Tag: Ahmad Wildan

  • Truk Gagal Nanjak Mundur Zigzag di Tol, Sopir Salah Ngoper Gigi

    Truk Gagal Nanjak Mundur Zigzag di Tol, Sopir Salah Ngoper Gigi

    Jakarta

    Kecelakaan akibat truk gagal nanjak terulang lagi. Truk pun mundur zigzag hingga menabrak truk di belakangnya. Sopir disebut salah mengoper gigi saat menanjak.

    Viral di media sosial video yang menayangkan truk tronton mundur zigzag hingga menabrak truk di belakangnya. Kecelakaan itu rupanya terjadi di Jalan Tol Purbaleunyi kilometer 117+300, Desa Bojongkoneng, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat.

    “Betul kejadiannya Jumat pagi tadi, di ruas Jalan Tol Purbaleunyi KM 117 dari Jakarta arah Bandung,” kata Kanit Penegakan Hukum (Gakkum) Sat Lantas Mapolres Cimahi, Ipda Yusup Gustiana dikutip detikJabar.

    Yusup mengungkap truk itu gagal nanjak gegara sopir salah mengoper gigi. Saat gagal nanjak, truk mundur dan berjalan zigzag. Pada saat yang bersamaan, ada truk yang sedang melintas dan sudah berusaha menghindari. Namun kecelakaan pun tak terhindarkan.

    “Dalam posisi sedang menanjak dan bermuatan, truk tak kuat menanjak karena diduga sopir salah mengoper gigi. Akhirnya mundur lagi dan menabrak truk yang ada di belakangnya,” kata Yusup.

    Beruntung tak ada korban jiwa dari kecelakaan tersebut. Yusup mengungkap besar kerugian sekitar Rp 5 juta. Sementara itu pihak kepolisian masih menyelidiki kelengkapan kendaraan termasuk SIM sopir truk yang gagal nanjak tersebut.

    Insiden truk gagal nanjak bukan kali pertama terjadi. Sudah ada beberapa kejadian bahkan sampai menimbulkan korban jiwa. Investigator Senior KNKT Ahmad Wildan mengungkap, sopir truk di Indonesia kebanyakan tak paham cara mengemudikan, menggunakan teknologi, maupun fungsi-fungsi pada kendaraannya.

    Wildan mengingatkan, pengemudi semestinya mendapat pengetahuan dan pelatihan komprehensif sebelum mulai mengemudikan truk. Sebab, KNKT kerap menemukan kecelakaan yang disebabkan skill based error.

    Skill based error dilandasi ketidakpahaman pengemudi terhadap teknologi kendaraan. Ketidakpahaman pengemudi memang bukan menjadi faktor utama, namun patut menjadi perhatian khusus.

    Itulah mengapa, dia berharap, pelatihan untuk sopir truk dibuat sesuai dengan temuan-temuan di lapangan, termasuk pengoperasian teknologi. Sebab, dengan begitu, mereka bisa lebih antisipatif ketika menghadapi kasus yang sama.

    “Pelatihan-pelatihan digelar tidak berbasis pada temuan-temuannya. Jadi saya ambil contoh, sopir nggak bisa bedain antara service brake dan parking brake yang cara kerjanya beda. Apakah ini ada di pelatihan-pelatihan atau SIM B1 dan B2? Tidak ada semuanya,” tutur Wildan beberapa waktu lalu.

    “Makanya kami mendorong semua pelatihan mulailah kurikulum dari temuan-temuan KNKT mengenai penyebab kecelakaan,” kata dia menambahkan.

    (dry/rgr)

  • Truk ODOL Kerap Jadi Mesin Pembunuh, Sopirnya Tak Ada Pelatihan kayak Pilot

    Truk ODOL Kerap Jadi Mesin Pembunuh, Sopirnya Tak Ada Pelatihan kayak Pilot

    Jakarta

    Selain moda transportasi darat, pengemudi hampir semua jenis transportasi memiliki pelatihan dan pendidikan dulu sebelum turun ke lapangan. Ini berbanding terbalik dengan sopir truk dan bus yang tanpa pendidikan dan pelatihan bisa langsung turun ke jalan.

    Menurut Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), salah satu kontributor dari maraknya truk over dimension over load (ODOL) di Indonesia adalah karena para pengemudi truk tidak terdidik dengan baik dan benar.

    “Bagaimana mekanisme sertifikasi seorang pilot, mulai dari proses belajar untuk memperoleh Student License Pilot. Kemudian saat diizinkan membawa pesawat pribadi melalui Private License Pilot dan setelah terbang 1.500 jam baru boleh ikut sertifikasi untuk dapat Commercial License Pilot. Setelah dapat sertifikat license pilot tidak serta merta bisa menerbangkan semua pesawat, harus memperoleh sertifikat untuk setiap jenis pesawat yang akan diterbangkan. Karena setiap pesawat beda merek beda tipe teknologinya bisa berbeda,” kata Ahmad Wildan, Plt Ketua Subkomite Lalu Lintas Angkutan Jalan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

    Demikian juga di kapal, seorang nakhoda harus memperoleh sertifikasi melalui ANT 5 sampai ANT 1. Pun dengan masinis kereta api yang harus melalui pendidikan dan pelatihan.

    “Mereka semua yang mengendalikan alat transportasi benar-benar dipersiapkan untuk dapat memahami alat transportasinya, lintasan serta bahaya-bahaya yang akan dihadapinya. Selama 20 tahun lebih, di Indonesia belum pernah ada sekolah mengemudi bagi pengemudi bus dan truk. Sementara kendaraan-kendaraan itu memiliki merek, tipe dan teknologi yang berbeda beda. Sistem rem saja ada yang hidrolik, pneumatic maupun kombinasi keduanya. Belum lagi teknologinya sekarang bukan lagi otomotif, melainkan sudah bridging ke ototronik dan mekatronik dan sebentar lagi electrical vehicle,” beber Wildan.

    KNKT menyarankan agar pemerintah juga melakukan edukasi kepada pengemudi yang diawali dengan membuat sekolah mengemudi bagi pengemudi bus dan truk.

    “Hal ini selaras amanah Pasal 77 (ayat 4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyebutkan untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor Umum, calon Pengemudi wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan Pengemudi angkutan umum,” katanya.

    “Sekolah Mengemudi wajib diadakan untuk mendapatkan pengemudi yang profesional dan Diklat Pengemudi untuk pengemudi sekarang agar lebih berkualitas. Tentunya harus disertai dengan upah minimal yang mensejahterakan agar dalam mengoperasikan kendaraan dengan nyaman dan aman,” sambungnya.

    (rgr/dry)

  • Parah! Truk ODOL Angkut Muatan 2 Kali Lipat, Rem Nggak Akan Kuat!

    Parah! Truk ODOL Angkut Muatan 2 Kali Lipat, Rem Nggak Akan Kuat!

    Jakarta

    Truk over dimension over load (ODOL) kerap menjadi pemicu kecelakaan maut. Praktik truk ODOL ini membuat kinerja rem menjadi lebih berat.

    Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mencontohkan, kasus truk trailer di Bekasi. Truk itu membawa muatan 50 ton dengan berat keseluruhan mencapai 70 ton.

    “Pengemudi berani membawa dengan kendaraan 260 PS yang hanya memiliki kemampuan dan sistem pengereman yang pada kondisi barunya saja didesain untuk berat total 45 ton,” kata Plt Ketua Subkomite Lalu Lintas Angkutan Jalan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan dalam keterangan tertulisnya.

    Menurut Wildan, bukan sopirnya yang berani, tapi pengemudi tersebut tidak memiliki pengetahuan akan akibat yang ditimbulkan.

    “Pengemudi melakukan perbuatan over loading ini bukan karena dia seorang pemberani melainkan dia tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang power weight to ratio, risiko apa saja yang akan dihadapi ketika dia melakukan itu. Itulah sebabnya, KNKT menyarankan agar dalam pemberantasan truk ODOL, selain upaya penegakan hukum, Pemerintah juga melakukan edukasi kepada pengemudi yang diawali dengan membuat sekolah mengemudi bagi pengemudi bus dan truk,” katanya.

    Wildan membandingkan profesi ‘pengemudi’ di moda transportasi lainnya. Misalnya pilot untuk pesawat, nakhoda untuk kapal laut, dan masinis untuk kereta api, semuanya harus melalui rangkaian pendidikan dan pelatihan sebelum mengoperasikan kendaraannya. Sedangkan pengemudi truk tidak melalui pendidikan dan pelatihan untuk membawa kendaraan besar dan berat.

    “Sekolah Mengemudi wajib diadakan untuk mendapatkan pengemudi yang profesional dan Diklat Pengemudi untuk pengemudi sekarang agar lebih berkualitas. Tentunya harus disertai dengan upah minimal yang mensejahterakan agar dalam mengoperasikan kendaraan dengan nyaman dan aman,” ujarnya.

    (rgr/din)

  • Bukan karena Berani, Ini Alasan Banyak Sopir Truk Angkut Muatan ODOL

    Bukan karena Berani, Ini Alasan Banyak Sopir Truk Angkut Muatan ODOL

    Jakarta

    Truk over dimension over load (ODOL) masih menjadi ancaman serius di jalan raya. Tak main-main, truk ODOL mengancam nyawa pengguna jalan lainnya. Sudah banyak kecelakaan maut yang dipicu oleh truk ODOL.

    Plt Ketua Subkomite Lalu Lintas Angkutan Jalan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan, praktik truk ODOL terjadi bukan karena sopirnya pemberani. Menurut Wildan, praktik truk ODOL terjadi karena ketidakpahaman sopir truk.

    “Pengemudi melakukan perbuatan over loading ini bukan karena dia seorang pemberani melainkan dia tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang power weight to ratio, risiko apa saja yang akan dihadapi ketika dia melakukan itu,” ujar Wildan dalam keterangan tertulisnya.

    KNKT mencontohkan kasus truk trailer di Bekasi yang membawa muatan 50 ton dengan jumlah berat keseluruhan mencapai 70 ton lebih. Dengan beban itu, pengemudi berani membawa dengan kendaraan 260 PS yang hanya memiliki kemampuan mesin dan sistem pengereman yang pada kondisi barunya saja didesain untuk berat total maksimal di 35 ton.

    Itulah sebabnya, KNKT menyarankan agar dalam pemberantasan truk ODOL, selain upaya penegakan hukum, Pemerintah juga melakukan edukasi kepada pengemudi. Langkah itu perlu diawali dengan membuat sekolah mengemudi bagi sopir bus dan truk.

    “Pengemudi bus dan truk di Indonesia selama ini belajar secara otodidak, dari teman-temannya dan lain-lain. Tidak ada yang belajar secara terstruktur sebagaimana di moda lainnya. Oleh sebab itu KNKT membuat rekomendasi ke Pemerintah agar segera membuat sekolah pengemudi bagi pengemudi bus dan truk,” ujar Wildan.

    Hal ini selaras amanah Pasal 77 (ayat 4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pasal itu menyebutkan, untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor Umum, calon Pengemudi wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan Pengemudi angkutan umum.

    “Sekolah Mengemudi wajib diadakan untuk mendapatkan pengemudi yang profesional dan Diklat Pengemudi untuk pengemudi sekarang agar lebih berkualitas. Tentunya harus disertai dengan upah minimal yang mensejahterakan agar dalam mengoperasikan kendaraan dengan nyaman dan aman,” ucapnya.

    Wildan membandingkan profesi ‘pengemudi’ di moda transportasi lainnya. Misalnya pilot untuk pesawat, nakhoda untuk kapal laut, dan masinis untuk kereta api, semuanya harus melalui rangkaian pendidikan dan pelatihan sebelum mengoperasikan kendaraannya. Sedangkan pengemudi truk tidak melalui pendidikan dan pelatihan untuk membawa kendaraan besar dan berat.

    (rgr/dry)

  • Parah! Truk ODOL Angkut Muatan 2 Kali Lipat, Rem Nggak Akan Kuat!

    Miris! Begini Kondisi Dunia Transportas Hingga Truk ODOL Jadi Mesin Pembunuh

    Jakarta

    Transportasi logistik, khususnya masih maraknya truk ODOL (over dimension over load) masih menjadi masalah besar di Indonesia. Truk ODOL kerap kali menjadi mesin pembunuh di jalan raya. Banyak kecelakaan maut yang dipicu oleh truk ODOL.

    Plt Ketua Subkomite Lalu Lintas Angkutan Jalan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan salah satu kontributor dari maraknya truk ODOL di Indonesia adalah karena para pengemudi truk di Indonesia banyak yang tidak terdidik dengan baik dan benar. Wildan membandingkan profesi pengemudi truk dengan ‘pengemudi’ moda transportasi lain seperti pilot pesawat, nakhoda kapal laut dan masinis kereta api.

    “Bagaimana mekanisme sertifikasi seorang pilot mulai dari proses belajar untuk memperoleh Student License Pilot. Kemudian saat diizinkan membawa pesawat pribadi melalui Private License Pilot. Dan setelah terbang 1.500 jam, baru boleh ikut sertifikasi untuk dapat Commercial License Pilot. Setelah dapat sertifikat license, pilot tidak serta merta bisa menerbangkan semua pesawat, harus memperoleh sertifikat untuk setiap jenis pesawat yang akan diterbangkan. Karena setiap pesawat beda merk beda tipe teknologinya bisa berbeda.,” ujar Wildan dalam keterangan tertulisnya.

    Demikian juga di kapal, seorang nakhoda harus memperoleh sertifikasi. Pun dengan masinis kereta. Mereka semua yang mengendalikan alat transportasi benar-benar dipersiapkan untuk dapat memahami alat transportasinya, lintasan serta bahaya-bahaya yang akan dihadapinya.

    “Selama 20 tahun lebih, di Indonesia belum pernah ada sekolah mengemudi bagi pengemudi bus dan truk. Sementara kendaraan-kendaraan itu memiliki merek, tipe dan teknologi yang berbeda-beda. Sistem rem saja ada yang hidrolik, pneumatic maupun kombinasi keduanya. Belum lagi teknologinya sekarang bukan lagi otomotif, melainkan sudah bridging ke ototronik dan mekatronik dan sebentar lagi electrical vehicle,” ujar Wildan.

    Menurut Wildan, pengemudi bus dan truk di Indonesia selama ini belajar secara otodidak dari temannya dan lain-lain. Bahkan, tidak ada yang belajar secara tertsuktur sebagaimana di moda lainnya.

    “Oleh sebab itu KNKT membuat rekomendasi ke Pemerintah agar segera membuat sekolah pengemudi bagi pengemudi bus dan truk,” katanya.

    (rgr/din)

  • 5 Alasan Truk Bermoncong Sudah ‘Pensiun’ di Indonesia

    5 Alasan Truk Bermoncong Sudah ‘Pensiun’ di Indonesia

    Jakarta

    Meski masih dijumpai di jalanan, truk bermoncong sudah jarang digunakan. Kini truk jenis moncong tersebut sudah tak lagi dijual dan digantikan dengan truk tanpa moncong.

    Kenapa truk bonet atau bermoncong sudah ‘pensiun’ di Indonesia? Simak beberapa alasan yang dirangkum detikOto berikut ini.

    Penyebab Truk Bermoncong Tak Lagi Dijual

    Berikut ini 5 alasan atau penyebab truk bermoncong tak lagi dijual di Indonesia:

    1. Permintaan Pasar

    Dalam catatan detikOto, Santiko Wardoyo yang sempat menjabat sebagai Chief Operating Officer atau COO PT Hino Motor Sales Indonesia (HMSI) menjelaskan kebanyakan negara sudah meninggalkan truk bonet atau bermoncong.

    “Rasanya hampir seluruh dunia truknya tanpa bonet, kecuali di Amerika Serikat. Karena mereka ada aturannya dan Hino juga jual truk dengan bonet di sana. Tapi kalau di Asia, Eropa, Australia rata-rata sudah nggak pakai bonet,” kata Santiko kepada detikOto di Jakarta Pusat.

    Di kesempatan berbeda, Seno Wirdiyawantoro selaku General Manager of Product Planning Division Hino Indonesia menilai pergantian model ini dikarenakan permintaan pasar yang semakin banyak menginginkan truk yang lebih fungsional.

    “Sebenarnya gini, sekarang truk itu fungsinya untuk apa? Untuk kegiatan niaga. Sekarang kembali lagi bagaimana permintaan pasar. Jadi di Indonesia, kalau pendapat Hino, truk dengan moncong kemungkinan besar tidak laku,” kata Seno.

    2. Makan Banyak Ruang

    Seno menjelaskan lebih lanjut, truk bonet memiliki moncong yang cukup memakan ruang. Padahal panjang bodi bisa dimanfaatkan pada bagian belakang untuk memuat barang.

    “Itu (moncong depan) makan panjang bodi. Jadi, panjang bodi yang harusnya bisa jadi (kargo) harus kepotong karena ada moncong. Jadi konsumen lebih memilih moncongnya dihabisin, mesinnya dipindah ke bawah kursi, tapi muatan di belakang ditambah,” ujar Seno.

    3. Risiko Fatalitas

    Dilihat dari faktor keamanan dan keselamatan, truk moncong tidak memiliki masalah bagi pengemudinya. Ahmad Wildan selaku Investigator Senior KNKT pun menyebut hampir tidak ada fatalitas yang menyebabkan pengemudi menjadi korban.

    “Jadi sampai sekarang kita belum ada temuan soal fatalitas kecelakaan truk akibat nggak ada moncong,” kata Seno.

    Namun demikian, truk ini lebih berisiko menyebabkan fatalitas kepada pengguna jalan lain jika terjadi kecelakaan.

    “Justru ketika truk pakai moncong akan meningkatkan fatalitas pengguna jalan lain. Truk ketika nabrak kan kecepatannya nggak tinggi, kecuali saat rem blong. Tapi truk normal saat jalan nggak akan sampai 60 km/jam,” tuturnya.

    4. Blind Spot

    Dikutip dari situs Toyota, kendaraan besar seperti truk memiliki blind spot yang besar, terutama karena fungsi spion tengah yang hilang karena tertutup barang. Selain itu, bagian depan moncong truk juga menjadi blind spot yang besar, karena sopir sulit melihat daerah tersebut, yang tentunya sangat membahayakan orang lain.

    5. Sulit Bermanuver

    Terakhir, truk termasuk kendaraan yang sulit bermanuver. Hal ini semakin sulit ketika truk memiliki moncong. Apalagi karena di Indonesia memiliki jalan yang cenderung lebih sempit dibandingkan Amerika yang kini masih menggunakan truk bonet.

    (bai/row)

  • Pecah Ban Gegara Jalan Berlubang di Tol Cipali, Gimana Cara Klaimnya?

    Pecah Ban Gegara Jalan Berlubang di Tol Cipali, Gimana Cara Klaimnya?

    Jakarta

    Pengendara yang mengalami pecah ban di Tol Cipali bisa mengajukan klaim ke pengelola tol. Gimana caranya?

    Jalan berlubang di Tol Cipali membuat sejumlah mobil mengalami pecah ban. Sebagaimana terlihat dalam video yang beredar di media sosial, mobil-mobil terlihat menepi di bahu jalan karena mengalami pecah ban. Dikutip detikNews, Direktur Operasional ASTRA Infra Toll Road Cipali Rinaldi mengungkap memang ada beberapa titik jalan berlubang di Tol Cipali. Hujan menjadi salah satu faktornya.

    Pengendara Bisa Ajukan Klaim

    “Bahwa benar terdapat beberapa lubang di sebagian ruas Tol Cipali. Kejadian ini disebabkan beberapa faktor, salah satunya curah hujan yang tinggi,” kata Rinaldi.

    Pengelola mengungkap akan segera melakukan penanganan terhadap keluhan tersebut. Namun mengingat padatnya arus lalu lintas berkaitan dengan hari libur nasional disertai curah hujan, pihak pengelola masih mencari waktu yang tepat untuk perbaikan. Adapun pengendara yang mengalami pecah ban ataupu kerusakan akibat lubang di Tol Cipali itu bisa mengajukan klaim.

    “Bagi pengguna jalan yang mengalami kerusakan kendaraan akibat lubang di area Tol Cipali, dapat melakukan proses klaim melalui nomor 0853-1629-2905, dan ASTRA Infra Toll Road Cikopo-Palimanan akan mengganti kerugiannya,” terang Rinaldi.

    Tol Cipali Sering Bikin Terlena

    Sejatinya bila tak berlubang, Tol Cipali memiliki permukaan yang sangat ideal. Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan mengungkap, hal itu membuat pengendara sering terlena hingga mengabaikan kecepatan kendaraannya.

    “Jalan Tol Cipali itu secara elemen geometrik jalan (penampang melintang jalan, alinyemen vertikal dan alinyemen horizontal) sangat ideal, demikian juga terkait permukaan jalannya baik roughness maupun skid resistancenya sangat ideal. Dan karena sangat ideal, maka jalan tol Cipali aman dilalui kendaraan dengan kecepatan hingga 150 km/jam. Tingkat pelayanan jalan di Tol Cipali itu A ( performansi yang terbaik ),” urai Wildan pada tahun 2024.

    Kendati demikian, Wildan juga menyebut Tol Cipali berada di titik lelah pengemudi. Kelelahan pengemudi itu yang harus diwaspadai karena bisa memicu microsleep, penurunan kewaspadaan, hingga menurunnya respons mengemudi.

    Untuk itu, Wildan mengingatkan buat pengendara yang melintas di tol Cipali harus senantiasa menjaga kecepatan sesuai aturan. Khusus untuk jalan bebas hambatan batas kecepatan paling rendah ditetapkan dengan batas absolut 60 km/jam dalam kondisi arus bebas dan paling tinggi 100 km/jam.

    (dry/mhg)

  • Truk Rem Blong Makan Korban Lagi

    Truk Rem Blong Makan Korban Lagi

    Jakarta

    Truk rem blong makan korban lagi. Akibat rem yang blong, truk bermuatan aki itu menabrak sejumlah kendaraan dan menyebabkan dua orang tewas.

    Lagi-lagi kejadian yang melibatkan truk rem blong terulang. Kecelakaan yang diduga akibat truk rem blong itu terjadi di turunan Silayur, Kelurahan Ngaliyan, Semarang. Dikutip detikJateng, truk tronton yang mengarah ke barat itu menabrak billboard dan beberapa kios milik warga. Mulai dari toko martabak, tempat cucian motor, tempat laundry, hingga berujung di kios jus.

    Sejumlah saksi mata menceritakan momen mencekam itu. Zainal yang saat itu tengah mencuci motor menyebut dia melihat truk menabrak toko dan juga kendaraan.

    Saksi mata lainnya yang juga pemilik warung martabak, Rendi Dimas Maulana mengatakan, truk juga menabrak lima motor di depan warungnya.

    “Warung saya ketabrak, termasuk lima motor di depan warung juga ikut tertabrak. Beruntung kendaraan saya aman dan teman-teman saya selamat semua,” ungkap Rendi.

    Kapolsek Ngaliyan Kompol Indra Romantika membenarkan adanya kecelakaan beruntun tersebut. Kata Indra, kecelakaan itu dipicu oleh truk yang mengalami rem blong. Adapun kecelakaan itu menyebabkan dua orang tewas.

    “Betul (karena truk tronton rem blong). Lokasi di Jalan Prof Hamka, sebelum RS Permata Medika (turunan Silayur),” jelas Indra.

    Bicara truk rem blong yang mengakibatkan banyak nyawa melayang tentu bukan kali pertama terjadi. Dalam temuan KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi), banyak sopir truk yang tak paham cara kerja rem pada kendaraannya. Investigasi KNKT menemukan, sopir seringkali salah paham saat mengerem kendaraan.

    Truk Rem Blong Dipicu Cara Sopir Berkendara

    Menurut Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan, sopir truk memang tak memiliki kompetensi dalam pengoperasian truk yang baik dan benar. Tak cuma itu, sertifikasi pengemudi truk juga tak ada sehingga ini memicu kejadian serupa akan terus berulang. Bahkan untuk mendapatkan SIM B sebagai syarat untuk mengendarai truk, tak ada materi pengereman yang diujikan.

    “Di ujian SIM B1 dan B2 baik teori dan praktik materi ini tidak ada. Kemudian di SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) pengemudi bus dan truk juga tidak ada, sehingga semua pelatihan mengemudi bus dan truk tidak pernah diajarkan hal ini. KNKT beberapa kali melakukan pelatihan dengan BPTJ, dan terbukti hampir semua peserta pelatihan tidak memahami sistem rem bus dan truk dengan baik dan benar. Ini sebuah masalah besar,” tegas Wildan.

    Praktisi keselamatan berkendara sekaligus Instruktur & Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, kecelakaan akibat truk atau bus yang mengalami rem blong menjadi tanggung jawab semua pihak. Jusri juga mengamini kecelakaan rem blong itu seringkali disebabkan oleh perilaku si sopir.

    Kebiasaan buruk sopir truk, kata Jusri, kerap membuat rem truk yang dibawanya blong. Menurut Jusri, sering ditemukan sopir truk yang menetralkan gigi transmisi di jalanan turunan hanya untuk menghemat BBM. Alhasil, tanpa engine brake atau pengereman dari putaran mesin, konstruksi rem truk menjadi panas dan berakibat ngeblong.

    “Ngeblong itu menetralkan trnamsisi dengan harapan menghemat konsumsi bahan bakar. Sehingga selisih budget bisa dibawa pulang. Tapi perilaku ini adalah hal yang membahayakan, hal yang bodoh,” ujar Jusri.

    (dry/din)

  • KNKT Terjunkan Tim Investigasi, Usut Kecelakaan Karambol di KM 92 Tol Cipularang

    KNKT Terjunkan Tim Investigasi, Usut Kecelakaan Karambol di KM 92 Tol Cipularang

    Jakarta

    Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menerjunkan tim investigasi buat menyelidiki kasus kecelakaan karambol yang terjadi di KM 92 tol Cipularang arah Jakarta (11/11). Sebelumnya pihak kepolisian menyatakan kecelakaan tersebut diakibatkan truk kontainer yang mengalami rem blong, sehingga menabrak belasan kendaraan di depannya.

    “Kita sudah menurunkan tim, tadi berangkat jam 10, dan akan memulai investigasi hari ini,” kata Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan, dihubungi detikOto, Selasa (12/11).

    Menurut Wildan, hasil investigasi tim KNKT kemungkinan baru bisa diketahui sore nanti. “(Kalau dari pengamatan rekaman video yang beredar) saya belum bisa menyimpulkan penyebab kecelakaan. Tapi yang jelas, truk itu hilang kendali, keluar dari lajurnya. Hilang kendali ini bisa disebabkan banyak hal, apakah rem blong, apakah jarak pengereman panjang, ataukah karena terpapar aquaplaning? Jadi ada beberapa kemungkinan. Makanya ini lagi didalami,” tambah Wildan.

    Sebagai informasi, kecelakaan di KM 92 tol Cipularang disebabkan truk yang hilang kendali dan menabrak belasan kendaraan di depannya. Tercatat ada 17 kendaraan yang jadi korban tabrakan beruntun. Selain itu, kecelakaan ini juga mengakibatkan 25 orang luka, 4 orang luka berat, dan 1 orang meninggal dunia.

    Investigasi sementara pihak kepolisian, truk tersebut hilang kendali diduga karena mengalami rem blong. Dari rekaman video yang beredar, truk juga tampak berjalan di lajur kanan.

    “Jadi ada truk yang membawa muatan cukup berat remnya blong, sehingga menabrak kendaraan di depannya, jadi terjadi kecelakaan beruntun,” kata Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Jules Abraham Abass, kepada wartawan, Senin (11/11/2024).

    Diketahui ruas tol Cipularang arah Jakarta dari KM 90 sampai KM 100 memang rawan terjadi kecelakaan. Ruas tol tersebut ‘angker’ karena kerap terjadi kecelakaan melibatkan sejumlah besar kendaraan. Seringnya terjadi kecelakaan karena karena kondisi jalanan yang menurun, ditambah kompetensi sopir yang belum terlalu memahami soal pengereman kendaraan.

    Saksikan juga video: Komisi V Usul RUU LLAJ Masuk Prioritas, Singgung Kecelakan Cipularang

    (lua/rgr)