AD/ART, Rusak Marwah Partai di Malaysia

    Langgar AD/ART, Rusak Marwah Partai di Malaysia

    JAKARTA – Konflik internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Malaysia memuncak. Sejumlah kader menuntut sanksi tegas terhadap Ketua Dewan Pimpinan Luar Negeri (DPLN) Malaysia Zainul Arifin, yang dinilai telah bertindak di luar kewenangan.

    Kader senior PPP Malaysia, Aswal Ludin Bin Arwah menyatakan bahwa langkah sepihak Zainul bukan hanya pelanggaran terhadap AD/ART, tetapi juga mencederai proses islah yang telah ditegaskan oleh DPP PPP melalui SK Kemenkum Nomor M.HH-15.AH.11.02 Tahun 2025, tanggal 6 Oktober 2025.

    “Sudah jelas PPP dalam posisi islah dan satu komando. Tapi ada saja oknum yang masih berulah, bertindak di luar aturan, dan mempermalukan nama baik partai di hadapan kader serta simpatisan di Malaysia,” tegas Aswal kepada media, Selasa (11/11/2025).

    Aswal menilai Zainul turut menjadi bagian dari perusak PPP, khususnya di Malaysia. Pada saat itu, Zainul mengganti Ketua DPLN Malaysia periode 2018-2023 Dato Mail Saleh, saat Romy menjabat Ketua Umum PPP dan diperbaharui dengan surat tugas per tanggal 25 Maret 2021 hingga masa jabat sampai 2026.

    “Saat masa Suharso menjadi Ketum Zainul dengan jelas menabrak AD/ART PPP hanya untuk kepentingan sesaat. Bagaimana bisa seorang kader seenaknya mengganti Ketua yang masih memiliki surat tugas resmi? Ini bentuk pembangkangan terhadap struktur dan aturan partai,” ungkapnya.

    Menurutnya, tindakan tersebut tidak hanya menunjukkan sikap tidak loyal terhadap garis organisasi, tetapi juga menimbulkan keresahan di kalangan kader dan simpatisan PPP di Malaysia.

    “PPP bukan milik perorangan. Jangan jadikan partai sebagai kendaraan pribadi untuk kepentingan politik jangka pendek. Itu perilaku yang menggerus kepercayaan kader dan mencoreng marwah partai,” ujarnya.

    Aswal menekankan agar DPP PPP tidak ragu menjatuhkan Surat Peringatan (SP), bahkan pemecatan, terhadap kader yang terbukti melanggar disiplin dan etika partai.

    “PPP harus bersih dari perilaku manipulatif dan ego sektoral. Jika dibiarkan, publik akan menilai PPP kehilangan wibawa. DPP harus bertindak tegas dan jangan sampai organisasi ini dikendalikan oleh orang-orang yang justru melemahkan semangat perjuangan partai,” tegasnya.

    Menurut sejumlah kader, situasi internal PPP Malaysia kini memerlukan pembenahan serius agar partai kembali solid dan fokus membangun basis di kalangan diaspora Indonesia.

    “Kami tidak ingin PPP di Malaysia hancur karena ulah segelintir orang yang haus posisi. DPP PPP harus hadir dan menegakkan disiplin partai,” pungkas Aswal.

  • Triliun di Telinga Rakyat

    Triliun di Telinga Rakyat

    Judul naskah ini tidak salah. Ya, memang di telinga rakyat. Hanya di telinga. Bukan di tangan rakyat.
    Belakangan para elit sedang berbicara tentang uang triliunan. Diucapkan dengan nada enteng. Dalam berita, di sidang kabinet, pidato menteri, atau di media sosial. Rakyat berdompet tipis pun ikut-ikutan bicara triliunan. Cuma bicara.

    Kabar baiknya, kadang angka triliunan rupiah itu dalam konteks berita baik: proyek pembangunan jembatan, makan gratis bergizi (meski kadang beracun), dana suntikan untuk bank pemerintah, atau bantuan sosial. Dan, yang tak pernah ketinggalan, dana ratusan triliun yang diembat koruptor cerdik.

    Berjuta rakyat kecil dipaksa mendengarkan angka triliunan itu. Dari warung kopi atau di sela kerja harian. Mereka hanya bisa mengelus dada. Bagi mereka, angka jutaan saja sudah terasa jauh, apalagi triliunan.
    Perbedaan yang sangat mencolok. Dirasakan sebagian besar rakyat yang tengah bergulat mendapatkan seribu atau seratus ribu. Maka perbincangan mengenai dana triliunan rupiah menggigit rasa ketidakadilan, frustrasi, dan bahkan kepedihan.

    Mengapa terasa menyakitkan? Rakyat mengalami kesulitan finansial yang nyata dan mendesak. Bagi rakyat setiap rupiah sangat berarti. Wajar jika nominal triliunan rupiah terasa sangat abstrak dan jauh dari realitas mereka. Serasa menciptakan jurang lebar antara elit pengambil kebijakan dan rakyat biasa.

    Pernyataan tentang dana triliunan yang “menghambur” atau dialokasikan untuk hal-hal yang tidak terasa mendesak atau langsung membantu rakyat, telah menimbulkan persepsi bahwa para pembuat keputusan tidak sensitif atau tidak memahami kesulitan hidup rakyat.

    Ketika rakyat bergulat dengan harga kebutuhan pokok, munculnya berita tentang dana triliunan untuk proyek, membuat publik bertanya-tanya: “Apakah prioritas pemerintah sudah tepat?” Apakah dana digunakan mengatasi masalah dasar yang dialami rakyat?

    Rasa Sakit
    Tentu saja rakyat paham bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) memang beredar dalam skala ratusan hingga ribuan triliun rupiah. Ketika berbicara tentang pembangunan infrastruktur, dana bantuan sosial nasional, atau pembayaran utang negara, nominalnya selalu triliunan.

    Pertanyaan rakyat sederhana saja: Apakah dana triliunan yang dialokasikan untuk pos-pos besar berdampak jangka panjang pada perekonomian dan kesejahteraan rakyat? Sebut saja pembangunan jalan, bandara, atau pelabuhan, subsidi energi dan pangan, anggaran kesehatan dan pendidikan.

    Jadi, masalah utamanya bukan semata pada angka triliunan, melainkan pada akuntabilitas dan dampak nyata dana. Publik berharap transparansi dan kejelasan tentang ke mana dana triliunan itu mengalir dan untuk kepentingan siapa.

    Nominal triliunan harus diterjemahkan menjadi dampak positif yang dapat dirasakan langsung. Seperti penciptaan lapangan kerja, stabilitas harga pangan, perbaikan layanan publik, atau peningkatan daya beli masyarakat.

    Jika dana triliunan terkesan “menghambur” tanpa hasil yang jelas atau bahkan ada indikasi korupsi, ini akan semakin memperparah rasa sakit dan menyulut ketidakpercayaan publik.

    Harapan rakyat itu sekaligus mengirimkan pesan tentang rasa sakit akibat kontras antara kesulitan rakyat dan ucapan dana triliunan. Sangat valid dan merupakan cerminan dari tuntutan publik akan keadilan sosial, sensitivitas kepemimpinan, serta pengelolaan keuangan negara yang transparan dan berorientasi pada kepentingan rakyat kecil.

    Dana Mengendap
    Ada dua topik utama mengenai dana triliunan rupiah yang sedang menjadi sorotan publik.
    Ada dana Pemerintah Daerah (Pemda) yang mengendap “diternakkan” di bank sebesar Rp234 triliun. Menteri Keuangan Purbaya bilang, dana Pemda yang bersumber dari APBN itu seharusnya digunakan untuk pembangunan. Bukan diendapkan di rekening perbankan.

    Melihat ini saja kita bisa memahami rasa sakit rakyat. Uang publik itu seharusnya berputar untuk menggerakkan ekonomi lokal, menciptakan pekerjaan, dan membiayai layanan dasar bagi rakyat.

    Di sini terbaca kontrasnya. Rakyat kesulitan mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari, sementara uang negara mengendap dalam jumlah sangat besar karena lambatnya serapan anggaran atau eksekusi program di daerah.

    Masih soal angka triliunan. Pemerintah menyalurkan dana Rp200 triliun ke bank-bank Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Tujuannya jelas: dana disalurkan sebagai kredit untuk menggerakkan sektor riil dan meningkatkan perekonomian.

    Pemerintah maunya memicu pertumbuhan ekonomi. Namun publik khawatir dana tidak benar-benar mengalir ke Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Atau sektor yang bersentuhan langsung dengan rakyat, Jangan justru menguntungkan konglomerat atau proyek besar saja. Seolah menyuarakan kecemasan rakyat, Menkeu Purbaya mewanti-wanti bank agar dana tersebut tidak diberikan sebagai kredit kepada konglomerat.

    Kedua kasus itu menunjukkan bahwa perbincangan tentang “dana triliunan” menjadi menyakitkan bukan hanya karena kontrasnya dengan isi dompet rakyat. Tapi karena dana Rp234 T yang mengendap di saat rakyat membutuhkan pergerakan ekonomi.

    Pada bagian ini diperlukan sensitivitas dan akuntabilitas para pemangku kebijakan untuk memastikan kekayaan negara benar-benar digunakan untuk memecahkan masalah dasar rakyat. Rakyat kecil sudah cukup diiming-iming angka trilunan.

    Zainal Arifin Emka,
    Wartawan Tua, Pengajar Jurnalistik

  • Wali Kota Kediri Turut Saksikan Inagural Flight Bandara Dhoho Tepat di Hari Pahlawan

    Wali Kota Kediri Turut Saksikan Inagural Flight Bandara Dhoho Tepat di Hari Pahlawan

    Kediri (beritajatim.com) – Tepat di momentum Hari Pahlawan, Senin (10/11/2025), Bandara Dhoho Kediri resmi kembali membuka rute penerbangan Kediri–Jakarta dan sebaliknya. Penerbangan perdana ini dilayani oleh maskapai Super Air Jet. Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati hadir langsung untuk menyaksikan inaugural flight di Bandara Dhoho Internasional Kediri.

    Wali Kota Kediri, yang akrab disapa Mbak Wali, menyampaikan selamat dan sukses atas penerbangan perdana Super Air Jet rute Kediri–Jakarta dan sebaliknya. Menurutnya, kehadiran penerbangan ini tidak hanya memudahkan akses mobilitas masyarakat, tetapi juga memperkuat potensi ekonomi dan pariwisata Kota Kediri.

    Lebih lanjut, Mbak Wali mengajak masyarakat untuk memanfaatkan kesempatan ini berkunjung ke Kota Kediri yang Ngangeni. “Ada berbagai wisata budaya, alam, dan kuliner yang istimewa. Rasakan suasana ramah dan menyenangkan di Kota Kediri. Semoga penerbangan ini membuka banyak peluang untuk kemajuan Kota Kediri dan seluruh masyarakatnya,” tuturnya.

    Dalam kesempatan itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak juga menyampaikan rasa syukur atas kembali beroperasinya Bandara Dhoho Kediri.

    “Hari ini, bertepatan dengan Hari Pahlawan, kami akan menggunakan penerbangan ini ke Jakarta, jadi tukeran sama Mas Bupati Trenggalek, yang baru saja mengikuti penerbangan rute Jakarta-Kediri. Hari ini salah satu bandara utama di Jawa Timur juga resmi dilayani oleh Super Air Jet. Kami sangat berterima kasih,” ujarnya.

    Emil Dardak juga menambahkan bahwa proses untuk mencapai stabilitas tingkat okupansi penerbangan tentu tidak bisa terjadi secara instan. Masyarakat masih perlu waktu untuk beradaptasi dengan pola perjalanan yang baru, sehingga dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak.

    Dengan begitu, Wakil Gubernur Jawa Timur juga memberikan apresiasi untuk inovasi yang dilakukan oleh Bupati Kediri dan Bupati Trenggalek, yang memberikan tiket masuk gratis ke sejumlah destinasi wisata unggulan Kabupaten Kediri dan Trenggalek serta diskon hotel bagi penumpang yang memiliki boarding pass Super Air Jet rute Jakarta -Kediri. Menurutnya, langkah tersebut merupakan upaya kreatif untuk menarik minat masyarakat menggunakan layanan penerbangan dari Bandara Dhoho Kediri.

    Lebih jauh, Emil juga mengenang proses panjang terwujudnya Bandara Dhoho Kediri. “Kami sangat bersyukur dengan adanya bandara ini. Dulu saya bersama Mas Bupati Trenggalek sangat berharap keberadaan bandara ini karena benar-benar dibutuhkan,” katanya.

    “Bahkan pada tahun 2016, ada petisi yang ditandatangani oleh delapan bupati dan wali kota untuk menyampaikan aspirasi pembangunan bandara ini ke pemerintah pusat. Karena itu, kembali beroperasinya Bandara Dhoho Kediri menjadi hal yang sangat kami syukuri, dan mudah-mudahan keberlanjutannya dapat terus terjaga. Kami optimis, dengan dukungan semua pihak, hal ini bisa terwujud,” lanjutnya.

    Pada penerbangan perdana Super Air Jet rute Jakarta–Kediri tersebut, salah satu penumpangnya adalah Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, yang turut disambut oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak dan rombongan saat tiba di Bandara Dhoho Kediri.

    Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana, Presiden Direktur Lion Air Capt. Daniel Putut Adi, Direktur PT Surya Dhoho Investama Maksin Arisandi, Forkopimda Kota dan Kabupaten Kediri, serta para tamu undangan lainnya. [nm/suf]

  • Tiga Kasus Korupsi Mengguncang Ponorogo Sepanjang 2025, Ini Deretannya

    Tiga Kasus Korupsi Mengguncang Ponorogo Sepanjang 2025, Ini Deretannya

    Ponorogo (beritajatim.com) – Tahun 2025 menjadi catatan kelam bagi Kabupaten Ponorogo. Dalam kurun sebelas bulan terakhir, tercatat tiga kasus korupsi besar menyeret sejumlah pejabat publik, aparatur negara, hingga pihak swasta. Praktik lancung itu terjadi di sektor pendidikan, perbankan, hingga layanan kesehatan, menodai semangat reformasi birokrasi yang selama ini digaungkan di Bumi Reog.

    1. Penyalahgunaan Dana BOS di SMK PGRI 2 Ponorogo

    Kasus pertama muncul dari dunia pendidikan. Kejaksaan Negeri (Kejari) Ponorogo pada Senin, 28 April 2025, resmi menetapkan Syamhudi Arifin (SA), Kepala SMK PGRI 2 Ponorogo, sebagai tersangka dalam dugaan penyalahgunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) periode 2019–2024.

    Kepala Seksi Intelijen Kejari Ponorogo, Agung Riyadi, menyebut penetapan itu dilakukan setelah penyidik menemukan dua alat bukti kuat. SA diduga menggunakan sebagian dana BOS tidak sesuai peruntukan hingga merugikan keuangan negara.

    Sebelumnya, pada 12 November 2024, tim penyidik melakukan penggeledahan besar-besaran di sekolah tersebut. Sejumlah dokumen, perangkat elektronik, hingga unit bus dan dua mobil disita sebagai barang bukti. Bahkan, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Aries Agung Paewai turut diperiksa untuk memperkuat konstruksi perkara.

    Kasus ini menjadi sinyal awal tahun yang getir bagi dunia pendidikan Ponorogo, karena muncul di tengah semangat transparansi pengelolaan dana BOS.

    2. Kredit Fiktif BRI Unit Pasar Pon Ponorogo

    Belum reda kasus di sektor pendidikan, Kejari Ponorogo kembali membongkar praktik korupsi di dunia perbankan rakyat. Pada Kamis, 26 Juni 2025, kejaksaan menetapkan empat tersangka berinisial SPP, NAF, DSKW, dan Lette dalam kasus kredit fiktif di BRI Unit Pasar Pon Ponorogo. Salah satu tersangka, Lette, hingga kini masih buron.

    Keempatnya diduga menyalahgunakan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) tahun 2024 dengan modus memanfaatkan identitas fiktif dan memanipulasi data penerima kredit. Akibatnya, negara mengalami kerugian yang masih dalam proses penghitungan.

    “Ini merupakan kasus yang merugikan keuangan negara, maka undang-undang yang digunakan adalah UU Tindak Pidana Korupsi,” tegas Agung Riyadi.

    Kasus ini menambah panjang daftar penyimpangan di sektor keuangan lokal. Di tengah upaya pemerintah menyalurkan kredit untuk pemberdayaan UMKM, justru muncul praktik sistematis yang melemahkan kepercayaan publik terhadap lembaga keuangan daerah.

    3. OTT KPK Menjerat Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko

    Kasus paling menghebohkan sekaligus menutup tahun 2025 adalah operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menjaring Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko.

    Dalam konferensi pers Minggu (9/11/2025) dini hari, Plt. Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur Rahayu mengungkap detail dugaan suap terkait pengurusan jabatan dan fee proyek di RSUD dr. Harjono Ponorogo.

    Semua bermula dari laporan bahwa dr. Yunus Mahatma, Direktur RSUD dr. Harjono, akan diganti. Merasa posisinya terancam, Yunus diduga berkoordinasi dengan Sekda Agus Pramono untuk menyiapkan sejumlah uang yang akan diserahkan kepada bupati agar tidak dimutasi.

    KPK mencatat uang yang berpindah tangan mencapai Rp1,25 miliar, dengan pembagian Rp900 juta untuk Bupati Sugiri dan Rp325 juta untuk Sekda Agus. Selain itu, ditemukan pula fee proyek RSUD senilai Rp1,4 miliar yang melibatkan rekanan swasta bernama Sucipto.

    “Dari jual beli jabatan hingga pemerasan proyek, inilah pola korupsi berantai yang kita temukan,” ungkap Asep.

    KPK kemudian menetapkan empat tersangka, yakni Sugiri Sancoko (Bupati Ponorogo), Agus Pramono (Sekda), Yunus Mahatma (Direktur RSUD), dan Sucipto (pihak swasta). Keempatnya kini ditahan untuk penyidikan lebih lanjut.

    Penetapan itu menjadi pukulan berat bagi pemerintahan Ponorogo. Sosok Sugiri, yang dikenal dekat dengan masyarakat lewat slogan “Oke frenn!”, kini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di balik jeruji.

    Tiga kasus besar yang mencuat sepanjang 2025 ini memperlihatkan rapuhnya tata kelola pemerintahan daerah. Dari dunia pendidikan hingga birokrasi tertinggi, pola penyimpangan kekuasaan yang berulang menunjukkan bahwa integritas publik di Ponorogo masih menghadapi ujian berat. [end/beq]

  • ASDP tanam 3.000 bibit mangrove jaga ekosistem pesisir Mawali

    ASDP tanam 3.000 bibit mangrove jaga ekosistem pesisir Mawali

    Jakarta (ANTARA) – PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) melakukan aksi penanaman 3.000 bibit mangrove di pesisir Mawali, Bitung, Sulawesi Utara, demi menjaga ekosistem pesisir dan kelestarian lingkungan berkelanjutan.

    “Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, ASDP menanam 3.000 bibit mangrove sebagai bagian dari upaya mengurangi emisi karbon sekaligus memperkuat benteng alami bagi ekosistem pesisir,” kata Direktur Utama ASDP Heru Widodo dalam keterangan di Jakarta, Minggu.

    Dia menegaskan program yang telah berjalan hampir dua tahun itu bukan sekadar kegiatan rutin, melainkan pernyataan sikap perusahaan untuk menjaga bumi.

    “Lingkungan adalah ruang hidup bagi manusia dan seluruh ekosistem. Menjaganya berarti menjaga masa depan. Kami berharap penanaman mangrove ini menjadi langkah nyata menuju masa depan yang lebih hijau,” ujar Heru.

    Program itu dijalankan melalui kolaborasi dengan Jejakin, yang tidak hanya fokus pada penanaman, tetapi juga memastikan keberlanjutan lewat pemantauan pertumbuhan, penghitungan karbon terserap, hingga pelaporan berkala yang terukur.

    Corporate Secretary ASDP Shelvy Arifin menambahkan pemantauan dilakukan tiga bulan setelah penanaman untuk memastikan tingkat kelangsungan hidup bibit.

    “Jika tingkat kelangsungan hidup berada di bawah 10 persen, kami akan melakukan penyulaman untuk mengganti bibit yang gagal bertahan. Prinsipnya, bukan hanya menanam, tetapi memastikan ia tumbuh,” jelas Shelvy.

    Dikatakan program itu selaras dengan komitmen ASDP dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin 13 tentang penanganan perubahan iklim dan poin 15 terkait ekosistem daratan.

    “Penanaman mangrove secara langsung berkontribusi pada mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem pesisir dan keanekaragaman hayati,” tambah Shelvy.

    Ia menegaskan program tersebut akan terus berlanjut, tidak hanya sebagai aksi tanam pohon, tetapi sebagai gerakan menumbuhkan kesadaran kolektif.

    “Menjaga bumi adalah warisan bersama, dan menjadi tanggung jawab kita semua untuk menjaganya bagi generasi yang akan datang,” kata Shelvy.

    General Manager ASDP Bitung Rudy Mahmudi menambahkan keberadaan mangrove tidak hanya menjaga stabilitas garis pantai, tetapi juga menghidupkan kembali habitat biota laut yang sempat menipis.

    “Mangrove adalah benteng alami. Ia mencegah abrasi, memulihkan ekosistem, dan membuka peluang bagi masyarakat pesisir untuk mengembangkan ekowisata maupun sektor perikanan. Ini bukan hanya soal alam, tetapi juga pemberdayaan,” ujar Rudi.

    ASDP sebelumnya telah menanam 1.000 mangrove di Jepara pada 2023 dan 2.000 mangrove di Kayangan, NTB, pada 2024. Dengan penanaman tahun ini, total 6.000 bibit telah ditanam di tiga wilayah berbeda, sebuah bukti nyata komitmen perusahaan terhadap pelestarian lingkungan.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi Pikat Pengunjung Lokal-Turis Asing

    Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi Pikat Pengunjung Lokal-Turis Asing

    Jakarta

    Festival Ngopi Sepuluh Ewu di Desa Adat Kemiren, Banyuwangi, kembali memikat ribuan pengunjung dari berbagai kota hingga wisatawan mancanegara. Tradisi minum sepuluh ribu cangkir kopi ini menjadi ajang yang selalu dinanti untuk menikmati suasana hangat khas warga Osing.

    Selama 12 tahun sejak pertama digelar pada 2014, festival ini telah menjadi agenda tahunan yang ditunggu wisatawan. Sepanjang jalan utama desa disulap menjadi warung kopi dadakan, deretan rumah warga berubah menjadi tempat ngopi lengkap dengan meja, kursi, lesehan, kudapan, dan kopi khas Banyuwangi.

    Warga Osing menyambut pengunjung dengan ramah sambil menyuguhkan kopi robusta Banyuwangi dalam cangkir warisan turun-temurun. Selain kopi gratis, pengunjung juga menikmati kudapan tradisional seperti kucur, tape ketan dalam bungkus daun kemiri, hingga pisang goreng yang disajikan penuh keakraban.

    Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani turut hadir menikmati kopi bersama warga, berbaur tanpa sekat dengan pengunjung dan masyarakat setempat.

    “Momentum malam ini selain mengenalkan kopi Banyuwangi yang telah dikenal luas hingga ke luar negeri, juga jadi sarana mempererat kebersamaan dan persaudaraan antar warga Banyuwangi,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (9/11/2025).

    Ia juga mengapresiasi Desa Kemiren yang tahun ini meraih dua penghargaan dunia, yaitu The 5th ASEAN Homestay Award dan The Best Tourism Villages Upgrade Programme 2025 dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui United Nations Tourism (UN Tourism).

    Kepala Desa Kemiren, M. Arifin, menyebut festival ini bisa bertahan selama 12 tahun berkat dukungan dan kekompakan warga. Ia menjelaskan, kegiatan ini dilandasi filosofi masyarakat Osing yakni suguh, gupuh, lungguh dalam menerima tamu.

    “Ngopi sepuluh ewu ini adalah bentuk nyata dari suguh, gupuh, lungguh masyarakat Osing dalam menerima tamu. Kegiatan ini juga menjadi sarana pemberdayaan ekonomi warga, sekaligus menjaga warisan budaya,” tuturnya.

    “Kami disambut sangat ramah, masyarakat sini memberikan secangkir kopi gratis dan rasanya sangat enak,” ungkapnya.

    Adela juga mengaku jatuh cinta pada kuliner tradisional.

    “Kue kucur disini rasanya manis dan nikmat, apalagi dimakan hangat bersama kopi,” katanya.

    Sementara itu, Ardek menilai kota Banyuwangi berisi orang-orang ramah dan mengaku akan merekomendasikan kota ini ke teman-temannya.

    “Banyuwangi sangat ramah. Banyak festival menarik seperti ini. Saya pasti merekomendasikan teman-teman saya datang ke sini,” ceritanya.

    Festival ini juga dihadiri selebgram Winona Araminta yang datang bersama keluarganya. Ia mengaku baru pertama kali menikmati suasana Ngopi Sepuluh Ewu di Desa Kemiren.

    “Vibes-nya menyenangkan. Ramai banget, gak nyangka. Terus makanannya enak-enak dan murah-murah,” pungkasnya.

    (anl/ega)

  • Ribuan Pengunjung Nikmati Kehangatan Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        9 November 2025

    Ribuan Pengunjung Nikmati Kehangatan Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi Regional 9 November 2025

    Ribuan Pengunjung Nikmati Kehangatan Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com –
    Suasana hangat terasa di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu malam (8/11/2025).
    Ribuan warga dan wisatawan, termasuk turis mancanegara, memadati desa adat yang dihuni masyarakat Osing itu untuk menikmati Festival Ngopi Sepuluh Ewu (Ngopi Sewu). Tradisi minum sepuluh ribu kopi ini telah berlangsung selama 12 tahun.
    Sejak pertama kali digelar pada 2014, festival tersebut menjadi salah satu agenda tahunan paling dinanti wisatawan. Sepanjang jalan utama Desa Kemiren disulap menjadi warung kopi dadakan.
    Deretan rumah warga berubah menjadi tempat ngopi yang ramai, lengkap dengan meja, kursi, hingga lesehan, serta ditemani kudapan khas Banyuwangi.
    Warga Osing menyambut pengunjung dengan ramah sembari menyuguhkan kopi robusta khas Banyuwangi dalam cangkir-cangkir warisan turun-temurun.
    Tak hanya kopi, pengunjung juga disuguhi aneka camilan tradisional, seperti kucur, tape ketan dalam bungkus daun kemiri, hingga pisang goreng hangat. Semuanya disajikan dengan penuh keakraban.
    Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani turut hadir dan berbaur bersama warga serta menikmati kopi serta berbincang santai dengan para pengunjung.
    “Momentum malam ini, selain mengenalkan kopi Banyuwangi yang telah dikenal luas hingga ke luar negeri, juga menjadi sarana mempererat kebersamaan dan persaudaraan antarwarga Banyuwangi,” ujar Ipuk, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (9/11/2025).
    Ia juga mengapresiasi capaian Desa Kemiren yang tahun ini meraih dua penghargaan internasional, yakni The 5th ASEAN Homestay Award dan The Best Tourism Villages Upgrade Programme 2025 dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN Tourism).
    “Pemerintah daerah selalu mendukung semua warga Banyuwangi untuk bisa menjaga budaya secara bersama-sama,” tambahnya.
    Suasana akrab terasa di antara pengunjung. Sepasang wisatawan asal Republik Ceko, Adela dan Ardek, tampak menikmati secangkir kopi sembari berbincang dengan warga.
    “Kami disambut sangat ramah. Kopinya enak sekali dan semuanya diberikan gratis,” kata Adela tersenyum.
    Ia juga mengaku jatuh cinta pada kuliner tradisional.
    “Kue kucur di sini rasanya manis dan nikmat, apalagi dimakan hangat bersama kopi,” ujarnya.
    “Banyuwangi sangat ramah. Banyak festival menarik seperti ini. Saya pasti merekomendasikan teman-teman saya datang ke sini,” imbuh Ardek.
    Tak hanya wisatawan, selebgram Winona Araminta juga turut hadir bersama keluarganya. Ia mengaku baru pertama kali menikmati suasana Ngopi Sepuluh Ewu karena kesibukannya di Jakarta.

    Vibes
    -nya menyenangkan, ramai banget, enggak
    nyangka
    . Terus makanannya enak-enak dan murah-murah,” ujarnya.
    Kepala Desa Kemiren M Arifin menjelaskan, keberlangsungan festival ini selama 12 tahun tak terlepas dari kekompakan warga. Ia menyebut tradisi tersebut berakar dari filosofi masyarakat Osing, yakni “
    suguh, gupuh, lungguh
    ”, dalam menerima tamu.

    Suguh
    berarti suguhan atau hidangan,
    gupuh
    artinya antusias, dan
    lungguh
    bermakna menyiapkan tempat terbaik bagi tamu. Ngopi Sepuluh Ewu adalah wujud nyata dari nilai-nilai itu,” ujar Arifin.
    Festival tersebut, lanjutnya, bukan sekadar ajang wisata budaya, melainkan juga sarana pemberdayaan ekonomi warga serta bentuk pelestarian warisan leluhur masyarakat Osing.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Festival Ngopi Sepuluh Ewu di Banyuwangi dipadati ribuan warga

    Festival Ngopi Sepuluh Ewu di Banyuwangi dipadati ribuan warga

    Banyuwangi (ANTARA) – Festival Ngopi Sepuluh Ewu di Jalan Desa Adat Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pada Sabtu (8/11) malam, dipadati ribuan warga dari berbagai daerah dalam agenda.

    Ngopi Sepuluh Ewu (minum kopi sepuluh ribu) yang sudah berlangsung sejak 2014 itu menjadi salah satu agenda tahunan yang dinanti oleh wisatawan dari berbagai daerah maupun wisatawan mancanegara.

    “Momentum ini selain mengenalkan kopi Banyuwangi yang telah dikenal luas hingga ke luar negeri, juga menjadi sarana mempererat kebersamaan dan persaudaraan antarwarga,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani.

    Ipuk mengapresiasi Desa Kemiren yang tahun ini meraih dua penghargaan bergengsi di tingkat dunia, yaitu Internasional The 5th ASEAN Homestay Award dan salah satu desa wisata terbaik dunia The Best Tourism Villages Upgrade Programme 2025 dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui United Nations Tourism (UN Tourism).

    “Pemerintah daerah selalu mendukung untuk bisa menjaga budaya Banyuwangi secara bersama-sama,” katanya.

    Kepala Desa Kemiren M Arifin mengatakan festival itu telah berlangsung selama 12 tahun berkat dukungan dan kekompakan warga desa setempat.

    Ia mengatakan kegiatan itu tak lepas dari filosofi yang dipegang masyarakat Osing yakni suguh, gupuh lungguh dalam menerima tamu.

    Suguh berarti suguhan atau hidangan, gupuh artinya antusias dalam menerima tamu, dan lungguh (duduk) memiliki filosofi menyiapkan tempat sebaik-baiknya bagi setiap tamu yang datang.

    “Ngopi sepuluh ewu ini adalah bentuk nyata dari suguh, gupuh, lungguh masyarakat Osing dalam menerima tamu. Kegiatan ini juga menjadi sarana pemberdayaan ekonomi warga, sekaligus menjaga warisan budaya,” kata Kades Arifin.

    Sepanjang jalan utama desa adat itu diubah menjadi warung kopi dadakan, dan deretan depan rumah warga diubah jadi tempat ngopi, disediakan meja kursi hingga lesehan beserta kudapan dan menu utama kopi khas Banyuwangi.

    Dan di sepanjang jalan itu pula, warga Osing Kemiren menyambut para pengunjung dengan ramah sembari menyuguhkan kopi robusta khas Banyuwangi dalam wadah cangkir yang telah diwariskan secara turun-temurun.

    Selain kopi gratis, pengunjung juga disuguhi aneka kudapan tradisional masyarakat Osing seperti kucur, tape ketan yang dibungkus daun kemiri, hingga pisang goreng yang disajikan dengan penuh keakraban.

    Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani turut hadir menikmati kopi bersama warga dan tampak berbaur tanpa sekat, mengobrol santai bersama pengunjung dan warga setempat.

    Festival Ngopi Sepuluh Sewu tahun ini juga dihadiri selebgram Winona Araminta yang datang bersama keluarganya.

    Pewarta: Novi Husdinariyanto
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.