Tag: Anton Jimmi Suwandy

  • Nasib Mobil Komersial saat Opsen Pajak Kendaraan Hadir di Mata Toyota

    Nasib Mobil Komersial saat Opsen Pajak Kendaraan Hadir di Mata Toyota

    Jakarta

    Pemerintah berencana akan menerapkan pajak tambahan atau Opsen Pajak pada 2025. Opsen pajak kendaraan bermotor sendiri adalah opsen yang dikenakan oleh kabupaten/kota atas pokok PKB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Sedangkan opsen BBNKB adalah opsen yang dikenakan oleh kabupaten/kota atas pokok BBNKB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Artinya, opsen PKB dan opsen BBNKB dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota. Lalu bagaimana nasib mobil komersial dengan hadirnya Opsen Pajak Kendaraan ini?

    Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy pada ajang test Drive All New Toyota Hilux Rangga di Surabaya mengatakan, kendaraan komersial memiliki segmen unik dan berbeda, jika dibandingkan dengan kendaraan penumpang.

    “Memang commercial car, saya rasa faktornya ada dua ya. Satu, pajak. namun satu hal lain adalah pengembangan dari ekonomi itu sendiri,” ucap Anton.

    “Jadi kita berharap, tahun ini kan memang tahun politik ya. Jadi ada pemilihan presiden dan DPR, kemudian ada Pilkada. Tahun depan kalau melihat dari historical tahun 2024-2019, biasanya market akan grow atau ekonomi juga akan grow. Karena pemerintah akan bergerak dengan lebih cepat dan harapannya 2025 sudah tidak perlu ada lagi acara-acara politik yang mengganggu ekonomi. Jadi mudah-mudahan, ekonomi akan meningkat. Ya pastinya harapan kita market tetap akan naik. Dengan sendirinya, commercial vehicle akan naik,” Anton menambahkan.

    Anton menambahkan luasnya wilayah Indonesia, tidak menutup kemungkinan untuk kendaraan komersial bisa bertahan dengan situasi pada 2024.

    Toyota Hilux Rangga Foto: Dok. Toyota-Astra Motor (TAM)

    “Saya berikan contoh di Bali gitu ya. Di Bali, tahun ini cukup unik. Wilayah-wilayahnya, rata-rata turun. Ada dua-tiga wilayah yang tetap naik, kemudian Sulawesi, terutama di daerah IKN, yang meningkat pertama adalah mobil komersial. Demand terhadap mobil komersial seperti pickup, truck, dan lain-lain, di sana juga naik,” ujar Anton.

    “Jadi harapan kami, recovery dari ekonomi ini biasanya ditindaklanjuti oleh pertama, mobil komersial dulu. Jadi ini juga mungkin momentum yang baik untuk Rangga, yang saya katakan tadi, Target kita nggak muluk-muluk karena kita kan pemain baru setelah sekian lama Kijang pickup. Kita hanya menampilkan sekitar 400-an per bulan. Jadi saya rasa demandnya cukup bagus, saya bicara dengan teman-teman dealer di Jawa Timur juga mereka sangat optimis. Karena produk ini memberikan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang unik dan juga ternyata disukai oleh masyarakat gitu. Jadi kita tetap berhati-hati, tapi kita tetap pengen optimis bahwa harapannya tahun depan tetap market naik dan komersial juga bisa naik juga.” tutup Anton.

    (lth/din)

  • Toyota Kaget dengan Skema Opsen Pajak Kendaraan

    Toyota Kaget dengan Skema Opsen Pajak Kendaraan

    Jakarta

    Rencana pemerintah akan menerapkan opsen pajak kendaraan bermotor (PKB) dan opsen bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) membuat Toyota terkejut, meski di mata Toyota kebijakan ini dinilai menjadi tantangan baru yang harus dihadapi.

    Seperti yang disampaikan Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy pada ajang test Drive All New Toyota Hilux Rangga di Surabaya. Dirinya mengatakan dulu tidak terpikirkan bahwa opsen pajak kendaraan ini akan menaikan nilai jual.

    “Opsen, gimana ya komentarnya ya? Tapi memang kalo kita bicara market lah ya, market tahun depan, jujur kalo melihat dari kondisi sekarang cukup challenging. bukan berarti pesimistis ya. Tapi memang faktanya begitu, karena kita sedang mengantisipasi beberapa hal,” ujar Anton.

    “Seperti pajak PPN (Pajak Pertambahan Nilai). kemudian pajak daerah, opsen pajak kendaraan. Yang dulunya kita pikir kan opsen ini kan tidak menaikan nilai ya, hanya memindahkan porsi ya dari pemerintah provinsi ke pemerintah kota dan kabupaten,” Anton menambahkan.

    Dengan tantangan yang dihadapi para pelaku stakeholder saat ini, Anton mengatakan rasanya tidak tepat jika menerapkan Opsen tahun ini.

    “Ada beberapa pengembangan sehingga terjadi kenaikan-kenaikan. Jadi ada PPN (Pajak Pertambahan Nilai) kenaikan 1 persen. Kemudian ada opsen walaupun di Jakarta kan enggak. Tapi kan bagaimana pun Jakarta sebagai DKI Jakarta, itu kan marketnya sekarang cuma 20 persen dari penjualan market ya. 80 persen di luar jakarta dan itu mungkin terjadi sebagian besar rencananya akan ada kenaikan,” kata Anton.

    “Jadi itu kenapa kita juga banyak bicara di Gaikindo dan juga dengan pemerintah pusat dan daerah bahwa kondisi ekonomi pada saat ini, mungkin bukan waktu yang tepat ya untuk meningkatkan pajak ini. Jadi sebenarnya sejak awal bulan ini, saya lihat pemerintah pusat dan daerah sedang mendiskusikan juga bagaimana supaya impact dari pajak dan opsen ini tidak menimbulkan impact yang terlalu besar,” ujar Anton dengan nada pelan.

    Dengan demikian, lanjut Anton. Lelaki dengan postur tubuh tinggi ini berharap pemerintah bisa mengevaluasi kembali aturan Opsen Pajak Kendaraan tersebut. Mengingat masyarakat membutuhkan stimulus sebuah kebijakan yang bisa meningkatkan perekonomian indonesia.

    Pabrik Produksi Toyota Yaris Cross di Karawang Jawa Barat. Foto: Rangga Rahadiansyah/detikcom

    “Pak Agus Gumiwang waktu di GJAW 2024 menyampaikan juga, pemerintah sedang menggodok beberapa subsidi-subsidi atau insentif gitu ya. Bentuknya seperti apa, kita masih tunggu. Kedua, pemerintah daerah juga saya rasa dengan berjalannya waktu, sekarang sedang membicarakan juga,” Anton berujar.

    “Jadi setiap daerah, beda-beda gitu ya. Ada yang mungkin memikirkan apakah ada insentif ataukah ada pengurangan pajak dan lain-lain. Jadi mudah-mudahan harapan kami, ini kan selalu akan dievaluasi gitu ya, efektivitasnya dari pajak ini. Karena kita juga tahu, pemerintah juga butuh dana ya karena banyak kepentingan-kepentingan. Tapi bagaimana juga membalance industri otomotif nasional, terutama yang kita ingin kita lindungi adalah produksi dalam negeri ya. Karena kita melihat, sekali lagi bukan pesimis atau menakut-nakuti, kita melihat bagaimana impact di negara-negara lain. Impact ekonomi di ASEAN, contohnya Vietnam, kemudian Thailand, itu impactnya cukup besar. Karena marketnya menurun, kompetisinya juga besar. Akhirnya kan menimbulkan impact terhadap industri otomotif di negara itu,” jawab Anton.

    Dengan peluang industri otomotif yang masih akan terus berkembang dan mampu meningkatkan perekonomian satu negara. Anton berharap pemerintah lebih peduli dengan industri otomotif di Indonesia.

    “Kita berharap dan saya yakin pemerintah juga aware bahwa industri otomotif Indonesia harus dipertahankan, harus dikembangkan. Jadi mudah-mudahan, ini akan terus di-review dan akan diberikan support-support yang sesuai. Supaya marketnya tumbuh, tahun ini kan udah turun ya. Mudah-mudahan tahun depan akan bisa naik di tengah situasi pajak ini,” tutup Anton.

    (lth/din)

  • Nasib Mobil Komersial saat Opsen Pajak Kendaraan Hadir di Mata Toyota

    All New Hilux Rangga Minim Fitur? Ini Jawabannya

    Jakarta

    All New Toyota Hilux Rangga resmi dijual di Indonesia mulai Rp 188 jutaan buat varian mesin bensin dan mulai Rp 244 jutaan untuk varian mesin diesel. Namun jika dibandingkan model Toyota lainnya, All New Hilux Rangga bisa dikatakan memang lebih minim fitur. Tapi kira-kira apa alasannya ya?

    Tentu hal itu dikarenakan peran All New Hilux Rangga di Indonesia ialah untuk memenuhi kebutuhan para pengusaha dan bermain di segmen komersial, dan berdasarkan riset Toyota, All New Hilux Rangga telah memenuhi kebutuhan konsumen komersial di Indonesia.

    “Jadi begini, market terbesar dari pick up itu benar-benar untuk bisnis ya. Jadi memang kita survei pada saat membuat produk Rangga ini, banyak kepada konsumen-konsumen yang komersial,” ucap Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy pada ajang test Drive All New Toyota Hilux Rangga di Surabaya.

    Meski demikian, Anton menjelaskan penambahan fitur mungkin saja terwujud, mengingat Toyota telah bekerjasama dengan beberapa karoseriyang bisa memenuhi kebutuhan konsumen mereka.

    “Jadi ini kendaraan bisnis, ada fleet (kendaraan perusahaan) juga, jadi kita banyak ke sana sekarang. Tapi banyak juga customer kami yang menggunakan Rangga untuk private mungkin ke depannya. Makanya kita butuh fitur-fitur, atau seperti yang sudah dilihat misalnya ada Hilux Rangga yang SUV concept yang rencananya akan kita jual awal tahun depan, untuk memenuhi kebutuhan customer yang ternyata memang butuh yang lebih private,” penjelasan Anton.

    Modifikasi Toyota Hilux Rangga jadi campervan ala Jajago Foto: Luthfi Anshori/detikOto

    “Jadi dengan berjalan waktu, kita akan review juga fitur-fitur apa saja ke depannya menyesuaikan dengan customernya,” Anton menambahkan.

    Toyota mengembangkan All New Hilux Rangga dari konsep IMV 0. Platform IMV ini terbilang sukses dan sebelumnya sudah digunakan pada produk-produk terpopuler Toyota, seperti Innova, Fortuner, dan Hilux.

    Berikut Harga All New Toyota Hilux Rangga per Desember 2024:

    Mesin bensin

    – Hilux Rangga Cab-Chassis 2.0 Standard M/T : Rp 188,7 juta
    – Hilux Rangga Pick Up 2.0 Standard M/T: Rp 193,6 juta
    – Hilux Rangga Pick Up 2.0 Standard M/T 3WAY: Rp 194,6 juta
    – Hilux Rangga Pick Up 2.0 High M/T: Rp 215,7 juta.

    Mesin diesel

    – Hilux Rangga Cab-Chassis 2.4 DSL Standard M/T: Rp 244,7 juta
    – Hilux Rangga Pick Up 2.4 SL Standard M/T: Rp 249,6 juta
    – Hilux Rangga Pick Up 2.4 DSL Standard M/T 3WAY: Rp 250,6 juta
    – Hilux Rangga Pick Up 2.4 DSL High M/T: Rp 283,6 juta
    – Hilux Rangga Cab-Chassis 2.4 DSL High A/T: Rp 299,2 juta
    – Hilux Rangga Pick Up 2.4 DSL High A/T: Rp 304,5 juta.

    (lth/din)

  • Ada Dua Kenaikan Pajak, Toyota Tekan Harga Agar Tidak Naik Pada 2025 – Halaman all

    Ada Dua Kenaikan Pajak, Toyota Tekan Harga Agar Tidak Naik Pada 2025 – Halaman all

     

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani 

    TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Awal tahun 2025, masyarakat Indonesia akan langsung disajikan kenaikan dua tarif pajak, yakni Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan pungutan pajak daerah atau opsen.

    Tentu kenaikan pajak ini akan berdampak pada terkereknya harga barang-barang yang akan dibeli masyarakat, contohnya harga mobil akan lebih mahal dibanding sekarang.

    Direktur Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy mengatakan, sebagai pabrikan mobil terbesar di Tanah Air, Toyota sedang berupaya untuk tidak menaikkan harga mobil di tengah kenaikan pajak.

    “Kita sekarang sedang bicara dengan pihak pabrikan. Dari Toyota sendiri, kita sedang berusaha untuk mempertahankan semaksimal mungkin supaya tidak ada kenaikan harga,” tutur Anton dalam acara Melaju dengan Rangga Journalist Test Drive di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (12/12/2024).

    Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, saat awal tahun yang juga diwarnai dengan kenaikan Upah Minimun Provinsi, Toyota juga akan menaikkan harga produk jualannya.

    Akan tetapi, kenaikan dua pajak tersebut membuat urung perusahaan menaikkan harga. Terlebih situasi pasar kendaraan yang saat ini tengah lesu.

    “Biasanya awal tahun kami akan menaikkan harga karena biaya juga naik karena gaji UMP juga naik. Jadi sebagai akibatnya, harusnya harga akan naik dari kami, tapi kami lagi diskusi dengan pabrikan untuk tidak menaikan harga dari kami. Untuk mengurangi supaya tadi, kenaikan PPN 1 persen itu atau kenaikan-kenaikan yang lain, itu tidak terlalu dirasa tinggi oleh masyarakat, oleh customer,” jelas Anton. 

    Dari langkah yang akan diambil Toyota, perusahaan berharap pemerintah pusat maupun daerah memberikan insentif bertepatan dengan kenaikan pajak-pajak tersebut.

    “Supaya akhirnya mungkin kenaikan itu, ya kira-kira tetap akan ada kenaikan, tapi masih di level yang acceptable dari sisi masyarakat. Masih banyak pergerakan, masih banyak diskusi. Mudah-mudahan harapan kami, banyak hal-hal positif yang akan datang ke depannya,” imbuh Anton.

  • Mana yang Lebih Laku, Toyota Hilux Rangga Bensin atau Diesel?

    Mana yang Lebih Laku, Toyota Hilux Rangga Bensin atau Diesel?

    Jakarta

    Toyota akhirnya menyatakan ikut bermain di segmen komersial dengan mulai memasarkan All New Hilux Rangga di Indonesia. Dari dua varian mesin bensin dan diesel, mana yang paling laku ya?

    “Ini cukup menarik, karena waktu kita planning. Dulu kami pikir mungkin 60-an persen itu akan dikuasai varian diesel, dan sekitar 34 persen-nya itu bensin. Ternyata faktanya hampir 50 persen bensin dan 50 persen itu diesel. Jadi tergantung wilayah kadang-kadang ada beberapa wilayah, saya nggak tahu kenapa solarnya terbatas sulit,” ucap Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy pada ajang test Drive All New Toyota Hilux Rangga di Surabaya.

    Sebagai catatan, Tersedia dua varian mesin Hilux Rangga, 2GD-FTV untuk diesel A/T dan M/T, serta 1TR-FE untuk bensin, yang menghasilkan tenaga paling besar di kelasnya. Untuk transmisi, ada 5-speed manual di semua grade dan 6-speed otomatis di tipe High A/T Diesel.

    Diesel engine 2.393 cc 4-silinder VNT Intercooler bertenaga 149 PS pada 3.400 rpm dan torsi sangat besar 343 Nm pada 1.400-2.800 rpm untuk transmisi manual, di mana transmisi otomatis lebih kuat lagi yakni 400 Nm pada 1.600-2.000 rpm.

    Sementara unit bensin memakai mesin 1.998 cc 4-silinder Dual VVT-i bertenaga 139 PS pada 5.600 rpm, juga torsi 183 Nm pada 4.000 rpm. Sehingga mampu menghadirkan performa luar biasa untuk membawa beban berat melintasi berbagai medan yang menantang.

    Toyota All New Hilux Rangga Foto: dok. Toyota-Astra Motor

    Selain itu, Hilux Rangga juga menawarkan efisiensi bahan bakar yang luar biasa. Pengujian internal menunjukkan konsumsi bensin sehemat 14,2 km/l untuk model diesel. Hal ini membantu meningkatkan produktivitas bisnis pemiliknya.

    Lebih lanjut, Hilux Rangga hadir dengan tangki bahan bakar berkapasitas 55 liter, terbesar di kelasnya. Selain meningkatkan produktivitas dengan jarak tempuh lebih jauh, hal ini juga menghemat waktu pengemudi dalam perjalanan jauh.

    Dengan mesin bertenaga, efisiensi bahan bakar, serta kemampuan menaklukkan medan apa pun, Hilux Rangga memastikan pengiriman lebih cepat dan biaya pengoperasian lebih rendah. Hasilnya, bisnis pelanggan menjadi lebih menguntungkan, efisien, dan produktif.

    Spesifikasi Mesin All New Hilux Rangga

    Mesin Diesel

    – Diesel Engine 2GD-FTV

    – Kapasitas: 2.393 cc 4 silinder (EURO4)

    – Teknologi: VNT Turbocharger, Intercooler, Common-rail

    – Tenaga: 149 PS / 3.400 rpm

    – Torsi 5-speed M/T: 343 Nm / 1.400-2.800 rpm

    -Torsi 6-speed A/T: 400 Nm / 1.600-2.000 rpm

    Mesin Bensin

    – Gasoline Engine 1TR-FE

    – Kapasitas: 1.998 cc 4 silinder (EURO4)

    – Teknologi: Dual VVT-i

    – Tenaga: 139 PS / 5.600 rpm

    – Torsi 5-speed M/T: 183 Nm / 4.000 rpm

    (lth/din)

  • Nasib Mobil Komersial saat Opsen Pajak Kendaraan Hadir di Mata Toyota

    Baru 3 Bulan, All New Hilux Rangga Sudah Dipesan 2.000 Unit

    Jakarta

    Jadi pemain baru di segmen komersial, kehadiran Toyota All New Hilux Rangga dapat sambutan hangat dari pasar. Setelah diperkenalkan pada Agustus 2024, sampai kini tercatat ada sekitar 2.000 unit yang telah dipesan.

    Demikian disampaikan Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy pada ajang test Drive All New Toyota Hilux Rangga di Surabaya. Disebutnya, jumlah pesanan yang mencapai ribuan unit tak disangka sebelumnya.

    “Dalam kurun waktu 2-3 bulan Toyota Hilux Rangga telah terpesan 2.000 unit. Karena Toyota Hilux Rangga sendiri telah mumpuni, terlebih saat konsumen melakukan test drive secara langsung, bagaimana engine-nya, transmisinya, performanya, bagaimana kelincahan dari mobil ini. Dan kesenangan lainnya, konsumen konsumen bisa dengan mudah memodifikasinya,” ucap Anton.

    Tentu angka pemesanan Toyota Hilux Rangga ini membuat Anton terkejut, karena awalnya mobil para pengusaha dan penghobi ini ditargetkan hanya mencapai penjualan 400 unit per bulan.

    “Untuk Rangga yang saya katakan tadi, target kita nggak muluk-muluk, karena kita kan pemain baru setelah sekian lama kijang pickup sudah tidak ada, kita hanya menargetkan sekitar 400-an per bulan. Tapi kalau kita bicara sekarang mencapai 2.000 unit, berarti kita bicara itu 5 bulan sales atau penjualan gitu ya. Jadi saya rasa demand cukup bagus,” kata Anton

    “Saya juga bicara dengan teman-teman di Jawa Timur, mereka sangat optimis karena produk ini memberikan sesuatu yang berbeda sesuatu yang unik dan juga ternyata disukai oleh masyarakat. Tentu harapannya tahun depan penjualan akan naik dan penjualan mobil komersial bisa naik juga,” Anton menambahkan.

    Anton juga mengakui hadirnya Toyota All New Hilux Rangga, mengingatkan akan kejayaan Kijang saat bermain di segmen komersial.

    “Jujur kehadiran Toyota Hilux Rangga mengingatkan saya akan heritage Kijang. Itulah mengapa kami menggunakan nama Rangga, sebagai keluarga dari Kijang,” Anton menambahkan.

    Toyota All New Hilux Rangga Foto: dok. Toyota-Astra Motor

    Bicara soal kendaraan komersial yang terpenting adalah kapasitas muatan. Hilux Rangga dirancang dengan cargo bed yang besar untuk menampung berbagai jenis barang bawaan yang disesuaikan bisnis pelanggan. Dengan panjang dek 2.305 mm dan lebar 1.700 mm, kendaraan ini menawarkan luasan kargo yang optimal. Desain dek rata mampu membawa muatan hingga 1,2 ton sekali angkut.

    Sebagai contoh, bak pikap ini bisa membawa 56 galon air mineral dalam sekali perjalanan. Kapasitas muatan yang andal dan memadai ini tentu bermanfaat bagi operasional bisnis yang menguntungkan.

    All New Hilux Rangga dilengkapi deck atau bak belakang yang tebal dengan pilihan 3 way deck (bukaan bak 3 arah) serbaguna untuk bongkar muat yang efisien, bersama 1 way deck (bukaan bak 1 arah). Fitur bukaan 3 arah juga jadi satu-satunya di kelas Medium Pick Up. Radius putar yang ringkas sebesar 4,9 m, memastikan kemampuan manuver yang mudah, bahkan dengan beban berat.

    Selain itu setiap kendaraan komersial Toyota mewujudkan standar QDR atau Quality (kualitas), Durability (ketangguhan), dan Reliability (keandalan) yang tinggi. Apa pun medannya, pikap menengah ini dapat mengatasi berbagai tantangan, bahkan di jalan yang kurang ideal.

    Hilux Rangga menunjukkan ketangguhan ini dengan berbagi mesin, sasis, dan drivetrain yang kokoh (termasuk transmisi, propeller shaft, dan diferensial) dengan Hilux yang teruji keandalannya. Platform yang telah terbukti ini dipercaya secara global di lebih dari 140 negara, memastikan ketahanan yang tak tertandingi di lingkungan apa pun.

    Hilux Rangga juga dilengkapi sistem power steering rack-and-pinion untuk handling presisi, dan perawatan yang lebih mudah. Posisi roda kemudi yang datar, meningkatkan kenyamanan dibandingkan mobil niaga tradisional.

    Berkat kualitas, daya tahan, dan keandalannya, Hilux Rangga merupakan investasi jangka panjang yang menguntungkan. Tidak hanya menawarkan masa pakai yang lebih lama, namun juga memerlukan biaya perawatan yang lebih rendah, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan.

    (lth/din)

  • Butuh Insentif Biar Penjualan Mobil Nggak ‘Nyungsep’ Gegara PPN 12%

    Butuh Insentif Biar Penjualan Mobil Nggak ‘Nyungsep’ Gegara PPN 12%

    Jakarta

    Industri otomotif butuh insentif supaya penjualan mobil tak anjlok. Insentif seperti apa yang dibutuhkan?

    Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) jadi 12 persen serta opsen Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) mulai tahun 2025 diprediksi akan membebani industri otomotif Tanah Air. Penjualan mobil diprediksi akan berat lantaran harga akan meningkat.

    Untuk itu, dibutuhkan adanya insentif agar masyarakat mau membeli mobil dengan demikian penjualan tidak jeblok.

    “Insentif salah satu cara untuk bisa menggairahkan pasar ya. Kami yakin pemerintah juga sudah mempertimbangkan pemberian insentif untuk menggairahkan pasar otomotif,” jelas ungkap Sales & Marketing and After Sales Director PT Honda Prospect Motor Yusak Billy saat dihubungi detikOto, Rabu (4/12/2024).

    Billy tak menjabarkan detail terkait jenis insentif yang bisa menggairahkan penjualan mobil di Tanah Air. Namun katanya, pemerintah akan mempertimbangkan masukan-masukan dari para produsen mobil dalam negeri.

    Toyota juga mengamini hal tersebut. Bagi Toyota perlu ada dukungan supaya dampak dari penerapan PPN 12 persen sekaligus opsen pajak kendaraan dan BBN tak besar. Salah satu insentif yang bisa diterapkan, kata Direktur Pemasaran PT Toyota-Astra Motor Anton Jimmi Suwandy, berupa diskon PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah).

    “Ya bisa seperti itu,” terangnya dihubungi terpisah.

    Sebelumnya, pemerintah memang sempat menerapkan diskon PPnBM saat Covid-19 melanda Tanah Air. Kebijakan itu diterapkan pemerintah pada 2021-2022. Langkah taktis ini diambil saat muncul masalah penurunan penjualan mobil dalam negeri.

    Tak semua produk otomotif dapat masuk dalam skema ini. Syarat terpentingnya adalah mobil yang sudah diproduksi lokal dengan tingkat kandungan lokal tinggi. Mobil yang mendapat diskon PPnBM itu harganya jadi lebih murah. Bahkan kala itu ada yang harganya turun sampai Rp 60 jutaan.

    Hasilnya, PPnBM sukses jadi obat saat penjualan otomotif loyo. Penjualan bisa tembus menjadi 887.000 unit pada 2021, dari periode sebelumnya yang hanya mencapai 532.000 unit.

    Relaksasi itu kemudian berlanjut pada 2022, hasilnya penjualan otomotif kembali melonjak ke level 1,04 juta unit, bahkan prestasi itu bisa melampaui capaian tahun 2019 yang mendapat 1,03 juta unit.

    Pemerintah saat ini masih mematangkan kebijakan fiskal lain di luar kenaikan PPN 12 persen. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menerangkan, selain PPN 12%, minggu depan akan diumumkan juga soal kebijakan fiskal lainnya. Contohnya terkait Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) kendaraan, yang akan diberikan insentifnya.

    Selain itu, insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP). Airlangga mengatakan deretan kebijakan fiskal itu akan dimatangkan, apakah akan dilanjutkan pada tahun depan.

    “Contohnya kan di tahun ini kan ada PPnBM untuk otomotif, kemudian ada PPN untuk perumahan. Nah ini lagi dimatangkan, seminggu nanti kita umumkan untuk tahun depan,” terang Ailangga.

    (dry/rgr)

  • PPN Naik 12% Tahun 2025, Toyota-Honda Masih Hitung Harga Mobil yang Pas

    PPN Naik 12% Tahun 2025, Toyota-Honda Masih Hitung Harga Mobil yang Pas

    Jakarta

    Toyota dan Honda tengah menghitung besar kenaikan harga mobil terkait dengan penerapan PPN 12 persen. Naik jadi berapa ya kira-kira?

    Rencana penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen mulai tahun 2025 membuat pabrikan harus memutar otak dalam penentuan harga jual mobilnya. Ya, harga mobil dipastikan bakal ikut terkerek saat PPN naik jadi 12 persen. Ditambah lagi, ada opsen Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).

    Dengan terbitnya aturan itu, sekarang pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk menambahkan pungutan tambahan atas PKB dan BBNKB. Aturan tersebut diundangkan pada 5 Januari 2022 dan berlaku tiga tahun setelahnya, yang artinya bakal diterapkan pada 5 Januari 2025 tahun depan.

    Ini tentu akan membuat harga mobil makin melambung. Sejauh ini belum diketahui dengan pasti besar kenaikan harga mobil. Yang jelas, para produsen tengah menghitung dengan matang harga mobil untuk tahun 2025.

    “Saat ini kami sedang menghitung kira-kira kenaikannya di berapa persen sambil mempertimbangkan aspek lain seperti kurs, biaya produksi & distribusi, dan lainnya. Selain kenaikan PPN, ada kenaikan pajak dari opsen juga,” terang Direktur Marketing PT Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy saat dikonfirmasi detikOto, Rabu (4/12/2024).

    Senada dengan Toyota, Honda pun masih belum bisa memastikan harga jual mobilnya mulai tahun depan. Sales & Marketing and After Sales Director PT Honda Prospect Motor Yusak Billy mengungkap tengah melakukan perhitungan harga mobil Honda dengan adanya PPN 12 persen dan opsen pajak.

    “Nanti akan diinformasikan bila sudah ada perhitungannya,” ungkap Billy dihubungi terpisah.

    DI sisi lain, kebijakan kenaikan pajak itu diramal bisa mempengaruhi penjualan mobil. Untuk itu, diharapkan adanya insentif yang bisa menggenjot penjualan mobil dalam negeri. Kebijakan yang dimaksud salah satunya adalah penerapan diskon PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) yang terbukti mengerek penjualan di zaman Covid-19 melanda.

    “Kami berharap ada support dari pemerintah, khususnya untuk industri otomotif nasional. Supaya impact-nya tidak besar,” jelas Anton.

    Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengungkap penjualan mobil di Indonesia tahun depan akan berat. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pun mengakui dampak besar yang disumbangkan oleh industri otomotif. Agus membocorkan, pemerintah akan memberikan insentif untuk industri otomotif.

    “Salah satu prioritas dari program yang sekarang sedang dirumuskan itu adalah menyiapkan program-program insentif dan stimulus bagi industri otomotif,” kata Agus.

    (dry/din)

  • Toyota Pamer Mobil Hidrogen, Mau Dijual di Indonesia?

    Toyota Pamer Mobil Hidrogen, Mau Dijual di Indonesia?

    Jakarta

    Toyota beberapa kali memamerkan teknologi mobil hidrogen dalam bentuk mobil Toyota Mirai. Namun, hingga sekarang Toyota belum menjual Mirai di Indonesia.

    Toyota Mirai itu dipajang di pameran otomotif Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2024. Toyota Mirai yang hadir dalam acara tersebut merupakan Gen-2. Ini merupakan mobil fuel cell electric vehicles (FCEV) yang menggunakan hidrogen murni sebagai sumber energi penggerak motor listrik sehingga dipastikan nol emisi. Mobil ini hanya mengeluarkan air murni dari ‘knalpotnya’, serta senyap khas mobil listrik.

    Ini bukan kali pertama Toyota memamerkan teknologi mobil hidrogen. Apakah akan menjual mobil hidrogen di Indonesia, Toyota?

    “Mirai sejak generasi pertama, kedua, saya rasa Indonesia menjadi salah satu piloting atau trial untuk melihat marketability, useability, kemudian kecocokan dari product ini. Jadi saya rasa Mirai tidak mewakili bentuk sedannya atau product-nya tapi mewakili teknologinya. Karena teknologi hidrogen ini penggunaannya banyak, tidak hanya passenger (mobil penumpang) tapi juga komersial,” kata Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy.

    Menurutnya, mobil hidrogen merupakan salah satu solusi untuk menekan emisi gas buang dari sektor transportasi. Selain mobil listrik, ada banyak pilihan teknologi kendaraan lainnya untuk membantu mewujudkan netral karbon seperti mobil ICE dengan bahan bakar bioetanol atau biodiesel, mobil hybrid, plug-in hybrid, hingga hidrogen.

    “Ada juga hidrogen yang diharapkan salah satunya Toyota atau merek-merek lain untuk mencoba untuk trial untuk penjajakan di Indonesia,” kata Anton.

    Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan, teknologi mobil hidrogen tidak akan lama lagi akan hadir di Indonesia. Tinggal menyiapkan infrastruktur pengisian hidrogen maka mobil ini bisa dijajakan di Indonesia.

    “Ini basisnya hidrogen, salah satu teknologi otomotif yang menurut pandangan saya tidak lama lagi akan hadir,” kata Agus kepada wartawan di ICE BSD Tangerang, Jumat (22/11/2024).

    “Nah ini Toyota sudah menyiapkan produk basis engine-nya 100 persen hidrogen.”

    “Tinggal infrastruktur disiapin, charging station untuk hidrogen kita siapkan. Sehingga nanti hidrogen bisa jalan,” jelas dia.

    FCEV menggunakan sumber energi terbarukan yang tersedia luas di alam yang dapat diolah menjadi gas hidrogen. Dengan segala keunggulannya, FCEV menjadi salah satu opsi solusi mobilitas masa depan di Indonesia. Berlimpahnya sumber daya alam untuk memproduksi gas hidrogen memberikan kesempatan untuk ikut mengurangi pemakaian BBM fosil.

    (rgr/din)

  • Siap-siap! Januari Harga Mobil Tambah Mahal

    Siap-siap! Januari Harga Mobil Tambah Mahal

    Jakarta

    Harga mobil baru tahun depan kemungkinan akan lebih mahal. Sebab, pemerintah rencananya akan menerapkan kenaikan pajak.

    Rencana pemerintah untuk memberlakukan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen dan opsen pajak bakal mempengaruhi harga jual mobil baru. Untuk diketahui, pemerintah bakal menaikkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) jadi 12% mulai 1 Januari 2025. Kebijakan itu disebut sudah ada dalam Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP). Salah satu sektor yang terdampak adalah penjualan mobil.

    Harga mobil diprediksi mengalami peningkatan dengan adanya kebijakan tersebut. Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi menggambarkan, kenaikan PPN itu bisa membuat mobil Rp 200 jutaan naik harga sekitar Rp 2 jutaan.

    “Kalau Anda lihat PPN 12 persen itu naik, jadi per satu persen itu untuk mobil (seharga) sekitar Rp 200 juta, dampaknya sekitar Rp 2 juta. Kemudian yang Rp 400 juta dampaknya Rp 4 juta,” kata Nangoi.

    Aturan opsen pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) pun bakal mempengaruhi harga mobil tahun depan. Dengan terbitnya aturan tersebut, sekarang pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk menambahkan pungutan tambahan atas Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) atau yang disebut sebagai opsen. Aturan tersebut diundangkan pada 5 Januari 2022 dan berlaku tiga tahun setelahnya, yang artinya bakal diterapkan pada 5 Januari 2025 tahun depan.

    “Itu memang sangat berdampak. Tapi yang lebih berat buat kami, melihat kenaikan daripada (Undang-Undang) Nomor 1 Tahun 2022 mengenai BBNKB, karena itu kenaikannya sangat tinggi. Saat ini berlaku kira-kira sekitar 12 sampai 12,5 persen, kalau berlaku sampai misalnya 19,5 persen atau 20 persen, dia naik 6 persen saja, untuk mobil Rp 200 juta, dampaknya sekitar Rp 12 juta. Untuk mobil Rp 400 juta dampaknya kira-kira sekitar Rp 24 juta, ditambah PPN, ditambah segala macam, dampaknya agak berat,” tambahnya lagi.

    Direktur Pemasaran PT Toyota-Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy mengatakan, kenaikan pajak ini menjadi tantangan industri otomotif tahun depan. Diharapkan, pemerintah tetap mendukung industri otomotif.

    “Beberapa hari yang lalu kita sampaikan kepada pemerintah mengenai hal ini, dan pemerintah mengerti terhadap situasi ini, tadi Pak Menteri (Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita) mengatakan pastinya pemerintah akan mendukung industri otomotif nasional jadi kenapa beliau juga meng-cosider memberikan insentif-insentif untuk menetralisir impact dari kenaikan pajak ini, jadi supaya impact itu tidak terlalu besar terhadap market dan mempertahankan industri otomotif nasional,” kata Anton ditemui di GJAW 2024 di ICE, BSD, Tangerang.

    Anton menyampaikan, jika pajak naik tanpa adanya insentif atau dukungan dari pemerintah, akan ada dampak terhadap industri otomotif. Apalagi, industri otomotif tahun ini juga terseok-seok.

    “Karena memang kondisi ekonomi kan belum stabil. Jadi harapan kita di tengah kondisi ekonomi yang lagi naik lagi mudah-mudahan pemerintah bisa membantu kita dari berbagai sudut karena banyak angle yang bisa dilakukan,” ucap Anton.

    (rgr/lth)