Tag: Andy Jassy

  • Transisi Pakai AI, Amazon Mulai PHK 14.000 Karyawan

    Transisi Pakai AI, Amazon Mulai PHK 14.000 Karyawan

    Jakarta

    Amazon dikabarkan mulai mengurangi sekitar 14.000 karyawan di seluruh dunia. Pemutusan hubungan kerja (PHK) ini dipastikan akan berlanjut hingga tahun depan.

    Pemangkasan ini dilakukan karena perusahaan mulai beralih menggunakan Artificial intelligence (AI). Selain itu, PHK juga dilakukan untuk menekan pengeluaran setelah banyaknya perekrutan saat pandemi Covid-19.

    PHK ini memberikan gambaran awal tentang kemungkinan dampak luas AI terhadap tenaga kerja. Hal ini juga diakui oleh CEO Amazon Andy Jassy pada bulan Juni, dengan mengatakan bahwa peningkatan penggunaan perangkat AI akan menyebabkan lebih banyak PHK di perusahaan.

    Sebelumnya, berdasarkan informasi dari sumber Reuters, Amazon dikabarkan akan melakukan PHK terhadap 30.000 karyawan. Namun, informasi sampai saat ini belum dikonfirmasi.

    Saat ini diketahui, Amazon memiliki sekitar 1,56 juta karyawan penuh waktu dan paruh waktu pada akhir tahun lalu. Tenaga kerja korporatnya mencakup sekitar 350.000 karyawan.

    Berembusnya informasi Amazon melakukan PHK setelah beberapa karyawan mengatakan kepada Reuters bahwa mereka telah mendapatkan email pemangkasan dari perusahaan.

    “Anda tidak lagi diwajibkan untuk melakukan pekerjaan atas nama Amazon,” demikian bunyi email dari Beth Galetti, wakil presiden senior People Experience and Technology, yang dikirimkan kepada karyawan yang terdampak dikutip dari Reuters, Rabu (29/10/2025).

    Beth Galetti juga mengatakan, para pekerja tersebut akan diberi pilihan untuk bertemu dengan karyawan sumber daya manusia melalui panggilan video. “Sayangnya, peran Anda dihapuskan dan pekerjaan Anda akan berakhir,” lanjut email tersebut.

    Amazon akan menawarkan waktu 90 hari kepada sebagian besar pekerja yang terdampak untuk mencari pekerjaan baru secara internal dan mengatakan tim perekrutannya akan memprioritaskan kandidat tersebut.

    Lihat juga Video: Duh! Amazon Mau PHK 30.000 Karyawan

    (kil/kil)

  • Raksasa Toko Online Pastikan PHK 14.000 Karyawan

    Raksasa Toko Online Pastikan PHK 14.000 Karyawan

    Jakarta

    Amazon memastikan bahwa mereka akan memberhentikan sekitar 14.000 karyawan korporat. Dalam postingan blog, perusahaan menulis bahwa PHK tersebut dilakukan untuk membantu membuat perusahaan lebih ramping dan tidak terlalu birokratis, sementara mereka berupaya berinvestasi dalam taruhan terbesar termasuk AI generatif.

    “Generasi AI ini adalah teknologi paling transformatif yang pernah kita lihat sejak Internet, dan memungkinkan perusahaan untuk berinovasi jauh lebih cepat daripada sebelumnya di segmen pasar yang ada dan yang sama sekali baru,” tulis Beth Galetti, senior vice president of people experience and technology. “

    “Kami yakin kami perlu lebih terorganisir secara ramping, dengan lebih sedikit lapisan, untuk bergerak secepat mungkin bagi pelanggan dan bisnis kami,” tambahnya yang dikutip detikINET dari CNBC.

    PHK ini diperkirakan pada akhirnya akan menjadi PHK korporat terbesar dalam sejarah Amazon dan berpotensi bertambah jumlahnya. Reuters melaporkan pemutusan hubungan kerja tersebut dapat memengaruhi sebanyak 30.000 karyawan, mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut.

    Amazon adalah perusahaan swasta terbesar kedua di Amerika Serikat, dengan lebih dari 1,54 juta staf secara global pada akhir kuartal kedua 2o23. Angka tersebut terutama terdiri dari tenaga kerja gudangnya.

    Amazon memiliki sekitar 350.000 karyawan korporat dan teknologi, yang berarti 14.000 pemutusan hubungan kerja mewakili sekitar 4% jumlah tersebut. Mereka mengindikasikan akan terus memberhentikan karyawan di tahun mendatang.

    PHK Amazon terjadi ketika berbagai industri termasuk teknologi, perbankan, otomotif, dan ritel telah menunjukkan AI kemungkinan akan atau sudah mengubah jumlah karyawan. Beberapa perusahaan mengindikasikan dapat mempekerjakan lebih sedikit karyawan dan tetap meningkatkan pendapatan karena lebih mengandalkan AI.

    CEO Amazon Andy Jassy mengatakan pada bulan Juni bahwa tenaga kerja perusahaan akan menyusut lebih jauh sebagai akibat dari penerapan AI. Jassy, yang mengambil alih pimpinan dari Jeff Bezos pada tahun 2021, telah melakukan kampanye untuk memangkas biaya di seluruh perusahaan selama beberapa tahun terakhir.

    Amazon memberhentikan 27.000 karyawan antara tahun 2022 dan 2023 dan pengurangan pekerjaan berlanjut sejak saat itu, meskipun dalam skala yang lebih kecil.

    Mereka sejak itu telah menutup beberapa bidang yang tidak menguntungkan, sementara berkomitmen untuk berinvestasi sekitar USD 100 miliar tahun ini dalam pengembangan AI. Amazon menghadapi tekanan yang semakin besar untuk menunjukkan bahwa bisnis cloud dan AI-nya tidak tertinggal dari para pesaing.

    (fyk/fyk)

  • Raksasa E-Commerce Global Amazon PHK 30.000 Karyawan

    Raksasa E-Commerce Global Amazon PHK 30.000 Karyawan

    Bisnis.com, JAKARTA — Amazon, raksasa e-commerce global, berencana memangkas hingga 30.000 posisi korporat mulai Selasa (28/10/2025) waktu setempat, sebagai bagian dari upaya efisiensi biaya dan penyesuaian atas perekrutan berlebih selama lonjakan permintaan di masa pandemi.

    Berdasarkan informasi dari tiga sumber yang dikutip dari Reuters, jumlah itu setara hampir 10% dari sekitar 350.000 karyawan korporat Amazon, meskipun hanya sebagian kecil dari total 1,55 juta pegawai secara keseluruhan. 

    Jika terealisasi, langkah ini akan menjadi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terbesar di Amazon sejak perusahaan memangkas sekitar 27.000 posisi pada akhir 2022.

    PHK dilakukan di tengah pertumbuhan Amazon yang cukup kuat. Amazon melaporkan pendapatan yang melampaui ekspektasi analis pada kuartal pertama dan kedua tahun 2025.

    Pada kuartal I/2025, pendapatan Amazon mencapai US$155,7 miliar, mengalahkan perkiraan $155,29 miliar. Kemudian, pada kuartal II/2025 pendapatan naik 13% dari tahun ke tahun (YoY) menjadi U$167,7 miliar, melebihi estimasi konsensus sebesar $162,15 miliar.

    Amazon juga mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar e-commerce dan cloud global, dengan pangsa pasar AS sebesar 37,6% pada Agustus 2025.

    Ruang lingkup pemangkasan kali ini belum sepenuhnya jelas dan masih dapat berubah tergantung prioritas keuangan perusahaan. Menurut laporan Fortune, divisi sumber daya manusia (SDM) berpotensi menjadi salah satu yang paling terdampak, dengan kemungkinan pemangkasan sekitar 15%.

    Adapun, hingga saat ini juru bicara Amazon menolak memberikan komentar.

    Selama dua tahun terakhir, Amazon telah melakukan pemangkasan dalam skala lebih kecil di berbagai unit bisnis, termasuk perangkat, komunikasi, podcast, serta layanan lainnya. PHK terbaru ini diperkirakan akan menyentuh beberapa divisi, seperti People Experience and Technology (SDM dan teknologi), perangkat dan layanan, serta operasi, menurut sumber terkait.

    Para manajer dari tim yang terdampak telah diminta mengikuti pelatihan pada Senin (27/10/2025) mengenai cara menyampaikan pemberitahuan kepada staf setelah email resmi PHK dikirimkan mulai Selasa pagi.

    CEO Amazon Andy Jassy tengah menjalankan inisiatif untuk memangkas birokrasi berlebih, termasuk dengan mengurangi jumlah manajer. Ia bahkan membuka jalur pengaduan anonim untuk melaporkan inefisiensi internal, yang telah menghasilkan sekitar 1.500 masukan dan lebih dari 450 perubahan proses, menurut pernyataannya awal tahun ini.

    Jassy sebelumnya juga mengatakan bahwa peningkatan penggunaan kecerdasan buatan (AI) kemungkinan akan menyebabkan pengurangan tenaga kerja lebih lanjut, terutama melalui otomatisasi tugas-tugas rutin.

    “Langkah terbaru ini menunjukkan bahwa Amazon kemungkinan telah merasakan cukup banyak peningkatan produktivitas yang digerakkan oleh AI sehingga memungkinkan pengurangan tenaga kerja secara signifikan,” ujar Sky Canaves, analis di eMarketer.

    Menurutnya, Amazon juga berada di bawah tekanan untuk menyeimbangkan investasi jangka panjang dalam pengembangan infrastruktur AI dengan profitabilitas jangka pendek.

    Berdasarkan data situs Layoffs.fyi yang memantau pemangkasan tenaga kerja di sektor teknologi, sekitar 98.000 tenaga kerja telah di-PHK tahun ini di 216 perusahaan, dibandingkan dengan 153.000 posisi sepanjang 2024.

  • Ecommerce Pecat 30.000 Orang, CEO Sebut AI Lebih Murah

    Ecommerce Pecat 30.000 Orang, CEO Sebut AI Lebih Murah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah laporan dari media Amerika Serikat (AS) menyebutkan Amazon akan memecat 30 ribu orang. Ini terjadi tak lama setelah gangguan unit cloud Amazon Web Services (AWS) down dan menyebabkan gangguan pada banyak layanan di internet.

    PHK itu dilakukan mulai pada Selasa hari ini dan berdampak pada 10% karyawannya. Alasan kebijakan tersebut karena Amazon ingin menghemat biaya saat adanya peningkatan investasi dalam kecerdasan buatan.

    Kabarnya PHK ini tak akan berdampak pada peranan distribusi dan gudang. Bagian tersebut jadi mayoritas lebih dari 1,5 juta karyawan Amazon.

    AFP melaporkan Amazon tidak menanggapi pertanyaan soal rencana tersebut.

    Amazon diketahui satu dari banyak raksasa teknologi yang memanfaatkan AI dalam operasional perusahaan. Bahkan CEO Andy Jassy diketahui memuji pekerjaan AI.

    Pujian itu dilontarkannya saat panggilan pendapatan kuartal terakhir, CEO Amazon Andy Jassy. Menurutnya teknologi itu bisa merampingkan operasional di tempat kerja, seperti interaksi dengan pelanggan secara online serta efisien pada kantor.

    “Keyakinan kami soal AI mengubah pengalaman pelanggan mulai terbukti,” kata Jassy.

    Amazon dijadwalkan akan melakukan laporan pendapatan pada Kamis (30/10/2025) mendatang. AWS kemungkinan jadi yang paling disoroti nanti, termasuk memberikan detil soal gangguan baru-baru ini.

    Gangguan pada AWS membuat layanan seperti platform streaming, pesan hingga perbankan tak bisa diakses selama berjam-jam. Layanan e-commerce milik perusahaan juga mengalami gangguan.

    Beberapa layanan lain yang terdampak termasuk Prime, Disney+, Perplexity AI, Fortnite, Airbnb, Snapchat, dan Duolinggo. Bahkan di Eropa, aplikasi Signal dan WhatsApp juga mengalami gangguan.

    Selain itu, AWS juga harus menunjukkan peningkatan margin. Sebab investasi AI di unit bisnis itu cukup besar.

    “AWS akan berada dalam tekanan menunjukkan akselerasi pendapatan dan peningkatan margin operasi karena investasi AI yang besar,” jelas analis utama Emarkerter, Sky Canaves.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Amazon Bakal PHK 30.000 Karyawan, Fokus Pangkas Biaya dan Investasi ke AI

    Amazon Bakal PHK 30.000 Karyawan, Fokus Pangkas Biaya dan Investasi ke AI

    Jakarta

    Amazon dilaporkan akan melakukan pemangkasan tenaga kerja besar-besaran dengan memberhentikan hingga 30.000 karyawan korporat, sebagai bagian dari strategi efisiensi biaya dan penyesuaian pasca lonjakan perekrutan di masa pandemi. Informasi ini diungkap oleh Reuters, yang mengutip sumber internal perusahaan pada Senin (27/10).

    Menurut laporan tersebut, pemberitahuan PHK akan dikirimkan melalui email mulai Selasa, menimbulkan ketegangan di kalangan karyawan. Seorang pekerja Amazon yang diwawancarai GeekWire menyebut banyak staf kini dalam kondisi cemas menunggu kepastian nasib mereka.

    Pemangkasan tenaga kerja ini dikabarkan akan mempengaruhi sejumlah unit bisnis, mulai dari logistik, sistem pembayaran, divisi permainan video, hingga Amazon Web Services (AWS). Bloomberg melaporkan bahwa langkah ini merupakan bagian dari restrukturisasi besar yang difokuskan untuk mengurangi beban operasional sekaligus mengalihkan investasi ke sektor yang lebih strategis.

    Tenaga kerja korporat Amazon saat ini diperkirakan mencapai 350.000 orang dari total 1,54 juta karyawan global hingga 30 Juni 2025, meningkat 3% dibanding tahun sebelumnya.

    Gelombang PHK ini menjadi yang terbesar sejak 2023, ketika Amazon memangkas 27.000 posisi korporat secara bertahap. Setelah itu, perusahaan secara berkala melakukan pemangkasan kecil di berbagai unit bisnis, termasuk sumber daya manusia. Menurut laporan Fortune, Amazon juga tengah berencana memangkas hingga 15% staf HR dalam waktu dekat.

    Langkah efisiensi ini sejalan dengan ambisi Amazon untuk berinvestasi besar-besaran dalam kecerdasan buatan (AI). Perusahaan menargetkan peningkatan belanja modal hingga lebih dari USD 100 miliar pada 2025, naik dari USD 83 miliar pada 2024, dengan fokus utama pada pengembangan infrastruktur AI di AWS.

    CEO Amazon, Andy Jassy, sebelumnya telah mengisyaratkan perubahan besar dalam kebutuhan tenaga kerja akibat penerapan AI generatif. Dalam memo internalnya, ia menulis:

    “Kita akan membutuhkan lebih sedikit orang untuk melakukan beberapa pekerjaan yang ada saat ini, dan lebih banyak orang untuk melakukan jenis pekerjaan baru. Dalam beberapa tahun ke depan, kami perkirakan hal ini akan mengurangi total tenaga kerja perusahaan kami.”

    Selain PHK di lini korporat, The New York Times melaporkan bahwa Amazon menargetkan otomatisasi hingga 75% operasi pergudangan pada tahun 2033. Berdasarkan dokumen internal yang bocor, tim robotika Amazon memperkirakan langkah ini dapat mengurangi kebutuhan perekrutan hingga 600.000 pekerja baru selama satu dekade mendatang.

    Tren efisiensi ini bukan hanya terjadi di Amazon. Microsoft, sesama raksasa teknologi di kawasan Seattle, telah memangkas lebih dari 15.000 karyawan sejak Mei 2025, termasuk 3.200 di Washington. PHK besar-besaran itu juga dikaitkan dengan strategi perusahaan untuk memperkuat investasi di sektor AI dan perluasan pusat data global.

    Amazon dijadwalkan merilis laporan keuangan kuartal ketiganya pada Kamis mendatang. Investor dan analis memperkirakan laporan tersebut akan menyoroti dampak kebijakan efisiensi, investasi AI, serta rencana jangka panjang otomatisasi terhadap profitabilitas perusahaan.

    (afr/afr)

  • Daftar Pekerjaan Terancam Punah, Buruan Ganti Profesi Sebelum Telat

    Daftar Pekerjaan Terancam Punah, Buruan Ganti Profesi Sebelum Telat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Gelombang PHK terjadi di mana-mana. Penyebabnya kompleks, mulai dari ketidakpastian ekonomi sebagai dampak konflik geopolitik, hingga perkembangan teknologi AI yang lebih efisien dan membuat perusahaan mulai menggantikan peran manusia.

    Raksasa teknologi yang tadinya mengklaim AI tak akan menggantikan manusia kini mulai terang-terangan menyebut dampak teknologi masa depan tersebut terhadap bursa kerja.

    Beberapa saat lalu, CEO Amazon Andy Jassy mengumumkan kemungkinan PHK masih terus berlanjut karena perusahaan terus menerapkan AI dalam operasionalnya. Amazon juga telah mengumumkan telah mengoperasikan 1 juta robot pekerja di fasilitas gudang dan pengiriman barang ke konsumen.

    Selain itu, CEO Ford Motor Jim Farley juga blak-blakan menyebut banyak pekerjaan kantoran yang akan terancam karena pengembangan AI yang makin canggih.

    “Kecerdasan buatan akan menggantikan setengah dari seluruh pekerja kantoran (white collar) di AS,” kata Farley kepada penulis Walter Isaacson di Aspen Ideas Festival, dikutip dari DailyMail.

    Terbaru, para peneliti di Microsoft mengeluarkan laporan yang mengungkap 40 daftar pekerjaan yang akan terdampak oleh AI. Beberapa di antaranya adalah penerjemah, ahli sejarah, dan AI.

    Customer Service (CS) dan sales juga menjadi dua divisi pekerjaan yang terancam harus bersaing, bahkan digantikan oleh AI. Sebagai informasi, sekitar 5 juta pekerja di AS memiliki profesi sebagai CS dan sales.

    Microsoft menekankan bahwa kemampuan AI untuk menguasai pekerjaan tertentu tak secara otomatis membuat beberapa profesi sepenuhnya tergantikan. Kendati demikian, 40 daftar pekerjaan paling terdampak AI yang diungkap para peneliti Microsoft langsung viral dan membuat heboh.

    Pasalnya, laporan tersebut keluar ketika perusahaan seperti IBM telah membekukan ribuan calon profesi baru yang diharapkan akan diambil alih oleh AI dalam 5 tahun ke depan.

    Para lulusan di Inggris juga menghadapi krisis pasar kerja terburuk sejak 2018 karena para pengusaha menghentikan perekrutan dan menggunakan AI untuk memangkas biaya, kata Indeed.

    CEO Nvidia Jensen Huang juga mengamini tren AI yang akan berdampak pada pekerjaan manusia. Ia mengatakan manusia harus bisa beradaptasi jika tak mau digusur oleh AI.

    “Setiap pekerjaan akan terdampak dan bersifat langsung. Tidak diragukan lagi,” kata Huang saat menghadiri Milken Institute Global Conference pada Mei 2025 lalu.

    “Anda tak akan kehilangan pekerjaan karena AI. Namun, Anda akan kehilangan pekerjaan karena digantikan orang lain yang menggunakan AI,” Huang menekankan.

    Banyak pekerjaan ‘kerah putih’ yang membutuhkan pendidikan tinggi, terdampak oleh perkembangan AI yang kian masif. Misalnya ahli politik, jurnalis, hingga analis manajemen. Artinya, pendidikan tinggi saat ini bukan jaminan mutlak seseorang bisa mendapat kerja ketika lulus.

    Peneliti Microsoft mempelajari 200.000 percakapan dunia nyata pengguna Copilot dan membandingkan kinerja AI dengan data pekerjaan. Berikut perinciannya:

    40 Pekerjaan yang Terancam Digantikan AI

    Penerjemah dan Juru Bahasa

    Sejarawan

    Pramugari

    Sales

    Penulis

    Customer Service

    Programmer CNC

    Operator Telepon

    Agen Tiket dan Perjalanan

    DJ Radio dan Penyiar Berita

    Petugas Pialang

    Dosen Manajemen Rumah dan Pertanian

    Telemarketer

    Concierge

    Pakar Politik

    Analis Berita, Reporter, Jurnalis

    Pakar Matematika

    Penulis Teknis

    Korektor

    Host/Hostess

    Editor

    Dosen Bisnis

    Hubungan Masyarakat

    Promotor Produk

    Sales Periklanan

    Account Executive

    Asisten Statistik

    Counter dan Rental

    Data Scientist

    Penasihat Keuangan

    Pengarsip

    Dosen Ekonomi

    Pengembang Web

    Analis Manajemen

    Pakar Geografi

    Model

    Analis Penelitian Pasar

    Telekomunikasi Keamanan Publik

    Operator Switchboard

    Dosen Ahli Perpustakaan

    Kendati ada banyak pekerjaan yang akan terdampak AI, namun ada juga profesi yang diramal tak terlalu ‘diganggu’ oleh keberadaan AI. Berikut perinciannya:

    Pekerjaan Tak Terdampak AI

    Operator Pengerukan

    Pakar Blockchain

    Operator Instalasi dan Sistem Pengolahan Air

    Petugas Pengecoran

    Operator Peralatan Pemasangan dan Pemeliharaan Rel Kereta Api

    Operator Pemancang Tiang Pancang

    Operator Mesin Pengamplas dan Penyempurna Lantai

    Operator Motorboat

    Operator Alat Penambangan.

    Nah, itu dia daftar pekerjaan yang diprediksi paling terdampak dan tak terdampak AI. Semoga informasi ini bermanfaat bagi kita untuk menyiapkan diri menghadapi gempuran AI!

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 40 Profesi Paling Rawan PHK Massal, Ganti Pekerjaan Sebelum Telat!

    40 Profesi Paling Rawan PHK Massal, Ganti Pekerjaan Sebelum Telat!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Raksasa teknologi mulai terang-terangan menyebut dampak pengembangan sistem kecerdasan buatan (AI) terhadap pekerjaan manusia. Beberapa saat lalu, CEO Amazon Andy Jassy mengumumkan kemungkinan PHK masih terus berlanjut karena perusahaan terus menerapkan AI dalam operasionalnya.

    Bahkan, Amazon baru-baru ini mengumumkan telah mengoperasikan 1 juta robot pekerja di fasilitas gudang dan pengiriman barang ke konsumen.

    Selain itu, CEO Ford Motor Jim Farley juga blak-blakan menyebut banyak pekerjaan kantoran yang akan terancam karena pengembangan AI yang makin canggih.

    “Kecerdasan buatan akan menggantikan setengah dari seluruh pekerja kantoran (white collar) di AS,” kata Farley kepada penulis Walter Isaacson di Aspen Ideas Festival, dikutip dari DailyMail.

    Terbaru, para peneliti di Microsoft mengeluarkan laporan yang mengungkap 40 daftar pekerjaan yang akan terdampak oleh AI. Beberapa di antaranya adalah penerjemah, ahli sejarah, dan AI.

    Customer Service (CS) dan sales juga menjadi dua divisi pekerjaan yang terancam harus bersaing, bahkan digantikan oleh AI. Sebagai informasi, sekitar 5 juta pekerja di AS memiliki profesi sebagai CS dan sales.

    Dikutip dari Fortune, Senin (4/8/2025), pekerjaan intelektual kebanyakan akan terdampak oleh AI. Misalnya, pekerjaan yang berhubungan dengan komputer atau pekerjaan administratif di kantor.

    Pekerjaan sebagai sales juga lumayan rentan. Pasalnya, profesi tersebut berkaitan dengan penyampaian dan elaborasi informasi tertentu. Fungsi ini sudah mulai dikuasai oleh AI.

    Microsoft menekankan bahwa kemampuan AI untuk menguasai pekerjaan tertentu tak secara otomatis membuat beberapa profesi sepenuhnya tergantikan. Kendati demikian, 40 daftar pekerjaan paling terdampak AI yang diungkap para peneliti Microsoft langsung viral dan membuat heboh.

    Pasalnya, laporan tersebut keluar ketika perusahaan seperti IBM telah membekukan ribuan calon profesi baru yang diharapkan akan diambil alih oleh AI dalam 5 tahun ke depan.

    Para lulusan di Inggris juga menghadapi krisis pasar kerja terburuk sejak 2018 karena para pengusaha menghentikan perekrutan dan menggunakan AI untuk memangkas biaya, kata Indeed.

    CEO Nvidia Jensen Huang juga mengamini tren AI yang akan berdampak pada pekerjaan manusia. Ia mengatakan manusia harus bisa beradaptasi jika tak mau digusur oleh AI.

    “Setiap pekerjaan akan terdampak dan bersifat langsung. Tidak diragukan lagi,” kata Huang saat menghadiri Milken Institute Global Conference pada Mei 2025 lalu.

    “Anda tak akan kehilangan pekerjaan karena AI. Namun, Anda akan kehilangan pekerjaan karena digantikan orang lain yang menggunakan AI,” Huang menekankan.

    Banyak pekerjaan ‘kerah putih’ yang membutuhkan pendidikan tinggi, terdampak oleh perkembangan AI yang kian masif. Misalnya ahli politik, jurnalis, hingga analis manajemen. Artinya, pendidikan tinggi saat ini bukan jaminan mutlak seseorang bisa mendapat kerja ketika lulus.

    “Dari segi persyaratan pendidikan, kami menemukan penerapan AI yang lebih tinggi untuk pekerjaan yang membutuhkan gelar Sarjana dibandingkan pekerjaan dengan persyaratan yang lebih rendah,” tulis para peneliti,

    Peneliti mempelajari 200.000 percakapan dunia nyata pengguna Copilot dan membandingkan kinerja AI dengan data pekerjaan. Berikut perinciannya:

    40 Pekerjaan yang Terancam Digantikan AI

    Penerjemah dan Juru Bahasa
    Sejarawan
    Pramugari
    Sales
    Penulis
    Customer Service
    Programmer CNC
    Operator Telepon
    Agen Tiket dan Perjalanan
    DJ Radio dan Penyiar Berita
    Petugas Pialang
    Dosen Manajemen Rumah dan Pertanian
    Telemarketer
    Concierge
    Pakar Politik
    Analis Berita, Reporter, Jurnalis
    Pakar Matematika
    Penulis Teknis
    Korektor
    Host/Hostess
    Editor
    Dosen Bisnis
    Hubungan Masyarakat
    Promotor Produk
    Sales Periklanan
    Account Executive
    Asisten Statistik
    Counter dan Rental
    Data Scientist
    Penasihat Keuangan
    Pengarsip
    Dosen Ekonomi
    Pengembang Web
    Analis Manajemen
    Pakar Geografi
    Model
    Analis Penelitian Pasar
    Telekomunikasi Keamanan Publik
    Operator Switchboard
    Dosen Ahli Perpustakaan

    Kendati ada banyak pekerjaan yang akan terdampak AI, namun ada juga profesi yang diramal tak terlalu ‘diganggu’ oleh keberadaan AI. Berikut perinciannya:

    10 Pekerjaan Tak Terdampak AI

    Operator Pengerukan
    Pakar Blockchain
    Operator Instalasi dan Sistem Pengolahan Air
    Petugas Pengecoran
    Operator Peralatan Pemasangan dan Pemeliharaan Rel Kereta Api
    Operator Pemancang Tiang Pancang
    Operator Mesin Pengamplas dan Penyempurna Lantai
    Operator Motorboat
    Operator Alat Penabangan

    • 10. Orderly

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 40 Profesi Paling Rawan PHK Massal, Ganti Pekerjaan Sebelum Telat!

    40 Profesi Rawan PHK Massal, Ganti Pekerjaan Sebelum Telat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Raksasa teknologi mulai terang-terangan menyebut dampak pengembangan sistem kecerdasan buatan (AI) terhadap pekerjaan manusia. Beberapa saat lalu, CEO Amazon Andy Jassy mengumumkan kemungkinan PHK masih terus berlanjut karena perusahaan terus menerapkan AI dalam operasionalnya.

    Bahkan, Amazon baru-baru ini mengumumkan telah mengoperasikan 1 juta robot pekerja di fasilitas gudang dan pengiriman barang ke konsumen.

    Selain itu, CEO Ford Motor Jim Farley juga blak-blakan menyebut banyak pekerjaan kantoran yang akan terancam karena pengembangan AI yang makin canggih.

    “Kecerdasan buatan akan menggantikan setengah dari seluruh pekerja kantoran (white collar) di AS,” kata Farley kepada penulis Walter Isaacson di Aspen Ideas Festival, dikutip dari DailyMail.

    Terbaru, para peneliti di Microsoft mengeluarkan laporan yang mengungkap 40 daftar pekerjaan yang akan terdampak oleh AI. Beberapa di antaranya adalah penerjemah, ahli sejarah, dan AI.

    Customer Service (CS) dan sales juga menjadi dua divisi pekerjaan yang terancam harus bersaing, bahkan digantikan oleh AI. Sebagai informasi, sekitar 5 juta pekerja di AS memiliki profesi sebagai CS dan sales.

    Dikutip dari Fortune, Senin (4/8/2025), pekerjaan intelektual kebanyakan akan terdampak oleh AI. Misalnya, pekerjaan yang berhubungan dengan komputer atau pekerjaan administratif di kantor.

    Pekerjaan sebagai sales juga lumayan rentan. Pasalnya, profesi tersebut berkaitan dengan penyampaian dan elaborasi informasi tertentu. Fungsi ini sudah mulai dikuasai oleh AI.

    Microsoft menekankan bahwa kemampuan AI untuk menguasai pekerjaan tertentu tak secara otomatis membuat beberapa profesi sepenuhnya tergantikan. Kendati demikian, 40 daftar pekerjaan paling terdampak AI yang diungkap para peneliti Microsoft langsung viral dan membuat heboh.

    Pasalnya, laporan tersebut keluar ketika perusahaan seperti IBM telah membekukan ribuan calon profesi baru yang diharapkan akan diambil alih oleh AI dalam 5 tahun ke depan.

    Para lulusan di Inggris juga menghadapi krisis pasar kerja terburuk sejak 2018 karena para pengusaha menghentikan perekrutan dan menggunakan AI untuk memangkas biaya, kata Indeed.

    CEO Nvidia Jensen Huang juga mengamini tren AI yang akan berdampak pada pekerjaan manusia. Ia mengatakan manusia harus bisa beradaptasi jika tak mau digusur oleh AI.

    “Setiap pekerjaan akan terdampak dan bersifat langsung. Tidak diragukan lagi,” kata Huang saat menghadiri Milken Institute Global Conference pada Mei 2025 lalu.

    “Anda tak akan kehilangan pekerjaan karena AI. Namun, Anda akan kehilangan pekerjaan karena digantikan orang lain yang menggunakan AI,” Huang menekankan.

    Banyak pekerjaan ‘kerah putih’ yang membutuhkan pendidikan tinggi, terdampak oleh perkembangan AI yang kian masif. Misalnya ahli politik, jurnalis, hingga analis manajemen. Artinya, pendidikan tinggi saat ini bukan jaminan mutlak seseorang bisa mendapat kerja ketika lulus.

    “Dari segi persyaratan pendidikan, kami menemukan penerapan AI yang lebih tinggi untuk pekerjaan yang membutuhkan gelar Sarjana dibandingkan pekerjaan dengan persyaratan yang lebih rendah,” tulis para peneliti,

    Peneliti mempelajari 200.000 percakapan dunia nyata pengguna Copilot dan membandingkan kinerja AI dengan data pekerjaan. Berikut perinciannya:

    40 Pekerjaan yang Terancam Digantikan AI

    Penerjemah dan Juru Bahasa
    Sejarawan
    Pramugari
    Sales
    Penulis
    Customer Service
    Programmer CNC
    Operator Telepon
    Agen Tiket dan Perjalanan
    DJ Radio dan Penyiar Berita
    Petugas Pialang
    Dosen Manajemen Rumah dan Pertanian
    Telemarketer
    Concierge
    Pakar Politik
    Analis Berita, Reporter, Jurnalis
    Pakar Matematika
    Penulis Teknis
    Korektor
    Host/Hostess
    Editor
    Dosen Bisnis
    Hubungan Masyarakat
    Promotor Produk
    Sales Periklanan
    Account Executive
    Asisten Statistik
    Counter dan Rental
    Data Scientist
    Penasihat Keuangan
    Pengarsip
    Dosen Ekonomi
    Pengembang Web
    Analis Manajemen
    Pakar Geografi
    Model
    Analis Penelitian Pasar
    Telekomunikasi Keamanan Publik
    Operator Switchboard
    Dosen Ahli Perpustakaan

    Kendati ada banyak pekerjaan yang akan terdampak AI, namun ada juga profesi yang diramal tak terlalu ‘diganggu’ oleh keberadaan AI. Berikut perinciannya:

    10 Pekerjaan Tak Terdampak AI

    Operator Pengerukan
    Pakar Blockchain
    Operator Instalasi dan Sistem Pengolahan Air
    Petugas Pengecoran
    Operator Peralatan Pemasangan dan Pemeliharaan Rel Kereta Api
    Operator Pemancang Tiang Pancang
    Operator Mesin Pengamplas dan Penyempurna Lantai
    Operator Motorboat
    Operator Alat Penabangan

    • 10. Orderly

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bahaya ChatGPT Diungkap Penciptanya, Wajib Tahu Atau Mbanking Bobol

    Bahaya ChatGPT Diungkap Penciptanya, Wajib Tahu Atau Mbanking Bobol

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO OpenAI Sam Altman menyampaikan kekhawatiran serius tentang potensi penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI) yang bisa memicu krisis penipuan secara global.

    Altman menyoroti bahwa saat ini masih ada lembaga keuangan yang menggunakan rekaman suara sebagai metode autentikasi transaksi. Padahal, menurutnya teknologi AI sudah bisa dengan mudah meniru suara manusia dan menembus sistem keamanan tersebut.

    “Hal yang membuat saya sangat khawatir adalah masih ada lembaga keuangan yang menerima rekaman suara sebagai metode autentikasi untuk memindahkan sejumlah besar uang atau melakukan transaksi lainnya. Anda hanya mengucapkan frasa tertentu, dan mereka langsung mengeksekusinya,” kata Altman dalam forum bersama Federal Reserve, termasuk perwakilan lembaga keuangan besar AS.

    “Itu hal yang sangat gila untuk masih digunakan… AI sudah sepenuhnya mengalahkan sebagian besar metode autentikasi yang ada saat ini, kecuali kata sandi,” imbuhnya.

    Peringatan Altman bukan tanpa dasar. FBI sebelumnya telah mengeluarkan peringatan soal meningkatnya penipuan berbasis AI, termasuk “kloning” suara dan video. Beberapa kasus bahkan melibatkan penipuan terhadap orang tua dengan meniru suara anak mereka.

    Baru-baru ini, suara buatan AI yang meniru Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, juga dilaporkan digunakan untuk menghubungi sejumlah pejabat tinggi.

    “Saya sangat khawatir bahwa kita akan menghadapi krisis penipuan besar dalam waktu dekat,” ujar Altman, dikutip dari CNN, Rabu (30/7/2025).

    Meski mengakui risiko besar ini, Altman mengatakan OpenAI tidak mengembangkan alat peniruan semacam itu. Namun ia menyadari tantangan tersebut tak bisa dihindari.

    Untuk mengatasinya, Altman mendukung pengembangan The Orb, alat verifikasi berbasis biometrik yang diklaim bisa membuktikan apakah seseorang benar-benar manusia dalam era digital yang semakin sulit dibedakan dari realita.

    Di satu sisi, ia juga mengaku khawatir manusia bisa kehilangan kendali atas sistem AI superintelligence, atau justru memberikan terlalu banyak kekuasaan pengambilan keputusan kepada teknologi tersebut.

    Apalagi saat ini, berbagai perusahaan teknologi, termasuk OpenAI, tengah berlomba mengembangkan AI superintelligence.

    Altman sendiri pernah menyatakan bahwa pada 2030-an, AI bisa memiliki kecerdasan yang jauh melampaui kemampuan manusia. Namun, sejauh ini belum ada definisi yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan “superintelligence” atau kapan hal itu benar-benar akan tercapai.

    Soal dampak AI terhadap dunia kerja, Altman mengaku tidak sekhawatir sebagian tokoh teknologi lainnya di Silicon Valley. Sebelumnya, CEO Anthropic Dario Amodei dan CEO Amazon Andy Jassy telah memperingatkan bahwa AI bisa menghilangkan banyak pekerjaan.

    Namun Altman justru percaya bahwa tidak ada yang benar-benar tahu apa yang akan terjadi.

    “Banyak prediksi yang terdengar sangat cerdas,” katanya. “‘Oh, ini akan terjadi di sini, dan ekonomi akan berubah seperti ini.’ Tapi sebenarnya, tidak ada yang tahu. Menurut saya, ini adalah sistem yang terlalu kompleks, teknologi yang terlalu baru dan berdampak besar, sangat sulit untuk diprediksi.”

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Daftar Pekerjaan Terancam Punah, Buruan Ganti Profesi Sebelum Telat

    1 Juta Pekerjaan Sudah Digantikan Robot, PHK Massal Makin Parah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Raksasa e-commerce asal Amerika Serikat (AS), Amazon, mengumumkan pengoperasian 1 juta robot pekerja pada awal pekan ini. Amazon mengatakan semua armada pengoperasian perusahaan akan mengandalkan model kecerdasan buatan (AI) yang baru diluncurkan.

    Pencapaian 1 juta robot memperkuat posisi Amazon sebagai manufaktur dan operator robotik mobile terbesar di dunia, menurut penuturan VP Amazon Robotics, Scott Dresser, dalam keterangan resminya.

    Lebih lanjut, Dresser mengatakan model AI ‘DeepFleet’ terbaru yang dikembangkan perusahaan akan mengoordinasikan pergerakan robot-robot pekerja di pusat pemenuhan pesanan.

    Dengan DeepFleet, Amazon mengklaim waktu pengiriman paket akan 10% lebih cepat. Hal ini sekaligus memangkas biaya pengiriman paket secara efektif.

    Sebagai informasi, Amazon mulai memperkerjakan robot pada fasilitas penyimpanan barangnya sejak 2012. Kala itu, robot diandalkan untuk memindahkan rak inventaris di setiap lantai gudangnya.

    Sejak saat itu, peran robot pekerja di pabrik Amazon telah berkembang pesat. Mulai dari robot yang mampu mengangkat inventaris seberat 1.250 pon, hingga robot yang sepenuhnya otomatis untuk menavigasi pabrik dengan kereta dorong berisi pesanan pelanggan.

    Ancaman PHK Massal

    Pengembangan robot berbasis AI untuk mengisi peran pekerja seperti di fasilitas Amazon memang membawa janji peningkatan produktivitas. Namun, hal ini juga mendatangkan kekhawatiran bagi pekerja manusia yang posisinya bisa tergantikan robot.

    Survei Pew Research yang diterbitkan pada Maret 2025 menemukan bahwa para ahli AI dan masyarakat umum melihat pekerja pabrik sebagai salah satu kelompok yang paling berisiko kehilangan pekerjaan karena AI.

    Hal ini coba dijelaskan oleh Dresser dalam pernyataannya.

    “Robot-robot ini bekerja bersama karyawan kami, menangani pengangkatan berat dan tugas-tugas berulang sekaligus menciptakan peluang baru bagi operator garda terdepan kami untuk mengembangkan keterampilan teknis,” ujar Dresser.

    Ia menambahkan bahwa pusat pemenuhan generasi berikutnya Amazon di Shreveport, Louisiana, yang diluncurkan akhir tahun lalu, membutuhkan 30% lebih banyak karyawan di bidang keandalan, pemeliharaan, dan teknik.

    Kendati demikian, berita tentang perluasan robot Amazon muncul segera setelah CEO Andy Jassy mengatakan kepada CNBC International bahwa peluncuran cepat AI generatif Amazon akan mengakibatkan lebih sedikit orang yang mengerjakan beberapa pekerjaan yang sebenarnya mulai diotomatisasi oleh teknologi tersebut.

    Jassy terang-terangan mengatakan bahwa meskipun AI menghilangkan pekerjaan di bidang-bidang tertentu, Amazon akan terus merekrut lebih banyak karyawan di bidang AI, robotika, dan bidang lainnya.

    Namun, dalam memo kepada karyawan di awal Juni 2025, sang CEO mengakui bahwa ia memperkirakan jumlah tenaga kerja perusahaan akan menyusut di tahun-tahun mendatang seiring kemajuan teknologi.

    Penurunan pekerja manusia mungkin sudah dimulai. CNBC International melaporkan bahwa Amazon memangkas lebih dari 27.000 pekerjaan pada 2022 dan 2023. Perusahaan juga terus melakukan pemangkasan yang lebih terarah di seluruh unit bisnis.

    CEO perusahaan teknologi besar lainnya, seperti CEO Shopify, Tobi Lutke, juga baru-baru ini memperingatkan dampak AI terhadap tenaga kerja manusia. Hal ini terjadi ketika banyak perusahaan yang berinvestasi dan mengadopsi AI melakukan PHK massal.

    Menurut Layoffs.fyi, yang melacak PHK di industri teknologi, 551 perusahaan memberhentikan sekitar 153.000 karyawan tahun lalu. Laporan Forum Ekonomi Dunia pada Februari 2025 menemukan bahwa 48% perusahaan di AS berencana mengurangi tenaga kerja mereka karena AI.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]