Tag: Ahmad Sahroni

  • MKD aktifkan lagi Adies Kadir dan Uya Kuya sebagai anggota DPR 

    MKD aktifkan lagi Adies Kadir dan Uya Kuya sebagai anggota DPR 

    Jakarta (ANTARA) – Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI dalam putusan terkait kasus dugaan pelanggaran kode etik anggota DPR nonaktif memutuskan untuk mengaktifkan kembali Adies Kadir dan Surya Utama alias Uya Kuya sebagai anggota DPR RI.

    MKD memutuskan keduanya tidak terbukti melanggar kode etik DPR RI sehingga Adies Kadir dan Uya Kuya bisa kembali bertugas normal sebagai anggota DPR RI aktif mulai hari ini.

    “Menyatakan teradu satu, Adies Kadir, diaktifkan sebagai anggota DPR terhitung sejak putusan ini dibacakan,” kata Wakil Ketua MKD DPR RI Adang Daradjatun yang membacakan putusan di kompleks parlemen, Jakarta, Rabu.

    Hal tersebut diputuskan setelah MKD DPR RI membacakan berbagai pertimbangan berdasarkan keterangan saksi maupun ahli pada sidang-sidang sebelumnya.

    Khusus untuk Adies Kadir, Wakil Ketua MKD mengingatkan agar pria yang sebelumnya menjabat Wakil Ketua DPR RI itu untuk berhati-hati dalam menyampaikan informasi, serta menjaga perilaku ke depannya. Namun, untuk Uya Kuya, MKD DPR RI tak membacakan poin peringatan apa pun.

    Sedangkan untuk tiga anggota DPR RI nonaktif lainnya yang menjadi teradu dalam kasus itu, yakni Ahmad Sahroni, Nafa Urbach, dan Eko Hendro Purnomo, MKD menyatakan ketiganya terbukti melanggar kode etik.

    Sebelumnya, pada akhir Agustus 2025, sejumlah partai politik memutuskan untuk menonaktifkan kadernya yang menjadi anggota DPR RI karena menuai sorotan publik yang juga terkait adanya demonstrasi besar-besaran pada akhir Agustus 2025.

    Anggota DPR RI yang dinonaktifkan itu adalah Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir dari Partai Golkar, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni dan anggota DPR RI Nafa Urbach dari Partai NasDem, serta anggota DPR RI Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio dan Surya Utama alias Uya Kuya dari Partai Amanat Nasional.

    Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
    Editor: Didik Kusbiantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Adies Kadir paling terakhir tiba di DPR untuk sidang putusan MKD

    Adies Kadir paling terakhir tiba di DPR untuk sidang putusan MKD

    Jakarta (ANTARA) – Anggota DPR RI nonaktif Adies Kadir yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI, paling terakhir tiba di kompleks parlemen, Jakarta, Rabu, setelah empat anggota DPR RI nonaktif lainnya hadir untuk menjalani sidang putusan kasus dugaan pelanggaran etik yang digelar Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI.

    Dia tiba di Kantor MKD DPR RI yang berlokasi di Gedung Nusantara I sekitar pukul 11.57 WIB. Saat tiba, sidang yang beragendakan putusan kasus itu tengah berlangsung karena dimulai pada pukul 11.30 WIB.

    Adies pun irit bicara kepada awak media ketika tiba di lokasi. Sebelum memasuki ruangan, Adies pun tampak menyalami sejumlah orang, termasuk para petugas pengamanan yang berjaga.

    Selain Adies, sejumlah anggota DPR RI nonaktif yang menjadi teradu dalam kasus itu yakni Ahmad Sahroni, Nafa Urbach, Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio, hingga Surya Utama alias Uya Kuya.

    Nafa menjadi pihak teradu yang paling pertama hadir ke ruangan MKD pada sekitar pukul 10.50 WIB. Kemudian disusul oleh Eko Patrio dan Uya Kuya yang hadir secara bersamaan, dan Ahmad Sahroni yang tampak berlari kecil ketika turun dari kendaraannya untuk menuju ruangan sidang.

    Saat sidang dimulai, Ketua MKD DPR RI Nazaruddin Dek Gam membacakan identitas pengadu kasus dugaan pelanggaran etik itu serta identitas para teradu yakni para anggota DPR RI nonaktif.

    Sejauh ini, menurut Dek Gam, MKD telah membacakan keterangan pengadu, mendengarkan saksi, dan keterangan ahli.

    Sebelumnya pada akhir Agustus 2025, sejumlah partai politik memutuskan untuk menonaktifkan kadernya yang menjadi anggota DPR RI karena menuai sorotan publik yang juga terkait adanya aksi demonstrasi besar-besaran pada akhir Agustus 2025.

    Sejumlah anggota DPR RI yang dinonaktifkan itu, di antaranya Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir dari Partai Golkar, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni dan anggota DPR RI Nafa Urbach dari Partai NasDem, serta anggota DPR RI Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio dan anggota DPR RI Surya Utama alias Uya Kuya dari Partai Amanat Nasional.

    Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Sahroni hingga Uya Kuya tiba di DPR hadiri sidang putusan MKD

    Sahroni hingga Uya Kuya tiba di DPR hadiri sidang putusan MKD

    Jakarta (ANTARA) – Anggota DPR RI yang dinonaktifkan, yakni Ahmad Sahroni hingga Surya Utama alias Uya Kuya, tiba di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, sebagai teradu untuk menghadiri sidang putusan atas kasus dugaan pelanggaran etik yang digelar Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI.

    Selain Sahroni dan Uya Kuya, anggota DPR RI nonaktif lainnya yang menghadiri sidang adalah Nafa Urbach dan Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio. Sedangkan Adies Kadir yang juga turut menjadi teradu, diketahui masih dalam perjalanan dan belum tiba di lokasi.

    “Ya (sidang MKD), sidang dulu ya,” kata Eko saat tiba di Kantor MKD DPR RI.

    Ketika tiba dan turun dari kendaraannya, para anggota DPR RI nonaktif itu irit bicara dan langsung masuk ke gedung.

    Mereka langsung masuk ke Kantor MKD yang berada di Gedung Nusantara I, kompleks parlemen. Sidang pun dimulai ketika Sahroni, Nafa, Uya, dan Eko sudah masuk ke ruangan, meski Adies Kadir terlambat hadir.

    Saat sidang dimulai, Ketua MKD DPR RI Nazaruddin Dek Gam membacakan identitas pengadu kasus dugaan pelanggaran etik itu serta identitas para teradu, yakni para anggota DPR RI nonaktif.

    Sejauh ini, menurut dia, MKD telah membacakan keterangan pengadu, mendengarkan saksi, dan keterangan ahli.

    Sebelumnya, sejumlah partai politik memutuskan untuk menonaktifkan kadernya yang menjadi anggota DPR RI karena menuai sorotan publik yang juga terkait adanya aksi demonstrasi besar-besaran pada akhir Agustus 2025.

    Anggota DPR RI yang dinonaktifkan itu adalah Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni, serta Nafa Urbach, Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio, dan Surya Utama alias Uya Kuya (ketiganya anggota DPR).

    Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
    Editor: Didik Kusbiantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 4
                    
                        Ahmad Sahroni Ngumpet di Plafon saat Rumah Dijarah, Sempat Jatuh dan Wajah Dilumuri Debu
                        Megapolitan

    4 Ahmad Sahroni Ngumpet di Plafon saat Rumah Dijarah, Sempat Jatuh dan Wajah Dilumuri Debu Megapolitan

    Ahmad Sahroni Ngumpet di Plafon saat Rumah Dijarah, Sempat Jatuh dan Wajah Dilumuri Debu
    Penulis

    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Anggota DPR RI nonaktif Ahmad Sahroni kembali muncul ke publik setelah lama menghilang pascaperistiwa penjarahan di rumahnya di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
    Ia menghadiri acara doa bersama di depan kediamannya pada Minggu (2/11/2025) pagi dan untuk pertama kalinya menceritakan detik-detik mencekam saat insiden itu terjadi.
    Ketua RW 06 Kelurahan Kebon Bawang, Tanjung Priok, Sugeng, mengatakan acara tersebut dihadiri sejumlah tokoh masyarakat, termasuk ketua RT dan RW setempat, para ulama, habaib, serta warga sekitar.
    Dalam kesempatan itu,
    Ahmad Sahroni
    tampak mengenakan kemeja putih lengan panjang dan menyampaikan sambutan kepada warga.
    Dalam acara tersebut, Sahroni menceritakan bagaimana ia bersembunyi di plafon rumahnya saat
    penjarahan
    terjadi.
    Namun, karena plafon tersebut tidak kuat menahan beban, Sahroni pun terjatuh dan kemudian bersembunyi di kamar mandi.
    Selain itu, dirinya juga mengaku bahwa sempat ditemui warga yang menjarah rumahnya.
    Namun, warga tersebut tidak menyadari bahwa orang di dalam kamar mandi itu adalah dirinya.
    “Ada tiga orang bapak ibu menghampiri di kamar mandi melihat saya dan bertanya sama saya, kebetulan muka saya kasih debu dan sebelumnya saya bersembunyi di atas plafon, plafonnya enggak kuat saya jatuh. Akhirnya, plafonnya saya hancurin sekalian, tapi pintu kamar mandinya saya buka,” ungkap Sahroni.
    “Saya satu jam pertama duduk, bapak ibu. Sudah berserah diri kepada Allah SWT. Kalaupun hari itu meninggal, saya Ikhlas,” imbuhnya.
    Sahroni menambahkan, pada malam kejadian, dirinya sempat diselamatkan oleh warga sekitar.
    “Saya ucapkan terima kasih buat Pak Haji Dhani dan istri yang telah menerima saya di rumah belakang pada saat saya persis jam 22.15 WIB malam, saya lompat dari belakang ke rumahnya beliau,” ujarnya.
    Usai doa bersama, Sahroni menyampaikan rencananya untuk membangun kembali rumahnya yang rusak akibat dijarah massa.
    “Ya, menyampaikan mau bangun rumah dan cerita ketika rumahnya dijarah,” jelas Sugeng.
    Sejumlah warga yang melakukan penjarahan telah mengembalikan puluhan barang yang sebelumnya dijarah dari kediaman Ahmad Sahroni.
    Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara, Kompol Onkoseno Gradiarso Sukahar, mengatakan sebanyak 32 jenis barang telah diserahkan secara sukarela ke kepolisian.
    “Sebanyak 32 item barang-barang milik Ahmad Sahroni yang sempat dijarah warga di kediamannya, kini telah dikembalikan,” kata Onkoseno.
    Barang-barang tersebut difasilitasi pengembaliannya oleh Polres Metro Jakarta Utara kepada pihak keluarga Sahroni yang diwakili Ketua LMK Kebon Bawang, Achmad Winarso.
    “Barang-barang tersebut diserahkan warga ke Polres Metro Jakarta Utara dengan sukarela,” ujar Onkoseno.
    Ia menambahkan, salah satu barang yang dikembalikan adalah satu bundel sertifikat tanah.
    “Kami mengapresiasi sikap kooperatif masyarakat dan berkomitmen untuk menjaga keamanan, ketertiban, serta membangun sinergi yang baik antara warga dengan pihak kepolisian maupun keluarga korban,” ucap Onkoseno.
    Achmad Winarso menyampaikan apresiasi keluarga Ahmad Sahroni atas itikad baik masyarakat yang mengembalikan barang-barang tersebut.
    “Pihak keluarga tidak akan menempuh jalur hukum bagi warga yang dengan kesadaran menyerahkan barang melalui Polres Metro Jakarta Utara maupun langsung kepada keluarga,” kata Winarso.
    (Reporter: Shinta Dwi Ayu | Editor: Larissa Huda)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ahli nilai Adies Kadir yang dinonaktifkan dari DPR tak langgar etik

    Ahli nilai Adies Kadir yang dinonaktifkan dari DPR tak langgar etik

    Jakarta (ANTARA) – Ahli hukum tata negara dari Universitas Indonesia Profesor Satya Arinanto menilai Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir yang dinonaktifkan karena ada polemik dan demo besar-besaran yang menyoroti DPR RI pada Agustus 2025, tidak melanggar etik.

    Menurut dia, pernyataan Adies Kadir yang disoroti publik terkait tunjangan DPR RI hanya bersifat slip of tongue dan tidak mengandung unsur penghinaan terhadap masyarakat maupun pelanggaran etika sebagai anggota dewan.

    “Beliau hanya menjelaskan soal kenaikan tunjangan beras dan transportasi. Keesokan harinya juga sudah diklarifikasi. Justru yang dikritik masyarakat itu sebenarnya soal tunjangan perumahan,” kata Satya dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

    Menurut dia, langkah klarifikasi yang dilakukan Adies sehari setelah pernyataan tersebut merupakan sikap yang perlu dilakukan dan wajar bagi seorang pejabat publik.

    “Itu sudah sewajarnya dilakukan. Artinya, beliau menyadari ada slip of the tongue dan segera memperbaikinya. Hal itu justru menunjukkan tanggung jawab,” katanya.

    Dia juga menilai penonaktifan sejumlah anggota DPR oleh partai politiknya masing-masing yang terjadi secara serentak setelah rapat di Istana, tidak sepenuhnya sejalan dengan prosedur penegakan etik di DPR.

    “Kalau memang melakukan pelanggaran, seharusnya saat itu juga diumumkan. Tapi, penonaktifan itu baru terjadi setelah rapat di Istana. Saya tidak tahu rapatnya apa, tapi terlihat tidak konsisten,” katanya.

    Saat ini Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) tengah memproses sidang perkara terkait lima anggota DPR RI yang dinonaktifkan partai politiknya karena menuai sorotan publik.

    Lima anggota DPR RI nonaktif itu, yakni Adies Kadir, Ahmad Sahroni, Nafa Urbach, Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio, dan Surya Utama alias Uya Kuya. Sejauh ini persidangan baru memeriksa sejumlah saksi dan belum memanggil para anggota DPR RI nonaktif tersebut.

    Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
    Editor: Didik Kusbiantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ahmad Sahroni Cerita Jatuh dari Plafon Saat Rumahnya Dijarah

    Ahmad Sahroni Cerita Jatuh dari Plafon Saat Rumahnya Dijarah

    GELORA.CO  – Setelah dua bulan menghilang, Ahmad Sahroni muncul di depan warga Tanjung Priok, Jakarta Utara, menggelar doa bersama dan menceritakan pengalaman rumahnya dijarah massa, Minggu (2/11/2025). 

    Ia juga menyampaikan niat membangun kembali rumah yang rusak dan memberi klarifikasi terkait tuduhan korups

    Rumah Sahroni sebelumnya menjadi korban penjarahan massa pada Sabtu (30/8/2025) lalu. Semua barangnya raib, mulai dari tas mewah, properti, hingga ijazah.

    Soal kedatangan Sahroni di kampungnya tersebut, Ketua RW 06 Kelurahan Kebon Bawang, Tanjung Priok, Sugeng, membenarkan.

    “Itu kemarin doa bersama,” ucap Sugeng saat dikonfirmasi, Senin (3/11/2025). 

    Usai doa bersama, Ahmad Sahroni turut memberikan sambutan di hadapan para tamu dan warga, berikut lima pengakuannya:

    1. Ingin Membangun Rumah Lagi

    Dalam sambutannya, Sahroni menyampaikan niatnya untuk membangun kembali rumah yang rusak akibat dijarah massa beberapa waktu lalu.

    “Ya, menyampaikan mau bangun rumah dan cerita ketika rumahnya dijarah,” jelas Sugeng.

     Sugeng menuturkan, acara doa bersama dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat, termasuk ketua RT dan RW setempat, para ulama, habaib, serta warga sekitar.

    Dalam rekaman video yang diterima Kompas.com (grup suryamalang), Sahroni tampak mengenakan kemeja putih lengan panjang saat menyampaikan sambutan. 

    2. Momen Mencekam Penjarahan Rumah

    Sahroni juga menceritakan kembali situasi ketika rumahnya diserbu dan dijarah oleh massa dan menganggap pengalamannya seperti sebuah film drama.

    Sahroni juga mengucapkan terima kasih kepada para tetangga yang telah menolongnya saat insiden itu terjadi.

    “Saya ucapkan terima kasih buat Pak Haji Dhani dan istri yang telah menerima saya di rumah belakang pada saat saya persis jam 22.15 WIB malam, saya lompat dari belakang ke rumahnya beliau,” ucap Sahroni.

    Sahroni bercerita, sempat bersembunyi di kamar mandi rumahnya sebelum akhirnya dipergoki warga yang menjarah.

    Namun, warga tersebut tidak menyadari orang di dalam kamar mandi adalah Sahroni.

    “Ada tiga orang bapak ibu menghampiri di kamar mandi melihat saya dan bertanya sama saya, kebetulan muka saya kasih debu dan sebelumnya saya bersembunyi di atas plafon, plafonnya enggak kuat saya jatuh” lanjutnya. 

    “Akhirnya, plafonnya saya hancurin sekalian, tapi pintu kamar mandinya saya buka,” ungkapnya.

    3. Heran Kolor dan Sikat Gigi Ikut Raib

    Sahroni bercerita, situasi hari itu, kacau balau. Ia kehilangan banyak barang pribadi, bahkan, barang-barang tak terduga ikut raib. 

    “Kebayang enggak? kolor diambil. Gosok gigi diambil, bapak ibu mohon maaf sebelumnya kalau ada tetangga anaknya ditangkep polisi saya enggak tahu menahu karena ikut serta menjarah di rumah ini,” katanya disambut riuh tawa warga. 

    Selain itu, Sahroni juga menyayangkan foto keluarganya yang dicuri. 

    “Foto keluarga pun dicuri. Pertanyaannya buat apa coba? oke lah barang lain silakan ambil lah. Foto keluarga diambil, itu buat apa,” katanya.

    Baca juga: Kronologi Ahmad Sahroni Terjebak di Kamar Mandi Saat Rumah Dijarah Warga

    4. Bantah Korupsi

    Lebih lanjut, Ahmad Sahroni menyinggung tuduhan korupsi dan menegaskan hal itu tidak benar meski tetap dianggap rakyat turut menikmati uang negara. 

    Menurut Sahroni, banyak yang salah paham soal situasi yang sedang terjadi saat itu. 

    “Saya alhamdulilah tidak korupsi. Tapi dianggap rumah ini adalah duit rakyat dari hasil pajak. Saya yakin tuh, orang-orang yang teriak itu boro-boro bayar pajak. Pasti nunggu sembako juga” ucapnya. 

    “Sayang bapak, ibu. Konteks politik di dalam ruang publik ini, di-framing orang yang enggak ngerti kondisinya,” jelas Sahroni. 

    5. Alasan Baru Muncul

    Sahroni menjelaskan, alasannya baru berani tampil ke publik setelah cukup lama menghilang dan mengaku sempat merasa dibenci banyak orang dan takut karena masih ada pihak-pihak yang mencari keberadaannya.

    Sahroni dikabarkan akan memberikan kejutan pada tanggal 10 November 2025. 

    Hal itu dibocorkan oleh Waketum PSI, Ronald Aristone Sinaga atau dikenal Bro Ron. 

    Bro Ron dan Ahmad Sahroni, bertemu di sebuah kafe di Plaza Senayan pada Senin (13/10/2025). 

    Dari foto yang dibagikan Bro Ron di akun Instagram-nya, mereka tampak bertemu dalam suasana akrab. 

    Keduanya yang sama-sama aktif di dunia politik ternyata sudah saling mengenal sejak lama. 

    Bro Ron menyebut, Ahmad Sahroni adalah seniornya di dunia politik. 

    ‘Beliau senior saya dalam politik, saya mah masih anak kacang. Tetapi kami sudah kenal lama. Bahkan, dulu kami di komunitas motor yang sama, Team Birah 1 (baca: Birahi) nama basecamp di Blok S,’ tulis Bro Ron. 

    Wakil Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tersebut menceritakan, bagaimana jalan hidupnya dan Sahroni akhirnya ke dunia politik.

    ‘Anyway, itulah kehidupan. Penuh warna warni. 20 tahun lalu kami berdua tidak akan pernah pikirkan akan masuk politik, apalagi di posisi sekarang Bro Roni Bendum @official_nasdem dan saya Bro Ron Waketum @psi_id,’ tulisnya. 

    Bro Ron pun menutup cerita singkat soal kedekatan mereka dengan pesan yang sarat makna kepada Sahroni. 

    ‘Sehat-sehati bro, ingat untuk selalu melayani rakyat. Kita sama-sama banyak belajar tahun ini. Saya yakin, akan banyak yang surprise di tanggal 10 November nanti,’ tutupnya

  • Sahroni: Orang-orang yang Teriak di Rumah Saya Boro-boro Bayar Pajak, Pasti Nunggu Sembako Juga

    Sahroni: Orang-orang yang Teriak di Rumah Saya Boro-boro Bayar Pajak, Pasti Nunggu Sembako Juga

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Anggota DPR RI nonaktif Ahmad Sahroni kembali muncul ke publik. Dia curhat soal dirinya yang dibenci orang-orang.

    Sahroni mengaku heran dengan sikap orang-orang. Padahal, dia bilang dirinya tidak korupsi.

    “Semua orang membenci saya, semua orang mencari saya. Bapak ibu, saya alhamdulillah tidak korupsi,” kata Sahroni dikutip Selasa (3/11/2025).

    Bendahara Umum Partai Nasdem itu juga mengungkit penjarahan yang menyasar rumahnya saat demonstrasi Agustus 2025. Menurutnya, rumah tersebut dibangun bukan dari hasil pajak rakyat.

    “Tapi dianggap rumah ini adalah duit rakyat dari hasil pajak. Saya yakin tuh orang-orang yang teriak itu boro-boro bayar pajak. Pasti nunggu sembako juga, sayang bapak ibu, konteks politik di dalam ruang publik ini di frame orang yang nggak ngerti kondisinya,” ujarnya.

    Lebih jauh ia turut menyoroti berbagai tulisan kotor yang mencoret-coret rumahnya. Ia merasa miris atas sikap masyarakat yang melakukan perbuatan tidak bertanggung jawab tersebut.

    “Ini kalau nggak ditutup sama terpal omongannya ya Allah ya Tuhan,” cetusnya.

    Sahroni juga menyesalkan bahwa foto keluarganya ikut dijarah masyarakat. Ia mempertanyakan mengapa foto keluarga yang tidak bernilai ikut diambil.

    “Kebayang bapak ibu, foto keluarga pun dicuri, pertanyaannya buat apa coba, oke lah barang lain ambil silakan, buat apa foto keluarga diambil, buat apa gitu. Buat kenangan? Iya,” pungkasnya. (Arya/Fajar)

  • Perdana Muncul ke Publik, Sahroni Sapa Warga-Jelaskan Kronologi Penjarahan

    Perdana Muncul ke Publik, Sahroni Sapa Warga-Jelaskan Kronologi Penjarahan

    Jakarta

    Politikus Partai NasDem, Ahmad Sahroni, perdana muncul ke publik usai insiden penjarahan pribadi dan penonaktifan dirinya sebagai anggota DPR RI. Momen kemunculan perdana Sahroni saat acara silaturahmi bersama para ulama, perangkat camat, lurah, RW hingga warga di Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

    Acara silaturahmi itu digelar kemarin, Minggu (2/11/2025) di depan kediaman Sahroni yang sempat dijarah. Sahroni tampak mengenakan kemeja berwarna putih memberi sambutan kepada para warga yang duduk mengenakan peci hingga pakaian koko.

    “Oh, kemarin kita buat acara di tempatnya Pak Sahroni yang rumahnya dijarah. Itu kita undang, kita berdoa bersama dan sekaligus bersilaturahmi dengan para ulama peserta undangannya itu 1.200 berikut dengan ulama-ulama serta perangkat RW serta camat, lurah,” kata kerabat Sahroni, Imam, saat dihubungi, Senin (3/11/2025).

    Imam mengatakan acara pengajian itu diinisiasi langsung oleh Sahroni. Ia menyebut Sahroni baru pertama juga kembali ke rumah yang telah dijarah oleh pihak yang tak bertanggungjawab.

    “Betul, kita berdoa bersama. Kebetulan juga Pak Sahroni baru datang ke rumahnya ya. Jadi dia punya inisiatif untuk berdoa bersama,” ungkap Imam.

    “Dari Pak Sahroni sendiri, dari Pak Sahroni sendiri, yang punya inisiatif, Inisiatifnya ya. Ya, kami khususkan undangan memang hanya fokus di Kelurahan Kebon Bawang karena pesertanya hanya 1.200,” ungkap Imam.

    Imam mengatakan Sahroni menyapa warga dalam sambutannya. Sahroni juga disebut menjelaskan kronologis kejadian penjarahan di rumah tersebut.

    “Tapi sudah semenjak kejadian itu kan sudah lama juga nggak bikin acara dan akhirnya lumayan bikin acara. Setelah bikin acara, sembari menyapa, lalu beliau juga cerita soal kronologis kejadian di rumah tersebut,” imbuhnya.

    (dwr/dek)

  • Penjarahan Rumah Sri Mulyani hingga Sahroni Disebut Sudah Direncanakan

    Penjarahan Rumah Sri Mulyani hingga Sahroni Disebut Sudah Direncanakan

    Penjarahan Rumah Sri Mulyani hingga Sahroni Disebut Sudah Direncanakan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Ahli kriminologi asal Universitas Indonesia (UI) Adrianus Eliasta Meliala mengatakan, penjarahan yang dilakukan terhadap rumah pejabat dan anggota DPR pada kerusuhan Agustus 2025 lalu sudah direncanakan atau ditarget.
    Adrianus meyakini penjarahan itu tidak dilakukan secara spontan.
    Hal tersebut disampaikan Adrianus saat diperiksa sebagai saksi ahli dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (3/11/2025).
    “Ahli sudah mendengar soal terjadinya penjarahan terhadap beberapa rumah pejabat, termasuk anggota DPR. Salah satu penyebabnya disebut-sebut adalah berita-berita hoaks yang sempat ahli saksikan. Menurut ahli, apa yang menyebabkan masyarakat seolah-olah melakukan pembenaran terhadap perilaku penjarahan tersebut?” tanya anggota MKD DPR Rano Alfath.
    “Dalam khazanah kepustakaan, kita pernah melihat situasi seperti ini, yang kita sebut sebagai
    limited looting
    atau penjarahan terbatas. Artinya, dari banyak rumah atau kantor, hanya beberapa yang menjadi sasaran spesifik. Fenomena ini kemudian berkembang menjadi
    targeted looting
    , yaitu penjarahan yang memang sudah direncanakan dan ditargetkan, bukan aksi yang spontan. Penjarahan ini direncanakan, atau dalam istilah lain disebut
    predestined
    ,” jawab Adrianus.
    Namun, saat ditanya apakah penjarahan itu ada kaitannya dengan video viral anggota DPR joget-joget, Adrianus mengaku perlu berhati-hati dalam menjawab.
    Sebab, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi penjarahan.
    Yang pasti, kata dia, satu hal yang diduga kuat menjadi pemicu penjarahan adalah masyarakat mengalami perasaan ketidakadilan.
    Adrianus membeberkan, perasaan ini muncul dan dirasakan oleh banyak kalangan, mulai dari masyarakat bawah hingga kelas menengah ke atas.
    “Video-video yang beredar memang sengaja dibuat untuk menciptakan dan memperkuat perasaan ketidakadilan ini. Setelah perasaan itu muncul, respons setiap orang berbeda-beda. Ada yang hanya berhenti pada perasaan saja, ada yang melampiaskannya dengan cara lain, tetapi ada juga yang melanjutkannya ke dalam tindakan kerusuhan atau penjarahan,” jelas Adrianus.
    Sementara itu, Adrianus kembali menegaskan bahwa aksi penjarahan yang dilakukan pada Agustus 2025 lalu sudah ditargetkan, bukan spontan.
    “Artinya, kejadian yang sekarang terjadi ini pasti tidak mungkin spontan, ya? Menurut gambaran ahli tadi, pasti ada satu rangkaian yang sudah tersusun,” kata Rano.
    “Untuk perbuatan seperti penjarahan dan kerusuhan yang terjadi pada bulan Agustus itu, ia masuk dalam kategori targeted dan
    selected looting.
    Dalam hal ini, perbuatan tersebut tidak pernah menjadi suatu hal yang bersifat spontan,” kata Adrianus.
    Diketahui, rumah sejumlah pejabat dan anggota DPR dijarah oleh massa.
    Misalnya, rumah mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
    Tidak hanya itu, sejumlah anggota DPR juga menjadi sasaran penjarahan, seperti Uya Kuya, Ahmad Sahroni, hingga Nafa Urbach.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Setjen DPR Sebut Aksi Joget Uya Kuya Cs di Sidang Tahunan Bukan Soal Kenaikan Gaji

    Setjen DPR Sebut Aksi Joget Uya Kuya Cs di Sidang Tahunan Bukan Soal Kenaikan Gaji

    Bisnis.com, JAKARTA — Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR menegaskan aksi joget anggota parlemen saat rangkaian acara sidang tahunan MPR pada Agustus lalu merupakan spontanitas.

    Pernyataan itu diungkap Suprihatini selaku Deputi Bidang Persidangan Sekretariat Jenderal DPR saat sidang terkait lima anggota DPR yang dinonaktifkan pada Senin (3/11/2025).

    Kelima anggota DPR itu yakni Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach dari Fraksi Nasdem, Adies Kadir dari Fraksi Golkar, serta Eko Hendro Purnomo (Eko Patrio) dan Surya Utama (Uya Kuya) dari Fraksi PAN.

    Mulanya, anggota Mahkamah Kehormatan Dewan (MHK) Habiburokhman menanyakan kepada saksi Suprihartini soal pemutaran musik dalam sidang tahunan itu.

    “Lagu yang dipilih itu lagu daerah ya? Bukan Pop, bukan ya? Pertimbangannya apa?” ujar Habiburokhman dalam sidang MKD.

    Suprihartini menjelaskan bahwa pemilihan lagu ini merupakan bentuk apresiasi kepada budaya daerah untuk acara kenegaraan. Setelahnya, Habiburokhman kembali bertanya soal kaitan anggota parlemen yang berjoget dengan pemutaran lagu daerah itu.

    “Jadi ada anggota DPR menikmati lagu tersebut ikut berjoget itupun apresiasi terhadap budaya daerah?” tanya Habiburokhman.

    “Memberikan apresiasi Betul, terhadap budaya daerah,” jawab Suprihatini.

    Selanjutnya, anggota MKD lainnya yakni TB Hasanuddin ikut bertanya kepada Suprihartini. Pertanyaannya masih seputar pemutaran lagu daerah dan diiringi aksi joget anggota parlemen.

    Hasanuddin pun bertanya bagaimana tanggapan Suprihatini terkait kondisi kebatinan anggota parlemen yang berjoget dalam sidang tahunan itu.

    “Ketika ada orang merespons dengan baik dalam suasana yang tadi disampaikan kebatinan gembira kemudian selesai bekerja keras, menurut saksi kira kira bagaimana kondisi situasi saat itu?” tanya TB Hasanuddin.

    “Baik yang mulia, menurut pandangan kami itu bentuk apresiasi peserta sidang terhadap persembahan lagu daerah dan dilakukan spontanitas tanpa kami ada arahan dan sebagainya,” jawab Suprihatini.

    Lebih lanjut, Suprihatini menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah membahas soal kenaikan gaji atau tunjangan lainnya sebelum para anggota Parlemen berjoget di ruang sidang.

    “Tidak ada pembahasan kenaikan gaji atau tunjangan lainnya,” pungkasnya.