Tag: Albert Einstein

  • Waktu di Mars Tak Sama dengan Bumi, Ini Penjelasan Ilmiahnya

    Waktu di Mars Tak Sama dengan Bumi, Ini Penjelasan Ilmiahnya

    Bisnis.com, JAKARTA — Waktu yang selama ini dianggap berjalan sama di mana pun ternyata tidak sepenuhnya benar menurut sains, dan seiring rencana manusia menjelajah serta menetap di luar Bumi, perbedaan laju waktu di planet lain menjadi isu penting yang tidak bisa diabaikan.

    Dalam jurnal astronomi, penelitian fisikawan dari National Institute of Standards and Technology (NIST) di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa jam di Mars berdetak rata-rata sekitar 477 mikrodetik lebih cepat per hari dibandingkan jam di Bumi. Meski tampak sangat kecil, selisih ini bisa berdampak besar ketika waktu di Bumi, Bulan, dan Mars harus disinkronkan dengan presisi tinggi untuk komunikasi dan navigasi antariksa.

    Perbedaan tersebut dijelaskan melalui teori relativitas umum Albert Einstein yang menyatakan bahwa waktu dipengaruhi oleh kekuatan gravitasi. Di wilayah dengan gravitasi kuat, waktu berjalan lebih lambat, sedangkan di wilayah dengan gravitasi lebih lemah, waktu bergerak lebih cepat.

    Selain gravitasi, kecepatan suatu benda saat mengorbit planet atau bintang juga ikut memengaruhi laju waktu.

    Contoh penerapan prinsip ini sudah digunakan dalam kehidupan modern, salah satunya pada satelit GPS. Jam atom pada satelit GPS berdetak sekitar 38 mikrodetik lebih cepat per hari dibandingkan jam di permukaan Bumi karena berada di medan gravitasi yang lebih lemah dan mengalami efek percepatan.

    Disisi lain, menurut ilmuwan NIST Neil Ashby dan Bijunath Patla kemudian merancang sistem pencatatan waktu yang sangat presisi untuk Mars. Sebelumnya, mereka juga menghitung bahwa waktu di Bulan berjalan sekitar 56 mikrodetik lebih cepat per hari dibandingkan Bumi, temuan yang kini menjadi dasar pengembangan standar waktu Bulan setara Coordinated Universal Time (UTC).

    “Masalah tiga benda saja sudah sangat rumit. Sekarang kita berurusan dengan empat: Matahari, Bumi, Bulan, dan Mars,” Tulis Bijunath Patla, Fisikawan NIST.

    Namun, Mars menghadirkan tantangan yang jauh lebih kompleks dibandingkan Bulan. Interaksi gravitasi yang saling memengaruhi ini membuat perhitungan waktu di Mars menjadi jauh lebih sulit.

    Mars memiliki massa sekitar sepersepuluh dari Bumi, sehingga gravitasi permukaannya diperkirakan sekitar lima kali lebih lemah. Selain itu, Mars berada lebih jauh dari Matahari, yakni sekitar 1,5 satuan astronomi, dan memiliki orbit yang lebih lonjong, sehingga gaya gravitasi yang diterimanya berubah-ubah sepanjang tahun.

    Kombinasi faktor tersebut menyebabkan laju waktu di Mars tidak selalu konstan. Meski rata-rata jam di Mars berdetak 477 mikrodetik lebih cepat dari Bumi, selisih ini bisa berubah hingga sekitar 226–266 mikrodetik per hari sepanjang satu tahun Mars yang berlangsung 687 hari Bumi.

    Perbedaan waktu sekecil ini memiliki dampak besar dalam misi antariksa. Cheryl Gramling dari NASA menjelaskan bahwa selisih 56 mikrodetik saja cukup membuat kesalahan posisi sejauh ratusan lapangan sepak bola bagi objek yang bergerak dengan kecepatan cahaya, jika efek relativitas tidak diperhitungkan.

    Karena itu, pembangunan sistem waktu yang akurat dan tersinkronisasi menjadi kunci bagi masa depan eksplorasi antariksa.

    “Jika kita ingin menerjemahkan infrastruktur komunikasi Bumi ke Mars, maka jam-jam harus disinkronkan dengan sangat akurat.” tegasnya.

    Penelitian ini pun menjadi langkah penting menuju terwujudnya kehidupan dan aktivitas manusia di berbagai penjuru Tata Surya. (Angel Rinella)

  • Tesla Siapkan Gaji Rp 16.700 Triliun Buat Elon Musk, Pantaskah?

    Tesla Siapkan Gaji Rp 16.700 Triliun Buat Elon Musk, Pantaskah?

    Jakarta

    Seorang pemimpin hebat tentu aset besar perusahaan, tapi adakah orang yang pantas dihargai USD 1 triliun atau di kisaran Rp 16.700 triliun? Itulah paket gaji yang telah disetujui pemegang saham Tesla untuk Musk, asalkan ia memenuhi target yang mereka tetapkan 10 tahun ke depan.

    Dikutip detikINET dari BBC, selama masa itu ia tidak akan menerima gaji, tapi diperkirakan akan mendedikasikan dirinya pada pekerjaan dengan semangat baru.

    Musk menuai kritik karena mendukung Presiden AS Donald Trump, menebas program pemerintah, dan ikut campur politik luar negeri dengan mendukung sayap kanan. Namun pengagumnya sama banyaknya, yang percaya pada visinya dan tak ragu ia dapat mencapainya. Tampaknya sebagian besar pemegang saham Tesla termasuk dalam kelompok ini.

    Analis keuangan Dan Ives tak heran para pemegang saham setuju. Jika Musk berhasil dan Ives yakin ia akan berhasil, ia akan menciptakan nilai bagi pemegang saham senilai triliunan dolar, sebuah imbalan setimpal. Ives melihat Musk sebagai Albert Einstein modern atau Thomas Edison.

    Tanpa paket gaji luar biasa besar itu, ada risiko dalam beberapa tahun Musk akan hengkang, membawa serta inisiatif kecerdasan buatan (AI) miliknya. “Tesla tanpa Musk ibarat piza tanpa keju,” katanya.

    “Ada perilaku nyentrik, ada pembenci, tapi banyak orang menyukainya. Dan itulah mengapa ia orang terkaya di dunia. Apakah itu membantu menjual mobil di Eropa? Tidak. Tapi apakah itu membantu Tesla memenangkan perlombaan AI? Ya,” cetusnya.

    Aktivitas politik Musk memicu reaksi negatif sebagian pelanggan, termasuk demonstrasi di showroom awal tahun ini. Namun Matt Britzman di Hargreaves Lansdown yang berinvestasi di Tesla, mengatakan dampaknya hanya setetes air di lautan dibanding pendapatan Tesla.

    Jauh dari membebani valuasi perusahaan, ia memperkirakan sekitar sepertiga dari nilai Tesla dapat diatribusikan pada apa yang ia sebut ‘premi Musk’, nilai yang tidak akan ada tanpanya.

    Persyaratannya tampak sangat berat, termasuk mengirimkan 20 juta kendaraan Tesla dan satu juta robot. Satu juta kendaraan Robotaxi self-driving juga harus sudah ada di jalan. Nilai pasar Tesla secara keseluruhan harus meningkat dari USD 1,4 triliun saat ini jadi USD 8,5 triliun.

    Ann Lipton, profesor hukum di University of Colorado menyebut target itu sangat tinggi. Namun, dewan direksi bisa memutuskan kapan beberapa target terpenuhi. “Jika ada kejadian tak terduga menghalanginya mencapai target, dewan direksi tetap dapat menganggapnya telah terpenuhi. Jadi, targetnya mungkin tak seberat kelihatannya,” sebutnya.

    Juga tidak ada persyaratan yang mencegah Musk untuk terus bicara tentang politik atau hal lain. “Bahkan setelah paket gaji diusulkan, ia tidak menarik diri dari komentar politiknya. Jadi menurut saya, paket gaji ini apa pun tujuannya, setinggi apa pun targetnya, takkan menghalanginya terlibat dalam masalah apa pun yang ia inginkan,” cetus Lipton.

    (fyk/fyk)

  • Ngeri! Black Hole Lahap Bintang yang Massanya Lebih Besar dari Matahari

    Ngeri! Black Hole Lahap Bintang yang Massanya Lebih Besar dari Matahari

    Jakarta

    Sebuah lubang hitam telah menghasilkan ledakan energi yang begitu dahsyat. Hal ini terjadi setelah dirinya melahap bintang yang memiliki massa setidaknya 30 kali lebih besar daripada matahari.

    Sebenarnya peristiwa ini belum dikonfirmasi sebagai tidal disruption event (TDE), tapi bila ini berhasil diverifikasi, maka akan menjadi ledakan atau suar energi paling kuat dan terjauh yang pernah tercatat.

    “Jika Anda mengonversi seluruh matahari kita menjadi energi, menggunakan rumus terkenal Albert Einstein E = mc2, sebesar itulah energi yang telah tercurah dari suar ini sejak kita mulai mengamatinya,” kata seorang astronom di City University of New York (CUNY), Borough of Manhattan Community College, dan American Museum of Natural History sekaligus anggota tim peneliti, KE Saavik Ford, dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Live Science, Sabtu (8/11/2025).

    Diketahui kalau temuan ini dapat dengan mudah melampaui pemegang rekor sebelumnya. Jadi pada 2023, fenomena ledakan kosmik bertajuk ZTF20abrbeie atau dikenal sebagai Scary Barbie, diperkirakan telah menelan sebuah bintang dengan massa antara tiga hingga 10 kali massa Matahari.

    Peristiwa ini muncul dari sebuah lubang hitam raksasa, yang juga dikenal sebagai inti galaksi aktif (AGN). Lubang hitam supermasif tersebut diyakini 500 juta kali lebih masif daripada matahari. Namun memang sebenarnya jaraknya sangat jauh, yakni 10 miliar tahun cahaya (sebagai perbandingan, usia alam semesta sekitar 13,8 miliar tahun).

    Selama para astronom mengamati lubang hitam tersebut dalam beberapa bulan, suar bersinar hingga 30 kali lebih terang dari suar lain yang pernah terlihat sebelumnya. Total energi yang dipancarkan atau Luminositas puncaknya bervariasi empat puluh kali lipat selama diamati.

    “Energi menunjukkan objek ini sangat jauh dan sangat terang. Ini tidak seperti AGN mana pun yang pernah kami lihat,” ujar penulis utama Matthew Graham, profesor riset astronomi di California Institute of Technology (Caltech), dalam pernyataannya.

    Saat makalah penelitian ini ditulis, suar yang dimaksud masih berlangsung, meskipun perlahan-lahan mulai memudar. Graham mengatakan suar itu kemungkinan meredup karena bintang tersebut belum sepenuhnya dikonsumsi.

    Meskipun bintang masif yang diduga tercabik-cabik di TDE merupakan temuan langka, kemungkinan ada bintang lain di luar sana. Para peneliti berencana memeriksa data di Zwicky Transient Facility (ZTF) untuk mendapatkan lebih banyak informasi terkait peristiwa ini. Mereka mengatakan Observatorium Vera C. Rubin yang baru selesai mungkin akan menemukan lebih banyak lagi hal baru di luar angkasa sana.

    (hps/asj)

  • Teori Einstein Terbukti Lagi, Ilmuwan Temukan Lubang Hitam Generasi Kedua yang Langka

    Teori Einstein Terbukti Lagi, Ilmuwan Temukan Lubang Hitam Generasi Kedua yang Langka

    Bisnis.com, JAKARTA – Para ilmuwan telah menemukan dua pasang lubang hitam yang bergabung, dan mereka menduga lubang hitam yang lebih besar dalam setiap penggabungan merupakan veteran “generasi kedua” langka dari tabrakan sebelumnya.

    Perilaku tak biasa kedua lubang hitam yang lebih besar ini, yang diamati melalui riak-riak dalam ruang-waktu yang disebut gelombang gravitasi, dijelaskan pada 28 Oktober di The Astrophysical Journal Letters.

    Para ilmuwan mengatakan bahwa kedua penggabungan tersebut memvalidasi hukum fisika yang diprediksi oleh Albert Einstein lebih dari seabad yang lalu dan bahwa peristiwa tersebut membantu para ilmuwan mempelajari lebih lanjut tentang partikel elementer.

    Sebagai contoh, GW241011 menghasilkan sinyal jernih yang memungkinkan para ilmuwan melihat lubang hitam yang lebih besar mengalami deformasi saat berputar, akibat rotasi lubang hitam yang cepat. Tanda yang dihasilkan dalam gelombang gravitasi tersebut sesuai dengan teori Einstein, serta teori matematikawan Roy Kerr, tentang lubang hitam yang berotasi.

    Dilansir dari livescience, lubang hitam yang lebih besar yang baru ditemukan itu berputar cepat dan secara signifikan lebih masif daripada lubang hitam pasangannya yang ditelannya.

    Peristiwa ini diamati dengan Kolaborasi LIGO-Virgo-KAGRA, serangkaian detektor gelombang gravitasi di seluruh dunia yang bertujuan untuk mengamati peristiwa-peristiwa yang mengguncang ruang angkasa seperti penggabungan lubang hitam dan tabrakan bintang neutron.

    Hasilnya “memberikan bukti yang meyakinkan bahwa lubang hitam ini terbentuk dari penggabungan lubang hitam sebelumnya,” ujar rekan penulis studi Stephen Fairhurst, seorang profesor di Universitas Cardiff di Inggris dan juru bicara Kolaborasi Ilmiah LIGO, dalam sebuah pernyataan.

    Penelitian ini didasarkan pada dua penggabungan yang baru terdeteksi yang terjadi hanya berselang satu bulan. Analisis tanda gelombang gravitasi dari peristiwa ini memungkinkan para peneliti untuk menyimpulkan massa, rotasi, dan jarak lubang hitam yang terlibat.

    Pada peristiwa pertama, pada 11 Oktober 2024, para ilmuwan melihat dua lubang hitam, masing-masing berukuran enam dan 20 kali massa matahari — bertabrakan dalam penggabungan yang dikenal sebagai GW241011, sekitar 700 juta tahun cahaya dari Bumi. Lubang hitam yang lebih besar merupakan salah satu lubang hitam dengan rotasi tercepat yang pernah ditemukan.

    Penggabungan kedua, GW241110, ditemukan pada 10 November 2024, dengan lubang hitam yang massanya delapan dan 17 kali massa Matahari. Penggabungan ini lebih jauh, yaitu 2,4 miliar tahun cahaya. Lubang hitam yang lebih besar juga berputar berlawanan arah dengan orbitnya, sesuatu yang belum pernah terlihat sebelumnya.

    “Ini adalah salah satu penemuan kami yang paling menarik sejauh ini,” ujar rekan penulis studi Jess McIver, seorang astrofisikawan di University of British Columbia, dalam pernyataan tersebut.

    “Peristiwa ini memberikan bukti kuat bahwa terdapat kantong-kantong alam semesta yang sangat padat dan sibuk yang mendorong beberapa bintang mati untuk saling mendekat.”

    Peristiwa yang sama juga menghasilkan “dengungan” dalam sinyal gelombang gravitasi, yang tercipta karena lubang hitam yang lebih besar jauh lebih besar daripada yang lebih kecil. (Dengungan tersebut mirip dengan nada instrumen musik, kata para kolaborator.) Pengamatan ini juga membantu mengonfirmasi prediksi Einstein.

  • Cerita Dosen Cambridge Berhasil Autentikasi Violin Albert Einstein hingga Laku Dilelang Rp16,4 Miliar

    Cerita Dosen Cambridge Berhasil Autentikasi Violin Albert Einstein hingga Laku Dilelang Rp16,4 Miliar

    JAKARTA – Dr. Paul Wingfield, seorang komposer sekaligus Direktur Studi musik di Trinity College, Cambridge, tak pernah menyangka bahwa ia akan mengautentikasi violin yang dulunya dimiliki oleh fisikawan legendaris Albert Einstein.

    Adapun, kisah yang terjadi secara tidak terduga itu dimulai saat Wingfield menghadiri acara duka iparnya, Joseph Schwartz. Saat itu, ia melihat salinan buku Einstein for Beginners—yang ditulis bersama oleh Joseph Schwartz—di samping foto keluarga seorang anak laki-laki yang sedang bermain violin.

    Momen tersebut pun memicu terciptanya drama berjudul Einstein’s Violin—sebuah karya yang menggambarkan ulang kehidupan Einstein melalui musik. Demi menulis drama tersebut, Wingfield menghabiskan enam bulan penuh untuk meneliti ketertarikan Einstein pada musik. Ia mengumpulkan setiap hal yang pernah ditulis atau diucapkan oleh sang fisikawan mengenai musik.

    Drama itu sendiri akhirnya ditampilkan perdana pada April lalu di Highgate, London utara, dan didedikasikan sebagai penghormatan kepada Schwartz.

    “Saya mendedikasikan pertunjukan itu untuknya karena saya benar-benar menulisnya untuknya, secara retrospeksi. Dia pasti akan sangat menyukainya,” kata Wingfield, mengutip BBC, Selasa, 14 Oktober.

    Namun setelah salah satu pertunjukan, Wingfield menerima pesan dari seorang juru lelang yang diawali dengan kalimat, “Saya tidak gila…” dan meminta bantuannya untuk memverifikasi violin yang berpotensi milik Einstein. Saat pertama kali memegang violin itu, ia mengakui adanya perasaan yang kuat.

    “Saya punya reaksi naluriah saat pertama kali memegangnya bahwa itu asli,” katanya. “Tapi itu justru membuat saya semakin curiga. Jadi saya harus pergi dan melihat semua dokumen, semua surat, meneliti violin itu, dan menemukan detail hanya untuk mendapatkan setiap elemen, memastikan bahwa saya pikir itu adalah miliknya.”

    Saat pemeriksaan, sang dosen ditemukan adanya ukiran “Lina” pada instrumen tersebut—nama yang diberikan Einstein untuk semua violinnya. “Dia berusia 15 tahun ketika mendapatkan violin ini. Itu adalah hal yang mungkin dilakukan seorang remaja, saya kira,” tuturnya.

    Ia bahkan membandingkan ukiran tersebut dengan tulisan tangan Einstein saat masih sekolah dan menemukan kecocokan yang pasti. Salah satu detail yang paling mencolok dari instrumen itu adalah badam violin yang sedikit lebih panjang.

    “Akan membutuhkan seseorang dengan tangan kiri yang cukup besar, yang melakukan semua penempatan jari pada senar, agar nyaman memainkannya,” imbuhnya.

    Pengecekan pun berlanjut pada penemuan sinar-X dan grafik tangan Einstein, yang menegaskan bahwa tangan kirinya memang lebih besar dari tangan kanannya. “Itu adalah penemuan yang cukup menarik,” ujarnya.

    Selanjutnya, violin Zunterer buatan tahun 1894 yang pernah dimiliki Einstein itu dilelang di Dominic Winter Auctioneers, dan terjual dengan harga yang sangat tinggi.

    Semula violin tersebut diperkirakan hanya akan laku sekitar 300.000 poundsterling. Namun, instrumen itu akhirnya terjual jauh di atas ekspektasi dengan harga mencapai 860.000 poundsterling (sekitar Rp16,4 miliar)

    “Kami semua sedikit terkejut pada akhirnya ketika palu akhirnya diketuk… itu adalah momen yang cukup emosional, tetapi saya sangat senang telah memegangnya di tangan saya, terlibat dengannya dan kehidupannya, dan saya berharap suatu hari nanti orang lain akan memainkannya,” pungkas Wingfield.

  • IQ-nya Disebut Capai 160, Elon Musk Punya Cara Jaga Kesehatan Otak

    IQ-nya Disebut Capai 160, Elon Musk Punya Cara Jaga Kesehatan Otak

    Jakarta

    Elon Musk dikenal sebagai salah satu tokoh paling jenius dan berpengaruh di dunia teknologi. CEO Tesla, SpaceX, dan Neuralink ini dikabarkan memiliki IQ 160, setara dengan ilmuwan ternama seperti Albert Einstein.

    Versi perhitungan CogniDNA, IQ Musk diperkirakan mencapai 160. CogniDNA menghitung IQ Musk menggunakan nilai mahasiswa jurusan fisika dan UPenn sebagai proksi.

    Musk menunjukkan kecerdasannya secara berbeda dibandingkan ilmuwan tradisional. Tidak seperti Einstein yang berfokus pada fisika teoretis, Musk menerapkan ide-ide ilmiahnya di berbagai bidang.

    Salah satu kelebihan dari Elon adalah dirinya yang dianggap memiliki daya ingat luar biasa. Bahkan, untuk detail-detail kecil, seperti nama orang, peristiwa, dan lainnya.

    Dikutip dari Times of India, kunci dari mengingat sesuatu dari Elon Musk adalah dengan memberi makna pada setiap kejadian. Dengan ini, maka kecil kemungkinan otak akan melupakan hal tersebut.

    Misalnya, jika ingin mengingat nama orang, cobalah kaitkan sesuatu yang istimewa atau berhubungan dengan orang tersebut. Bisa jadi hobi mereka, cerita lucu, atau gaya bicaranya.

    Ini akan menciptakan hubungan mental yang kuat, sehingga nama akan mudah diingat. Hubungan yang bermakna ini akan membantu otak manusia lebih terprogram untuk mengingat cerita dan emosi lebih baik daripada fakta acak.

    Mengaitkan dengan sesuatu yang lucu mungkin bisa menjadi cara paling ampuh untuk mengingat sesuatu. Ini karena otak sendiri menyukai hal-hal yang tidak biasa dan mengejutkan.

    Trik mengingat dari pendiri X Corp ini ternyata bisa dibuktikan lewat sains. Para ahli memori menjelaskan bahwa otak kita menyimpan informasi lebih baik jika dikaitkan dengan emosi atau gambaran mental yang kuat.

    Hal ini karena bagian otak yang emosional dan visual membantu menciptakan memori yang bertahan lama.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/naf)

  • Muncul Istilah Otrovert, Ahli Jelaskan Bukan Introvert-Ekstrovert

    Muncul Istilah Otrovert, Ahli Jelaskan Bukan Introvert-Ekstrovert

    Jakarta, CNBC Indonesia – Selama ini, studi kepribadian umumnya membagi manusia ke dalam kategori introvert, ekstrovert, dan ambivert.

    Namun, muncul konsep baru bernama Otrovert yang disebut mampu menggambarkan sisi sosial seseorang yang tidak sepenuhnya cocok dengan tiga kategori tradisional tersebut.

    Istilah “Otrovert” diperkenalkan psikiater Rami Kaminski. Kepribadian ini menggambarkan individu yang tidak merasa memiliki ikatan kuat dengan kelompok sosial tertentu.

    Otrovert tetap bisa hadir dalam pesta atau acara sosial, namun biasanya hanya berinteraksi dengan segelintir orang. Mereka lebih mengutamakan hubungan yang tulus dan berkualitas dibanding sekadar menjadi bagian dari kelompok besar.

    Ciri utama Otrovert antara lain:

    Menyukai interaksi sosial, namun lebih banyak mengamati daripada ikut aktifMembangun hubungan mendalam dengan sedikit orang terpilihLebih nyaman dalam kesendirian atau kelompok kecil dibanding keramaianMandiri dan teguh secara emosional

    Tidak seperti ekstrovert yang mendapatkan energi dari keramaian atau introvert yang lebih memilih menyendiri, Otrovert justru berada di tengah, menikmati interaksi kecil yang bermakna tanpa merasa terikat pada dinamika kelompok.

    Dr Kaminski menyebut sejumlah tokoh sejarah seperti Frida Kahlo, Franz Kafka, Albert Einstein, dan Virginia Woolf memiliki kecenderungan Otrovert.

    Dalam budaya modern, aktris Kanada Lisa Ray bahkan mengaku sebagai Otrovert. Kepribadian ini dinilai mendorong kemandirian, kreativitas, serta pola pikir nonkonvensional yang bisa menjadi sumber inovasi dan ekspresi.

    Kemunculan konsep Otrovert menantang klasifikasi kepribadian tradisional. Bagi individu yang merasa “tidak cocok” dengan kategori umum, konsep ini dapat membantu mereka menerima diri, mengurangi tekanan sosial, serta memanfaatkan kekuatan unik untuk berkembang dalam kehidupan pribadi maupun profesional.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Psikiater Temukan Kepribadian Baru Otrovert, antara Introvert dan Ekstrovert

    Psikiater Temukan Kepribadian Baru Otrovert, antara Introvert dan Ekstrovert

    Jakarta

    Seorang psikiater, Dr Rami Kaminski, mengumumkan kepribadian baru otrovert. Kepribadian ini berada di area abu-abu introvert dan ekstrovert.

    Melansir Times of India, Dr Rami Kaminski mendeskripsikan otrovert sebagai pribadi yang tidak terlalu mengidentifikasi diri dengan kelompok sosial, lebih menyukai koneksi dalam di atas jejaring yang luas.

    Otrovert merupakan individu yang lebih tertarik pada interaksi satu lawan satu, menghargai kedalaman ketimbang kuantitas dalam menjalin hubungan. Mereka cenderung lebih mandiri, kreatif, juga menunjukkan kemampuan adaptasi dan kecerdasan emosional (EQ) yang baik.

    Lebih lanjut, otrovert juga memiliki sisi kepemimpinan yang menonjol, baik dalam hubungan personal maupun profesional.

    Meski beririsan, kaum otrovert berbeda dari kaum introvert dan ekstrovert. Mereka tidak memperoleh energi dari pertemuan sosial seperti para ekstrovert, dan mereka juga tidak ‘kehilangan energi’ seperti para introvert.

    Ciri-ciri Utama Otrovert

    Kepribadian otrovert menikmati interaksi sosial tetapi seringkali mengamati alih-alih berpartisipasi aktif. Mereka menjalin ikatan yang mendalam dan bermakna dengan beberapa orang terpilih dan lebih menyukai kesendirian atau pertemuan kecil daripada acara kelompok

    Otrovert cenderung berpikir di luar ekspektasi sosial arus utama. Tipe kepribadian ini tidak antisosial, justru sebaliknya. Dia mencerminkan preferensi untuk koneksi yang disengaja dan terfokus daripada mengikuti norma-norma sosial konvensional.

    Otrovert vs Ambivert

    Penting untuk membedakan antara otrovert dan ambivert. Ambivert berfluktuasi antara introversi dan ekstroversi, tergantung pada konteks serta suasana hati. Ambivert juga menyeimbangkan energi dari aktivitas soliter dan sosial.

    Sebaliknya, otrovert secara konsisten merasa terpisah dari dinamika kelompok dan tidak mendapatkan energi dari menjadi bagian dari kerumunan. Mereka berkembang dalam interaksi skala kecil yang bermakna, alih-alih dalam lingkungan sosial yang lebih besar.

    Dr Kaminski menyoroti bahwa tokoh-tokoh sejarah seperti Frida Kahlo, Franz Kafka, Albert Einstein, dan Virginia Woolf mungkin menunjukkan kecenderungan otrovert.

    Kalau kepribadian kamu apa, detikers? Adakah di antara kalian yang merasa dirinya seorang otrovert? Coba bagikan rasanya dong, di kolom komentar.

    (ask/rns)

  • Tabrakan Blackhole Terkuat Mengonfirmasi Teori Einstein dan Hawking

    Tabrakan Blackhole Terkuat Mengonfirmasi Teori Einstein dan Hawking

    Jakarta

    Para ilmuwan menemukan sinyal terkuat di galaksi, yang berasal dari dua blackhole atau lubang hitam jauh saling berputar. Penggabungan ini memungkinkan para peneliti menguji teori gravitasi Albert Einstein, relativitas umum (GR), dengan cara baru.

    Analisis peristiwa tersebut juga mengonfirmasi teorema yang pernah diturunkan oleh Stephen Hawking. Fisikawan ini menyatakan bahwa luas permukaan lubang hitam hanya dapat bertambah dan tidak pernah menyusut.

    “Itu teorema relativitas umum yang fundamental dan murni sehingga melihatnya terverifikasi sungguh fantastis. Itu salah satu hal yang memungkinkan kita mengatakan bahwa kita benar-benar sedang mengamati lubang hitam,” kata seorang ahli teori gravitasi di Universitas Florida, Clifford Will, dilansir dari Science, Senin (14/9/2025).

    Sinyal yang dimaksud tadi terdeteksi pada 14 Januari oleh Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatiory (LIGO). Cahaya laser yang beresonansi di lengan interferometer sepanjang empat kilometer ini, digunakan untuk mendeteksi gelombang gravitasi yang lewat.

    Perbandingan sinyal terbaru dengan model menunjukkan bahwa sinyal tersebut dihasilkan, ketika lubang hitam yang jaraknya jauh dengan massa 33,6 dan 32,2 kali massa Matahari saling berputar hingga akhirnya bergabung.

    Setelah penggabungan, horizon peristiwa lubang hitam bergema sekilas, seperti sebuah lonceng yang dipukul keras. Dalam kasus ini, cahaya terang yang mengelilingi bagian gelap blackhole memiliki frekuensi 247 siklus per detik, dan berlangsung sekitar 10 milidetik.

    Dijelaskan kalau osilasi utama dapat memiliki nada tambahan dengan frekuensi yang sedikit berbeda, umumnya lebih rendah. Nah hal ini nantinya akan memudar lebih cepat dan merupakan kunci untuk menguji teori gravitasi Albert Einstein.

    Satu hal yang perlu diperhatikan adalah LIGO mengidentifikasi dan mengkarakterisasi sinyal dengan bantuan simulasi yang mengasumsikan GR akurat. Untuk menghindarinya, para peneliti mengabaikan sebagian besar sinyal dan hanya menganalisis cincinnya.

    Namun, Frans Pretorius, seorang ahli teori gravitasi di Universutas Princenton, memperingatkan bahwa sejumlah bias mungkin masih tertanam dalam analisa itu. Kemudian para peneliti LIGO menggunakan massa dan spin lubang hitam terakhir untuk menghitung luas cakrawala peristiwanya, sekitar 400.000 kilometer persegi.

    Dari situ, ketika lubang-lubang hitam awal saling berputar, terungkap lah massa, spin, dan luasnya. Luas lubang hitam terakhir melebih total luas lubang-lubang hitam awal. Hasil ini sesuai dengan teorema matematika Hawking, yang menyatakan bahwa terlepas dari bagaimana massa dan spin lubang hitam berevolusi, luasnya hanya akan bertambah.

    (hps/rns)

  • Sosok Peter Berkowitz, Profesor Pro-Zionis yang Diundang UI

    Sosok Peter Berkowitz, Profesor Pro-Zionis yang Diundang UI

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Universitas Indonesia (UI) menuai kontroversi karena mengundang Peter Berkowitz, akademisi asal Stanford University yang dikenal luas dengan pandangan pro-Zionis. Berkowitz sendiri telah menyampaikan orasi ilmiahnya di Balairung UI, Depok pada Sabtu (23/8/2025).

    Kehadiran tokoh yang kerap bersuara lantang soal politik Timur Tengah ini menjadi sorotan, mengingat rekam jejaknya yang panjang di dunia akademik, riset, hingga pemerintahan Amerika Serikat (AS).

    Berkowitz saat ini menjabat sebagai Tad and Dianne Senior Fellow di Hoover Institution, sebuah lembaha think tank kebijakan publik yang bernaung di Stanford University. Hoover dikenal sebagai salah satu pusat riset ternama di AS dengan fokus pada isu kesejahteraan ekonomi, kebebasan individu, hingga keamanan global. Di lembaga inilah Berkowitz aktif melakukan penelitian sekaligus terlibat dalam kelompok kerja tentang kewarganegaraan dan sejarah militer kontemporer.

    Tak hanya di Hoover, Berkowitz juga memegang posisi strategis sebagai Direktur Studi The Public Interest Fellowship (TPIF). Program dua tahun ini merekrut lulusan baru maupun profesional muda untuk memperdalam pemahaman mereka soal tradisi liberal, demokrasi konstitusional, sekaligus melatih keterampilan kepemimpinan. Melalui TPIF, Berkowitz ikut membentuk generasi muda Amerika yang terjun di bidang kebijakan dan pemerintahan.

    Jejak Pendidikan

    Perjalanan akademik Berkowitz dimulai dari Swarthmore College, tempat ia meraih gelar BA Sastra Inggris. Ia kemudian melanjutkan studi ke Hebrew University of Jerusalem, Israel, dengan gelar MA Filsafat. Universitas ini memiliki sejarah panjang karena didirikan tokoh-tokoh besar seperti Albert Einstein dan Chaim Weizmann.

    Setelah itu, ia menempuh studi lanjut di Yale University dengan gelar profesional hukum Juris Doctor (JD) sekaligus meraih PhD Ilmu Politik. Dari sinilah kiprah akademiknya kian mengerucut ke bidang pemerintahan konstitusional, konservatisme, progresivisme, politik Timur Tengah, keamanan nasional, hingga pendidikan liberal.

    Riset, Tulisan, dan Pandangan Berkowitz

    Selama berkarier, Berkowitz dikenal produktif menulis. Ia kerap menjadi kontributor di RealClearPolitics, membahas topik sensitif mulai dari kesepakatan Israel-Hamas, agresi Iran terhadap Israel dan Barat, hingga perdebatan soal posisi profesor konservatif di kampus Amerika.

    Selain artikel, ia juga menerbitkan sejumlah buku, antara lain Explaining Israel: The Jewish State, the Middle East, and America; Constitutional Conservatism: Liberty, Self-Government, and Political Moderation; serta Israel and the Struggle over the International Laws of War. Karya-karya tersebut menunjukkan fokusnya pada isu Zionisme, konservatisme, hingga hukum internasional.

    Kiprah di Pemerintahan AS

    Nama Berkowitz tidak hanya dikenal di kampus dan think tank, tapi juga pernah masuk ke lingkaran pemerintahan. Pada periode pertama Presiden Donald Trump (2019-2021), ia dipercaya sebagai Direktur Staf Perencanaan Kebijakan Departemen Luar Negeri AS. Ia juga sempat menjadi sekretaris eksekutif Komisi Hak-Hak yang Tidak Dapat Dicabut serta penasihat senior Menteri Luar Negeri AS.

    Pengalaman ini menambah panjang daftar kiprahnya dalam bidang kebijakan luar negeri, termasuk dalam isu strategis terkait Timur Tengah, keamanan nasional, dan hubungan internasional.

     

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]