Tag: Agustini Rahayu

  • Peruri: Wajah baru M Bloc wujud kolaborasi BUMN dan industri kreatif

    Peruri: Wajah baru M Bloc wujud kolaborasi BUMN dan industri kreatif

    Jakarta (ANTARA) – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri), sebagai pemilik lahan kawasan M Bloc Space, Jakarta Selatan, menyatakan wajah baru area ini merupakan contoh kolaborasi strategis antara BUMN dan sektor industri kreatif.

    “Perputaran ekonomi tidak selalu berasal dari gedung-gedung bertingkat. Justru, ekonomi kreatif tumbuh dari komunitas, musik, kuliner, dialog, dan harapan anak muda. Itulah sebabnya kami mendukung kelanjutan pengembangan ini melalui New M Bloc,” kata Plt Direktur Utama Peruri Property Fakky Ismail dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.

    Fakky menjelaskan M Bloc Space merupakan proyek placemaking hasil kerja sama antara PT Ruang Riang Milenial (M Bloc Group) dan Peruri yang diresmikan pada 26 September 2019.

    Sejak 2023, M Bloc Space menjadi bagian dari kawasan Kota Peruri, sebuah program optimalisasi aset yang dirancang sebagai kawasan terintegrasi di tengah kota Jakarta Selatan untuk menjadi ruang aktivitas bisnis, ruang publik, dan pusat kreativitas urban.

    Peruri berharap M Bloc Space dapat terus menjadi katalis kolaborasi lintas sektor yang menggerakkan ekosistem ekonomi kreatif nasional.

    Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyampaikan bahwa peresmian New M Bloc Space merupakan bagian dari upaya menjadikan Jakarta sebagai kota global yang inklusif dan ramah bagi komunitas kreatif.

    Ia menilai kehadiran ruang ini memberi dampak sosial, ekonomi, dan budaya yang signifikan karena menghadirkan berbagai kegiatan komunitas, festival musik, dan pameran seni yang menghidupkan kawasan Blok M.

    Pramono menjelaskan bahwa kawasan Blok M dibentuk untuk menjadi ruang kolaborasi, kerja sama dan inovasi bagi beragam kelompok apapun, yang juga didukung oleh Taman Literasi Martha Tiahahu yang dibuka 24 jam serta akses Transjakarta yang menawarkan banyak pilihan rute.

    Deputi Bidang Kreativitas Media Kementerian Ekonomi Kreatif Agustini Rahayu berharap dari lokasi yang strategis dan kemudahan akses transportasi ke M Bloc Space dapat menjadi top of mind ruang kreatif bagi anak muda dan pelaku kreatif dapat memanfaatkan lokasi ini dengan baik untuk mengembangkan produk kreatifnya.

    “Kami intinya mendorong lahirnya ruang-ruang kreatif baru yang bisa kumpul di sini, Kemenekraf percaya masa depan ekonomi Indonesia ini ada di industri kreatif,” kata Ayu.

    Pewarta: Imamatul Silfia
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Indonesia Negara Nomor 1, Warga RI Paling Banyak Langganan Netflix Cs

    Indonesia Negara Nomor 1, Warga RI Paling Banyak Langganan Netflix Cs

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia menjadi pasar terbesar layanan streaming video premium alias subscription video on demand (SVOD) di Asia Tenggara.

    Sepanjang 2024, pendapatan dari SVOD di Tanah Air tembus US$552 juta atau sekitar Rp9 triliun.

    Data ini diungkap Deputi Bidang Kreativitas Media Kementerian Ekonomi Kreatif, Agustini Rahayu, di acara US Business For Indonesia: Creative Economy Forum, di Jakarta, Selasa (17/6/2025).

    Ia menyebut, pertumbuhan langganan platform seperti Netflix, Disney+, Vidio, dan sejenisnya terus meningkat seiring pesatnya konsumsi konten digital di masyarakat.

    Adapun tingkat penetrasi pengguna SVOD di Indonesia diperkirakan mencapai 8,4% pada 2025, dan akan meningkat hingga 10% di 2030.

    Namun, di balik pertumbuhan itu, isu pembajakan dan perlindungan kekayaan intelektual (IP) jadi tantangan serius. Salah satu contohnya adalah kasus film lokal Jumbo, yang sempat bocor ke platform ilegal seminggu sebelum tayang di bioskop.

    “Kami dapat laporan filmnya dijual Rp15 juta di platform online. Langsung kami koordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Digital untuk menutup platform tersebut demi melindungi privasi IP nya,” kata Agustini.

    Langkah cepat itu terbukti efektif. Jumbo sukses ditonton lebih dari 10 juta orang selama 60 hari penayangannya di bioskop.

    Pemerintah, lanjutnya, terus menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari platform OTT lokal hingga asosiasi industri, demi memperkuat sistem perlindungan IP.

    Meski regulasi masih di kementerian lain, Kementerian Ekonomi Kreatif kini menjadi fasilitator suara industri agar bisa menyuarakan kebutuhan mereka ke lintas kementerian.

    “Saat ini regulasi IP masih dipegang kementerian lain, tetapi kami berperan sebagai fasilitator kebutuhan industri, mendengar keluhan mereka dan menjembatani koordinasi lintas kementerian serta pemangku kepentingan untuk menyelesaikan masalah ini.” pungkasnya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kementerian Ekonomi Kreatif Ajak Musisi Lokal Pasarkan Karya di Platform Digital Lewat Musicpreneur – Halaman all

    Kementerian Ekonomi Kreatif Ajak Musisi Lokal Pasarkan Karya di Platform Digital Lewat Musicpreneur – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) dorong musisi lokal berdaya saing lewat musicpreneur, yang dapat memperkuat ekosistem industri musik di tanah air.

    Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya mengatakan program itu mendorong penciptaan karya musik serta memperkuat ekosistem industri musik melalui produksi, distribusi, serta pemasaran berbasis digital.

    Program ini memungkinkan musisi untuk menjangkau audiens global, menciptakan aliran pendapatan baru, serta berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

    “Kami berharap program ini dapat menjadi wadah inkubasi bagi musisi Indonesia agar lebih profesional dan berdaya saing,” ujar Riefky di Jakarta, dikutip Kamis (6/3/2025).

    Selain akses pasar, pendampingan terkait hak kekayaan intelektual juga menjadi perhatian utama Kemenekraf. Musik harus jadi kekuatan untuk membawa nama Indonesia ke kancah global.

    Riefky juga berpartisipasi dalam rekaman podcast spesial menjelang peringatan Hari Musik Nasional pada 9 Maret.

    Dalam kesempatan tersebut, dia mengajak para musisi dan pelaku industri musik untuk terus berkarya serta bersinergi dalam membangun ekosistem musik yang lebih kuat dan inklusif.

    “Pemerintah berkomitmen mendukung industri musik melalui regulasi yang berpihak pada musisi, penyediaan infrastruktur yang memadai, serta kemudahan perizinan,” katanya.

    Kemenekraf bekerja sama dengan Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) sebagai langkah strategis dalam pengembangan ekonomi kreatif.

    Kolaborasi itu bertepatan dengan peluncuran Program Musicpreneur oleh RRI yang bertujuan mendukung industri musik Tanah Air dengan pendekatan kewirausahaan.

    “MoU ini membuka peluang untuk berbagi data mengenai potensi musik di Indonesia serta mengaktivasi kantor-kantor RRI di daerah guna melibatkan lebih banyak pelaku ekonomi kreatif, seperti musisi lokal dan kreator konten,” ucapnya.

    Riefky meneken langsung Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman dengan RRI. Selain itu, Kemenekraf juga menandatangani MoU dengan tiga asosiasi periklanan yakni Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), Asosiasi Perusahaan Media Luar-Griya Indonesia (AMLI), dan Ikatan Rumah Produksi Iklan Indonesia (IRPII).

    Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Ignatius Hendrasmo mengatakan program musicpreneur menjadi kado untuk perayaan Hari Musik Nasional pada 9 Maret 2025. Hal ini merupakan pengingat bahwa musik bukan hanya sekadar seni melainkan mampu menjadi ekonomi Indonesia.

    Acara penandatanganan Nota Kesepahaman ini turut dihadiri  jajaran pejabat Kemenekraf, Deputi Bidang Kreativitas Media Agustini Rahayu, Direktur Periklanan Selliane Halia Ishak, Direktur Televisi dan Radio Pupung Thariq Fadhilah, dan Direktur Musik Muhammad Amin Abdullah.

  • Kolaborasi Bareng Kemenekraf, Backstagers Indonesia Bersiap Membawa Standar Penyelenggaraan Event Global

    Kolaborasi Bareng Kemenekraf, Backstagers Indonesia Bersiap Membawa Standar Penyelenggaraan Event Global

    loading…

    Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenekraf/Bekraf) melakukan pertemuan dengan Asosiasi Penyelenggara Kegiatan (Event Backstagers Indonesia). Foto/Istimewa

    JAKARTA – Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenekraf/Bekraf) melakukan pertemuan dengan Asosiasi Penyelenggara Kegiatan (Event Backstagers Indonesia) pada Rabu (15/1/2025). Para pengurus Backstagers Indonesia diterima langsung oleh Menekraf/Kabekraf Teuku Riefky Harsya .

    Dalam kesempatan itu, Riefky didampingi Deputi Bidang Kreativitas Media Kemenekraf Agustini Rahayu, Deputi Bidang Pengembangan Strategis Kemenekraf Cecep Rukendi beserta jajaran. Dalam audiensinya, Backstagers Indonesia menyampaikan beberapa hal terkait perubahan nomenklatur kementerian dan konsen industri event pada tantangan nasional maupun global.

    Di antaranya, yang sejalan dengan program pemerintah Asta Cita yang memprioritaskan peningkatan kapasitas SDM pelaku ekraf yang berdaya saing dan berstandarisasi global. Ketua Umum Backstagers Indonesia Andro Rohmana mengatakan, saat ini Backstagers Indonesia dalam tahap pengurusan aliansi dengan federasi internasional di bidang event industry.

    “Adapun beberapa syaratnya adalah komitmen asosiasi di Indonesia dalam menerapkan global standard dalam pelaksanaan event, secara berkala menerbitkan riset terkait perkembangan industri dan perencanaan continuing education pada anggotanya yang akan dimonitor oleh komite internasional,” katanya.

    “Langkah ini tidak dapat kami lakukan sendirian apabila tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah, sedangkan nomenklatur kementerian ada perubahan. Dalam hal ini kami Backstagers Indonesia berharap Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenekraf/Bekraf) Republik Indonesia sekiranya mendukung inisasi kami yang senafas dengan Asta Cita dalam menyiapkan generasi penerus yang lebih agile akan kebutuhan skill dan knowledge di bidang event,” sambungnya.

    Tak hanya itu, Backstagers Indonesia juga menyampaikan aspirasi anggotanya terkait minimnya apresiasi pelaku seni budaya, pekerja informal, dan kreativitas pada event di daerah. “Banyak pemerintah daerah dalam penyelenggaraan event kurang memperhatikan pelaku seni budaya dan pekerja informal yang menggantungkan nafkah akan terselenggaranya kegiatan di daerahnya, perencanaan yang copy paste dan kurangnya kreativitas dalam penyusunan kak, mengakibatkan banyaknya kegiatan hanya menganggarkan sewa barang seperti audio, tenda, dan sebagainya,” katanya.

    Dia menuturkan, mirisnya adalah man power tidak dianggarkan sama sekali, sedangkan keberhasilan suatu acara mulai dari konsep, komunikasi hingga pelaksanaan event juga atas peran banyak pekerja dan insan kreatif yang ada di dalamya. “Kami berharap new engine of growth yang dicanangkan Kemenekraf salah satunya peningkatan tenaga kerja kreatif dapat menjembatani kegelisahan kami di daerah,” ujar Andro.

    Sementara itu, Menekraf Teuku Riefky mengatakan audiensi ini diharapkan sebagai tempat diskusi dengan para stakeholder terkait keberlanjutan dan pengembangan potensi ekonomi kreatif di Indonesia. “Baru saja Kemenekraf dan Kemendagri menandatangani Surat Keputusan Bersama (SKB) untuk membentuk Dinas Ekonomi Kreatif di daerah. Sehingga aspirasi yang tadi disampaikan dapat ditindaklanjuti dengan hadirnya nomeklatur baru di daerah,” ujarnya.

    “Termasuk juga bahwa pengembangan industri dan ekonomi kreatif harus bisa memberikan dampak untuk pemerataan ekonomi yang berkeadilan, membuka lapangan kerja, dan meningkatkan kualitas dari ekonomi kreatif di Indonesia,” sambung Teuku Riefky.

    Dia menyambut baik inisiasi Backstagers Indonesia dalam memprioritaskan penguatan kapasitas SDM, penyelenggaraan event berstandar global hingga dukungan akan riset yang diperlukan terhadap perkembangan industri event di Indonesia.

    “Hal baik apa pun jika memberikan dampak yang positif terhadap Ekonomi Kreatif di Indonesia, kalau bisa kami bantu, akan kami bantu, termasuk apabila ada persyaratan Backstagers Indonesia beraliansi dengan federasi event internasional, kelengkapan admistratif apa yang bisa kita berikan rekomendasinya, karena kami percaya semakin banyak pelaku industri kreatif yang mendapatkan pengakuan internasional, hal tersebut juga menjadi diplomasi kreatif bagi bangsa kita,” pungkasnya.

    (rca)