Tag: Ari Fahrial Syam

  • Imbauan Dekan FKUI Buat Warga +62 yang Mau Liburan ke Singapura

    Imbauan Dekan FKUI Buat Warga +62 yang Mau Liburan ke Singapura

    Jakarta

    Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Ari Fahrial Syam mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penyakit yang timbul di momen liburan. Khususnya bagi mereka yang berencana melancong ke Singapura.

    “Hati-hati untuk masyakat yang akan liburan bersama anak2 akhir tahun ke Singapura , sedang terjadi peningkatan drastis kasus batuk rejan di Singapura,” kata Prof Ari melalui akun X pribadinya dikutip detikcom atas izin yang bersangkutan, Senin (23/12/2024).

    Sebelumnya diberitakan ada 108 kasus batuk rejan yang tercatat Singapura pada tahun 2024 hingga minggu lalu, sementara hanya 19 kasus yang tercatat sepanjang tahun 2023. Lonjakan kasus ini diperkirakan terakit dengan liburan akhir tahun serta orang dewasa yang sudah kurang kekebalan tubuhnya karena mereka divaksinasi lebih dari satu dekade yang lalu.

    Batuk rejan, yang sangat menular, biasanya menyebar melalui pasien yang batuk, bersin, atau bernapas sangat dekat dengan orang lain.

    Di samping itu, Prof Ari juga mengingatkan kepada masyarakat untuk tetap memperhatikan kesehatan saat liburan akhir tahun. Untuk mencegah terjadinya perubahan suhu tubuh yang mendadak, Prof Ari menyarankan siapkan jaket ketika berlibur di tempat dingin.

    “Tetap mengonsumsi sayur dan buah2an, tetap olahraga dan kalau perlu menginsumsi vitamin agar sehat dan bisa liburan dengan menyenangkan. buat masyarakat yang punya masalah kesehatan agar konsultasi dulu dengan dokter sebelum melalukan liburan panjang ini,” tandasnya.

    (kna/kna)

  • Ini peringatan dokter agar cegah diare di musim hujan

    Ini peringatan dokter agar cegah diare di musim hujan

    Jakarta (ANTARA) – Guru Besar Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Ari Fahrial Syam, MD, PhD, MMB, FACP, FACG mengingatkan pentingnya menjaga perilaku bersih dan sehat untuk mencegah penyakit diare yang kerap terjadi selama musim hujan.

    “Umumnya pencegahan diare dapat dilakukan dari hal sederhana mulai dari mencuci tangan setiap akan makan, kemudian menjaga sumber makanan dan sumber air tetap bersih,” kata Ari Fahrial di Jakarta, Selasa.

    Menurut dia di saat musim hujan seperti sekarang ini umumnya daya tahan tubuh mengalami penurunan sehingga ketika patogen masuk ke dalam tubuh bisa memunculkan penyakit yang salah satunya diare.

    Ia menyampaikan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) pada 2023 memperlihatkan angka prevalensi diare pada semua kelompok umur di Indonesia mencapai 4,3 persen dan kelompok usia lebih dari 75 tahun merupakan populasi dengan prevalensi diare terbanyak yaitu 5,1 persen.

    Sedangkan Data Global Burden of Disease tahun 2016 mengungkapkan diare termasuk dalam sepuluh besar penyakit dengan beban kesehatan tertinggi secara global.

    Sekjen Pengurus Besar Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) Dr. dr. Hasan Maulahela, SpPD, K-GEH secara terpisah menyampaikan meskipun berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, keberhasilan dalam menurunkan angka kejadian dan kematian akibat diare masih menunjukkan hasil yang berbeda-beda.

    Menurut dia, penting penggunaan teknologi diagnostik terutama bagi penderita diare akut untuk memudahkan dalam melakukan penanganan.

    Beberapa penderita kanker, HIV/ AIDS, autoimun dan gangguan kronis lainnya kerap mengalami diare akut bahkan menjadi infeksi yang berlanjut sehingga membutuhkan diagnostik yang mampu mengidentifikasi patologi secara lebih spesifik, jelas Hasan.

    Dengan teknologi terkini di bidang diagnostik, ungkap Hasan, dokter akan lebih mudah dalam menentukan patologi penyebab diare sehingga dapat dilakukan pengobatan secara tepat.

    Hasan menambahkan, tak hanya itu dengan diagnostik yang tepat pasien dapat terhindar dari penggunaan antibiotik yang berlebihan.

    “Saat ini alat untuk diagnosa diare atau dikenal “Syndromic Testing” telah tersedia di katalog elektronik, sehingga memudahkan bagi rumah sakit yang memang membutuhkan penanganan lebih lanjut terhadap pasien,” katanya.

    Pewarta: Ganet Dirgantara
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2024

  • Pasien Penyakit Diare Kini Bisa Tes PCR, Sudah Tersedia di Rumah Sakit   – Halaman all

    Pasien Penyakit Diare Kini Bisa Tes PCR, Sudah Tersedia di Rumah Sakit   – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com Willy Widianto
     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Diare merupakan salah satu penyakit yang masih banyak ditemukan di masyarakat. Berdasarkan laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, angka prevalensi diare pada semua kelompok umur di Indonesia mencapai 4,3 persen dan kelompok subjek berusia lebih dari 75 tahun merupakan populasi dengan prevalensi diare terbesar, yaitu 5,1%. 

    Data Global Burden of Disease tahun 2016, diare termasuk dalam sepuluh besar penyakit dengan beban kesehatan tertinggi secara global.

    Meskipun berbagai upaya pencegahan telah dilakukan di Indonesia, keberhasilan dalam menurunkan angka kejadian dan mortalitas akibat diare masih menunjukkan hasil yang berbeda-beda. 

    Hal ini disebabkan upaya yang belum optimal di dalam pencegahan dan juga di berbagai daerah. Dalam upaya penanganan diare yang lebih optimal, Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) memperkenalkan teknologi diagnostik untuk diare salah satunya dengan metode polymerase chain reaction (PCR) multipleks feses yang memungkinkan deteksi simultan berbagai patogen seperti bakteri, virus dan parasit dalam satu sampel feses.

    Sekjen PB-PGI Dr. dr. Hasan Maulahela, SpPD, K-GEH mengatakan pemeriksaan PCR multipleks feses sangat direkomendasikan bagi pasien dengan diare kronik, persisten, atau akut untuk identifikasi patogen secara spesifik.

    Patogen yang berbeda dapat menyebabkan gejala yang serupa, sehingga hal ini menyulitkan dokter untuk mengidentifikasi patogen tertentu penyebab infeksi yang diderita oleh pasien, terutama pada pasien imunokompromais /imunodefisiensi seperti penderita HIV/AIDS, kanker, autoimun dan gangguan kesehatan kronis lainnya.

    “Syndromic testing menjawab tantangan ini dengan menggunakan PCR multipleks untuk menguji beberapa patogen sekaligus, dimana CT-Value memainkan peran penting dalam penegakan diagnostik terutama kasus koinfeksi. Hasil yang cepat dan akurat dapat memberikan alternatif diagnostik tradisional seperti metode kultur bakteri dan mikroskop,” ujar dr Hasan dalam pernyataannya, Senin(16/12/2024).

    Terutama lanjut dr Hasan apabila pasien memiliki penyakit seperti HIV atau auto-imun di mana tubuh tidak dapat melawan infeksi sehingga bisa terjadi diare akut hingga kronis. 

    “Hasil pemeriksaan Systemic Testing memiliki keuntungan tersendiri karena dapat mengetahui penyebab infeksi hingga 23 patogen, sehingga sangat membantu dokter menentukan pengobatan yang paling tepat berdasarkan penyebab utama diare,” kata dr Hasan.

    Lebih jauh dr Hasan menjelaskan Panduan terbaru memberikan rekomendasi terapi yang lebih beragam, termasuk pilihan antibiotik dan probiotik yang disesuaikan dengan etiologi spesifik sehingga hasil tes PCR Multiplex ini dapat mengurangi penggunaan antibiotik secara berlebihan atau tidak sesuai indikasi, yang merupakan salah satu penyebab utama resistensi antibiotik saat ini. 

    Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia(UI), Prof. Ari Fahrial Syam, MD, PhD, MMB, FACP, FACG mengatakan teknologi diagnostik ini mendukung pengambilan keputusan klinis yang lebih cepat, meningkatkan efisiensi, dan kualitas perawatan pasien.

    “Saat ini alat untuk melakukan pemeriksaan Syndromic Testing telah tersedia di e-catalog, sehingga terbuka bagi RS yang memang membutuhkannya. Syndromic Testing juga sudah tersedia di beberapa rumah sakit besar milik pemerintah maupun swasta,” ujar Prof Ari.

    Selain itu ditekankan pula pentingnya kesadaran hidup bersih sebagai bentuk pencegahan akan penyakit diare yang masih menjadi momok di tengah masyarakat modern.

    “Terutama di musim peralihan panas ke hujan seperti saat ini, kebersihan menjadi hal yang utama. Umumnya pencegahan diare dapat dilakukan dari hal sederhana mulai dari mencuci tangan setiap akan makan, kemudian menjaga sumber makanan dan sumber air tetap bersih agar terhindar dari penyakit diare”, ujar Prof. dr. Marcellus Simadibrata, SpPD, K-GEH, PHD, FACG, FASGE selaku penasihat PGI.

  • Imbas Penganiayaan Dokter Koas, Status Mahasiswi Lady Dibekukan, Kemenkes: Ini Termasuk Bullying – Halaman all

    Imbas Penganiayaan Dokter Koas, Status Mahasiswi Lady Dibekukan, Kemenkes: Ini Termasuk Bullying – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Azhar Jaya buka suara terkait kasus penganiayaan dokter koas Universitas Sriwijaya (Unsri) yang belakangan menjadi sorotan publik.

    Diketahui korban penganiayaan dalam kasus ini adalah Muhammad Luthfi, seorang koordinator dokter koas Unsri di RSUD Siti Fatimah, Palembang.

    Pelakunya adalah Fadilla atau Datuk yang merupakan sopir dari keluarga Lady Aurellia, salah satu dokter koas di RSUD Siti Fatimah.

    Azhar mengungkapkan, imbas kasus penganiayaan ini, status mahasiswi Lady kini dibekukan sementara.

    Selain itu, Azhar juga menyebut penganiayaan ini sudah termasuk dalam bullying di pendidikan kedokteran.

    ”Ini termasuk tipe bullying di pendidikan kedokteran namun bukan sistematik tetapi kasuistis.”

    “Dari informasi direktur RSUD (Siti Fatimah), status oknum (LD) ini sebagai mahasiswa sudah dibekukan sementara oleh dekannya sampai kasusnya jelas dengan kepolisian,” kata Azhar dilansir Kompas.com, Senin (16/12/2024).

    Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga Wakil Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), Ari Fahrial Syam menilai kasus penganiayaan ini sudah masuk pada tindakan kriminal.

    Terlebih tindakan penganiayaan ini dilakukan oleh pihak ketiga.

    Untuk itu, Ari mendesak agar penegakan hukum perlu dilakukan agar masyarakat tidak mudah melakukan penganiayaan serupa.

    ”Jadi ini urusan dengan polisi. Apalagi jelas ada penganiayaan.”

    “Penegakan hukum perlu ditunjukkan ke masyarakat agar jangan sampai ada anggapan bahwa penganiayaan mudah dilakukan ke orang lain,” tegas Ari.

    Lady Aurellia Menyendiri dan Kerap Menangis Sejak Penganiayaan Dokter Koas Viral

    Kasus penganiayaan dokter koas Unsri di kafe kawasan Demang Lebar Daun Palembang menjadi perhatian khalayak.

    Lady Aurellia Pramesti bahkan sampai menggembok akun Instagramnya karena sudah menanggung malu.

    Di luar dugaan Lady, sopirnya naik pitam dan menghajar Luthfi, dokter koas yang bertanggung jawab mengatur jadwal piket.

    Lady yang juga dokter koas, merasa keberatan dengan jadwal piket akhir tahun sehingga mengajukan protes.

    Sri Meilina, ibunda Lady, juga keberatan dengan jadwal piket anaknya, hingga berinisiatif mengajak sopirnya menemui Luthfi agar mengganti jadwal piket.

    Titis Rachmawati, kuasa hukum keluarga Sri Meilina ibunda Lady, mengatakan kliennya prihatin kondisi putrinya kurang istirahat.

    Lady, menurut dia, merasa diperlakukan tidak adil dalam jadwal jaga malam. Namun, dia tidak melapor kepada ibunya.

    “Tapi ibunya melihat (Lady) kurang istirahat, terkesan stres, ibunya tanya, ‘kenapa? kok jaga enggak libur-libur’, akhirnya cerita dia (LD),” kata Titis, Jumat (14/12/2024). 

    “Ibunya terus tanya siapa ketua nya, boleh nggak saya (ibu Lady) ngobrol,” kata Titis.

    Lady, lanjut dia, sempat melarang ibunya untuk bertemu Luthfi.

    Namun, Sri Meilina berinisiatif untuk berdiskusi dengan Luthfi mengenai jadwal jaga.

    “Sebenarnya anaknya sih keberatan, enggak usahlah, ini bukan urusan biarin aja,” ungkapnya.

    Menurut Titis, ibu Lady menemui Luthfi tanpa sepengetahuan putrinya.

    “Nah tapi kemudian tanpa sepengetahuan anaknya, ibunya berinisiatif dan menemui lah si ketua koas itu, ini dilakukan karena mungkin komunikasi antara anak itu kurang tersambung,” papar Titis. 

    Sri Meilina, sang suami Dedy Mandarsyah, dan Lady putri mereka, merasa syok lantaran jadi sorotan publik, setelah sopirnya melakukan penganiayaan terhadap Luthfi. 

    “Ibunya merasa bersalah, karena inisiatif mau menemui korban tanpa sepengetahuan anaknya, muncul masalah ini,” kata Titis, Sabtu (14/12/2024).

    Tak hanya ibunya yang merasa bersalah. Lady juga merasakan hal yang sama.

    “Bukan menyendiri lagi, dua-duanya lebih sering menangis. Masih syok betul, semuanya syok,” katanya.

    (Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Willem Jonata)(Kompas.com/David Oliver Purba)

    Baca berita lainnya terkait Dokter Koas Dianiaya di Palembang.

  • 7
                    
                        Status Mahasiswi Lady Aurellia Dibekukan Usai Terlibat Penganiayaan Dokter Koas
                        Regional

    7 Status Mahasiswi Lady Aurellia Dibekukan Usai Terlibat Penganiayaan Dokter Koas Regional

    Status Mahasiswi Lady Aurellia Dibekukan Usai Terlibat Penganiayaan Dokter Koas
    Editor
    KOMPAS.com – 
    Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Azhar Jaya, menyatakan bahwa status
    Lady Aurellia Pramesti
    (LD), seorang mahasiswa koas RSUD Siti Fatimah Palembang yang terlibat dalam kasus penganiayaan terhadap
    dokter koas
    Muhammad Luthfi, telah dibekukan sementara.
    ”Ini termasuk tipe bullying di pendidikan kedokteran namun bukan sistematik tetapi kasuistis. Dari informasi direktur RSUD (Siti Fatimah), status oknum (LD) ini sebagai mahasiswa sudah dibekukan sementara oleh dekannya sampai kasusnya jelas dengan kepolisian,” tutur Azhar, Sabtu (14/12/2024), dikutip dari
    Kompas.id
    .
    Sementara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga Wakil Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) Ari Fahrial Syam, mengatakan, perisitiwa yang terjadi sudah masuk dalam tindakan kriminal.
     
    Apalagi penganiayaan dilakukan pihak ketiga.
    ”Jadi ini urusan dengan polisi. Apalagi jelas ada penganiayaan. Penegakan hukum perlu ditunjukkan ke masyarakat agar jangan sampai ada anggapan bahwa penganiayaan mudah dilakukan ke orang lain,” tuturnya saat dihubungi terpisah.
    Sebelumnya diberitakan, kasus penganiayaan mahasiswa koas RSUD Siti Fatimah asal FK Unsri Palembang, Muhammad Luthfi, dipicu oleh masalah jadwal piket jaga di tahun baru.
    Awalnya, ibu Lady, Sri Meilina alias Lina, dan sopirnya, Fadilla alias DT, menemui Lutfhi untuk membicarakan jadwal piket Lady di RSUD Siti Fatimah, Rabu (11/12/2024).
    Lutfi merupakan ketua koordinator koas di RSUD Siti Fatimah. Sebagai ketua, Lutfi bertanggung jawab terhadap jadwal piket jaga koas di rumah sakit tersebut.
    Pertemuan berlangsung di salah satu tempat makan di kawasan Demang Lebar Daun, Palembang.
    Saat perbincangan, Luthfi dinilai tidak merespons permintaan agar jadwal Lady diganti hingga Fadilla alias DT tersulut emosi dan terjadi pemukulan.
    Atas perbuatannya, Fadilla telah dijadikan tersangka dan dikenakan Pasal 351 ayat 2 tentang Penganiayaan, dengan hukuman penjara maksimal 5 tahun.
    Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul: Status Mahasiswa Koas yang Terlibat Penganiayaan Dibekukan Sementara
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Simak 6 Tips Sehat untuk Penderita Maag Menurut Dokter

    Simak 6 Tips Sehat untuk Penderita Maag Menurut Dokter

    JABAR EKSPRES – Menerapkan tips sehat dari dokter untuk penderita maag menjadi salah satu langkah menjaga kesehatan sistem pencernaan. Dikutip dari web idikabbrebes.org bahwa maag alias dispepsia muncul akibat beberapa faktor. Di antaranya alergi, gastritis, infeksi, sampai GERD yang umum dijumpai.

    Penerapan tips sehat dari dokter untuk penderita maag

    Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH mengungkapkan, maag bukan jenis penyakit seumur hidup, sehingga relatif mudah disembuhkan. Di sisi lain, spesialis gastroenterologi dari FKUI-RSCM ini menambahkan, maag punya potensi kambuh yang perlu diwaspadai.

    Baca Juga: Tips Bekal Makanan Sehat untuk Anak Menurut Ahli Gizi 

    Untuk itu pula, kamu perlu memeriksa pola serta kebiasaan saat makan. Tim dokter Rumah Sakit Royal Progress pun menyarankan langkah-langkah berikut untuk menekan risiko maag kambuh:

    Porsi kecil, tetapi sering

    Jika makan dalam porsi besar sering bikin maag kumat, coba makan dalam porsi lebih kecil dalam frekuensi lebih sering. Cara tersebut membantu meredakan gejala masalah pencernaan. Kemudian, perut juga lebih tenang saat mencerna makanan.

    Hindari berbaring selepas makan

    Berbaring selepas makan merupakan kebiasaan buruk yang patut kamu hentikan. Akan tetapi, rebahan malah berpotensi meningkatkan risiko maag kambuh. Selain itu, kamu dianjurkan menunggu satu jam selepas makan (porsi kecil) kalau pengin lanjut berolahraga.

    Kunyah dan telan secara perlahan

    Makanan kurang halus dan disantap dalam suapan besar bakal menyulitkan sistem pencernaan bekerja. Oleh sebab itu, kamu yang punya riwayat maag perlu mengunyah, lalu menekan makanan secara perlahan. Selain memudahkan kinerja sistem cerna, kamu juga bakal cepat kenyang.

    Baca Juga: 5 Makanan Sehat untuk Jantung Menurut Saran Dokter

    Batasi makanan asam, pedas, serta berlemak

    Jenis makanan tinggi asam, pedas, serta berlemak bakal bikin maag yang kamu derita sering kambuh. Risiko lain yang dibawa jenis makanan ini mencakup obesitas sampai penyakit jantung. Diskusikan bersama dokter terpercaya kalau kamu perlu cara buat membatasinya.

    Kenakan pakaian yang agak longgar

    Apa hubungan pakaian dengan potensi maag? Ternyata, baju atau celana yang terlalu ketat membuat perutmu tertekan, sehingga makanan yang baru masuk terancam naik ke tenggorokan. Asam lambung pastinya bakal bermasalah dan membawamu pada kambuhnya maag.

  • Ini yang Terjadi pada Tubuh Jika Rutin Makan Jengkol

    Ini yang Terjadi pada Tubuh Jika Rutin Makan Jengkol

    Jakarta

    Jengkol merupakan salah satu makanan yang memiliki aroma khas yang menyengat. Namun, ternyata makanan tersebut mengandung banyak manfaat bagi kesehatan.

    Spesialis gizi klinik dr Anna Maurina Singal, MGizi, SpGK, dari Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (FKUI), menjelaskan jengkol mengandung beberapa zat yang penting bagi tubuh, seperti protein, karbohidrat, vitamin, asam amino, dan mineral.

    “Tapi, itu akan bermanfaat kalau dia (jengkol) dikonsumsi dalam jumlah yang memang cukup, artinya tidak terlalu banyak,” terangnya pada detikcom beberapa waktu lalu.

    “Kalau memang terlalu berlebihan, akan membuat manifestasi klinik yang tidak baik untuk kesehatan,” sambung dia.

    dr Anna mengungkapkan beberapa vitamin dalam jengkol seperti vitamin A, B, dan C. Jengkol juga mengandung mineral fosfor, kalsium, zat besi.

    Bahkan, menurut sebuah penelitian jengkol mengandung protein yang cukup tinggi sebesar 23 persen.

    “Jengkol juga mengandung saponin dan tanin. Saponin dan tanin ini memiliki fungsi sebagai peningkat sistem imun tubuh,” tuturnya.

    Lantas, apa yang terjadi jika terlalu banyak mengkonsumsi jengkol?

    Meski mengandung banyak zat yang baik untuk tubuh, disarankan untuk tidak mengkonsumsi jengkol terlalu banyak. Hal ini dapat memicu efek kejengkolan atau keracunan asam jengkolat (jengkolic acid).

    Asam jengkolat dapat mengendap menjadi kristal di ginjal maupun di saluran kencing. Efeknya meliputi nyeri saat buang air kecil, memicu mual muntah, hingga nyeri di sekitar perut.

    Dokter spesialis penyakit dalam subspesialis konsultan gastroenterologi dan hepatologi Prof dr Ari Fahrial Syam mengatakan bahwa efek kejengkolan yang mengganggu sistem ginjal dapat berbahaya bagi kesehatan.

    “Jengkol itu ada komponen asam jengkolat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Ginjal lah yang bertugas untuk mengeluarkan asam jengkolat tersebut,” jelasnya.

    Namun, ginjal juga memiliki kapasitas tersendiri untuk mengeluarkan zat-zat tidak berguna di dalam tubuh. Jika terlalu banyak, asam jengkolat yang masuk ke dalam tubuh juga akan semakin banyak dan dapat mengganggu fungsi ginjal.

    “Gangguan terjadi pada proses pembuangannya itu (asam jengkolat). Ginjal tidak bisa mengeluarkan asam jengkolat, karena itu bisa memicu gagal ginjal,” tutur Prof Ari.

    Ketika ginjal melakukan fungsinya, akan terjadi gangguan elektrolit, pembengkakan pada ginjal, bahkan dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.

    (sao/kna)

  • BMKG Wanti-wanti Cuaca Ekstrem Jelang Libur Natal dan Tahun Baru

    BMKG Wanti-wanti Cuaca Ekstrem Jelang Libur Natal dan Tahun Baru

    Jakarta

    Menjelang libur Natal dan Tahun Baru, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti potensi cuaca ekstrem. Kondisi tersebut dipicu sejumlah faktor termasuk salah satunya fenomena La Nina, yang berimbas pada penambahan potensi curah hujan hingga 20 sampai 40 persen.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memprediksi cuaca ekstrem akan terjadi selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, berlangsung dari akhir tahun hingga setidaknya April 2025. Menurut Dwikorita, ada pemicu lain yakni dinamika atmosfer yang aktif bersamaan pada pariode Nataru, yakni Madden Julian Oscillation (MJO) dan Cold Surfe, bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia.

    Walhasil, intensitas dan volume curah hujan semakin tinggi di berbagai wilayah Indonesia.

    “Untuk itu, kami mewanti-wanti masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang dapat berdampak pada bencana hidrometeorologi di wilayah Indonesia seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, khususnya pada periode Nataru 2024/2025,” ungkap Dwikorita di Jakarta, Sabtu (23/11/2024).

    Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menambahkan adanya bibit siklon tropis 96S dan 99B berdampak langsung pada cuaca dan perairan di wilayah Indonesia bagian barat. Fenomena lain yang tengah aktif yaitu MJO, Gelombang Rossby, Kelvin.

    “Sehingga dalam beberapa pekan ke depan masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang,” beber dia.

    “Hujan sedang hingga lebat diprediksi terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Untuk itu, kepada pemerintah daerah diharapkan meningkatkan kesiap-siagaan dengan mengecek kembali sarana dan prasarana kebencanaan yang dimiliki serta melakukan langkah antisipasi yang lebih komprehensif agar potensi bahaya bencana bisa diminimalkan,” lanjut Guswanto.

    Penyakit yang Mengintai di Musim Hujan

    Pakar mengingatkan sejumlah penyakit yang bisa muncul di cuaca ekstrem termasuk DBD, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), pneumonia, hingga COVID-19. Selain itu ada risiko peningkatan infeksi usus yang bisa terjadi di musim hujan.

    “Ya karena kondisi saat ini memang menyebabkan terjadi peningkatan infeksi usus di masyarakat,” kata dokter spesialis penyakit dalam subspesialis konsultan gastroenterologi dan hepatologi Ari Fahrial Syam beberapa waktu lalu.

    “Cuaca yang tidak stabil, berpolusi, dan angin yang cukup kencang bisa membuat lingkungan tidak sehat. Makanan pun dengan mudah terkontaminasi berbagai zat kotor dan bakteri dari polusi yang terbawa angin. Termakan manusia, bakteri atau virusnya masuk ke usus, jadi membuat sakit. Salah satunya diare,” kata dia.

    (naf/kna)

  • Minim Skrining Jadi ‘Biang Kerok’ Kanker Serviks-Payudara Masih Tinggi di RI

    Minim Skrining Jadi ‘Biang Kerok’ Kanker Serviks-Payudara Masih Tinggi di RI

    Jakarta

    Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang kasus kanker tertinggi secara global, termasuk jenis kanker serviks dan payudara. Kedua kasus tersebut menjadi pemicu kematian terbanyak wanita di Indonesia akibat kanker.

    Lebih dari 70 persen pasien teridentifikasi kanker saat sudah berada di stadium empat. Pada fase ini, kemungkinan bertahan hidup pasien dalam lima tahun ke depan ‘hanya’ berada di bawah 50 persen.

    Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof dr Ari Fahrial Syam, SpPD, menekankan minimnya skrining dini menjadi pemicu kasus kanker serviks dan payudara pada wanita relatif masih tinggi.

    “Kalau bicara soal kanker itu berarti tumor ganas, kalau kita bicara tumor ada jinak dan ganas, nah bagaimana kita mendeteksi, syukur-syukur saat dideteksi pada tumor jinak, misalnya melalui mammogram kanker payudara kalau ditemukan masih jinak tidak perlu diangkat payudaranya, kalau sudah kanker, satu payudara mesti diangkat,” tutur Prof Ari dalam agenda The 12th Annual Women’s Health Expo & Bazaar 2024, Sabtu (16/11/2024).

    “Termasuk juga kanker serviks, kita ingin menemukan yang masih polip misalnya, atau masih infeksi kronis, kalau kita temukan di situ, kita sudah bisa putus mata rantainya menjadi kanker,” lanjut dia.

    Perkembangan kanker di stadium lanjut memicu penyebaran sel kanker terus meluas. Karenanya, sebelum mengeluhkan gejala, sebaiknya rutin melakukan skrining. Skrining IVA test dan pap smear untuk kanker serviks, serta usg mammae untuk kanker payudara.

    “Yang penting menurut saya juga bukan sekadar pemeriksaan kesehatan, tetapi follow up-nya, banyak pegawai-pegawai, tenaga klinis dalam pemeriksaan-pemeriksaan kesehatan, meski sudah diberi hasil, tidak difollow up, baik dari petugas maupun yang diskrining,” terang dia.

    “Padahal itu penting karena kembali lagi, pasien-pasien yang ditemukan stadium 1 survival rate 90 persen, stadium 4, kurang dari 50 persen, kalau kita temukan dari sel pre cancer dia tidak akan pernah kena kanker karena sudah dihilangkan,” pungkasnya.

    (naf/kna)

  • Kanker Usus Besar Mulai Intai Generasi Muda RI, Waspadai BAB Disertai Keluhan Ini

    Kanker Usus Besar Mulai Intai Generasi Muda RI, Waspadai BAB Disertai Keluhan Ini

    Jakarta

    Proporsi kasus kanker usus besar di Indonesia dilaporkan sudah mulai disusul oleh generasi muda. Perbandingannya dengan kasus di usia lanjut kini adalah 40 dan 60 persen.

    “Artinya sudah hampir 50:50 sekarang. Kasus kanker di usia 30 dan 40 sudah mulai umum, di usia 20 sudah mulai beberapa kali dilaporkan,” tutur Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof dr Ari Fahrial Syam, SpPD, saat ditemui di Gedung Smesco, Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (16/11/2024).

    Prof Ari mengingatkan agar masyarakat aktif melakukan skrining. Pasalnya, bila dibawa ke fasilitas kesehatan saat sudah bergejala, peluang kesembuhan relatif sudah amat berkurang dibandingkan ketika teridentifikasi di stadium awal.

    “Kita bilang bahwa kita memang masih sangat rendah karena sampai saat ini, untuk angka deteksi dini, pemerintah belum menerapkan mass skrining, jadi belum ada skrining massal kanker ke masyarakat,” lanjut Prof Ari.

    “Kasus itu datang dia ketika sudah bergejala, nah memang ada, oke berapa kelompok, misalnya kanker usus besar kita melakukan riset projectnya, riset tersebut kita bisa bilang mendeteksi 5-10 persen kalau dia calon pre cancer tapi kan kalau tidak ada programnya ini akan terlambat,” khawatirnya.

    Dirinya mendorong pemerintah untuk segera menjalankan skrining massal, utamanya sejumlah penyakit prioritas. Hasil skrining tersebut juga ditegaskan Prof Ari perlu ditindaklanjut, yakni mendapatkan edukasi, perawatan, atau pengobatan.

    Gejala Pertanda Kanker Stadium Lanjut

    Secara umum, saat sel kanker berkembang di stadium awal, pasien kerap tidak mengeluhkan gejala apapun.

    “Umumnya pasien-pasien datang sudah di stadium akhir 3 dan 4, sudah bergejala itu sudah terlambat. Gejalanya bisa berak darah, susah BAB, muntah-muntah, itu kira-kira tumornya sudah besar, kanker, tumor ganas itu kan ada benjolan di usus yang jadi menutup,” beber Prof Ari.

    Ia sekaligus mengingatkan agar generasi muda sebisa mungkin tidak membiasakan sedentary lifestyle, malas bergerak, diikuti dengan pola makan tinggi daging merah, hingga kurangnya serat.

    (naf/kna)