Tag: Ahmad Bahauddin Nursalim

  • Saya Ini Gus Asli, Bukan Naturalisasi

    Saya Ini Gus Asli, Bukan Naturalisasi

    GELORA.CO – PENDAKWAH KH Ahmad Bahauddin atau Gus Baha tidak memberi tanggapan secara rinci terkait viralnya lontaran bernada menghina yang dilakukan Gus Miftah di sebuah pengajian di Magelang, Jawa Tengah.

    Ditemui di pengajian di Auditorium Kahar Muzakkir Universitas Islam Indonesia dengan tema Meneladani Khazanah Tafsir Al-Quran di Indonesia, Kamis (5/12), Gus Baha menyebut tidak memiliki media sosial sehingga tidak mengetahui kejadiannya secara detail.

    Gus Baha juga menyebutkan, jenis pertanyaan yang diajukan itu sebagai ‘kriminal’ sehingga menghadapi pertanyaan semacam itu ulama tidak akan menjawab dengan tegas.

    Hanya saja, Gus Baha berkelakar bahwa dirinya adalah gus asli, artinya lahir dari orangtua yang mengasuh pondok pesantren, demikian pula kakek-kakeknya. “Saya ini gus asli, bukan naturalisasi,” katanya sambil tertawa.

    Selain itu, Gus Baha pada kesempatan itu menceritakan dalam satu masa, pernah ada khalifah di Turki yang didatangi ulama muda. Kepada khalifah, ulama tersebut menegaskan akan memberi wejangan yang keras.

    Namun, ujarnya, khalifah menjawab dengan memberikan contoh tentang masa Nabi Musa. Meski menghadapi orang yang jauh lebih buruk dari dirinya sebagai khalifah, yakni Fir’aun, Nabi Musa diutus Allah untuk menyampaikan pesan kepada Fir’aun untuk berkata lemah lembut dan sopan.

    Sebelumnya, viral beredar video di media sosial yang merekam Gus Miftah tengah mengisi acara tabligh akbar. Di atas panggung, pria yang populer dengan rambut panjangnya itu didampingi belasan orang yang duduk di belakangnya.

    Saat melihat adanya seorang pria paruh baya pedagang kaki lima penjual es teh sedang menjajakkan dagangannya di atas nampan yang dibawa di atas kepalanya, Miftah pun mengajak berdialog si pedagang.

    Saat mengetahui bahwa dagangan pedagang tersebut belum laku, sontak Miftah pun melontarkan kata ‘goblok’ kepada pedagang itu.

    “Goblok. Kalau belum laku, ya jualan sana,” tututrnya. 

    Lontaran itu diiringi gelak tawa para orang di sekitar Miftah Maulana. Pria pedagang tersebut hanya terdiam. Kini ramai-ramai warganet mengkritik Miftah atas perbuatannya tersebut. Warganet menyayangkan ujaran kasar tersebut hanya dianggap candaan oleh Miftah. Hal itu tidak mencerminkan sosok Miftah yang dikenal sebagai tokoh agama dan saat ini telah menjadi Utusan Presiden.

    Sementara itu, Gus Miftah telah mengakui kesalahannya dan meminta maaf secara langsung kepada pedagang tersebut dengan mendatangi kediamannya. 

  • Jawaban Bijak Gus Baha saat Ditanya soal Gus Miftah yang Viral Mengolok dalam Kajian – Halaman all

    Jawaban Bijak Gus Baha saat Ditanya soal Gus Miftah yang Viral Mengolok dalam Kajian – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau pendakwah yang kerap disapa Gus Baha memberi jawaban bijak saat ditanya tentang viralnya sikap Gus Miftah saat berdakwah.

    Diketahui, pendakwah bernama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman menjadi bahan pembicaraan setelah mengolok penjual es teh.

    Gus Miftah kini telah meminta maaf kepada penjual es yang diketahui bernama Pak Sunhaji tersebut.

    Namun, setelah permasalahan dengan Pak Sunhaji rampung, muncul video-video lain yang menunjukkan cara guyonan Gus Miftah yang kerap melontarkan ejekan kasar.

    Terbaru, Gus Miftah bahkan mengolok pesinden senior, Yati Pesek.

    Sikap Gus Miftah tersebut akhirnya terdengar sampai kepada Gus Baha.

    Gus Baha mendapat pertanyaan dari jemaah terkait pemanggilan ‘Gus’ hingga apa standarisasi orang bisa dipanggil Gus.

    Hal tersebut terlihat dalam acara ngaji bareng Gus Baha dan Prof Quraish Shihab yang tayang di YouTube Universitas Islam Indonesia pada Kamis (5/12/2024).

    “Hari ini, lagi viral berita seorang Gus. Mohon izin, ya mungkin berceramah dengan kalimat kurang baik. Mungkin diniatkan guyon (bercanda), tapi melukai hati orang lain, tapi MasyaAllah Gus Baha guyon (bercanda), tapi tidak pernah melukai hati orang lain,” ujar seorang jemaah.

    “Pertanyaan saya Gus (Baha), sebenarnya sejarah panggilan Gus ini seperti apa, apakah hanya dimaknai Gus ini adalah anak kiyai terus dipanggil Gus, bahkan mantu kiyai saja Gus naturalisasi atau Gus swasta. Atau bahkan bukan siapa-siapa kemudian bisa dipanggil Gus? Sehingga misal kita bisa berlomba-lomba menjadi Gus bareng-bareng?”

    “Apakah ini hanya di Jawa saja? karena di Madura kami sering mendengar ada panggilan Lora, ini sebenarnya apa?”

    “Nyuwun sewu (permisi), apakah di zaman Rasulullah, putranya Rasulullah juga dipanggil Gus?” tambah jemaah tersebut.

    “Intinya sejarah (Gus), lalu standarisasi Gus itu apa?” pungkasnya.

    Gus Baha sambil tertawa mendengarkan pertanyaan tersebut memilih jawaban bijak.

    Pendakwah yang juga dikenal sebagai ahli tafsir Al Quran tersebut memilih jalan tengah untuk tak memperdulikan pertanyaan provokasi.

    “Ini (saya jawab) yang provokatif dulu, semoga diampuni oleh Allah Ta’ala,” buka Gus Baha sambil tertawa.

    “Saya gak medsos-an, tapi ya denger-denger laporan macem-macem tentang sekian pihak, saya mau cerita biar sampean (Anda) tahu bahwa Pak Eektor ngundang saya ini nggak salah memang bener-bener pemateri yang baik.”

    “Ya kalau kata Nabi Yusuf kan Inihafidzun alim, orang harus dzikromanaki bin nafsi, orang boleh cerita kelebihannya asal itu faktual,” lanjut Gus Baha.

    “Suatu saat ini cerita kitab, suatu saat Nabi Musa harus salat istiqo untuk doa apa saja itu sudah dipakai, nggak mandi. Nabi Musa lho.”

    “Kata Allah, Innafihim Namaman. Di komunitas, Anda ikut salat itu ada yang tukang adu adu (Namam), provokator. Maka kamu doa kayak apa tetap nggak akan saya ijabahi,” jelas Gus Baha.

    “Nabi Musa (lalu menjawab) ya gampang Gusti, tunjukkan orang itu siapa nanti saya usir dari majelis.”

    “Jawabnya Allah itu lucu, saya ini orang yang mengharamkan Namam. Mengharamkan mengadu domba, kalo saya menunjuk orang itu berarti saya Namam,” tegas Gus Baha.

    “Intinya itu Allah terus mengabaikan sekian peristiwa Namam. Jadi kalau pertanyaan provokatif kayak gitu ya pasti diabaikan oleh Allah ta’alla karena nanti repot,” jelas Gus Baha lagi.

    Pada akhir jawabannya, Gus Baha melemparkan candaan tentang nama Gus yang ia kenakan adalah yang asli.

    “Memang saya termasuk Gus yang asli, itu jelas sekali,” pungkas Gus Baha sambil melempar candaan.

    Berikut profil Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha.

    Kehidupan Pribadi

    Dilansir Wikipedia, Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha lahir di Rembang, Jawa Tengah, pada 29 September 1970.

    Ia merupakan anak dari pasangan K. H. Nursalim dan Hj Yuhanidz.

    Dari silsilah keluarga ayah, Gus Baha merupakan generasi ke-4 ulama-ulama ahli Al-Qur’an. 

    Sementara dari silsilah keluarga ibu, Gus Baha menjadi bagian dari keluarga besar ulama Lasem, dari Bani Mbah Abdurrahman Basyeiban atau Mbah Sambu.

    Gus Baha sendiri telah memiliki istri yang bernama Ning Winda dan telah dikaruniai tiga buah hati yang bernama Tasbiha Mahmida, Hassan Tasbiha, dan Mila Tasbiha.

    Pendidikan

    Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, membagikan ceritanya saat sowan sekaligus nyantri kepada KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha pada Rabu (3/5/2023) (Istimewa)

    Pendidikan Gus Baha dimulai dari lingkungan keluarga yang sangat religius. 

    Gus Baha menghabiskan masa kecilnya di pesantren-pesantren yang ada di Rembang, tempat di mana ia pertama kali diperkenalkan dengan ilmu agama.

    Dalam proses pendidikannya, Gus Baha mendalami berbagai disiplin ilmu Islam, seperti tafsir, fiqih, dan hadist, yang membentuknya menjadi seorang ulama yang sangat berkompeten.

    Setelah menempuh pendidikan di Indonesia, Gus Baha melanjutkan studinya ke luar negeri, khususnya ke beberapa negara di Timur Tengah, untuk memperdalam ilmu agama secara lebih mendalam.

    Karier

    Setelah menyelesaikan pendidikan di luar negeri, Gus Baha kembali ke Indonesia dan memulai perannya sebagai seorang ulama. 

    Ia aktif mengajar di beberapa pesantren, serta memberikan kajian-kajian agama di berbagai forum.

    Salah satu ciri khas dari dakwah Gus Baha adalah kemampuannya dalam menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang sederhana, sehingga mudah dipahami oleh berbagai kalangan, mulai dari santri hingga masyarakat umum.

    Sebagai seorang santri tulen, yang berlatar belakang pendidikan non-formal dan non-gelar, Gus Baha diberi keistimewaan untuk menjadi Ketua Tim Lajnah Mushaf Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

    Gus Baha duduk bersama para Profesor, Doktor dan ahli-ahli Al-Qur’an dari seluruh Indonesia, seperti Prof. Dr. Quraisy Syihab, Prof. Zaini Dahlan, Prof. Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain.

    (Tribunnews.com/Siti N/ David Adi)

  • Viral Sopir Truk Sobek Gambar Gus Miftah di Kendaraannya, Netizen: Takut Gak Dapat Muatan

    Viral Sopir Truk Sobek Gambar Gus Miftah di Kendaraannya, Netizen: Takut Gak Dapat Muatan

    GELORA.CO – Tak sanggup membendung rasa kecewa, seorang sopir truk mempreteli sebuah stiker bergambar wajah Gus Miftah. 

    Ia mencabut stiker wajah Gus Miftah yang sedang tertawa sembari memegang mic. 

    Bukan tanpa alasan si sopir itu mencabut stiker Gus Miftah.

    Pasalnya, kabar tak sedap sedang menerpa sosok Gus Miftah. 

    Diketahui, Gus Miftah belakangan ini membetot perhatian publik karena ucapannya yang dinilai kasar dan merendahkan terhadap orang kecil. 

    Terlihat seorang pria yang mengenakan kaus kuning sedang mengupas stiker Gus Miftah. 

    Sambil mengupas stiker itu, ia sembari mengumpat meluapkan kekesalannya. 

    “Sobek pas mukanya, sobek,” ujar temannya yang merekam aksi pria itu.

    “Kalau tulisannya biar lah (enggak usah dicabut) Tapi mukanya buang jauh-jauh,” katanya lagi.

    Si pria itu kemudian berhasil mengupas stiker bergambar wajah Miftah. 

    “Aku suka gayamu, tapi aku enggak suka bicaramu,” kata si sopir itu usai berhasil mengelupas wajah Gus Miftah. 

    “Betul, betul, betul. Adab lebih tinggi daripada ilmu,” tambah teman si sopir itu.  

    Kejadian ini pun viral dan mengundang berbagai komentar dari netizen

    “Asse iki eo takut,gara2 truk e ad stiker gus miftah,gx dpat muatan,..????????????,” ujar @Suwardi***.

    “Ganti foto bapak penjual es teh????,” ujar @alfat***.

    “Hilang gus miftha ganti dngan gus baha kawan…????,” kata @Fazrul***.

  • Yoyok-Joss Ziarah ke Makam Kiai Sholeh Darat Sebelum Doa Bersama Ulama di Simpanglima

    Yoyok-Joss Ziarah ke Makam Kiai Sholeh Darat Sebelum Doa Bersama Ulama di Simpanglima

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang Nomor Urut 2, Yoyo Sukawi-Joko Santoso (Yoyok-Joss), melakukan ziarah ke Makam Kiai Sholeh Darat di TPU Bergota pada Sabtu (23/11/2024).

    Ziarah ini dilakukan sebelum menghadiri acara Doa Untuk Jawa Tengah di Simpanglima Semarang bersama Paslon Gubernur-Wakil Gubernur Jateng Nomor Urut 2, Ahmad Luthfi-Taj Yasin. Acara doa bersama tersebut dihadiri para ulama besar seperti KH Anwar Mansyur, KH Nurul Huda, KH Ma’ruf Amin, Gus Mus, Gus Baha, dan tokoh lainnya.

    Yoyok-Joss tiba di makam sekitar pukul 13.30 WIB dan menunggu giliran ziarah karena masih ada rombongan pengajian lain. Sambil menunggu, mereka berbincang dengan pengelola makam. Setelah mendapatkan giliran, keduanya bersama rombongan memanjatkan doa dengan khidmat.

    “Hari ini sebelum doa bersama di Simpanglima, saya dan Mas Yoyok menyempatkan diri ziarah ke makam Kiai Sholeh Darat,” kata Calon Wakil Wali Kota Semarang, Joko Santoso.

    Yoyok Sukawi menambahkan bahwa Kiai Sholeh Darat merupakan figur tauladan bagi umat muslim di Indonesia, terutama dalam penyebaran dan pemahaman agama Islam di wilayah Semarang dan sekitarnya.

    “Kiai Sholeh Darat adalah ulama besar yang menjadi tauladan kita semua. Saya bersyukur bisa berziarah di sini,” ujar Yoyok Sukawi.

    Ziarah ini menjadi bagian dari upaya Yoyok-Joss untuk merefleksikan nilai-nilai perjuangan para ulama, mengingat Pilkada Serentak 2024 semakin dekat. Hal ini juga menunjukkan komitmen pasangan calon untuk menjunjung tinggi nilai religiusitas dalam memimpin Kota Semarang.

  • Ribuan Pendukung Vivit-Umam Gemakan Sholawat di Ponpes Narukan

    Ribuan Pendukung Vivit-Umam Gemakan Sholawat di Ponpes Narukan

    TRIBUNJATENG.COM, REMBANG – Menyambut Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 27 November 2024, tim pemenangan pasangan calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Rembang nomor urut 01, Vivit Dinarini Atnasari dan Zaimul Umam Nursalim (Gus Umam) menggelar sholawatan akbar sekaligus menjemput kemenangan, Minggu (17/11/2024) malam.

    Bertempat di halaman Pondok Pesantren LP3IA di Desa Narukan, Kecamatan Kragan, gelaran sholawatan bertema Pilkada Damai Menuju Kemenangan itu dihadiri 10 ribu jamaah.

    Acara tersebut dihadiri oleh beberapa tokoh masyarakat seperti Gus Baha, Abdul Hafidz, Habib Ali Zainal Abidin Assegaf. 

    Calon Wakil Bupati Rembang nomor urut 1, Zaimul Umam Nursalim (Gus Umam) mengatakan, sholawatan ini merupakan kegiatan Paslon 01 sekaligus dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

    “Jadi ini digelar dalam rangka menjemput kemenangan pada Pilkada serentak di Rembang 27 November 2024 mendatang. Kita terus berdoa dan bertawasul untuk perjuangan pemenangan Vivit-Umam,” ungkapnya. 

    Gus Umam berharap dengan digelarnya sholawat ini bertujuan untuk berdoa kepada Allah SWT agar pilkada Rembang berjalan dengan lancar, aman dan kondusif.

     “Kami terus memanjatkan doa-doa kepada Allah SWT, semoga pagelaran Pilkada serentak bisa berjalan lancar dan damai,” tuturnya.

    Gus Umam berharap pada gelaran pilkada 2024 pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Rembang, pihaknya mampu mendapatkan perolehan suara diatas 50 persen. (Rad)

  • Gus Baha Terpilih Kembali Nahkodai Himasal Cabang Kabupaten Trenggalek

    Gus Baha Terpilih Kembali Nahkodai Himasal Cabang Kabupaten Trenggalek

    Trenggalek (beritajatim.com) – Kiai Bahauddin Jumadi atau yang akrab disapa Gus Baha resmi terpilih kembali untuk mengemban amanah menahkodai Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal) Cabang Kabupaten Trenggalek.

    Penetapan pemilihan Gus Baha tersebut disampaikan dalam forum Musyawarah Cabang Himasal dan Lembaga Ittihadul Muballighin (LIM) Cabang Kabupaten Trenggalek di Pondok Pesantren Al Mursyid Duwet, Ngetal, Pogalan Trenggalek, Senin (27/05/2024) malam.

    Proses pemilihan Gus Baha sebagai ketua umum harian Himasal Cabang Kabupaten Trenggalek periode 2024-2029 berlangsung khidmad. Dipilih berdasarkan musyawarah dewan penasihat, di antaranya KH Abdul Fattah Mu’in dan KH Imron Rosyidi.

    “Sesuai dengan kesepakatan dewan penasihat kami berlima bersepakat berpandangan bahwa untuk ketua adalah Kiai Bahauddin Jumadi dan sekretaris KH Fatkhunaja Khusairi,” terang KH Abdul Fattah Mu’in membacakan putusan musyawarah dewan penasihat.

    KH Abdul Fattah Mu’in pun berpesan kepada Gus Baha sebagai nahkoda Himasal untuk memperbarui perahu organisasi agar bisa berjalan dengan lancar dan semakin aktif.

    “Himasal ini ibaratnya perahu, maka pengurus yang baru nanti perbaiki lah perahumu agar bisa berjalan aktif dan makin lancar. Mudah-mudahan pengurus yang lama mendapatkan pahala yang besar dari Allah dan pengurus yang baru bisa menjalankan dengan ikhlas,” pesan kiai Pengasuh Pondok Pesantren Babul Ulum Durenan itu.

    Diketahui Gus Baha merupakan ketua umum harian Himasal Cabang Trenggalek masa khidmad 2019-2024. Dengan terpilihnya kembali, maka Pengasuh Pondok Tengah Kamulan tersebut resmi terpilih untuk melanjutkan kepemimpinan pada masa khidmad berikutnya, hingga tahun 2029.

    Selama kepemimpinan Gus Baha, pergerakan Himasal Cabang Kabupaten Trenggalek terbilang cukup aktif. Mulai mendorong berdiri dan keberlanjutan pondok cabang Lirboyo di Kecamatan Bendungan Trenggalek hingga memelopori ekspedisi kiriman santri.

    Gus Baha saat menyampaikan Laporan Pertanggung Jawaban kepengurusan Himasal Cabang Trenggalek 2019-2024.

    Sebagai ketua terpilih, Gus Baha memohon doa restu kepada seluruh alumni. Pihaknya terbuka untuk menerima sumbangsih serta saran dan kritik yang membangun untuk keberlangsungan Himasal Cabang Kabupaten Trenggalek.

    “Nyuwun dungo pangestu semoga bisa membuat program-program yang maslahah pada periode berikutnya. Permintaan dari kami nyuwun doa restu dan kritik yang membangun agar kami pengurus baru bisa melangkah dengan sukses,” tandas Gus Baha.

    Gus Baha juga menyinggung soal keberadaan pondok cabang Lirboyo yang ada di Trenggalek. Menurutnya, ketika ada pondok cabang di daerah, maka Himasal harus terlibat langsung untuk menangani pondok cabang.

    Dalam forum Muscab Himasal Cabang Kabupaten Trenggalek ini tidak hanya memilih ketua umum harian dan sekretaris Himasal Trenggalek tapi juga melakukan pemilihan ketua dan sekretaris LIM, yang merupakan badan otonom Himasal.

    Untuk pemilihan ketua dan sekretaris LIM dilakukan musyawarah ketua Himasal, sekretaris, dan dewan penasihat. Disepakati Ketua LIM periode 2024-2029 adalah Agus Nasuha Mukhtar dan sekretaris Agus Thoriq Aziz.

    Sementara itu, mengenai susunan kepengurusan baik Himasal maupun LIM akan dibentuk oleh tim formatur yang terdiri dari ketua dan sekretaris terpilih selambat-lambatnya 30 hari setelah acara Muscab Himasal Kabupaten Trenggalek. [ian]