Tag: Anwar Ibrahim

  • Akankah Gencatan Senjata Thailand-Kamboja Bertahan Lama?

    Akankah Gencatan Senjata Thailand-Kamboja Bertahan Lama?

    Jakarta

    Gencatan senjata yang disepakati pada Senin (28/07) antara Thailand dan Kamboja disambut dengan optimisme serta kewaspadaan dari banyak pihak. Kesepakatan ini muncul setelah terjadinya pertempuran terkait sengketa perbatasan selama lima hari, yang telah menewaskan sedikitnya 35 tentara dan warga sipil. Bentrokan ini juga telah menyebabkan 200.000 orang mengungsi di kedua sisi.

    Gencatan senjata yang bersifat “segera dan tanpa syarat” telah disepakati pada Senin (28/07) dan mulai berlaku pada tengah malam setelah pertemuan mediasi di Malaysia.

    Perdana Menteri Malaysia sekaligus ketua ASEAN, Anwar Ibrahim, menyebut dalam konferensi persnya bahwa kesepakatan gencatan senjata ini merupakan “langkah awal yang penting menuju de-eskalasi dan pemulihan perdamaian serta keamanan”.

    Namun, beberapa jam setelah gencatan senjata berlaku, militer Thailand melaporkan adanya pelanggaran oleh pasukan Kamboja di beberapa wilayah. Klaim tersebut dibantah oleh Kementerian Pertahanan Kamboja, yang menyatakan bahwa gencatan senjata masih terus berjalan.

    Meskipun tembakan senjata ringan sporadis masih mungkin terjadi, Zachary Abuza, profesor di National War College di Washington, mengatakan gencatan senjata kemungkinan besar akan tetap bertahan, karena kedua pihak telah mencapai sebagian besar tujuan mereka.

    Melemahkan dinasti politik Thaksin

    “Dari pihak Thailand, militer dan kalangan elit menggunakan konflik ini untuk melemahkan keluarga Thaksin secara politik,” ujar Abuza, merujuk pada mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra dan putrinya, Paetongtarn.

    Paetongtarn Shinawatra merupakan anggota ketiga dari keluarganya yang menjabat sebagai perdana menteri, setelah tantenya, Yingluck. Baru-baru ini, ia diskors oleh Mahkamah Konstitusi Thailand terkait bocoran rekaman percakapan telepon dengan Ketua Senat Kamboja, Hun Sen, pada bulan lalu.

    Pasalnya, keluarga Thaksin telah lama bersitegang dengan militer Thailand, yang telah dua kali menggulingkan pemerintahan keluarga mereka sejak 2006.

    Konflik memperkuat dinasti keluarga Hun

    Menurut Abuza, di Kamboja sendiri, konflik ini membantu memperkuat kekuasaan keluarga Hun, khususnya mantan Perdana Menteri Hun Sen dan putra sulungnya Hun Manet, yang menggantikan ayahnya pada 2023.

    “Hun Sen dan Hun Manet berhasil mempersatukan bangsa, menunjukkan kepemimpinan Manet, serta menghapus salah satu celah serangan dari oposisi politik yang sebagian besar kini berada di pengasingan,” kata Abuza. “Pertempuran yang berlanjut tak menguntungkan pihak manapun secara politik.”

    Siapa yang akan mengawasi gencatan senjata?

    Matthew Wheeler, analis senior dari International Crisis Group di Bangkok, mengatakan bahwa gencatan senjata mungkin bisa bertahan selama kedua pihak “menyadari bahwa kepentingan mereka lebih terfasilitasi melalui gencatan senjata dibanding pertempuran lanjutan.”

    Namun, ia juga mencatat bahwa kesepakatan ini bisa menghadapi hambatan secara teknis, khususnya mengenai pengawasan yang tepat.

    Malaysia, sebagai ketua ASEAN, telah menawarkan diri untuk mengoordinasikan tim pemantau. Walau begitu, menurut Wheeler, kedua pihak enggan menerima pemantau dari negara lain.

    “Dulu sempat ada rencana untuk mengirim pengamat dari Indonesia di bawah naungan ASEAN setelah konflik pada 2011, tetapi tidak pernah terealisasi,” katanya. Meski demikian, ia menambahkan, “kedua militer sebelumnya telah menunjukkan kemampuan untuk meredakan konflik setelah putaran pertempuran sebelumnya.”

    Hingga bentrokan bulan ini, perbatasan Thailand-Kamboja sebagian besar telah damai sejak 2011, ketika tentara dari kedua negara terlibat baku tembak karena sengketa lama mengenai klaim wilayah di sekitar Kuil Preah Vihear.

    “Kesepakatan ini menyebutkan bahwa Malaysia siap menjalankan peran pengawasan, tetapi tidak secara eksplisit menyatakan bahwa Malaysia atau negara lain akan menjadi pengamat,” jelas Paul Chambers, peneliti tamu di ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura sekaligus analis keamanan kawasan. “Tanpa pengawasan dari pihak ketiga, sulit untuk menegakkan gencatan senjata yang telah disepakati.”

    Bagaimana peran Trump dalam mengakhiri ketegangan?

    Meski begitu, para analis menyatakan bahwa Presiden AS Donald Trump patut mendapat sedikit pujian atas tercapainya titik ini antara Kamboja dan Thailand.

    Akhir pekan lalu, Trump mengancam akan menunda pembicaraan perdagangan dengan kedua negara terkait tarif AS jika mereka tidak menyepakati penghentian pertempuran, dan menindaklanjutinya dengan panggilan telepon ke masing-masing pemimpin negara.

    Amerika Serikat adalah pasar ekspor terbesar bagi Kamboja dan Thailand. Kedua negara tersebut kini menghadapi ancaman tarif sebesar 36%, kecuali negosiasi bisa terjadi sebelum Jumat (01/08).

    Wheeler menyebut bahwa ancaman tarif dari Trump kemungkinan besar menjadi pemicu utama bagi Thailand, yang sebelumnya menolak tawaran mediasi dari Malaysia secara sepihak.

    “Pemerintah Thailand saat ini kesulitan menghidupkan kembali perekonomian dan popularitasnya terus menurun, jadi mereka membutuhkan semua peluang untuk menghindari tarif dari AS,” katanya.

    Ancaman Trump kemungkinan juga menjadi pertimbangan bagi kedua negara, ujar Harrison Cheng, direktur di Control Risks, firma konsultan yang berbasis di Singapura.

    “Namun, mereka juga mungkin meragukan sejauh mana AS akan benar-benar peduli dengan sengketa perbatasan dan pelaksanaan gencatan senjata. Sementara, Malaysia yang berada di kawasan yang sama lebih cocok untuk terus memainkan peran sebagai mediator,” katanya.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Adelia Dinda Sani

    Editor: Rahka Susanto

    (ita/ita)

  • Kemarin, pertemuan Prabowo-Anwar hingga konflik Thailand-Kamboja

    Kemarin, pertemuan Prabowo-Anwar hingga konflik Thailand-Kamboja

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah peristiwa politik telah diwartakan oleh pewarta Kantor Berita ANTARA pada Selasa (29/7). Berikut beberapa berita pilihan yang masih menarik dibaca pagi ini.

    1. Presiden Prabowo puji PM Anwar bantu Thailand-Kamboja gencatan senjata

    Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Selasa, memuji Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim karena dia sebagai penengah berhasil membujuk Thailand dan Kamboja gencatan senjata setelah keduanya baku tembak di perbatasan sejak minggu lalu (24/7).

    Selengkapnya di sini

    2. Prabowo-Anwar bentuk pusat pendidikan untuk anak di Sarawak-Sabah

    Pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat untuk membentuk pusat pendidikan atau Community Learning Center di Semenanjung Malaysia, di Sarawak dan Sabah untuk anak-anak, termasuk dari pekerja migran Indonesia.

    Selengkapnya di sini

    3. Presiden Prabowo terima PM Anwar di Istana untuk Konsultasi Tahunan

    Presiden RI Prabowo Subianto menerima kunjungan Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa, untuk menghadiri acara Konsultasi Tahunan ke-13 Indonesia dan Malaysia.

    Selengkapnya di sini

    4. Tito: Sekolah Rakyat bantu daerah sulap aset telantar jadi produktif

    Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyebutkan Sekolah Rakyat yang merupakan program prioritas Presiden Prabowo Subianto, tidak hanya membantu anak-anak dari keluarga prasejahtera bersekolah, tetapi juga membantu pemerintah daerah menyulap aset-aset mereka yang telantar menjadi kembali produktif.

    Selengkapnya di sini

    5. Lemhannas RI yakin konflik Thailand-Kamboja tidak akan meluas

    Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI meyakini konflik antara Thailand dan Kamboja tidak akan meluas, mengingat kedua negara tersebut merupakan bagian dari ASEAN yang berkomitmen menjaga perdamaian di kawasan.

    Selengkapnya di sini

    Pewarta: Benardy Ferdiansyah
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Mengapa Konsultasi Tahunan Indonesia-Malaysia Baru Digelar Lagi Usai 7 Tahun Vakum?
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        30 Juli 2025

    Mengapa Konsultasi Tahunan Indonesia-Malaysia Baru Digelar Lagi Usai 7 Tahun Vakum? Nasional 30 Juli 2025

    Mengapa Konsultasi Tahunan Indonesia-Malaysia Baru Digelar Lagi Usai 7 Tahun Vakum?
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Menteri Luar Negeri Sugiono mengungkap alasan konsultasi tahunan (
    annual consultation
    ) Indonesia dan Malaysia baru digelar kembali setelah vakum 7 tahun.
    Menurut dia, hal ini hanya karena jadwal pemimpin kedua negara saja.  
    “Saya kira mungkin karena jadwal ya, jadwal antara kedua pemimpin yang mungkin belum pas, ini juga kita baru pas sekali ini,” ujar Sugiono di Istana Kepresidenan Jakarta usai pertemuan, Selasa (29/7/2025).
    Konsultasi tahunan ke-13 akhirnya digelar kembali di Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin. Presiden
    Prabowo
    Subianto menerima langsung kunjungan kerja Perdana Menteri (PM) Malaysia
    Anwar Ibrahim
    beserta delegasinya di Istana.
    Sebelum pertemuan kemarin, konsultasi tahunan ke-12 terakhir diselenggarakan di Kuching, Serawak, pada 2017.
    “Mulai dari pagi sampai siangnya tadi, kedua pemimpin bertemu dalam sebuah mekanisme bilateral antara Indonesia dan Malaysia yang kita sebut dengan annual consultation pemimpin kedua negara, di mana mekanisme ini terakhir berlangsung di Kuching, Sarawak, pada tahun 2017,” kata Sugiono.
    Sugiono menuturkan, konsultasi tahunan ini tidak hanya penting untuk memperbarui berbagai isu strategis, tetapi juga makin mempererat hubungan kedua pemimpin negara.
    “Saya kira banyak hal-hal dan update-update yang perlu terus dikomunikasikan. Dan saya kira ini satu mekanisme yang bisa disamping juga makin mendekatkan hubungan antara kedua pemimpin,” ucap Sugiono.
    Sugiono menyampaikan, konsultasi tahunan ini digelar dalam format konsultasi bilateral yang menyentuh sejumlah isu strategis.
    Menurut Menlu, fokus pembahasan dalam pertemuan tersebut mencakup perkembangan hubungan bilateral, dinamika kawasan Asia Tenggara, serta isu-isu global yang menjadi kepentingan bersama.
    “Jadi, tadi juga kedua pemimpin berbicara mengenai kemajuan-kemajuan yang kita capai selama beberapa waktu ini. Perundingan perbatasan, kemudian penurunan angka penangkapan nelayan di masing-masing wilayah yang sebelumnya juga banyak menjadi masalah antara Indonesia dan Malaysia,” ujar dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Buka-bukaan Menlu Sugiono Soal Isi Pertemuan Prabowo dan Anwar Ibrahim

    Buka-bukaan Menlu Sugiono Soal Isi Pertemuan Prabowo dan Anwar Ibrahim

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menerima kunjungan resmi Perdana Menteri (PM) Malaysia, Datuk Seri Utama Anwar Ibrahim, di Istana Merdeka, Selasa (29/7/2025) kemarin.

    Menteri Luar Negeri Sugiono menyampaikan bahwa kunjungan PM Anwar diawali dengan kedatangan pada Senin malam pukul 20.00 WIB, dan disambut dengan jamuan makan malam oleh Prabowo di kediaman Kertanegara. Pertemuan formal berlangsung sejak pagi hingga siang hari di Istana Merdeka.

    “Kedua pemimpin membahas perkembangan hubungan bilateral, isu-isu kawasan, dan tantangan global,” ujar Menlu Sugiono usai mendampingi Presiden di kompleks Istana Kepresidenan.

    Dalam pertemuan tersebut, dia menyebut kedua negara mencatat kemajuan dalam sejumlah isu krusial, seperti penyelesaian perundingan perbatasan serta penurunan jumlah penangkapan nelayan lintas batas yang sebelumnya menjadi isu sensitif.

    Selain itu, disepakati penguatan perlindungan hak pendidikan anak-anak pekerja migran Indonesia melalui pendirian Community Learning Center di Semenanjung Malaysia, Sabah, dan Sarawak.

    Sugiono melanjutkan bahwa isu keamanan kawasan turut dibahas, terutama menyangkut konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja yang memanas dalam beberapa hari terakhir.

    Indonesia, kata Sugiono, telah berkoordinasi intensif dengan negara-negara Asean dan menyatakan kesiapannya membantu meredakan eskalasi.

    “Indonesia telah menyampaikan kesiapan kepada Malaysia selaku Ketua Asean untuk turut mendorong deeskalasi dan gencatan senjata,” kata Sugiono.

    Lebih lanjut, Sugiono mengatakan bahwa Presiden Ke-8 RI itu menegaskan pentingnya mempererat kerja sama antara Indonesia dan Malaysia, mengingat kedua negara berasal dari rumpun budaya yang sama dan memiliki kedekatan sejarah serta bahasa.

    “Presiden menekankan bahwa persahabatan kedua negara harus diwujudkan dalam kerja sama ekonomi yang nyata demi kesejahteraan rakyat,” pungkas Sugiono.

    Kunjungan ini merupakan bagian dari mekanisme Konsultasi Tahunan (Annual Consultation) antara pemimpin kedua negara yang terakhir kali digelar di Kuching, Malaysia, pada 2017.

  • Menlu ungkap alasan Konsultasi Tahunan RI-Malaysia kembali digelar

    Menlu ungkap alasan Konsultasi Tahunan RI-Malaysia kembali digelar

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Luar Negeri Sugiono mengungkapkan alasan pertemuan Konsultasi Tahunan Indonesia dan Malaysia kembali digelar setelah terakhir diselenggarakan di Kuching, Sarawak pada tahun 2017 lalu.

    Setelah sempat vakum hingga tujuh tahun lamanya, pertemuan Konsultasi Tahunan Ke-13 RI-Malaysia kembali digelar saat Presiden RI Prabowo Subianto menerima kunjungan kerja Perdana Menteri (PM) Malaysia Dato’ Seri Anwar Ibrahim di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (29/7).

    “Kedua pemimpin bertemu dalam sebuah mekanisme bilateral antara Indonesia dan Malaysia yang kita sebut dengan Annual Consultation atau Konsultasi Tahunan pemimpin kedua negara, di mana mekanisme ini terakhir berlangsung di Kuching, Sarawak pada tahun 2017,” kata Sugiono saat memberikan keterangan pers di Istana Merdeka Jakarta, Selasa (29/7).

    Dia menyampaikan bahwa mekanisme konsultasi tahunan ini tidak hanya penting untuk memperbarui berbagai isu strategis, tetapi juga makin mempererat hubungan kedua pemimpin negara.

    Menurut Menlu, Konsultasi Tahunan RI-Malaysia ini sempat vakum karena padatnya jadwal kedua pemimpin.

    “Saya kira mungkin karena jadwal ya, jadwal antara kedua pemimpin yang mungkin belum pas. Ini juga kita baru pas sekali ini,” kata Menlu Sugiono.

    Dia berharap pertemuan ini dapat rutin digelar karena banyak perkembangan dan isu global yang perlu dikomunikasikan kedua negara.

    “Saya kira ini satu mekanisme yang tepat, di samping juga semakin mendekatkan hubungan bilateral,” tambahnya.

    Sebelumnya pada Konsultasi Tahunan Ke-12 RI-Malaysia di Kuching, Sarawak pada 2017 silam, Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Mohamad Najib membahas penguatan kerja sama ekonomi, perlindungan WNI dan ketenagakerjaan, isu perbatasan dan isu pertahanan dan keamanan.

    Pewarta: Mentari Dwi Gayati
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pidato Anwar Ibrahim di Sekretariat ASEAN

    Pidato Anwar Ibrahim di Sekretariat ASEAN

    Rabu, 30 Juli 2025 00:54 WIB

    Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyampaikan pidato di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Selasa (29/7/2025). Dalam kunjungannya ke Indonesia, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim memberikan pidato kebijakan tentang ASEAN dalam konteks Keketuaan Malaysia di ASEAN pada tahun 2025. ANTARA FOTO/Pandu BN/wpa.

    Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (kiri) disaksikan Sekjen ASEAN Kao Kim Hourn menyampaikan pidato di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Selasa (29/7/2025). Dalam kunjungannya ke Indonesia, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim memberikan pidato kebijakan tentang ASEAN dalam konteks Keketuaan Malaysia di ASEAN pada tahun 2025. ANTARA FOTO/Pandu BN/wpa.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Menlu Sugiono: Implementasi Tarif Resiprokal Asean Belum Dibahas Spesifik

    Menlu Sugiono: Implementasi Tarif Resiprokal Asean Belum Dibahas Spesifik

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Luar Negeri Sugiono menegaskan pentingnya memanfaatkan kekuatan kolektif Asean dalam menghadapi tantangan ekonomi kawasan, terutama menjelang implementasi tarif resiprokal antarnegara anggota.

    Hal ini disampaikan usai mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim di Istana Merdeka, Selasa (29/7/2025).

    Menjawab pertanyaan media mengenai apakah isu tarif resiprokal dibahas dalam pertemuan bilateral tersebut, Sugiono menjelaskan bahwa hal itu belum masuk dalam pembahasan secara khusus.

    Sugiono menyoroti kekuatan laten Asean sebagai blok ekonomi dengan jumlah penduduk mencapai 680 juta jiwa yang menurutnya merupakan aset strategis, baik dari sisi produksi maupun konsumsi.

    “Masyarakat Asean ini 680 juta, merupakan populasi yang besar. Kalau dilihat dari sisi produsen maupun konsumen, kita punya inherent strength,” imbuhnya kepada wartawan.

    Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa kesadaran akan potensi ekonomi kawasan juga telah dia sampaikan dalam Asean Ministerial Meeting (AMM) sebelumnya di Kuala Lumpur.

    Menurutnya, negara-negara anggota kini memiliki pemahaman yang lebih besar akan pentingnya memaksimalkan kerja sama ekonomi intra-kawasan.

    “Kenapa potensi yang sedemikian besar ini, di samping beberapa kelebihan lain yang kita miliki, tidak kita manfaatkan bersama-sama?” pungkas Sugiono.

  • PM Anwar Ibrahim Sebut Malaysia Siap Kerja Sama Terkait Riza Chalid
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        29 Juli 2025

    PM Anwar Ibrahim Sebut Malaysia Siap Kerja Sama Terkait Riza Chalid Nasional 29 Juli 2025

    PM Anwar Ibrahim Sebut Malaysia Siap Kerja Sama Terkait Riza Chalid
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Perdana Menteri (PM)
    Malaysia

    Anwar Ibrahim
    mengatakan, siap bekerja sama dengan Indonesia terkait dengan upaya pencarian tersangka kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah pada PT Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tahun 2018–2023, Mohammad
    Riza Chalid
    .
    Diketahui, berdasarkan data perlintasan terkahir, Riza Chalid meninggalkan Indonesia menuju Malaysia pada 6 Februari 2025. Tetapi, keberadaan pengusaha minyak itu belum diketahui secara pasti.
    “Dia di Malaysia atau di mana, di Myanmar, di mana, saya tidak tahu tapi kita berikan kerja sama yang diperlukan,” kata PM Anwar Ibrahim dalam pertemuan dengan sejumlah pemimpin redaksi (pemred) media di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (29/7/2025) pagi.
    Dia bahkan mengakui bahwa sudah ada permintaan dari Indonesia, untuk memulangkan Riza Chalid.
    Namun, Anwar Ibrahim menegaskan bahwa keberadaan Riza Chalid belum diketahui. Oleh karena itu, dia menyerahkannya pada jalur hukum yang berlaku.
    “Ditanya saya melalui kedutaan, saya baru diberi tahu memangnya ada utusan dikembalikan. Kita ikut jalur hukum saja tidak ada masalah,” ujarnya.
    Hanya saja, PM Anwar menegaskan bahwa harus ada kasus hukum yang jelas terkait kerja sama dengan Malaysia.
    “Ada (permintaan dari Indonesia). Tapi kita harus tahu apakah atau dia di luar. Kemudian, apa statusnya, apa kasusnya, sebab korupsi ini saya tidak berdasarkan tuduhan,” katanya.
    Bahkan, Anwar Ibrahim mengungkapkan bahwa hal itu juga telah disampaikan kepada Presiden Prabowo Subianto.
    Dalam kesempatan itu, Anwar Ibrahim mengaku bahwa dirinya mengenal Riza Chalid yang keberadaannya tengah dicari oleh Kejaksaan Agung (Kejagung).
    “Jadi sepintas lalu, ada kenal, saya kenal,” ujarnya.
    Hanya saja, PM Anwar menegaskan bahwa dia tidak mengetahui keberadaan Riza Chalid.
    Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Imigrasi pada Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan, Yuldi Yusman mengatakan, berdasarkan data perlintasan terkahir, Riza Chalid meninggalkan Indonesia menuju Malaysia pada 6 Februari 2025.
    Diketahui, Riza Chalid adalah satu dari 18 tersangka kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina Subholding dan KKKS tahun 2018–2023.
    “Berdasarkan data perlintasan orang yang keluar masuk wilayah Indonesia di dalam kesisteman aplikasi APK V4.0.4 kami bahwa Mohammad Riza Chalid keluar meninggalkan wilayah Indonesia pada tanggal 06-02-2025 menuju Malaysia,” kata Yuldi dikutip dari
    Antaranews
    pada 17 Juli 2025.
    Sementara itu, terkait dugaan keberadaan Riza Chalid di Singapura, Yuldi mengatakan bahwa pengusaha minyak tersebut memang pernah terbang ke negeri singa itu pada Agustus 2024.
    “Menurut data dari ICA Singapura, Mohamad Riza Chalid terakhir masuk wilayah Singapura pada bulan Agustus tahun 2024, yang bersangkutan datang dengan status visitor dan bukan pemegang PR (permanent resident),” kata Yuldi.
    Merespons data perlintasan tersebut, Yuldi mengatakan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi telah berkoordinasi dengan perwakilan di Malaysia, terkait keberadaan Riza Chalid.
    “Kami sudah berkoordinasi dengan perwakilan Imigrasi kami yang berada di Malaysia dan perwakilan kami sudah berkoordinasi dengan jabatan Immigraseen Malaysia serta Polis Malaysia untuk mencari keberadaan Mohamad Riza Chalid,” ujarnya.
    Selain itu, Yuldi menyebut, jajarannya juga telah berkoordinasi dengan Immigration Custom Authority (ICA) Singapura melalui perwakilan di sana, terkait dugaan awal bahwa Riza Chalid berada di negara tersebut.
    Diketahui, Riza Chalid adalah satu dari sembilan tersangka baru yang ditetapkan Kejaksaan Agung (Kejagung) terkait kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tahun 2018–2023.
    Kesembilan tersangka itu adalah Alfian Nasution (AN) selaku Vice President Supply dan Distribusi PT Pertamina; Hanung Budya Yuktyanta (HB) selaku Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina; Toto Nugroho (TN) selaku VP Integrated Supply Chain;, Dwi Sudarsono (DS) selaku VP Crude and Trading PT Pertamina tahun 2019-2020; dan Arief Sukmara (AS) selaku Direktur Gas Petrochemical Pertamina International Shipping.
    Kemudian, Hasto Wibowo (HW) selaku VP Integrated Supply Chain tahun 2019-2020; Martin Haendra (MH) selaku Business Development Manager PT Trafigura tahun 2019-2021; Indra Putra (IP) selaku Business Development Manager PT Mahameru Kencana Abadi, serta Mohammad Riza Chalid (MRC) selaku Beneficial Owner PT Orbit Terminal Merak.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • RI-Malaysia Sepakat Permudah Perdagangan Lintas Batas di Sabah dan Sarawak

    RI-Malaysia Sepakat Permudah Perdagangan Lintas Batas di Sabah dan Sarawak

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa Indonesia dan Malaysia sepakat untuk mendorong kemudahan perdagangan lintas batas, khususnya di wilayah Sabah dan Sarawak.

    Airlangga menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia meminta Malaysia untuk turut membangun fasilitas perdagangan lintas batas (cross-border trade) sebagaimana yang telah dilakukan Indonesia di kawasan perbatasan. Kedua negara disebut akan mendorong keberadaan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang seimbang demi memperkuat konektivitas ekonomi.

    Hal ini disampaikan usai dirinya mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim di Istana Merdeka, Selasa (29/7/2025).

    “Dibahas mengenai perdagangan lintas batas agar dipermudah. Kita juga minta Malaysia membangun fasilitas lintas batas di wilayah mereka, seperti Indonesia yang sudah membangun. Dengan demikian akan ada PLBN dari kedua sisi,” kata Airlangga kepada media.

    Selain infrastruktur fisik, Airlangga juga mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo memberikan arahan untuk menaikkan batas minimal nilai perdagangan lintas batas yang dapat dibebaskan dari bea masuk. Hal ini sejalan dengan prinsip pasar bebas di kawasan Asean.

    “Karena kita sudah masuk Asean Free Trade Area (AFTA), maka nilai minimal perdagangan lintas batas itu diarahkan untuk dinaikkan dan dibebaskan,” pungkas Airlangga.

  • Prabowo dan Anwar Ibrahim Bahas Perbatasan hingga Tangkapan Ikan Nelayan – Page 3

    Prabowo dan Anwar Ibrahim Bahas Perbatasan hingga Tangkapan Ikan Nelayan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim melangsungkan pertemuan bilateral di Istana Negara, Jakarta. Dalam kesempatan itu, berbagai topik menjadi pembahasan, termasuk masalah perbatasan hingga penurunan tangkapan ikan para nelayan.

    Menteri Luar Negeri Sugiono mengulas isi pertemuan, bahwa Prabowo berdialog dengan Anwar Ibrahim seputar isu-isu penting di kawasan kedua negara, ASEAN, hingga global.

    “Jadi tadi juga kedua pemimpin berbicara mengenai kemajuan-kemajuan yang kita capai selama beberapa waktu ini, perundingan perbatasan, kemudian penurunan angka penangkapan nelayan di masing-masing wilayah yang sebelumnya juga banyak menjadi masalah antara Indonesia dan Malaysia,” tutur Sugiono di Istana Negara, Jakarta, Selasa (29/7/2025).

    Meski membicarakan persoalan perbatasan dan tangkapan ikan nelayan, urusan blok dasar laut Ambalat belum diungkap lebih jauh. Wilayah tersebut terletak di Laut Sulawesi yang dekat dengan perbatasan darat antara Sabah Malaysia dan Kalimantan Timur.

    Sugiono hanya menjelaskan, kedua negara masih membangun komunikasi untuk kerja sama dan peningkatan pengelolaan Ambalat. Pembicaraan lebih lanjut pun akan dilakukan oleh kementerian terkait yang fokus dengan sumber daya perikanan, energi, dan lainnya.

    “Kita masih melakukan exploratory talk sebenarnya, modalitasnya seperti apa, teknisnya seperti apa, masih panjang perjalanan,” terang dia.