Tag: Amran Sulaiman

  • DPR Cecar Bos Bulog soal 300.000 Ton Beras Berkutu, Kerugian Tembus Rp3,6 Triliun

    DPR Cecar Bos Bulog soal 300.000 Ton Beras Berkutu, Kerugian Tembus Rp3,6 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA — Anggota DPR RI mencecar bos Perum Bulog terkait temuan 300.000 ton beras di gudang Bulog berkutu yang sempat menghebohkan pada awal 2025. Total kerugian diperkirakan mencapai Rp3,6 triliun. 

    Hal itu disampaikan Anggota DPR Komisi VI Mufti Anam di hadapan Direktur Utama Perum Bulog Novi Helmy Prasetya dalam Rapat Dengar Pendapat (RPD) dengan Komisi VI di Kompleks Senayan, DPR, Jakarta, Selasa (29/4/2025).

    Menurut kalkulasi dari fraksi dari PDI Perjuangan itu, kerugian dari 300.000 ton beras yang berkutu di gudang Bulog hampir mencapai sekitar Rp3,6 triliun.

    “Di awal 2025 ada berita yang sedikit mengganggu pikiran kami yaitu ada 300.000 ton beras di gudang Bulog yang rusak. Kalau saya hitung-hitung 300.000 ton x 1.000 kg x Rp12.000 itu duitnya banyak sekali, pak, Rp3,6 triliun duit negara yang dibuang sia-sia, Pak Novi,” kata Mufti.

    Untuk itu, dia meminta agar Perum Bulog melakukan langkah mitigasi agar tidak terjadi kejadian serupa di masa mendatang di gudang Bulog.

    “Harapan kami apa yang terjadi itu untuk bagaimana dimitigasi agar ke depan tidak terjadi lagi sesuatu yang sia-sia,” ujarnya.

    Menurut Mufti, Perum Bulog perlu melakukan kerja sama dengan instansi yang memiliki gudang, lantaran gudang yang dimiliki Bulog juga terbatas. Namun, dia meminta agar Perum Bulog menginformasikan standarisasi gudang penyimpanan, seperti standar kelembaban untuk menjaga beras agar tetap aman.

    Menanggapi hal itu, Novi menjelaskan bahwa beras 300.000 ton yang berkutu sudah memasuki usia simpan 6 bulan. Meski begitu, dia mengeklaim kondisi dari 300.000 ton beras tersebut masih dalam kondisi baik.

    “Beras yang 300.000 ton kemarin itu adalah usianya memang antara simpan 6 bulan, cuma masih dalam kondisi baik. Kita melaksanakan pemeliharaan itu secara berkala dan sudah dilaksanakan kemarin beras yang ada,” terangnya.

    Dalam hal susut beras, lanjut dia, batas toleransi Bulog adalah 0,02% per bulan dan Bulog akan menyimpan setelah memasuki 6 bulan.

    Dalam catatan Bisnis, Ketua Komisi IV DPR Siti Hediati Soeharto atau Titiek Soeharto mengaku menemukan beras sisa impor tahun lalu di dalam gudang Bulog di Yogyakarta yang sudah terserang kutu.

    “Kami meninjau gudang Bulog, di situ kami menemukan masih banyak beras-beras sisa impor yang lalu di dalam gudang bulog itu yang sudah banyak kutunya,” kata Titiek dalam Rapat Kerja (Raker) Komisi IV dengan Menteri Pertanian di DPR, Selasa (11/3/2025).

    Untuk itu, Titek menilai kondisi beras impor yang terserang kutu sudah tidak layak dikonsumsi masyarakat. Dia pun meminta agar Kementan untuk menindak lebih lanjut temuan beras yang berkutu itu.

    “Beras sisa impor kemarin itu, kan ada di dalam gudang Bulog, itu diapain? Kalau ditunggu lagi takut nanti, kalau dilepas ke pasar nggak untuk dijual, sudah nggak bisa dijual lagi, orang saya ke sana sudah ada kutunya kok,” tuturnya.

    Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebut Perum Bulog telah melaporkan ada sebanyak 100.000–300.000 ton beras sisa impor di gudang Bulog yang sudah tak layak konsumsi.

    “Memang Bulog sudah melaporkan juga ada 100.000—300.000 [ton] seluruh Indonesia dari 2 juta [ton], ini sudah masuk dalam list, termasuk Yogya. tetapi nanti kami tanya lagi, kalau bisa dipercepat yang di Yogya,” terang Amran.

    Namun, Amran menegaskan bahwa Kementan sudah sepakat beras yang terserang kutu itu tidak boleh dikonsumsi oleh masyarakat. Selain itu, beras tersebut juga tidak boleh diperuntukkan menjadi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

    “Kami sudah sepakat tidak boleh untuk masyarakat. tidak boleh untuk sphp, tidak boleh untuk bantuan, itu dikeluarin, nanti itu diperhitungkan karena tidak serta merta busuk langsung kita keluarin,” tandasnya.

  • Indonesia Mampu Tiga Kali Panen Padi dalam Setahun, Jepang Belajar dari Mentan Amran

    Indonesia Mampu Tiga Kali Panen Padi dalam Setahun, Jepang Belajar dari Mentan Amran

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang, Eto Taku, menyampaikan kekagumannya atas capaian Indonesia yang mampu melakukan tiga kali panen padi dalam setahun.

    Hal ini diungkapkan dalam pertemuannya dengan Menteri Pertanian Indonesia (Mentan), Andi Amran Sulaiman, hari ini di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (29/4/2025).

    Menteri Eto Taku mengungkapkan bahwa di Jepang, hanya wilayah tertentu seperti Okinawa yang mampu dua kali panen dalam setahun.

    Ia menambahkan bahwa untuk meningkatkan produktivitas, Jepang biasanya melakukan diversifikasi dengan menanam gandum, jagung, atau kedelai secara bergantian.

    “Kami sangat kagum Indonesia bisa tiga kali panen. Di Jepang, hanya beberapa daerah yang mampu dua kali panen,” ujar Menteri Eto Taku.

    Dalam pertemuan tersebut, kedua menteri membahas berbagai langkah strategis untuk memperkuat kerja sama di sektor pertanian, khususnya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global.

    Mentan Amran menekankan bahwa perubahan iklim telah berdampak besar terhadap sektor pertanian di seluruh dunia, termasuk Indonesia dan Jepang. Suhu yang tinggi menyebabkan penurunan produksi serta berpotensi menurunkan kesejahteraan petani akibat rendahnya produktivitas.

    Pada kesempatan tersebut, Mentan Amran menyampaikan rasa syukurnya karena Indonesia berhasil memitigasi risiko dan dampak iklim sepanjang tahun lalu sehingga berdampak pada peningkatan produksi pertanian nasional.

    “Saat ini stok beras yang ada di gudang Bulog sebesar 3.300.000 ton, kemungkinan dalam 10-15 hari ke depan menjadi 4 juta ton beras, karena penyerapan per hari mecapai 50 ribu ton, angka ini tertinggi dalam 20 tahun terkahir, “ ungkap Mentan Amran

  • Mentan Amran: Peningkatan Produksi Pertanian pada Januari-Maret 2025 Mencapai 62 Persen – Halaman all

    Mentan Amran: Peningkatan Produksi Pertanian pada Januari-Maret 2025 Mencapai 62 Persen – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman menyampaikan, adanya peningkatan produksi pertanian di triwulan I-2025.

    Disampaikan Amran saat menerima kunjungan Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang, Eto Taku. Amran menunjukkan peningkatan signifikan produksi pertanian Indonesia di tengah tantangan iklim ekstrem.

    “Persoalan yang dihadapi Indonesia dan Jepang sama yaitu perubahan iklim ekstrem dan Indonesia telah melakukan berbagai upaya. Hasilnya peningkatan produksi sebesar 62 persen pada Januari-Maret 2025,” ujar Amran di Jakarta, Selasa (29/4/2024).

    Amran memaparkan beberapa upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan produksi padi. Salah satunya pemanfaatan teknologi dan pertanian modern.

    Dia menjelaskan Indonesia telah mengembangkan varietas unggul spesifik lokasi yang adaptif dengan kondisi lahan dan produktivitasnya tetap tinggi.

    “Pertama, kita menciptakan varietas tahan kekeringan, namanya padi gogo, dengan sedikit air tetapi tanaman tetap dapat tumbuh,” jelasnya.

    Tak hanya lahan kering, Amran juga memaparkan terobosan di lahan rawa. Indonesia mempunyai potensi lahan rawa mineral sebanyak 1 juta hektare. 

    Produktivitasnya dapat ditingkatkan dari sebelumnya hanya menghasilkan 3 ton per hektare menjadi 5–7 ton per hektare dengan menggunakan varietas unggul padi Inpara. Selain itu, terdapat varietas Biosalin yang dapat digunakan pada lahan pesisir yang terdampak intrusi air laut.

    “Intinya, kami mengembangkan varietas yang mampu beradaptasi baik dengan kondisi iklim kering maupun dengan air asin. Ini adalah bentuk kesiapan Indonesia menghadapi perubahan iklim global,” tegas Amran.

    Selain varietas unggul, Mentan Amran mengemukakan program pompanisasi yang digencarkan juga berdampak pada peningkatan produksi padi Indonesia.

    “Ketiga adalah kita lakukan intensifikasi lahan biasanya menanam 1 kali, kita lakukan pompanisasi sehingga bisa menanam 2-3 kali,” ungkapnya.

  • Jalankan Perintah Prabowo, Mentan Amran Pastikan RI Ekspor Beras ke Sejumlah Negara – Halaman all

    Jalankan Perintah Prabowo, Mentan Amran Pastikan RI Ekspor Beras ke Sejumlah Negara – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memastikan Indonesia siap mengekspor beras ke negara-negara sahabat, sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto. 

    Langkah ini diambil setelah produksi beras nasional mengalami lonjakan besar, dengan stok beras di gudang Perum Bulog mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.

    Dalam 15 hari ke depan, stok beras pemerintah diperkirakan menembus angka 4 juta ton. 

    Hingga 28 April 2025, Bulog telah menyewa gudang tambahan untuk menampung 1,15 juta ton beras. 

    Serapan harian Bulog saat ini tercatat sebesar 51.530 ton per hari, sehingga stok beras nasional di gudang Bulog telah 
    mencapai 3.256.428 ton.

    Tak hanya beras, produksi jagung nasional juga melimpah seiring panen raya yang berlangsung. 

    Namun, serapan jagung dari petani belum optimal akibat keterbatasan kapasitas gudang Bulog. 

    Kondisi ini menyebabkan harga jagung di tingkat petani saat panen hanya berkisar Rp3.700–Rp3.800 per kilogram, jauh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan sebesar Rp5.500 per kilogram.

    Mentan Amran menegaskan, pemerintah bergerak cepat untuk mengantisipasi kondisi ini. 

    “Serapan beras Bulog mencapai 1,3 juta ton hanya dalam bulan April. Ini belum pernah terjadi dalam sejarah. Karena itu, Presiden telah memerintahkan untuk segera membangun gudang-gudang sementara guna menampung produksi beras dan jagung yang luar biasa tahun ini,” ujar Amran dalam keterangannya, Selasa (29/4/2025).

    Lebih lanjut, Amran menjelaskan bahwa saat ini Indonesia mengalami surplus produksi yang besar, tidak hanya pada beras dan jagung, tetapi juga pada telur ayam, daging ayam, dan ubi kayu. 

    Melimpahnya produksi ini di satu sisi merupakan pencapaian besar, namun di sisi lain berisiko menurunkan harga di tingkat petani. 

    Untuk itu, ekspor menjadi salah satu solusi penting. Saat ini, nilai ekspor pertanian Indonesia setiap tahun mencapai Rp500–600 triliun, yang didominasi oleh produk CPO, kopi, kelapa dalam, karet, kakao dan lainnya.

    Dalam situasi ini, prioritas utama pemerintah tetap memastikan kecukupan pangan dalam negeri. Namun, dengan kondisi stok yang sangat memadai, Indonesia kini siap mengekspor beras ke negara-negara yang membutuhkan.

    “Kita akan memberikan akses pasar yang luas bagi beras petani kita. Fokus utama kita adalah kecukupan dalam negeri, dan Alhamdulillah saat ini swasembada beras sudah di depan mata. Setelah kebutuhan nasional aman, kita siap mengekspor beras,” ujarnya.

    Mentan menambahkan bahwa ekspor beras ini bukan semata-mata bertujuan untuk perdagangan, melainkan sebagai bagian dari misi kemanusiaan, sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.

    “Sesuai arahan Bapak Presiden, ekspor beras ini lebih pada misi kemanusiaan. Yang penting biaya produksi dan distribusi tertutupi. Ini adalah bukti bahwa bangsa Indonesia kini menjadi bangsa yang mampu membantu, bukan hanya meminta,” jelas Amran.

    Ia juga menyampaikan apresiasinya terhadap keberpihakan penuh Presiden kepada petani, yang mendorong peningkatan stok beras secara signifikan dalam waktu singkat.

    “Dalam empat bulan, stok kita naik secara eksponensial. Ini berkat keberpihakan penuh Bapak Presiden kepada petani dan semangat luar biasa dari para petani di seluruh Indonesia,” imbuhnya.

    Badan Pusat Statistik (BPS) turut mengonfirmasi lonjakan produksi tersebut. 

    Dalam rilis terbarunya, BPS memproyeksikan produksi beras nasional pada Januari–Mei 2025 mencapai 16,62 juta ton, meningkat 1,83 juta ton atau 12,40 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 14,78 juta ton.

    Sebelumnya, dalam acara peluncuran Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Presiden Prabowo Subianto juga telah mengizinkan Indonesia mengekspor beras ke beberapa negara, setelah menerima laporan dari Menteri Pertanian dan Menko Pangan mengenai permintaan dari negara-negara sahabat.

    “Saya dapat laporan dari Menteri Pertanian, Menko Pangan, beberapa negara meminta agar kita kirim beras ke mereka. Saya izinkan! Dan saya perintahkan kirim beras ke mereka,” kata Presiden Prabowo.

    Presiden juga menegaskan bahwa ekspor beras ini harus berlandaskan prinsip kemanusiaan.

    “Kalau perlu, atas dasar kemanusiaan, kita jangan terlalu mencari untung besar. Yang penting, ongkos produksi, angkutan, dan administrasi tertutupi. Kita buktikan bahwa bangsa Indonesia sekarang adalah bangsa yang bisa membantu dan memberi kepada bangsa lain, bukan bangsa yang minta-minta,” tegas Prabowo.

  • Mentan Amran: RI Setujui Tawaran Jepang soal Impor Susu, Asalkan…

    Mentan Amran: RI Setujui Tawaran Jepang soal Impor Susu, Asalkan…

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia dan Jepang membahas potensi peningkatan kerja sama di sektor pertanian, utamanya untuk komoditas susu sapi, minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), dan beras.

    Peluang kerja sama RI-Jepang tersebut dibahas dalam pertemuan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dengan Menteri Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang Taku Eto di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta Selatan, Selasa (29/4/2025).

    Dalam pertemuan itu, Amran mengungkap bahwa Jepang meminta agar produksi susu dari Negeri Sakura bisa masuk ke pasar Indonesia. 

    Penawaran tersebut lantas menjadi pertimbangan Indonesia, mengingat Indonesia masih membutuhkan pasokan susu dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan nasional.

    “Susu diminta untuk masuk ke Indonesia. Kan kita butuh, masih butuh banyak susu. Aku katakan oke,” kata Amran dalam konferensi pers, Selasa (29/4/2025). 

    Sebagai gantinya, Amran meminta agar ekspor CPO ke Jepang dapat ditingkatkan. Adapun melansir laman resmi Malaysian Palm Oil Council (MPOC), Selasa (29/4/2025), Jepang merupakan salah satu importir minyak sawit terbesar di kawasan ini. 

    Malaysia dan Indonesia merupakan negara eksportir komoditas ini ke Jepang, dengan Malaysia mendominasi 65% pangsa pasar diikuti Indonesia sebanyak 35%.

    Selain susu dan CPO, kedua negara juga membahas peluang kerja sama teknologi untuk memitigasi risiko iklim yang tidak menentu, utamanya untuk tanaman padi 

    Dalam hal ini, Amran menyebut bahwa Taku Eto sempat menanyakan varietas tanaman padi yang dapat dibudidayakan di segala situasi.

    “Jenis varietasnya adalah infarabiosaline. Kemudian yang kedua, padi gogo. Jadi dua itu, kita Indonesia menciptakan benih yang adaptasi pada air asin, adaptasi pada lingkungan, adaptasi pada kekeringan, adaptasi pada air tawar dan asin. Itu kata kunci, itu yang ditanyakan tadi,” tuturnya. 

  • Mentan Amran Bangga Bukan Main, Serapan Beras Sebulan Capai Rekor

    Mentan Amran Bangga Bukan Main, Serapan Beras Sebulan Capai Rekor

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengungkapkan rasa bangga atas capaian luar biasa dalam penyerapan beras petani sepanjang bulan April 2025 ini.

    Amran menyebutkan, serapan beras nasional pada bulan April ini mencapai angka tertinggi dalam satu bulan selama puluhan tahun terakhir.

    “Ini tertinggi serap beras 1 bulan. Sudah terserap 950.000 ton per hari ini. Masih ada 2 hari lagi untuk 1 bulan. Itu baru 1 bulan, bulan April. Clear ya? Bulan April, serapannya lebih dari 1 juta ton,” ungkap Amran kepada wartawan di kantornya, Selasa (29/4/2025).

    Dia menuturkan, hingga pagi tadi, stok serapan sudah bertambah lagi.

    “Sekarang 950.000. Tadi pagi 50.000 ton berarti 2 hari lagi itu bisa 1.050.000 ton. Itu kebanggaan kita. Dan mungkin 20-30 tahun tidak pernah terjadi,” ujarnya.

    Ia membandingkan capaian kali ini dengan kinerja lima tahun terakhir, di mana rata-rata serapan beras dalam setahun hanya sekitar 1,2 juta ton. Artinya, dalam waktu hanya satu bulan, Indonesia hampir mampu menyamai angka setahun penuh.

    “5 tahun terakhir hanya 1,2 jutaan, 1 tahun. Ini 1 bulan, per hari ini 950.000 ton. Nah itu berita gembira,” pungkasnya.

    (wur)

  • Mentan Jepang Datangi Kantor Kementan, Amran Tawari Bibit Padi ‘Ajaib’

    Mentan Jepang Datangi Kantor Kementan, Amran Tawari Bibit Padi ‘Ajaib’

    Jakarta, CNBC Indonesia – Hubungan kerja sama Indonesia dan Jepang di sektor pertanian berpotensi semakin erat. Menteri Pertanian (Mentan) RI, Amran Sulaiman menerima kunjungan Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang, Taku Eto, pada Selasa pagi (29/4/2025), di kantor Kementerian Pertanian RI.

    Pertemuan yang dimulai sejak pukul 08.30 WIB itu membahas berbagai peluang kerja sama strategis, terutama terkait komoditas beras, minyak sawit mentah (CPO), dan susu sapi. Amran mengatakan, dalam pertemuan bilateral tersebut, kedua negara saling bertukar pandangan terkait dampak perubahan iklim global yang semakin nyata menghantam sektor pertanian.

    “Jadi kita menghadapi kondisi yang sama, climate change, perubahan iklim global. Dampaknya luar biasa pada seluruh negara di dunia, yang terpukul adalah sektor pertanian. Suhu tinggi, luar biasa panas. Sehingga produksinya turun,” jelas Amran kepada wartawan usai pertemuan.

    Menurutnya, kondisi ini mendorong Indonesia dan Jepang untuk berkolaborasi dalam membangun sistem pertanian modern yang tangguh menghadapi perubahan iklim.

    “Kita kerja sama. Kami sampaikan Indonesia adalah lahan yang sangat subur. Kemudian sumber airnya cukup. Nantinya kita membentuk klaster bersama. Klaster itu adalah pertanian modern yang bisa memitigasi risiko kekurangan pangan,” tuturnya.

    Foto: Menteri Pertanian (Mentan) RI, Amran Sulaiman di kantor Kementerian Pertanian RI, pada Selasa pagi (29/4/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
    Menteri Pertanian (Mentan) RI, Amran Sulaiman di kantor Kementerian Pertanian RI, pada Selasa pagi (29/4/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

    Adapun mengenai bentuk kerja sama, Amran menegaskan Indonesia mengajak Jepang untuk berinvestasi langsung di sektor pertanian. “Iya, kami minta investasi,” ucap dia.

    Salah satu isu menarik yang dibahas adalah potensi ekspor beras dan/atau benih ke Jepang. Amran menawarkan keunggulan varietas lokal yang mampu bertahan di tengah cuaca ekstrem.

    “Yang ditanyakan varietas apa yang ditanam sehingga bisa tahan? Satu varietas yang tahan kekeringan. Yang kedua, tahan pada rawa air asin. Namanya, jenis varietasnya adalah infara biosolid. Kemudian yang kedua padi gogo,” jelasnya.

    Soal kemungkinan ekspor bibit unggul ini ke Jepang, Amran menekankan hal itu akan diputuskan dalam pembahasan teknis lanjutan. Meski belum diputuskan secara resmi, Amran membuka peluang kerja sama teknologi lebih dahulu sebelum membahas ekspor beras dan/atau benih.

    “Nanti kita lihat. Kita yang penting dulu kerja sama teknologi untuk memitigasi risiko iklim. Kita kerjasama dulu,” katanya.

    Tak hanya beras, peluang besar juga terbuka pada komoditas lain seperti CPO dan susu sapi. Dalam pertemuan itu, Jepang menyampaikan minat untuk memperluas ekspor susu ke Indonesia, sedangkan Indonesia menawarkan peningkatan ekspor CPO ke Negeri Sakura.

    “Yang kami tawarkan tadi, CPO. Susu diminta untuk masuk ke Indonesia, karena kita masih butuh banyak susu. Aku katakan oke, tapi aku tingkatkan ekspor CPO ke Jepang,” papar Amran.

    Soal bentuk investasi, Amran menjelaskan bahwa detail teknisnya akan dibahas lebih lanjut. Namun yang pasti, sertifikasi halal untuk produk Jepang menjadi salah satu agenda penting.

    “Nanti dibahas secara teknis. Tapi yang terpenting tadi, mereka mau sertifikasi halal, kemudian susu ke Indonesia. Kami katakan kami punya CPO yang besar, itu ada 5 juta ton. Nanti ditingkatkan seperti pada saat kami ke Yordania,” pungkasnya.

    (wur)

  • Program PHLN Kementan dalam Pengembangan Petani di Subang Siap Direplikasi ke Luar Negeri – Halaman all

    Program PHLN Kementan dalam Pengembangan Petani di Subang Siap Direplikasi ke Luar Negeri – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman menyebut Indonesia membutuhkan para pemuda untuk masuk menjadi petani yang berpenghasilan tinggi. 

    Dia yakin dengan mendorong petani menjadi petani modern akan menjadikan Indonesia Emas 2045. 

    Menjadikan petani modern salah satunya digagas lewat Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) yang dilaksanakan di Indonesia, khususnya di Kabupaten Subang, Jawa Barat. 

    Bahkan, International Fund for Agricultural Development (IFAD) memberikan apresiasi terhadap program tersebut.

    Apalagi, program ini dinilai berhasil memberdayakan pemuda pedesaan dan menjadi model yang berpotensi direplikasi di negara berkembang lainnya.

    “Kuncinya ada 60 persen generasi milenial dan generasi Z. Kita harus dorong pertanian yang menguntungkan menggunakan teknologi tinggi sehingga masuk ke sektor pertanian,” kata Amran.

    Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti pun mengatakan, Program YESS hadir untuk melakukan regenerasi petani. 

    Dia menegaskan jika negara tidak menyiapkan generasi muda untuk masuk ke sektor pertanian, maka akan terjadi kekosongan pelaku usaha tani ke depan.

    “Petani tua akan berkurang secara alamiah, dan tanpa regenerasi yang dirancang dengan baik, kita bisa kehilangan keberlanjutan,” ujarnya.

    Sementara, Penasihat Utama Portofolio IFAD untuk Kawasan Asia dan Pasifik, Kaushik Barua menyebut program tersebut telah meningkatkan pendapatan para petani.

    “Kami datang ke Subang untuk memahami kemajuan proyek ini, termasuk kontribusinya terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, keberlanjutan kehidupan, dan perkembangan sektor pertanian,” ujar Kaushik Barua, Senin (28/4/2025).

    Dia menilai pelatihan, akses permodalan, serta peningkatan kapasitas yang diberikan dalam program YESS telah membuka banyak peluang bagi generasi muda desa.

    “Ini adalah model yang sangat menarik dan punya potensi besar untuk diterapkan di negara-negara lain,” tambahnya.

    Sementara itu, Project Manager YESS PPIU Jawa Barat, Aminuddin menjelaskan program YESS telah berjalan sejak 2021 dan menjangkau lebih dari 83.000 penerima manfaat. Berbagai pelatihan dan pendampingan telah dilakukan, mulai dari pelatihan dasar, lanjutan, hingga kemitraan. 

    Aminudin menambahkan, keberhasilan ini tak lepas dari strategi yang diterapkan, antara lain pembentukan 27 klaster usaha tani, pembentukan koperasi pemuda tani di setiap kabupaten, serta perlindungan hukum melalui SK Bupati untuk menjaga keberlanjutan program.

    Plt. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Subang Maman Firmansyah, juga mengungkapkan optimisme terhadap dampak program YESS. 

    Menurut dia, sektor pertanian di Subang selama ini didominasi oleh petani berusia lanjut. Dengan hadirnya YESS, diharapkan anak-anak muda kembali tertarik menekuni pertanian sebagai profesi yang menjanjikan.

    “Subang termasuk tiga besar lumbung padi di Jawa Barat. Semoga program ini bisa membangkitkan semangat pemuda dan menumbuhkan rasa memiliki terhadap sektor pertanian,” tandasnya.

     

  • Dialog Bersama Delegasi SSTC, Kementan Klaim Programnya Jadi Inspirasi Negara Lain – Halaman all

    Dialog Bersama Delegasi SSTC, Kementan Klaim Programnya Jadi Inspirasi Negara Lain – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) menyambut hangat kunjungan delegasi forum kerja sama Selatan-Selatan dan Triangular (South-South and Triangular Cooperation/SSTC) untuk berdialog mengenai pelaksanaan Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS).

    Sebanyak 12 peserta dari lima negara meninjau langsung lokasi pelatihan dan implementasi Program YESS. 

    Tinjauan ini merupakan bagian dari agenda pembelajaran lintas negara terkait praktik-praktik baik dalam pemberdayaan generasi muda di sektor pertanian.

    Setelah peninjauan, para peserta SSTC melakukan dialog bersama para penentu kebijakan Program YESS. 

    Mereka mengajukan berbagai pertanyaan, termasuk kebijakan strategis yang diambil pemerintah Indonesia untuk mendorong tumbuhnya petani milenial.

    Komitmen untuk menjadikan generasi muda sebagai pilar pertanian masa depan terus digencarkan oleh Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman. 

    Dia menyatakan bahwa keterlibatan generasi muda akan mempercepat pencapaian visi Indonesia Emas 2045.

    Amran menjelaskan transformasi pertanian tradisional menuju pertanian modern dapat menekan biaya, meningkatkan produksi secara signifikan, serta menyerap lebih banyak tenaga kerja muda.

    “Jika tiga instrumen—lahan, milenial, dan teknologi—kita optimalkan, maka pertanian Indonesia akan menjadi kunci menuju Indonesia Emas,” katanya dalam keterangannya, Minfgu (27/4/2025).

    Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menyambut langsung para delegasi dan menyampaikan rasa bangganya atas kepercayaan yang diberikan untuk menjadikan Program YESS sebagai lokasi studi banding antarnegara.

    Idha menjelaskan bahwa Program YESS yang telah berjalan selama lima tahun, secara aktif mendorong keterlibatan generasi muda dalam sektor pertanian. 

    Melalui pelatihan, peningkatan kapasitas, pendampingan usaha, serta fasilitasi akses ke pasar dan pembiayaan, YESS menjadi wadah strategis dalam menyiapkan petani milenial yang mandiri dan inovatif.

    “Banyak kegiatan yang sudah dilakukan YESS untuk menarik minat generasi muda agar tidak hanya menjadi petani, tapi juga pelaku agribisnis yang adaptif terhadap perubahan zaman,” ujar Idha.

    Dia juga menekankan pentingnya pertukaran pengalaman teknis antarnegara dalam forum SSTC ini. 

    “Saya memahami bahwa para delegasi SSTC adalah pengelola proyek di negaranya masing-masing. Meski konteksnya berbeda, prinsip-prinsipnya bisa diadaptasi,” jelasnya.

    Menurutnya, keberhasilan YESS tak lepas dari pendekatan desain proyek yang berbasis pada kebutuhan lapangan. 

    Timnya melakukan pemetaan menyeluruh, belajar dari proyek serupa sebelumnya, serta mendengar langsung masukan dari petani dan anak muda.

    “Pendekatan kami tidak hanya top-down, tetapi juga bottom-up. Ini penting agar program menjawab tantangan nyata regenerasi petani,” tegasnya.

    Idha mengingatkan bahwa jika negara tidak menyiapkan generasi muda untuk masuk ke sektor pertanian, maka akan terjadi kekosongan pelaku usaha tani ke depan.

    “Petani tua akan berkurang secara alamiah, dan tanpa regenerasi yang dirancang dengan baik, kita bisa kehilangan keberlanjutan,” tambahnya.

    Ia juga menyampaikan apresiasi atas penunjukan Program YESS oleh Sekretariat Negara sebagai salah satu program unggulan yang layak dikunjungi oleh delegasi internasional. 

    “Kami telah mendokumentasikan banyak success story dan praktik baik dari Program YESS. Tapi melihat langsung dampaknya di lapangan memberi pemahaman yang lebih kuat dan menyentuh,” katanya.

    Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri Kementerian Sekretariat Negara, Noviyanti, turut mengakui keberhasilan YESS dalam mencetak petani muda. 

    “Program YESS ini terbukti menjadi salah satu success story Kementerian Pertanian. Lebih dari 100 ribu petani milenial di wilayah pedesaan telah merasakan dampaknya,” ujar Noviyanti

    Ia menilai, Program YESS dapat direplikasi di negara-negara peserta delegasi SSTC. Sejak diluncurkan pada 2019, YESS yang merupakan kolaborasi antara Pemerintah Indonesia dan IFAD telah menunjukkan hasil nyata dalam pengembangan ekonomi pedesaan.

    “Ini adalah cerita sukses yang layak dibagikan ke negara-negara lain. Terutama antarnegara berkembang, karena kita punya pengalaman dan tantangan yang serupa,” jelasnya.

    Menurut Noviyanti, pertukaran pengetahuan antarnegara berkembang memiliki nilai praktis yang tinggi karena latar belakang ekonomi, iklim, dan sistem pertaniannya relatif mirip.

    “Kalau dari sisi ekonomi dan musim tanam kurang lebih sama. Hal-hal semacam itu membuat pembelajaran lebih mudah diaplikasikan,” pungkasnya.

  • Miris! Warga Karanganyar Malah Jual Sapi Hibah dari Kementan, Negara Rugi Rp269 Juta

    Miris! Warga Karanganyar Malah Jual Sapi Hibah dari Kementan, Negara Rugi Rp269 Juta

    PIKIRAN RAKYAT – Kasus penjualan sapi hibah di Karanganyar, Jawa Tengah, menjadi sorotan nasional setelah terungkap bahwa bantuan dari Kementerian Pertanian (Kementan) justru disalahgunakan.

    Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta pihak kepolisian bertindak tegas terhadap pelaku karena mencederai program pemerintah untuk petani dan peternak.

    Modus Pemalsuan Kelompok Ternak Fiktif

    Kasus bermula dari seorang karyawan swasta berinisial TM (42), warga Dukuh Kasak, Desa Sroyo, Kecamatan Jaten, Karanganyar. TM diduga memalsukan data kelompok ternak untuk memperoleh bantuan hibah 20 ekor sapi dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementan.

    Menurut Kasat Reskrim Polres Karanganyar, AKP Bondan Wicaksono, TM merekayasa pembentukan kelompok ternak bernama “Maju Terus” seolah-olah aktif sejak 2016. Faktanya, kelompok tersebut baru dibentuk untuk memenuhi syarat memperoleh hibah pada tahun 2021.

    TM juga tidak melaporkan bahwa sembilan dari sepuluh anggota kelompok sudah mengundurkan diri sebelum proses verifikasi.

    “Padahal kelompok ternak tersebut dibuat untuk mendapatkan bantuan pada tahun 2021, dan ketika dilakukan verifikasi CPCL, sembilan orang anggota sudah mengundurkan diri, tetapi tidak disampaikan kepada tim verifikasi,” tutur Bondan.

    Sapi Hibah Dijual dan Disewakan

    Setelah berhasil mendapatkan hibah, TM justru menjual 11 ekor sapi dan menyewakan 7 ekor lainnya tanpa izin dari Dinas Pertanian setempat. Dua ekor sapi lainnya dilaporkan mati akibat tidak dirawat dengan semestinya.

    Tindakan TM ini menyebabkan kerugian keuangan negara yang diukur berdasarkan nilai hibah sebesar Rp269.500.000. Selain itu, dampak ekonomi lebih luas juga terjadi karena terhambatnya pencapaian target pengembangan peternakan di wilayah tersebut.

    “Hal tersebut mengakibatkan kerugian keuangan negara dan atau kerugian perekonomian negara,” ujar Bondan.

    Menteri Pertanian Minta Pelaku Segera Ditangkap

    Menanggapi kasus ini, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan pentingnya penindakan cepat tanpa harus menunggu proses pengawasan lebih lanjut.

    “Oh, harus ditindak, sampaikan harus ditindak,” ucapnya saat ditemui dalam Rapat Koordinasi Nasional bersama 5.000 Penyuluh Pertanian di Jakarta, Sabtu 26 April 2025.

    Amran menyatakan, Dirjen PKH telah diperintahkan untuk segera berkoordinasi dengan Polres Karanganyar agar pelaku langsung diamankan.

    “Polresnya tangkap (pelaku), titik. Tidak usah pengawasan, ditangkap dulu. Nanti diselesaikan karena kalau ada kasus begitu harus ditindaki,” katanya.

    Menurut Amran, ketegasan ini penting untuk memberikan efek jera sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat terhadap program-program hibah pemerintah.

    Proses Hukum Masih Berjalan

    Polres Karanganyar telah menaikkan status kasus ini ke tahap penyidikan sejak 13 November 2024. TM disangkakan melanggar Primair Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 Subsidair Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

    Dalam proses penyidikan, polisi telah mengamankan berbagai barang bukti penting, seperti dokumen proposal, surat-surat resmi, serta bukti transaksi jual beli sapi.

    “Sampai dengan saat ini dugaan tindak pidana tersebut masih dalam pengembangan unit tindak pidana korupsi Satreskrim Polres Karanganyar,” tutur Bondan.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News