Tag: Anggun

  • Bursa Calon Ketua PDIP Jombang Semakin Ketat, Ini Nama-nama yang Muncul

    Bursa Calon Ketua PDIP Jombang Semakin Ketat, Ini Nama-nama yang Muncul

    Jombang (beritajatim.com) – Pemilihan Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kabupaten Jombang semakin memasuki tahap penting. Sejumlah nama kader unggulan mulai muncul dalam mekanisme penjaringan calon ketua.

    Hingga saat ini, sudah ada enam calon yang memperebutkan posisi tersebut, di antaranya adalah mantan Wakil Bupati Jombang, Sumrambah, serta istri dari Sumrambah, Wiwin Sumrambah, yang juga merupakan anggota DPRD Jawa Timur.

    Berdasarkan data yang didapatkan dari mekanisme internal partai, beberapa nama calon telah memperoleh dukungan signifikan dalam proses penjaringan. Sumrambah memperoleh dukungan terbanyak dengan 21 suara, disusul oleh Wiwin Sumrambah dengan 20 suara, serta Donny Anggun yang memperoleh 18 suara. Selain itu, terdapat juga nama-nama lain seperti Totok, Samsul Huda, dan Adi yang masing-masing mendapatkan dukungan satu suara.

    Sekretaris DPC PDIP Jombang, Donny Anggun, menjelaskan bahwa mekanisme pemilihan calon ketua DPC kali ini dilakukan dengan cara masing-masing PAC mengusulkan tiga nama. Kemudian, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) akan memilih dua nama dari hasil usulan tersebut. Sementara itu, DPC tidak memiliki kewenangan untuk mengusulkan calon secara langsung.

    “Menurut aturan partai, DPP (Dewan Pimpinan Pusat) akan mengundang semua nama calon untuk menjalani serangkaian tes, termasuk psikotes. Proses ini bertujuan untuk memastikan bahwa calon ketua memiliki kapasitas dan integritas yang memadai,” jelas Donny Anggun, Sabtu (13/9/2025).

    Lebih lanjut, Donny menegaskan bahwa dalam pemilihan ini, yang berhak menentukan siapa yang memimpin PDIP Jombang adalah DPP. Tentu saja, dari enam nama yang muncul tersebut akan diseleksi ketat. [suf]

  • Bantu Hilangkan Jejak Pencurian Rp 10 Miliar, Teman Sopir Bank Jateng Ikut Jadi Tersangka
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        11 September 2025

    Bantu Hilangkan Jejak Pencurian Rp 10 Miliar, Teman Sopir Bank Jateng Ikut Jadi Tersangka Regional 11 September 2025

    Bantu Hilangkan Jejak Pencurian Rp 10 Miliar, Teman Sopir Bank Jateng Ikut Jadi Tersangka
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com –
    Polisi resmi menetapkan dua orang tersangka dalam kasus raibnya uang senilai Rp 10 miliar milik Bank Jawa Tengah (Jateng).
    Mereka adalah Anggun Tyas, sang sopir pengantar uang yang menjadi pelaku utama, serta DS, teman lamanya yang diduga membantu Anggun menghilangkan jejak.
    Wakapolresta Surakarta, AKBP Sigit menjelaskan bahwa semula ada beberapa orang yang ikut diamankan.
    Namun setelah penyelidikan, hanya A dan DS yang dinyatakan sebagai tersangka.
    “Anggun dan DS ini teman lama. Mereka sudah saling kenal sejak tinggal di Jogja,” ujar Sigit di Mapolda Jateng, beberapa waktu lalu.
    Anggun diketahui sebagai sopir yang bertugas mengangkut uang dari Bank Indonesia Cabang Solo dan Bank Jateng Cabang Solo.
    Sementara DS, yang kini tinggal di Bantul, Yogyakarta, disebut berperan membantu Anggun menghilangkan jejak usai membawa kabur uang tersebut.
    Berkat bantuan DS, Anggun sempat lolos dari kejaran polisi selama sepekan sebelum akhirnya digerebek di rumah yang baru dibelinya di Gunungkidul.
    Sigit menambahkan, keduanya sudah saling mengenal sejak lama saat tinggal di Yogyakarta. Kini, DS diketahui berdomisili di Bantul.
    “Pelaku utama juga lahir di Jogja,” ujarnya.

    Peristiwa itu terjadi pada Senin (1/9/2025). Saat itu, Anggun menjalankan tugas rutin mengantar pegawai bank untuk mengambil uang tunai Rp 6 miliar di BI Solo, lalu Rp 4 miliar di Bank Jateng Solo Gladak.
    Seluruh uang dimasukkan ke dalam mobil operasional bank. Namun, ketika petugas lain lengah karena masuk ke toilet, Anggun melihat celah dan nekat membawa kabur mobil berisi total Rp 10 miliar tersebut.
    Menurut polisi, Anggun melakukan aksi ini karena terhimpit masalah ekonomi.
    “Motifnya ekonomi, pusing, dan ada kesempatan,” ungkap Sigit.
    Setelah membawa kabur uang tersebut, Anggun berusaha bersembunyi dengan membeli rumah di perkampungan terpencil di Padukuhan Pejaten, Kalurahan Giriwungu, Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
    Sebelum membeli rumah tersebut, Anggun sempat ditawari hunian di pinggir jalan. Namun ia menolak dan lebih memilih rumah di dalam perkampungan seharga Rp 140 juta.
    Di sana, Anggun yang mengaku bernama Dwi ke warga juga sempat berencana membuka bisnis rental mobil. Dia mengatakan, memiliki 300 mobil.
    Setelah beberapa hari menjadi buron, Anggun Tyas ditangkap di sebuah rumah yang baru dibelinya di Pejaten, Giriwungu, Panggang, Gunungkidul, DIY.
    Dari hasil penggeledahan, polisi menyita sejumlah barang bukti dan menyatakan bahwa sisa uang yang belum digunakan masih sekitar Rp 9,6 miliar.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pilu Bocah 11 Tahun di Sukabumi Berjuang Melawan TBC dan Gizi Buruk, Bobot Badan Susut hingga 17 Kg

    Pilu Bocah 11 Tahun di Sukabumi Berjuang Melawan TBC dan Gizi Buruk, Bobot Badan Susut hingga 17 Kg

    Dokter Spesialis Anak RSUD R Syamsudin SH, dr. Anggun Puspita Dewi, menjelaskan bahwa kondisi Billal cukup kompleks. Selain TBC, ia menunjukkan indikasi TBC Meningitis dan anemia yang masih dalam evaluasi.

    “Gizi buruknya parah, kemungkinan penyakit ini sudah lama diderita tapi baru terdeteksi. Proses penyembuhan TBC bisa memakan waktu hingga satu tahun, sementara pemulihan gizi bisa butuh 1-2 tahun,” jelasnya.

    Untuk sementara, Billal akan dirawat di rumah sakit hingga kondisinya stabil, lalu menjalani rawat jalan dengan kontrol rutin. Puskesmas setempat akan mendampingi pemantauan berat badan dan pengobatan.

     

  • 10
                    
                        Beli Rumah di Gunungkidul, Sopir Bank Jateng yang Bawa Kabur Uang Rp 10 Miliar Sempat Gelar Slametan
                        Yogyakarta

    10 Beli Rumah di Gunungkidul, Sopir Bank Jateng yang Bawa Kabur Uang Rp 10 Miliar Sempat Gelar Slametan Yogyakarta

    Beli Rumah di Gunungkidul, Sopir Bank Jateng yang Bawa Kabur Uang Rp 10 Miliar Sempat Gelar Slametan
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Anggun Tyas, sopir Bank Jateng yang membawa lari uang Rp 10 miliar membeli rumah di Padukuhan Pejaten RT5/RW3, Giriwungu, Panggang, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dari uang hasil kejahatannya. 
    Anggun mengaku bernama Dwi kepada warga setempat. 
    Setelah membeli rumah tersebut, Anggun sempat menggelar kenduri yang dihadiri para tetangganya. 
    Kenduri tersebut diadakan sebagai bentuk syukur atas pembelian rumah yang rencananya akan ditempati.
    “Mengundang sekitar 8 orang warga untuk menjadi saksi dan kenduri terkait akan dibelinya rumah tersebut, dan akan ditempati,” kata Sarwanto, seorang warga yang ditemui di lokasi pada Selasa (9/9/2025).
    Sarwanto menjelaskan bahwa seluruh makanan yang disajikan dalam kenduri berasal dari perantara pembelian tanah dan bangunan milik adiknya.
    Perantara tersebut adalah Bambang, warga Giricahyo, Purwosari, Gunungkidul.
    “Makanannya dibawa dari sana Giricahyo,” tambahnya.
    Rumah yang dijual oleh adik Sarwanto, yang kini tinggal di Kalimantan Timur, dibanderol seharga Rp140 juta.
    Meskipun demikian, Dwi sudah melakukan renovasi pada kamar mandi dan dapur rumah.
    Sarwanto mengaku tidak mengetahui apakah renovasi tersebut dilakukan oleh Anggun Tyas atau oleh perantara jual beli rumah.
    Saat ini, rumah tersebut dihuni oleh empat orang, terdiri dari dua pria dan dua perempuan.
    Salah satu perempuan berusia sekitar 70 tahun, sementara yang lainnya berusia sekitar 20 tahun.
    “Rumah itu dibeli pada Kamis (4/9/2025) dan langsung ditempati. Warga di sini juga kaget karena prosesnya sangat cepat,” ungkap Sarwanto.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Wapres Gibran Pagi-pagi Temui SBY di Cikeas, Ini yang Dibahas

    Wapres Gibran Pagi-pagi Temui SBY di Cikeas, Ini yang Dibahas

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka disebut pagi-pagi datang menemui Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Selasa (9/9/2025).

    Hal ini diungkap sendiri oleh SBY. Kedatangan Gibran dalam rangka memberi ucapan selamat secara langsung karena hari ini 9 September 2025 bertepatan dengan hari ulang tahun SBY yang ke-76.

    “Ini belum selesai (lukisannya) karena saya tekor waktu, tamu berdatangan termasuk Bapak Wakil Presiden tadi pagi-pagi ke Cikeas,” ungkap SBY dalam acara Tasyakuran Partai Demokrat yang bertepatan ulang tahun SBY digelar di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta.

    Wapres Gibran tiba di kediaman SBY ditemani istrinya, Selvi Ananda pada pukul 07.45 WIB. Kedatangannya disambut langsung oleh SBY. Mereka saling berbincang penuh keakraban.

    Putra sulung Joko Widodo itu tampak mengenakan kemeja batik berwarna cokelat. Sementara Selvi tampak anggun dalam balutan dress corak bunga berwarna merah muda.

    Selain menyampaikan selamat ulang tahun, Gibran juga mendengarkan petuah dan nasihat dari Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu. Mengingat SBY merupakan tokoh bangsa dengan segudang pengalaman sebagai kepala negara dua periode.

    Dalam keterangan di situs resmi Sekretariat Wakil Presiden, diungkapkan bahwa silaturahmi ini mencerminkan hubungan harmonis antara dua pemimpin beda generasi.

    Sekaligus menegaskan ke khalayak akan pentingnya menjaga tali persaudaraan dan saling menghargai sesama anak bangsa. (Pram/fajar)

  • 8
                    
                        Bawa Kabur Rp 10 Miliar dan Beli Rumah di Gunungkidul, Sopir Bank Jateng Berencana Bikin Bisnis Rental Mobil
                        Yogyakarta

    8 Bawa Kabur Rp 10 Miliar dan Beli Rumah di Gunungkidul, Sopir Bank Jateng Berencana Bikin Bisnis Rental Mobil Yogyakarta

    Bawa Kabur Rp 10 Miliar dan Beli Rumah di Gunungkidul, Sopir Bank Jateng Berencana Bikin Bisnis Rental Mobil
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA,KOMPAS.com – Anggun Tyas, sopir Bank Jateng yang bawa kabur uang bank Jateng Wonogiri Rp 10 miliar langsung membeli sebuah rumah seharga Rp 140 juta di Padukuhan Pejaten, Giriwungu, Panggang, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
    Selain membeli rumah, Anggun juga berencana membangun bisnis rental mobil di dekat rumah yang baru dibelinya tersebut.
    Menurut Sarwanto, kakak pemilik rumah sebelumnya, Anggun mengaku memiliki 300 mobil sehingga membutuhkan garasi untuk rental mobil.
    Ditemui pada Selasa (9/9/2025), Sarwanto mengatakan bahwa adiknya melakukan transaksi jual beli rumah dengan Anggun, berkat perantara orang lain.
    “Jadi perantaranya namanya Bambang, warga Giricahyo, (Kapanewon Purwosari, Gunungkidul) bertemunya hari Kamis itu (4/9/2025) itu,” kata Sarwanto.
    Saat bertemu adiknya, Anggun mengaku bernama Dwi, warga Pandak, Bantul.
    Anggun langsung menyetujui harga rumah Rp 140 juta yang ditawarkan. Dia pun langsung ingin menempati rumah tersebut di hari yang sama.
    Selain itu juga dilakukan kenduri sesuai dengan tradisi masyarakat setempat.
    Namun demikian, Sarwanto tidak mengetahui detail transaksi rumah milik adiknya yang dibangun sekitar 5 tahun lalu itu.
    “Mong-mong (makanan untuk kenduri) dibawa dari Giricahyo,” kata dia.
    Anggun sempat mengungkap rencananya ingin membangun garasi mobil yang tak jauh dari rumahnya. Dia mengaku memiliki 300 mobil dan ingin membangun bisnis rental mobil.
    Perlu diketahui, rumah yang dibelinya berada di bawah jalan kampung. Sementara lokasi yang akan dibangun garasi berada di samping atas rumah tepat di pinggir jalan.
    Karena lokasi berada di perbukitan, Anggun Tyas merencanakan akan menyewa alat berat untuk meratakan lokasi.
    “Katanya punya 300 mobil, nanti akan dibangun garasi semaksimal mungkin parkirnya di sini,” kata dia.
    Sebelumnya, sempat tanya kepada ayah Sarwanto mengenai keamanan wilayah Pejaten. Saat itu mengaku akan tinggal selamanya di sana.
    “Diberitahukan bapak saya kalau di sini aman, sejak dulu kalau pencuri masuk sini pasti tidak bisa keluar,” kata dia.
    Anggun Tyas tinggal bersama 3 orang lainnya. Seorang pria yang mengaku bernama Budi warga Kaliurang, Sleman. Kemudian dua perempuan, satu nenek berusia sekitar 70 tahun dan perempuan muda usia 20 tahunan, yang diakuinya sebagai saudara.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Penampakan 3 Karung Uang Disita Polisi dari Sopir Bank Daerah yang Bawa Kabur Rp 10 Miliar

    Penampakan 3 Karung Uang Disita Polisi dari Sopir Bank Daerah yang Bawa Kabur Rp 10 Miliar

    Polisi berhasil membekuk pria yang belakangan mengaku bernama Dwi itu di sebuah rumah sederhana di Dusun Pejanten, Kalurahan Giriwungu, Kapanewon Panggang.

    Warga setempat mengaku sempat curiga terhadap pelaku yang sempat ingin membeli rumah di Pejanten. Sinto, warga yang merawat rumah yang hendak dijual, menceritakan bahwa sejak Jumat lalu ada tiga orang yang datang untuk melihat rumah saudaranya.

    “Mereka bilang dari Obelik. Katanya ingin lihat rumah yang mau dijual di sini. Orangnya menyebut nama Pak Budi dari Bantul, dan satu lagi Pak Dwi atau Anggun dari Sleman,” ujar Sinto, Senin (8/9/2025).

    Tanpa basa-basi, lanjutnya, mereka langsung setuju dengan harga rumah sebesar Rp 150 juta. Tak ada proses tawar-menawar sebagaimana biasanya dalam transaksi jual-beli rumah.

    “Hari itu juga rumah langsung mau ditinggali,” tambah Sinto.

    Kadiso, tetangga Sinto, menambahkan, setelah kesepakatan harga dicapai, warga sekitar diminta hadir pada malam Sabtu atau sekitar 5 September untuk mengikuti acara paseksen atau menyaksikan penandatanganan akta pembelian rumah.

    Namun, meski acara tersebut sudah digelar, uang sebesar Rp 150 juta ternyata belum juga diserahkan.

    Tak lama setelah itu, Sinto melihat empat orang lainnya datang dan menghuni rumah tersebut. Mereka terdiri dari dua perempuan satu tua dan satu muda serta dua pria yang disebut sebagai Budi dan Dwi atau Anggun.

    Kehadiran para pendatang baru ini sempat menimbulkan pertanyaan warga, tetapi karena mereka tampak seperti keluarga, orang-orang sekitar tak terlalu mempersoalkan.

    Namun, kejanggalan mulai terasa ketika aktivitas di rumah tersebut cukup tertutup. Warga setempat, termasuk Sinto, tak menduga bahwa salah satu penghuni adalah buronan polisi yang tengah diburu setelah kasus penggelapan uang miliaran rupiah mencuat ke publik.

  • Drama Pelarian Sopir Bank Daerah Bawa Kabur Duit Rp 10 M, Beli Rumah Tanpa Tawar Menawar

    Drama Pelarian Sopir Bank Daerah Bawa Kabur Duit Rp 10 M, Beli Rumah Tanpa Tawar Menawar

    Kadiso, tetangga Sinto, menambahkan, setelah kesepakatan harga dicapai, warga sekitar diminta hadir pada malam Sabtu atau sekitar 5 September untuk mengikuti acara paseksen atau menyaksikan penandatanganan akta pembelian rumah. 

    Namun, meski acara tersebut sudah digelar, uang sebesar Rp 150 juta ternyata belum juga diserahkan.

    Tak lama setelah itu, Sinto melihat empat orang lainnya datang dan menghuni rumah tersebut. Mereka terdiri dari dua perempuan satu tua dan satu muda serta dua pria yang disebut sebagai Budi dan Dwi atau Anggun. 

    Kehadiran para pendatang baru ini sempat menimbulkan pertanyaan warga, tetapi karena mereka tampak seperti keluarga, orang-orang sekitar tak terlalu mempersoalkan.

    Namun, kejanggalan mulai terasa ketika aktivitas di rumah tersebut cukup tertutup. Warga setempat, termasuk Sinto, tak menduga bahwa salah satu penghuni adalah buronan polisi yang tengah diburu setelah kasus penggelapan uang miliaran rupiah mencuat ke publik.

    Kini, setelah Anggun berhasil ditangkap, rumah sederhana di Pejanten itu mendadak ramai jadi perbincangan. 

    “Saya sendiri baru tahu kalau yang ditangkap itu sopir bank yang bawa kabur uang miliaran. Padahal kemarin-kemarin saya sempat ngobrol biasa,” ungkap Sinto.

  • Pelarian Sopir Mobil Bank yang Bawa Kabur Rp10 Miliar Berakhir di Gunungkidul

    Pelarian Sopir Mobil Bank yang Bawa Kabur Rp10 Miliar Berakhir di Gunungkidul

    Liputan6.com, Solo – Berakhir sudah pelarian Anggun, sopir mobil operasional bank yang membawa kabur uang Rp10 miliar. Usai dicari-cari selama sepekan, Anggun berhasil ditangkap di daerah Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Senin dini hari (8/9/2025).

    “Berkaitan dengan kasus dari sopir Bank Jateng yang membawa lari uang Rp10 miliar, alhamdulillah dari Polresta Surakarta (Solo) sudah menangkap pelaku utama,” kata Kapolrest Solo Kombes Pol Catur Cahyono Wibowo di Solo, Senin (8/9/2025).

    Catur juga mengatakan, pelarian sopir yang membawa kabur uang Rp10 miliar dengan mobil operasional Bank Jateng Cabang Wonogiri itu berakhir di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Sopir itu telah menghilang sejak Senin pekan lalu usai mendatangi Bank Jateng Cabang Solo di kawasan Gladag.

    “Pelaku ditangkap di daerah Panggang, Gunungkidul selatan pada pukul 04.00 WIB tadi pagi. Untuk sementara masih satu orang yang kita amankan,” katanya.

    Saat ini anggota Polresta Solo disebutkan Catur masih berada di lokasi penangkapan untuk mencari dan mengumpulkan sejumlah barang bukti milik pelaku pencurian uang tersebut.

    “Untuk tim masih di TKP, dalam artian masih melengkapi bukti-bukti yang ada, mencari dan menelusuri apa saja yang berkaitan dengan bersangkutan,” ucapnya.

    Hanya saja barang bukti apa saja yang telah berhasil diamankan dari lokasi penangkapan, Kapolresta Solo itu belum mau membeberkannya.

    “Nanti kita jelaskan lebih lanjut, yang pasti kita sudah tangkap untuk pelaku dari pada sopir tersebut. Intinya alhamdulillah sudah ketangkap,” katanya.

     

     

  • BEM Unair Gelar Aksi ‘Kidung Duka Airlangga’, Desak Presiden Prabowo Minta Maaf

    BEM Unair Gelar Aksi ‘Kidung Duka Airlangga’, Desak Presiden Prabowo Minta Maaf

    Surabaya (beritajatim.com) – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga (Unair), bersama dengan Aliansi BEM Fakultas se-Unair, menggelar aksi simbolik bertajuk Kidung Duka Airlangga.

    Aksi ini merupakan bentuk respons atas kekecewaan civitas akademika Unair terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat, sekaligus menjadi simbol duka mendalam atas jatuhnya korban jiwa dalam demonstrasi belakangan ini.

    Aksi simbolik ini digelar pada Sabtu malam (6/9/2025) di Halaman Rektorat Unair, dengan melibatkan berbagai elemen mahasiswa, termasuk Menteri Koordinator Bidang Pergerakan BEM Unair, M. Rizqi Senja Virawan, yang menegaskan komitmen mereka untuk terus mendampingi perjuangan rakyat.

    Rizqi menyampaikan bahwa sebagai bagian dari rakyat, mahasiswa Unair tidak akan pernah meninggalkan rakyat dalam setiap perjuangan, baik melalui demonstrasi maupun bentuk gerakan lainnya.

    “Tentu kami Sivitas Akademika Unair sebagai bagian dari rakyat, akan tetap membersamai gerakan-gerakan rakyat. Aksi simbolik ini diadakan sebagai bentuk kekecewaan kami terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap rakyat kecil, banyak di antara rakyat yang dimiskinkan secara struktural dan secara sistem,” ujar Rizqi.

    Aksi Kidung Duka Airlangga merupakan bagian dari serangkaian demonstrasi yang telah dilakukan oleh civitas akademika Unair dalam beberapa minggu terakhir. Menteri Politik dan Kajian Strategis BEM Unair, Satria Abdi Hasani, berharap melalui berbagai metode penyampaian aspirasi ini, suara kekecewaan rakyat dapat sampai dan didengar oleh pemerintah.

    “Aksi simbolik ini juga merupakan rentetan perjuangan Sivitas Akademika Unair dalam beberapa aksi demonstrasi. Semoga kekecewaan rakyat akan didengar oleh Pemerintah setelah seluruh metode penyampaian aspirasi ini dilakukan,” tambah Satria.

    Puncak dari aksi ini adalah pembacaan surat terbuka yang ditujukan langsung kepada Presiden Prabowo Subianto dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Surat ini memuat delapan tuntutan konkret yang disuarakan oleh civitas akademika UNAIR terkait situasi bangsa saat ini. Salah satu tuntutan yang mendapat sorotan besar adalah permintaan maaf dari Presiden.

    Ketua BEM UNAIR, Anggun Zifa Anindia, yang membacakan surat tersebut, menegaskan, “Ketujuh, kami menuntut Presiden Prabowo Subianto untuk menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada rakyat atas seluruh kekacauan dan ketidakmampuannya menyelesaikan masalah,” ucapnya dengan lantang.

    Aksi simbolik ini menegaskan bahwa mahasiswa Unair tidak hanya berduka atas jatuhnya korban jiwa, tetapi juga menuntut pertanggungjawaban dari pemerintah. Melalui Kidung Duka Airlangga, mereka menegaskan komitmen mereka dalam mengawal isu-isu kerakyatan dan menyuarakan perubahan yang mendesak demi kesejahteraan rakyat Indonesia. [rma/suf]

    Berikut isi Surat Terbuka Sivitas Akademika Universitas Airlangga dan 8 Poin Tuntutan Kepada Negara:

    Dengan hormat,
    Kekacauan yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia, tidak terlepas dari tindakan atau keputusan yang dilakukan oleh penguasa dengan indikasi ketidakberpihakan kepada rakyat secara keseluruhan.

    Sivitas Akademika Universitas Airlangga, sebagai bagian dari rakyat, merasakan betul bagaimana negara menyalahgunakan kewenangan dan kekuasaannya untuk kepentingannya sendiri. Rakyat tentunya akan selalu peka, apabila terdapat perwakilan-perwakilan mereka yang tidak memiliki keresahan, rasa senasib, atau rasa sepenanggungan yang sama.

    Terlebih lagi, ketika kami mencoba menyampaikan apa yang kami rasakan, kami justru mendapatkan represifitas dari negara dan terkesan bahwasanya kami adalah musuh mereka. Banyak di antara kami yang ditangkap, dipukuli, diintimidasi, dibatasi akses informasinya, serta diadu domba secara horizontal dengan kawan kami sendiri. Sebagai bentuk tanggung jawab moral dan intelektual, maka kami Sivitas Akademika Universitas Airlangga menyampaikan 8 (delapan) tuntutan Kidung Duka Airlangga:

    1. Menuntut negara untuk mengembalikan kedaulatannya kepada rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam setiap pengambilan keputusan serta bertanggung jawab penuh atas kerusuhan yang terjadi dalam waktu sesingkat-singkatnya.

    2. Mendesak adanya evaluasi menyeluruh dan reformasi total institusi DPR, POLRI, dan TNI.

    3. Menuntut negara untuk terus menjamin kebebasan berpendapat dan berekspresi di tengah menyempitnya ruang demokrasi serta maraknya pembungkaman dan kriminalisasi terhadap suara-suara kritis rakyat.

    4. Menghentikan segala bentuk represifitas aparat terhadap massa aksi, tenaga medis, dan jurnalis serta menuntut pembebasan segera terhadap kawan-kawan kami yang masih ditahan.

    5. Mengusut tuntas seluruh pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia, termasuk dalam aksi beberapa waktu terakhir serta menuntut seluruh pelaku untuk diadili di meja pengadilan dengan seadil-adilnya.

    6. Mengembalikan marwah kampus sebagai ruang netral ilmu pengetahuan dengan menolak segala bentuk intervensi dan masuknya aparat ke dalam kampus.

    7. Menuntut Presiden Prabowo Subianto untuk menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada rakyat atas seluruh kekacauan dan ketidakmampuannya dalam menyelesaikan masalah.

    8. Mengajak seluruh elemen untuk saling menjaga, serta melakukan pengawalan terhadap seluruh kebijakan hari ini dan hari esok agar aspirasi rakyat benar-benar tersampaikan dan negara tidak mengulang pola kesalahan yang sama.