Tag: Andrew Lipow

  • Harga Minyak Meroket, Investor Menanti Kesepakatan Damai Rusia-Ukraina

    Harga Minyak Meroket, Investor Menanti Kesepakatan Damai Rusia-Ukraina

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak menguat pada perdagangan Rabu, 26 November 2025 waktu setempat menjelang libur Thanksgiving di Amerika Serikat. Kenaikan harga minyak ini dipicu investor Amerika Serikat menilai prospek kelebihan pasokan dan perundingan mengenai kesepakatan damai Rusia-Ukraina.

    Mengutip CNBC, harga minyak Brent naik 65 sen atau 1,04% dan ditutup ke posisi USD 63,13 per barel.  Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 70 sen atau 1,21% dan ditutup ke posisi USD 58,65.

    Sementara itu, Badan Informasi Energi atau the Energy Information Administration atau EIA meyebutkan, persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik 2,8 juta barel menjadi 426,9 juta barel pekan lalu seiring impor melonjak. Analis memperkirakan kenaikan sebesar 55.000 barel.

    “Kita jelas berada di jalur menuju kelebihan pasokan yang cukup sehat, tidak diragukan lagi dan peningkatan minyak mentah merupakan indikasi dari hal itu,” ujar Partner with Again Capital, John Kilduff.

    Impor minyak mentah AS meningkat 1,005 juta barel per hari (bph), menurut EIA menjadi 2,84 juta barel per hari, level tertinggi sejak awal September 2025.

    Di sisi lain, perusahaan jasa energi Baker Hughes mengungkapkan, perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi untuk pertama kalinya dalam empat minggu.

    OPEC+ kemungkinan akan mempertahankan tingkat produksi tidak berubah pada pertemuannya Minggu, tiga sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters pada Selasa.

    Investor menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai negosiasi Rusia dan Ukraina.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan kepada para pemimpin Eropa pada Selasa kalau ia siap untuk memajukan kerangka kerja yang didukung AS untuk mengakhiri perang dengan Rusia, yang mendorong harga minyak mentah Brent dan WTI turun ke level terendah dalam satu bulan.

    “Intinya, masih belum ada perjanjian damai dan akan sulit untuk meyakinkan semua pihak agar mau berunding dan menandatanganinya,” ujar Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow,

     

     

  • Harga Minyak Mentah Makin Mahal Dampak Serangan Drone Ukraina ke Rusia – Page 3

    Harga Minyak Mentah Makin Mahal Dampak Serangan Drone Ukraina ke Rusia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak dunia ditutup menguat pada Jumat (27/9/2025) seiring meningkatnya ketegangan geopolitik di Eropa Timur. Serangan pesawat nirawak (drone) Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia memangkas ekspor bahan bakar negara tersebut, sehingga mendorong kenaikan harga minyak.

    Mengutip  CNBC, Sabtu (27/9/2025), harga minyak mentah berjangka Brent naik 71 sen atau 1,02% menjadi USD 70,13 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 74 sen atau 1,14% ke level USD 65,72 per barel.

    “Pasar terus berfokus pada situasi antara Rusia dan Ukraina,” ujar mitra Again Capital John Kilduff.

    “Serangan pesawat nirawak oleh Ukraina ini mulai bertambah,” kata dia. 

    Pemerintah Rusia sendiri memperketat pembatasan energi. Wakil Perdana Menteri Alexander Novak menyatakan, negara tersebut akan memberlakukan larangan sebagian ekspor solar hingga akhir tahun dan memperpanjang larangan ekspor bensin yang sudah berlaku.

    Kondisi ini turut menekan kapasitas kilang dan memicu kelangkaan bahan bakar di beberapa wilayah Rusia.

    Kebijakan Trump

    Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow menjelaskan, kebijakan Amerika Serikat (AS) juga mendukung kenaikan harga minyak dunia.

    “Presiden Trump terus menekan sekutu AS untuk mengurangi impor Rusia,” katanya.

    “Kita mungkin akan melihat India dan Turki mengurangi sebagian impor mereka dari Rusia,” tambah Andrew Lipow.

     

  • Harga Minyak Meroket, Investor Menanti Kesepakatan Damai Rusia-Ukraina

    Harga Minyak Menguat Jelang Akhir Pekan, Ini Penyebabnya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak mentah melonjak 1 persen pada Jumat, 14 Maret 2025. Harga minyak mengakhir pekan ini cenderung stagnan seiring investor mempertimbangkan prospek yang semakin menipis dan berakhirnya perang Ukraina yang dapat kembali membawa lebih banyak pasokan energi Rusia ke pasar Barat.

    Mengutip CNBC, Sabtu (15/3/2025), harga minyak Brent ditutup 70 sen atau 1 persen lebih tinggi menjadi USD 70,58 per barel. Harga minyak sempat turun 1,5 persen pada sesi sebelumnya. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik 63 sen atau 1 persen ke posisi USD 67,18 per barel. Kenaikan harga minyak WTI terjadi setelah melemah 1,7 persen.

    Kedua patokan tersebut mengakhiri minggu ini dengan sedikit perubahan dari Jumat lalu, ketika Brent ditutup pada USD 70,36 dan WTI pada usd 67,04.

    “Minyak Brent telah bertahan di sekitar angka USD 70 selama dua minggu terakhir. Apakah akan tetap pada level ini dalam minggu mendatang tergantung pada situasi berita politik,” kata analis Commerzbank dalam sebuah catatan.

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Kamis, Moskow mendukung usulan AS untuk gencatan senjata di Ukraina pada prinsipnya, tetapi meminta sejumlah klarifikasi dan syarat yang tampaknya mengesampingkan kemungkinan berakhirnya pertempuran dengan cepat.

    “Jika prospek gencatan senjata terus berlanjut di masa mendatang, pasar akan memperkirakan minyak Rusia akan berada di bawah sanksi untuk jangka waktu yang lama,” kata Presiden Lipow Oil Associates yang berpusat di Houston, Andrew Lipow.

    Pada Jumat, Donald Trump kembali mendesak Rusia untuk menyetujui usulan gencatan senjata, dengan mengatakan di platform media sosial pribadinya ia akan mengeluarkan AS dari apa yang disebutnya “kekacauan nyata” dengan Rusia”.

    Pemerintahan Trump mengatakan lisensi yang mengizinkan transaksi energi dengan lembaga keuangan Rusia telah berakhir minggu ini. Perusahaan-perusahaan negara Tiongkok juga mengekang impor minyak Rusia karena risiko sanksi, kata sumber kepada Reuters.

    Di sisi lain, Northvolt, pembuat sel baterai Swedia untuk kendaraan listrik, mengatakan pada Rabu bahwa mereka telah mengajukan kebangkrutan.

     

     

  • Harga Minyak Meroket, Investor Menanti Kesepakatan Damai Rusia-Ukraina

    Trump Minta OPEC+ Turunkan Harga Minyak, Pertalite Bisa Lebih Murah – Page 3

    Sebelumnya, harga minyak anjlok lebih dari 2% pada hari Rabu, setelah laporan menunjukkan peningkatan signifikan dalam persediaan minyak mentah dan bensin di Amerika Serikat, yang mengindikasikan permintaan yang lebih lemah.

    Selain itu, kekhawatiran tentang perang dagang baru antara China dan AS semakin memicu ketakutan akan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.

    Dikutip dari CNBC, kamis (6/2/2025), harga minyak untuk kontrak berjangka minyak mentah Brent ditutup turun USD 1,59, atau 2,09%, menjadi USD 74,61 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,67, atau 2,3%, menjadi USD 71,03 per barel.

    Administrasi Informasi Energi AS melaporkan pada hari Rabu bahwa persediaan minyak mentah AS meningkat tajam minggu lalu, di tengah kilang yang melakukan pemeliharaan karena permintaan bensin yang lemah.

    Para kilang saat ini tidak membutuhkan minyak mentah, kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York. Mereka bergegas melakukan pemeliharaan, mengingat lemahnya permintaan bensin yang kita lihat, tambahnya.

    Kekhawatiran akan perang dagang baru antara AS dan China, importir energi terbesar dunia, juga menekan harga.

    Pada hari Selasa, China mengumumkan tarif atas impor minyak, gas alam cair, dan batu bara AS sebagai balasan atas tarif yang diterapkan AS pada ekspor China, yang menyebabkan WTI turun 3% pada titik terendah sesi, terendah sejak 31 Desember.

    Pengenaan tarif oleh China pada impor AS mengurangi permintaan untuk komoditas tersebut, yang perlu dialihkan ke pasar lain, kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates.

  • Harga Minyak Mentah Makin Mahal Dampak Serangan Drone Ukraina ke Rusia – Page 3

    Donald Trump Ingin Harga Minyak Dunia Turun, Indonesia Bisa lebih Untung – Page 3

    Sebelumnya, harga minyak anjlok lebih dari 2% pada hari Rabu, setelah laporan menunjukkan peningkatan signifikan dalam persediaan minyak mentah dan bensin di Amerika Serikat, yang mengindikasikan permintaan yang lebih lemah.

    Selain itu, kekhawatiran tentang perang dagang baru antara China dan AS semakin memicu ketakutan akan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.

    Dikutip dari CNBC, kamis (6/2/2025), harga minyak untuk kontrak berjangka minyak mentah Brent ditutup turun USD 1,59, atau 2,09%, menjadi USD 74,61 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,67, atau 2,3%, menjadi USD 71,03 per barel.

    Administrasi Informasi Energi AS melaporkan pada hari Rabu bahwa persediaan minyak mentah AS meningkat tajam minggu lalu, di tengah kilang yang melakukan pemeliharaan karena permintaan bensin yang lemah.

    Para kilang saat ini tidak membutuhkan minyak mentah, kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York. Mereka bergegas melakukan pemeliharaan, mengingat lemahnya permintaan bensin yang kita lihat, tambahnya.

    Kekhawatiran akan perang dagang baru antara AS dan China, importir energi terbesar dunia, juga menekan harga.

    Pada hari Selasa, China mengumumkan tarif atas impor minyak, gas alam cair, dan batu bara AS sebagai balasan atas tarif yang diterapkan AS pada ekspor China, yang menyebabkan WTI turun 3% pada titik terendah sesi, terendah sejak 31 Desember.

    Pengenaan tarif oleh China pada impor AS mengurangi permintaan untuk komoditas tersebut, yang perlu dialihkan ke pasar lain, kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates.

  • Harga Minyak Naik Hampir 1 Persen, Pasar Tunggu Arah Kebijakan Donald Trump

    Harga Minyak Naik Hampir 1 Persen, Pasar Tunggu Arah Kebijakan Donald Trump

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah pada Kamis (7/11/2024) melonjak hampir 1% seiring investor mulai mengevaluasi dampak kebijakan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) terhadap pasokan minyak.

    Sementara itu, para pengebor bersiap menghadapi Badai Rafael dengan memangkas produksi. Kenaikan ini tertahan oleh penguatan dolar dan penurunan impor minyak mentah di China.

    Dilansir dari Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup naik 71 sen atau 0,95%, menjadi US$ 75,63 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 67 sen atau 0,93% menjadi $72,36 per barel.

    Menurut Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow, kenaikan harga minyak ini didorong oleh harapan bahwa pemerintahan Trump akan memperketat sanksi terhadap Iran dan Venezuela, yang diperkirakan akan mengurangi pasokan minyak di pasar

    “Pasar sekarang mengantisipasi langkah kebijakan apa yang akan diambil oleh Donald Trump, dan reaksi terhadap prospek ini sangat kuat,” ujar Lipow.

    Pada masa jabatannya sebelumnya, Trump menerapkan sanksi yang lebih keras terhadap sektor minyak Iran dan Venezuela, yang sempat dicabut oleh pemerintahan Joe Biden, tetapi diberlakukan kembali.

    Selain itu, dukungan untuk harga minyak juga datang dari keputusan Federal Reserve (The Fed) yang menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran 4,50%-4,75%.

  • Harga Minyak Naik Hampir 1 Persen, Pasar Tunggu Arah Kebijakan Donald Trump

    Harga Minyak Kembali Jatuh di Tengah Upaya Akhiri Perang di Lebanon

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak berakhir sedikit lebih rendah pada Selasa (29/10/2024), memperpanjang penurunan lebih dari 6% dari sesi sebelumnya, menyusul laporan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mengadakan pertemuan untuk mencari solusi diplomatik terkait perang di Lebanon.

    Minyak mentah Brent turun 30 sen atau 0,4% menjadi US$ 71,12 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 17 sen atau 0,3% menjadi US$ 67,21 per barel.

    Dilansir dari Reuters, Netanyahu dijadwalkan bertemu dengan para menteri serta pejabat militer dan intelijen Israel untuk membahas upaya diplomasi terkait konflik di Lebanon. Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei menyatakan bahwa Iran akan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada sebagai respons atas serangan Israel.

    Selain itu, lemahnya permintaan minyak dari China, importir minyak terbesar dunia, terus membebani konsumsi dan menekan harga minyak global.

    CEO BP Murray Auchincloss mengungkapkan, permintaan diperkirakan akan pulih ke tingkat normal setelah Presiden China Xi Jinping meluncurkan kebijakan stimulus baru untuk ekonomi negaranya.

    Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow menambahkan, pasar mencoba untuk melakukan pemulihan, tetapi tetap tertekan oleh lemahnya permintaan dari China dan kekhawatiran tentang peningkatan pasokan.