Tag: Andrey Belousov

  • Putin Respons Rencana “Gila” Trump, Perang Nuklir di Depan Mata

    Putin Respons Rencana “Gila” Trump, Perang Nuklir di Depan Mata

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Rusia Vladimir Putin membuka kemungkinan bagi Moskow untuk kembali melakukan uji coba nuklir jika Amerika Serikat benar-benar memulai kembali program pengujian senjata atom seperti yang diumumkan Presiden Donald Trump pekan lalu.

    Langkah itu, menurut Putin, akan menjadi respons “setara dan sepadan” terhadap kebijakan Washington.

    “Rusia selalu mematuhi dan terus mematuhi kewajibannya di bawah Traktat Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT), dan kami tidak berencana menyimpang dari komitmen tersebut,” ujar Putin dalam pertemuan Dewan Keamanan Rusia pada Rabu (5/11/2025), dilansir CNN International.

    Namun, ia menegaskan bahwa jika AS atau negara lain yang juga merupakan penandatangan CTBT mulai melakukan uji coba senjata nuklir, “Rusia juga harus mengambil langkah-langkah tanggapan yang tepat dan seimbang.”

    Putin mengatakan dirinya telah meminta kementerian dan lembaga terkait untuk “menyampaikan usulan terkoordinasi mengenai kemungkinan dimulainya pekerjaan persiapan untuk uji coba senjata nuklir.”

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan bahwa belum ada keputusan final mengenai rencana tersebut.

    “Kami baru sedang mempelajari apakah perlu memulai persiapan atau tidak,” katanya kepada CNN. “Kami masih terikat oleh kewajiban kami dalam larangan total uji coba nuklir.”

    Pernyataan itu datang seminggu setelah Putin mengejutkan dunia dengan mengumumkan bahwa Rusia telah berhasil menguji torpedo bawah laut bertenaga nuklir eksperimental bernama Poseidon, yang menurut analis militer memiliki jangkauan lebih dari 9.600 kilometer.

    Beberapa jam setelah pengumuman itu, Presiden Trump menulis di media sosial bahwa, “karena program pengujian yang dilakukan negara lain, saya telah menginstruksikan Departemen Perang untuk memulai pengujian senjata nuklir kita secara setara. Proses itu akan segera dimulai.”

    Baik Rusia maupun Amerika Serikat belum pernah melakukan uji coba senjata nuklir sejak 1990-an. Keduanya merupakan penandatangan CTBT, perjanjian internasional yang melarang seluruh bentuk ledakan uji coba nuklir untuk tujuan apa pun.

    Menurut lembaga nirlaba Nuclear Threat Initiative (NTI), Rusia terakhir kali melakukan uji coba senjata nuklir pada Oktober 1990 sebelum menerapkan moratorium. Sementara AS belum melakukan uji coba sejak 1992.

    Menteri Pertahanan Rusia Andrey Belousov mengatakan pada pertemuan Dewan Keamanan bahwa bahkan sebelum pengumuman Trump, sudah jelas bahwa AS “secara aktif meningkatkan kemampuan ofensif strategisnya.”

    “Kita harus fokus bukan hanya pada pernyataan para pejabat Amerika, tetapi terutama pada tindakan nyata mereka,” kata Belousov.

    Ia menuding Washington telah keluar dari sejumlah perjanjian pembatasan senjata dan mengembangkan berbagai sistem persenjataan baru.

    Belousov menegaskan bahwa sistem pencegahan nuklir Rusia harus siap menghadapi segala ancaman, dan menambahkan bahwa lokasi uji utama negara itu di Novaya Zemlya “siap untuk setiap kemungkinan uji coba nuklir.”

    Kepala Staf Umum Rusia, Valery Gerasimov, dalam pertemuan yang sama mengatakan bahwa Amerika Serikat belum memberikan penjelasan resmi terkait pernyataan Trump mengenai uji coba nuklir.

    “Hal ini membuat kami tidak memiliki alasan untuk percaya bahwa Amerika Serikat akan menahan diri dari mempersiapkan atau melaksanakan uji coba semacam itu dalam waktu dekat,” ujarnya.

    Gerasimov memperingatkan bahwa mengabaikan tanda-tanda kesiapan AS bisa berakibat fatal bagi keamanan Rusia.

    “Pihak Amerika mungkin terus menghindari memberikan penjelasan resmi, tetapi itu tidak mengubah apa pun, karena jika kita tidak mengambil langkah yang tepat sekarang, kita akan kehilangan waktu dan peluang untuk merespons secara tepat terhadap tindakan AS,” katanya.

    Ia menambahkan bahwa masa persiapan uji coba nuklir bisa berlangsung “dari beberapa bulan hingga beberapa tahun,” yang berarti setiap keputusan perlu diambil dengan cepat agar Rusia tidak tertinggal secara strategis.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Isi Garis Depan Peperangan, Rusia Tambah 427.000 Prajurit Angkatan Darat Tahun Ini – Halaman all

    Isi Garis Depan Peperangan, Rusia Tambah 427.000 Prajurit Angkatan Darat Tahun Ini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM — Untuk meningkatkan kekuatan militernya yang sedang berperang dengan Ukraina, Rusia terus menambah jumlah prajuritnya.

    Pada tahun ini, Menteri Pertahanan Andrey Belousov menyatakan, Rusia telah menambah lebih dari 400.000 anggota militer angkatan daratnya.

    Hal itu dilaporkan Belousov kepada Presiden Vladimir Putin di Moskow, Senin (16/12/2024).

    Seperti dikutip dari Russia Today, Belousov mengklaim bahwa sekitar 1.200 orang secara sukarela mendaftar untuk dinas militer setiap hari, katanya.

    “Kami melanjutkan pekerjaan sistematis untuk merekrut staf angkatan bersenjata. Sejak awal tahun, lebih dari 427.000 prajurit telah direkrut,” kata Belousov.

    Salah satu tugas utama militer saat ini adalah untuk tidak kehilangan momentum dan terus menarik rekrutan, jelasnya, serta untuk memperkenalkan teknik-teknik baru mengenai pelatihan personel yang dipelajari dari pengalaman tempur selama operasi militer khusus.

    Sebelumnya telah dilaporkan bahwa lebih dari 300.000 prajurit Rusia telah menjalani pelatihan tersebut di resimen-resimen cadangan. 

    Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di surat kabar Krasnaya Zvezda awal bulan ini, Kolonel Jenderal Ivan Buvaltsev, kepala Direktorat Utama Pelatihan Tempur Angkatan Bersenjata Rusia, mengatakan strategi pelatihan untuk resimen cadangan terus disesuaikan berdasarkan pengalaman tempur dalam konflik Ukraina.

    Pada bulan September, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit yang meningkatkan jumlah personel angkatan bersenjata menjadi 2,39 juta, termasuk 1,5 juta personel militer.

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menjelaskan pada saat itu bahwa keputusan tersebut didasarkan pada meningkatnya jumlah ancaman yang saat ini dihadapi Rusia, termasuk “situasi yang sangat tidak bersahabat di perbatasan Barat dan ketidakstabilan di perbatasan Timur.”

    Dekrit tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Desember. Angkatan Darat Rusia sebelumnya telah ditingkatkan menjadi 2,2 juta pada bulan Desember 2023, termasuk 1,32 juta personel militer, di tengah konflik Ukraina dan perluasan NATO yang sedang berlangsung ke arah perbatasan Rusia.

    Belousov tidak menyebutkan jumlah total pasukan Rusia yang ambil bagian dalam operasi militer Moskow. 

    Rusia juga tidak mengumumkan kerugian yang diderita dalam konflik dengan Kiev. Namun, menurut menteri tersebut, Angkatan Darat Ukraina telah kehilangan lebih dari setengah juta pasukan pada tahun 2024 dan lebih dari satu juta sejak eskalasi konflik pada tahun 2022. 

    Ilustrasi: Pasukan Rusia. Hingga akhir 2024 nanti Rusia akan menambah sebanyak 180.000, hingga total tentara aktifnya berjumlah 1,5 juta personel (Telegram/Russian NCOs)

    Ia mencatat bahwa, tidak seperti militer Rusia, yang terus meningkatkan jumlah pasukan, Angkatan Darat Ukraina sangat kekurangan staf, dengan kurang dari 50 persen posisi garis depan saat ini terisi.