Tag: Ari Fahrial Syam

  • Viral Atlet Binaraga di Malang Makan Ayam Tiren, Dokter Wanti-wanti Risikonya

    Viral Atlet Binaraga di Malang Makan Ayam Tiren, Dokter Wanti-wanti Risikonya

    Jakarta

    Baru-baru ini viral atlet binaraga Kabupaten Malang mengonsumsi ayam mati kemarin (tiren) karena persoalan anggaran.

    Nasib miris dialami sejumlah atlet binaraga ini terungkap dari rekaman video di media sosial. Sejumlah atlet tampak membersihkan beberapa ekor ayam dengan memasukkan ke dalam kaleng besar di kamar mandi.

    Ayam-ayam itu diolah sendiri untuk kebutuhan gizi, terutama protein para atlet yang tengah melakukan persiapan menghadapi Pekan Olahraga Propinsi (Porprov) Jawa Timur.

    Ketua Persatuan Binaraga dan Fitnes Indonesia (PBFI) Malang, Indra Khusnul membenarkan bahwa video para atlet binaraga mengolah ayam tiren yang viral adalah atletnya.

    Indra mengatakan para atlet terpaksa melakukannya karena pendanaan untuk Porprov 2025 yang diajukan ke Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Malang tak kunjung cair. Sehingga para atlet harus mengolah ayam tiren untuk memenuhi kebutuhan protein.

    Spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, mengatakan, tindakan mengonsumsi makanan yang sudah rusak, termasuk ayam tiren sangat berisiko. Hal ini dikarenakan makanan tersebut berpotensi sudah tercemar mikroorganisme, seperti bakteri, parasit, ataupun jamur.

    Menurut Prof Ari, konsumsi makanan yang tercemar ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan serius, terutama infeksi pada saluran pencernaan atau infeksi usus.

    “Infeksi usus itu bisa macam-macam, bisa dalam bentuk gejala muntah dan mencret BAB,” ungkapnya saat dihubungi detikcom, Selasa (6/5/2025).

    “Bisa juga infeksi usus dalam bentuk demam tifus, demam tifus itu juga bisa,” kata dokter yang menjabat sebagai dekan FKUI tersebut.

    Risiko ini semakin besar jika makanan yang dikonsumsi ternyata mengandung bahan formalin atau pengawet, yang kadang masih digunakan untuk mempertahankan kesegaran produk makanan.

    “Sungguh menyedihkan kalau para atlet yang berjuang untuk suatu daerah tapi ‘dalam rangka meningkatkan performance-nya’, dalam hal ini otot, mereka malah konsumsi protein ayam tiren, sumber yang sangat berbahaya,” papar Prof Ari.

    Senada, spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH, mengatakan mengonsumsi makan ayam tiren berisiko mengandung penyakit. Menurutnya, ayam tiren, atau ayam yang mati bukan karena disembelih secara layak, sering kali menjadi ancaman tersembunyi dalam rantai konsumsi masyarakat.

    Berbeda dengan ayam potong yang dipilih dari ayam sehat dan disembelih sesuai prosedur, ayam tiren kerap tidak jelas penyebab kematiannya. Bisa saja ayam tersebut mati karena sakit, stres, atau bahkan akibat penyakit menular yang berbahaya.

    “Sebaiknya ayam tiren dilarang dikonsumsi,” ucapnya dalam kesempatan berbeda, Rabu (7/5).

    (suc/up)

  • Kata Pakar FKUI soal Diabetes Tipe 5, Jenis Baru Penyakit Kencing Manis

    Kata Pakar FKUI soal Diabetes Tipe 5, Jenis Baru Penyakit Kencing Manis

    Jakarta

    Spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Ari Fahrial Syam menjelaskan diabetes tipe 5 merupakan penyakit gula darah yang terkait dengan malnutrisi. Jenis diabetes ini diresmikan oleh International Diabetes Federation (IDF) atau Federasi Diabetes Internasional belum lama ini.

    “Tahun 2025 ini IDF memperkenalkan diabetes tipe 5 terkait dengan malnutrisi. Artinya apa? Pada orang dengan gangguan malnutrisi terjadi kondisi produksi insulinnya menurun,” kata Prof Ari kepada detikcom, Senin (5/5/2025).

    “Kita tahu kalau produksi insulin menurun maka akan terjadi kemampuan jaringan untuk mengambi gula menjadi berkurang dan pada akhirnya gula darah meningkat dalam darah dan terjadi diabetes melitus,” sambungnya.

    Orang dengan diabetes tipe 5 mengalami kekurangan insulin tetapi tidak resisten terhadap insulin.

    Dijelaskan IDF, diabetes tipe 5 mengacu pada diabetes defisiensi insulin berat atau severe insulin-deficient diabetes (SIDD), yang ditandai dengan tingginya tingkat defisiensi insulin dan buruknya kontrol metabolik.

    Tidak seperti diabetes tipe 2, diabetes tipe 5, yang juga dikenal sebagai diabetes terkait malnutrisi, terutama disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, terutama selama masa kanak-kanak atau remaja.

    Selain itu, dijelaskan Prof Ari diabetes tipe lain yang umum dikenal yakni gestasional. Penyakit kencing manis yang berhubungan dengan kehamilan. Kondisi ini bisa terjadi saat ibu hamil mengandung janin yang besar.

    “Ada juga (diabetes) spesifik lain biasanya diinduksi oleh obat-obatan,” ucap Prof Ari.

    (kna/kna)

  • Biang Kerok GERD Kambuh Lagi Pasca Lebaran, Bisa Jadi karena Asupan Ini

    Biang Kerok GERD Kambuh Lagi Pasca Lebaran, Bisa Jadi karena Asupan Ini

    Jakarta

    Penyakit asam lambung atau Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) yang mereda saat puasa bisa kambuh lagi pasca lebaran. Pola makan yang tidak terkontrol ketika lebaran bisa menjadi pemicunya.

    Saat berpuasa, kebiasaan makan cenderung teratur baik dari segi waktu maupun porsi. Namun ketika lebaran, tidak sedikit yang menjadikannya sebagai ajang ‘balas dendam’ sehingga tidak mengatur apa yang masuk ke tubuh.

    Spesialis penyakit dalam sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Ari Fahrial Syam, SpPD mengatakan berbagai hidangan yang tersaji saat lebaran bisa memicu kekambuhan GERD, terutama asupan manis dan minuman bersoda.

    “GERD kambuh karena mereka mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung coklat dan keju. Ini yang harus menjadi perhatian pasien-pasien GERD untuk membatasi makanan yang mengandung coklat dan keju dan minuman bersoda,” kata dr Ari saat dihubungi detikcom, Minggu (6/4/2025).

    Belum lagi asupan khas lebaran cenderung tinggi lemak dan kolesterol. Konsumsi asupan tersebut bisa memicu kekambuhan GERD.

    dr Ari menyarankan agar tetap mengatur pola makan dan hindari makan secara berlebihan. Jika memungkinkan, lakukan puasa Syawal agar kesehatan pencernaan bisa kembali terjaga setelah makan banyak setelah lebaran.

    “Sebaiknya kalau sudah siap, baiknya puasa Syawal karena ada penyesuaian dari puasa sebulan penuh lalu makan banyak dan puasa lagi untuk kesehatan pencernaan,” tandasnya.

    (kna/kna)

  • Dokter Tak Sarankan Makan Pedas saat Sahur, Bisa Begini Dampaknya

    Dokter Tak Sarankan Makan Pedas saat Sahur, Bisa Begini Dampaknya

    Jakarta

    Menu sahur berperan penting dalam menjaga energi selama menjalani puasa seharian penuh. Oleh karena itu, ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari saat sahur, salah satunya makanan pedas.

    Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, menyarankan untuk tidak mengonsumsi makanan pedas saat sahur karena dapat memicu gangguan pencernaan.

    “Pada saat sahur, usahakan menghindari makanan yang terlalu pedas, berlemak, dan membuat perut kita nggak nyaman pada saat siang harinya,” ujarnya saat dihubungi detikcom, Sabtu (8/3/2025).

    Makanan pedas berpotensi menyebabkan buang air besar (BAB) dan dehidrasi, yang dapat membuat tubuh lebih mudah lemas saat berpuasa.

    Selain itu, bagi pengidap gangguan lambung seperti mag, makanan pedas bisa memicu naiknya asam lambung dan berisiko mengiritasi perut.

    “Sahur itu lambung kita sudah berpuasa saat kita tidur. Jadi yang dikonsumsi itu yang simpel-simpel saja,” jelasnya.

    Senada, spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH menyarankan bagi pengidap penyakit atau gangguan asam lambung untuk menerapkan pola makan sehat pada saat berpuasa dan menghindari makanan yang bisa merangsang atau mengganggu pencernaan. Adapun salah satu makanan yang perlu dihindari adalah makanan yang terlalu pedas.

    “Ditakutkan pada waktu nanti berpuasa di tengah hari sudah keburu sakit perutnya dan segala macam,” katanya saat dihubungi detikcom, Senin (17/2).

    (suc/suc)

  • Berpuasa Ternyata Baik untuk Sobat Aslam, Internis Sebut Bisa Redakan Sakit Maag

    Berpuasa Ternyata Baik untuk Sobat Aslam, Internis Sebut Bisa Redakan Sakit Maag

    Jakarta

    Pengidap penyakit asam lambung sering kali mengalami kekhawatiran kondisinya akan kambuh ketika menjalani ibadah Puasa. Kenaikan asam lambung saat berpuasa bisa menyebabkan rasa tidak nyaman mulai dari mual hingga muntah-muntah.

    Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB mengatakan pada orang dengan riwayat penyakit asam lambung seperti mag atau GERD, minggu-minggu pertama puasa mungkin terasa berat karena tubuh masih menyesuaikan pola makan yang berbeda. Pasien asam lambung yang parah juga biasanya diresepkan obat agar produksi aslam terkontrol.

    “Biasanya setelah beberapa waktu, akan memperbaiki sakit magnya. Pada minggu kedua dan seterusnya dia nggak perlu obat-obatan lagi dan Insya Allah bisa menyelesaikan puasanya,” kata Prof Ari kepada detikcom, Sabtu (8/3/2025).

    Berpuasa membuat seseorang akan makan dengan teratur, di pagi hari ketika sahur dan malam saat berbuka puasa. Pola makan yang teratur ini, kata Prof Ari, yang membuat keluhan pasien asam lambung bisa membaik dan tak perlu lagi minum obat.

    Hanya saja, agar ibadah lancar, perlu diperhatikan makanan yang dikonsumsi. Usahakan hindari makanan pedas dan asam karena bisa memicu produksi asam lambung berlebih.

    “Pada saat sahur, usahakan menghindair makanan yang terlalu pedas, berlemak dan membuat perut kita nggak nyaman pada saat siang harinya,” ucap dia.

    (kna/naf)

  • Apa Saja Tanda-tanda Asam Lambung Naik Saat Puasa? Ini Penjelasannya

    Apa Saja Tanda-tanda Asam Lambung Naik Saat Puasa? Ini Penjelasannya

    Jakarta

    Asam lambung yang naik menjadi salah satu risiko masalah kesehatan yang dihadapi saat seseorang berpuasa. Mereka yang mengidap penyakit maag akut lebih rentan mengalami masalah ini.

    Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB mengatakan ada tanda-tanda yang biasanya muncul saat asam lambung seseorang naik selama menjalani ibadah puasa.

    “Tanda-tanda asam lambung naik saat puasa ya (perut) terasa panas, dada seperti terbakar, mulut pahit, nyeri di ulu hati, dan kembung,” kata dr Ari saat dihubungi detikcom, Sabtu (8/3/2025).

    Menurut dr Ari, kondisi asam lambung naik ini biasanya sering terjadi di minggu-minggu pertama bulan puasa, terlebih bagi mereka yang memiliki kondisi sakit maag.

    “Tapi setelah satu pekan, kondisinya akan membaik dan bisa berpuasa secara lancar,” katanya.

    dr Ari mengimbau bagi para pengidap sakit maag akut untuk menghindari beberapa makanan dan minuman yang berpotensi meningkatkan risiko asam lambung naik.

    “Yang harus dihindari (makanan atau minuman) yang asam, pedas, komponen yang banyak keju dan lemak. Pada pasien yang sensitif, akan terjadi peningkatan asam lambung karena penyesuaian makannya,” ujar dr Ari.

    Pasien pengidap GERD biasanya akan diresepkan obat-obatan yang mampu menekan asam lambung, misalnya ranitidine, omeprazole agar produksi asam lambung bisa terkontrol.

    Cara Mencegah Asam Lambung Naik Saat Puasa

    Menurut spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD KGEH kondisi asam lambung naik saat bulan puasa bisa saja dicegah dengan beberapa cara sederhana.

    Berikut cara yang dapat dilakukan untuk mencegah asam lambung naik

    Mengkonsumsi makanan berserat seperti buah dan sayurTidak mengkonsumsi makanan berlemakTidak mengkonsumsi makanan bersantanJangan terburu-buru saat makanMakan dengan porsi kecilTidak berbaring setelah makan

    (dpy/kna)

  • Makanan Pedas Sebaiknya Dihindari saat Sahur, Bisa Begini Efeknya ke Pencernaan

    Makanan Pedas Sebaiknya Dihindari saat Sahur, Bisa Begini Efeknya ke Pencernaan

    Jakarta

    Menu makanan saat sahur bisa menjadi kunci keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan puasa selama satu hari penuh. Oleh sebab itu ada beberapa jenis makanan yang tidak dianjurkan saat sahur, termasuk makanan pedas.

    Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, mengatakan makanan pedas sebaiknya dihindari saat sahur. Hal ini karena makanan pedas bisa memicu gangguan di pencernaan.

    “Pada saat sahur, usahakan menghindari makanan yang terlalu pedas, berlemak dan membuat perut kita nggak nyaman pada saat siang harinya,” kata dia saat dihubungi detikcom, Sabtu (8/32025).

    Makanan pedas bisa memicu BAB dan dehidrasi sehingga bisa membuat seseorang menjadi mudah lemas saat menjalani ibadah puasa.

    Pada seseorang dengan gangguan lambung seperti mag, makanan pedas juga bisa memicu naiknya asam lambung dan berisiko mengiritasi perut.

    “Sahur itu lambung kita sudah berpuasa saat kita tidur. Jadi yang dikonsumsi itu yang simpel-simpel saja,” bebernya.

    (kna/kna)

  • Banyak Generasi Muda RI Kena Kanker Kolorektal, Baru Ketahuan di Stadium Lanjut

    Banyak Generasi Muda RI Kena Kanker Kolorektal, Baru Ketahuan di Stadium Lanjut

    Jakarta

    Kanker kolorektal atau kanker usus besar di Indonesia menempati posisi ketiga dengan insiden kasus terbanyak di antara jenis kanker lain. International Agency for Research on Cancer (IARC) melaporkan pada 2022 tercatat 25.997 kasus kanker kolorektal, terbanyak setelah kanker serviks di angka 25.997 kasus dan kanker payudara hampir 50 ribu pasien.

    Dari sekitar 25 ribu kasus kanker kolorektal yang teridentifikasi, sekitar 1.400 pasien berusia di bawah 40 tahun, 968 di antaranya berusia 30 hingga 39 tahun. Sementara pada usia 20 hingga 29 tahun, sebanyak 446 kasus.

    Angkanya diestimasi terus meningkat bila tidak ada perubahan signifikan terkait gaya hidup dan perilaku konsumsi makanan. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof dr Ari Fahrial Syam, SpPD melihat lebih banyak kasus ditangani saat sudah berada di stadium lanjut.

    Walhasil, peluang kesembuhan lebih rendah dibandingkan saat teridentifikasi pada stadium awal.

    “Kita bilang bahwa kita memang masih sangat rendah karena sampai saat ini, untuk angka deteksi dini, pemerintah belum menerapkan mass skrining, jadi belum ada skrining massal kanker ke masyarakat,” beber Prof Ari beberapa waktu lalu.

    “Umumnya pasien-pasien datang sudah di stadium akhir 3 dan 4, sudah bergejala itu sudah terlambat. Gejalanya bisa berak darah, susah BAB, muntah-muntah, itu kira-kira tumornya sudah besar, kanker, tumor ganas itu kan ada benjolan di usus yang jadi menutup,” lanjut Prof Ari.

    Bila tidak kunjung ada perubahan terkait sedentary lifestyle atau malas bergerak dengan pola tinggi makanan daging merah, juga minim serat, kanker kanker kolorektal di usia muda diprediksi terus meningkat. Catatan IARC, dalam waktu lima tahun kenaikan kasus kanker kolorektal usia muda bisa mencapai empat kali lipat untuk kelompok di bawah 40 tahun.

    (naf/kna)

  • Masyarakat di Kawasan Muara Angke Jakarta Utara Dapat Layanan Kesehatan Gratis – Halaman all

    Masyarakat di Kawasan Muara Angke Jakarta Utara Dapat Layanan Kesehatan Gratis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menggelar kegiatan bakti sosial bertajuk ‘Bersama untuk Masyarakat Indonesia (BUMI) 2.0’ di Kawasan Muara Angke, Jakarta Utara, Minggu (16/2/2025).

    Kegiatan bakti sosial ini sekaligus memperingati Dies Natalis ke-75 FKUI.

    Ketua Panitia Dies Natalis ke-75 FKUI dr. Riyadh Firdaus mengatakan, kegiatan bakti sosial ini diadakan sebagai wujud kepedulian terhadap kesehatan masyarakat dan kesiapsiagaan bencana.

    Riyadh menjelaskan, acara ini melibatkan berbagai layanan kesehatan gratis serta pelatihan bagi masyarakat dan kader kesehatan.

    “Kegiatan BUMI 2.0 bertujuan untuk meningkatkan akses layanan kesehatan gratis, memberikan edukasi kesiapsiagaan bencana, serta mendukung program kesehatan DKI Jakarta sebagai kota global,” katanya.

    Ia memastikan, acara ini sejalan dengan program Pemerintah yaitu, Cek Kesehatan Gratis (CKG).

    “Ini memang menjadi bagian sinergi dengan Pemerintah agar akses terhadap layanan kesehatan bisa semakin dekat dengan masyarakat,” jelasnya.

    Adapun, rangkaian kegiatan BUMI 2.0 terdiri dari empat kegiatan utama yang berlangsung pada Februari 2025.

    Pertama, pelatihan Siap Siaga Bencana yang diadakan di Rumah Apung, Muara Angke dengan peserta sebanyak 40 kader masyarakat.

    Kedua, khitanan massal dan bedah minor yang berlangsung di Klinik Utama SMC, Pluit dengan jumlah peserta 50 anak.

    Ketiga, operasi katarak juga  menjadi bagian dari kegiatan ini dan akan dilaksanakan di RS Yadika, Kebayoran Lama, Minggu (23/2/2025) dengan jumlah pasien sebanyak 80 orang. Keempat, operasi bibir sumbing yang juga termasuk dalam program ini.

    Riyadh mengungkapkan, BUMI 2.0 tidak hanya melibatkan FKUI tapi juga menggandeng berbagai mitra, termasuk  Sinar Mas, Klinik SMC, Hotel Sano, PT Prabu Step One, PT Jasa Raharja, PT Telkom Akses, IndiHome, BTN, FKIK Unhan, Perdami Jaya, RSAL Mintohardjo, PK3D, Pusbangki FKUI, ILUNI UI, serta Tim Bantuan Medis FKUI.

    Selain itu, kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh dari berbagai tokoh. Diantaranya, Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih Rano Karno, Dekan FKUI Prof. Ari Fahrial Syam, dan Ketua ILUNI FKUI dr. Wawan Mulyawan.

    Dalam sambutannya melalui video, Rano Karno memberikan apresiasi terhadap kegiatan bakti sosial BUMI 2.0 ini.

    “Kegiatan bakti sosial ini tidak hanya memiliki tujuan yang sangat mulia yaitu memberikan akses layanan kesehatan gratis tapi juga merupakan bentuk kepedulianumat terhadap sesama melalui kolaborasi yang solid antar berbagai pihak,” kata Rano Karno.

    Sementara, Dekan FKUI Prof. dr. Ari Fahrial turut menyampaikan, apresiasi dan pujiannya atas diselenggarakanya bakti sosial BUMI 2.0 ini.

    Ia berharap, melalui kegiatan BUMI 2.0 ini, masyarakat dapat memperoleh akses layanan kesehatan yang lebih baik serta meningkatkan kesiapsiagaan dalam  menghadapi bencana.

    “FKUI berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam upaya kesehatan masyarakat secara berkelanjutan,” ucapnya.

     

  • PB PGI Dorong Obat, Alkes dan Vaksin Bisa Diproduksi di Dalam Negeri – Halaman all

    PB PGI Dorong Obat, Alkes dan Vaksin Bisa Diproduksi di Dalam Negeri – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sektor kesehatan sangat berperan besar berkontribusi sebagai salah satu masalah yang harus diselesaikan oleh bangsa ini. Menteri Kesehatan sebagai nakhoda harus bisa bekerja sama dengan semua pihak dalam pembangunan kesehatan.

    Selain itu riset kesehatan inovatif juga harus didukung terutama yang dilakukan oleh institusi pendidikan agar bisa menghasilkan produk yang murah untuk dapat digunakan masyarakat.

    Terkait hal tersebut, Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI), Prof Dr.dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB,FACP,FACG mengatakan salah satu riset kesehatan inovatif yang harus segera ditingkatkan adalah upaya-upaya kemandirian untuk pembuatan obat, vaksin dan alat kesehatan yang memang dapat diproduksi dalam negeri.

    “Beberapa perusahaan farmasi dalam negeri bahkan produknya sudah diterima di negara tetangga. Di satu sisi, pembiayaan BPJS tidak terbatas juga harus dibatasi. Rekomendasi dari penilaian teknologi kesehatan atau health technology assessment (HTA) harus dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan karena rekomendasi yang diberikan bertujuan untuk menekan pembiayaan kesehatan. Harus ada regulasi yang kuat agar mengurangi produk impor alat kesehatan dan pemerintah mendorong  penggunaan produk-produk inovasi lokal yang sebenarnya tidak kalah dengan produk luar negeri,” kata Prof Ari Fahrial dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Senin(6/1/2025).

    Menurut Prof Ari Fahrial saat ini juga harus melihat negara-negara Asia lain maju pesat dalam produksi alat kesehatan berteknologi tinggi, seperti produksi India, China dan Turki yang mengikuti kemajuan produksi teknologi tinggi dari Korea dan Jepang.

    Bahkan saat ini kata dia ada aksesoris untuk tindakan endoskopi saluran cerna masih diimpor. “Para praktisi klinis tentu akan senang hati untuk menggunakan produk dalam negeri yang berkualitas ketika alat kesehatan tersebut memang ada di pasaran Indonesia. Pada akhirnya harapan untuk Indonesia yang lebih sehat selalu ada dan rasanya profesi kedokteran serta institusi pendidikan kedokteran dan kesehatan harus diajak berkomunikasi dan berkolaborasi untuk mengejar ketertinggalan kita selama ini dalam hal pembangunan kesehatan,” kata Prof Ari Fahrial.

    Lebih jauh Prof Ari Fahrial juga menjelaskan peran organisasi profesi termasuk institusi pendidikan, organisasi kemasyarakatan, swasta dan juga lembaga pemerintah lainnya memegang peranan penting dalam pembangunan kesehatan. Dalam periode tahun 2024 dirinya melihat kerja sama antara Kementerian Kesehatan dan stakeholder dalam membangun kesehatan belum berjalan secara optimal.

    Semua stakeholder pembangunan kesehatan selama ini turut serta dalam pembangunan Kesehatan, serta turut serta memberikan masukan yang terbaik untuk nangsa ini mengatasi masalah kesehatan yang ada.  

    “Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI), berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan khususnya di bidang saluran cerna, dalam hal continuing medical education peningkatan capacity building para dokter umum, spesialis dan subspesialis di bidang gastroenterologi, melakukan riset multisenter termasuk uji klinik dan terus menerus mengedukasi masyarakat secara langsung melalui seminar dan webinar, serta melalui media sosial,” ujarnya.

    PB PGI lanjut Prof Ari Fahrial juga terus melakukan pembaruan-pembaruan konsensus dalam bidang gastroenterologi berdasarkan evidence based yang menjadi panduan bagi para tenaga medis di seluruh Indonesia. PB PGI juga rutin mengirimkan pakar ke BPOM dalam memberikan pandangan ahli untuk obat baru yang akan beredar di Indonesia. PB PGI juga aktif mengirimkan topik-topik untuk Health Technology Assessment (Penilaian Teknologi Kedokteran). PB PGI juga turut serta menjadi tim ahli dalam penyusunan formularium obat nasional.

    “Kementerian Kesehatan dalam 1 tahun terakhir ini berusaha keras untuk melaksanakan UU Kesehatan 17 2023 dan juga turunannya PP N0 28 2024. Tetapi upaya yang dilakukan tampaknya belum berjalan mulus dan bahkan terburu-buru sehingga terkesan mengubur upaya-upaya yang telah dilakukan sebelumnya,” kata dia.

    Benturan yang terjadi menurut Prof Ari Fahrial kalau tidak diantisipasi dengan baik akan menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Transformasi kesehatan yang terdiri dari enam pilar utama yang mencakup layanan primer, layanan rujukan, ketahanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya kesehatan dan teknologi terus diupayakan dengan berbagai terobosan.

    Beberapa aturan dibuat untuk mendukung hal tersebut, tetapi problem utama adalah tatanan implementasi khususnya dalam hal pemerataan dan evaluasi berkelanjutan yang menunjukkan bahwa program turunan dari enam pilar transformasi Kesehatan masih menghadapi berbagai kendala.

    Kendala utama adalah upaya kolaboratif antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan masyarakat termasuk para pelaku kesehatan.

    “Ego sektoral masih kental dalam Pembangunan Kesehatan saat ini. Konsep sistem Kesehatan akademik yang telah dimulai sejak zaman pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tampaknya didukung setengah hati oleh Kementerian Kesehatan saat ini. Padahal jika konsep ini dijalankan dengan konsisten dan didukung penuh, bisa mengurai berbagai permasalahan Kesehatan di Indonesia termasuk dalam pelaksanaan enam pilar transformasi kesehatan,” kata Prof Ari Fahrial.

    Karena lanjut dia konsep Sistem Kesehatan Akademik (AHS) menyatukan peran Kementerian Kesehatan dengan rumah sakit vertikalnya, institusi Pendidikan dengan sumber dayanya baik sumber daya manusia, fasilitas Pendidikan, riset dan fasilitas Kesehatan yang juga dimiliki oleh institusi Pendidikan dan juga melibatkan pemerintah daerah yang mempunyai Masyarakat termasuk calon SDM Kesehatan.

    “Target AHS bukan saja untuk menciptakan sumber daya Kesehatan yang handal, tetapi juga pelayanan Kesehatan yang mumpuni dan berorientasi pada penurunan berbagai target pembangunan Kesehatan.

    Melalui konsep AHS ini pembiayaan Kesehatan menjadi lebih efisien, distribusi tenaga Kesehatan menjadi lebih baik, penelitian kesehatan inovatif lebih meningkat yang akhirnya terjadi efisiensi pembiayaan kesehatan serta upaya-upaya pencegahan penyakit yang lebih optimal. Melalui AHS ini terjadi resources sharing atas semua stakeholder yang ada,” tutup Prof Ari Fahrial.