Tag: Agus Santoso

  • Majikan Tewas Diduga Diserang 10 Anjing, Kakak Yakin Korban Dimangsa, Pecinta Anjing Dibuat Syok – Halaman all

    Majikan Tewas Diduga Diserang 10 Anjing, Kakak Yakin Korban Dimangsa, Pecinta Anjing Dibuat Syok – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kasus majikan tewas diduga diserang 10 anjing peliharaannya dilaporkan terjadi di Surabaya, Jawa Timur.

    Korban diketahui bernama Yohanes Alexander Stefanus de Fretes (52), warga Jalan Rungkut Harapan.

    Jasad korban pertama kali ditemukan oleh sang kakak, Henry de Fretes, pada Jumat (11/4/2025).

    Henry yakin adiknya tewas dimangsa oleh anjing-anjingnya hingga membuat dirinya ikut trauma.

    “Trauma, karena anjing ini memakan jenazah. Kalau saya sih bukan diduga, tapi pasti. Keyakinan saya pasti (dimangsa),” katanya, dikutip dari kanal YouTube tvOneNews, Senin (14/4/2025).

    Henry dalam kesempatannya mengungkap kronologi detik-detik adiknya ditemukan tewas.

    Semua bermula ketika ia pergi ke rumah korban hendak mengirim makan.

    Sampai di tempat kejadian perkara (TKP), Henry merasa curiga dengan perilaku anjing milik korban.

    Para anjing menggonggong tak biasa.

    Henry yang penasaran langsung mendobrak pintu dan menemukan adiknya dalam kondisi mengenaskan wajah penuh luka.

    Henry menambahkan bahwa adiknya memang menderita penyakit TBC dan sangat menyayangi anjing-anjing peliharaannya.

    “Dia sering tidur ditemani anjing-anjingnya,” ungkap dia, dikutip dari TribunJatim.com.

    Henry kemudian melaporkan kejadian ini ke polisi.

    Petugas mengevakuasi jasad korban untuk dilakukan autopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim.

    Kapolsek Rungkut, AKP Agus Santoso mengaku belum bisa menyimpulkan penyebab tewasnya korban.

    “Kami masih menunggu hasil autopsi dari Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim untuk memastikan penyebab kematian korban,” terangnya.

    Informasi tambahan, korban menderita sakit tuberkulosis.

    Sehari setelah kejadian, kesepuluh anjing dievakuasi oleh sejumlah pihak yang melibatkan para komunitas anjing.

    Djati Purnamawati yang ikut membantu mengaku syok dengan kejadian tersebut.

    “Itu kan ceritanya katanya mayatnya digigit dimakan. Itu kan perilaku yang menyimpang,” katanya, dikutip dari kanal YouTube tvOneNews.

    “Saya sendiri sebenarnya syok ada anjing yang bisa memakan tuannya,” tambah dia.

    Djati mengaku, selama 45 tahun berkecimpung dalam program penyelamatan anjing, dirinya baru pertama kali mendapati kasus ini.

    Ia bercerita, pernah menemukan pemilik anjing yang sudah meninggal dan baru ditemukan 5 hari setelahnya.

    “Anjingnya masih nungguin di situ dengan tidak ada tragedi seperti itu (mayat dimakan, red),” tandasnya.

    ANJING MEMANGSA MAJIKAN – Perwakilan Komunitas Dog Lover Indonesia Siane Koo saat bersama anjing-anjing yang diduga telah memangsa majikannya di Surabaya, Jawa Timur. (Tangkap layar kanal YouTube tvOnenews)

    Perwakilan Komunitas Dog Lover Indonesia Siane Koo mengatakan, kini 10 anjing milik korban sudah berada di tempatnya untuk dirawat. 

    Ia membantah berita yang menyebut anjing-anjing tersebut berperilaku beringas.

    “Mereka tidak agresif seperti yang diberitakan kemarin. Mereka tidak agresif, tapi hanya ketakutan,” ujarnya, dikutip kanal YouTube tvOneNews.

    Siane menegaskan, kasus anjing memangsa majikan merupakan perilaku yang tidak normal dan tidak mungkin.

    Selain itu, tim Dog Lover Indonesia menduga lokasi kejadian adalah tempat penjagalan anjing untuk dikonsumsi.

    Indikasi ini berasal dari ditemukannya alat pembakar bulu anjing.

    “Sepertinya anjing pedaging. Mereka diternakkan untuk dikonsumsi,” tegas Siane.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Heboh Pria Surabaya Ditemukan Tak Bernyawa di Kamar Bersama 10 Anjingnya, Wajah Penuh Luka

    (Tribunnews.com/Endra)(TribunJatim.com/Tony Hermawan)

  • Pria di Surabaya Tewas dengan Wajah Penuh Luka, Diduga Diserang 10 Anjing Peliharaan – Halaman all

    Pria di Surabaya Tewas dengan Wajah Penuh Luka, Diduga Diserang 10 Anjing Peliharaan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kejadian tragis terjadi di Jalan Rungkut Harapan, Surabaya, Jawa Timur, di mana seorang pria bernama Yohanes Alexander Stefanus de Fretes (52) ditemukan tewas dengan wajah penuh luka.

    Dugaan sementara menyebutkan, korban tewas akibat serangan sepuluh anjing peliharaannya.

    Yohanes ditemukan tidak bernyawa pada Jumat (11/4/2025), oleh kakaknya, Henry de Fretes, setelah pulang dari bekerja.

    Henry mengaku mendengar suara gonggongan anjing yang tidak biasa dari kamar adiknya.

    “Tapi pas pulang, cuma dengar anjing-anjingnya gonggong terus dari dalam kamar. Pas saya dobrak pintu, saya lihat adik saya sudah dalam kondisi seperti itu, bersama anjing-anjingnya,” ujarnya kepada SURYAMALANG.COM.

    Henry menjelaskan, adiknya menderita penyakit TBC dan sangat menyayangi anjing-anjing peliharaannya.

    “Dia sering tidur ditemani anjing-anjingnya,” tambahnya.

    Melihat kondisi mengenaskan adiknya, Henry segera melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian.

    Kapolsek Rungkut, AKP Agus Santoso, membenarkan kejadian ini dan menyatakan pihaknya masih menunggu hasil autopsi dari Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim untuk memastikan penyebab kematian korban.

    “Kami masih menunggu hasil autopsi dari Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim untuk memastikan penyebab kematian korban,” jelas AKP Agus.

    Sebagai langkah lanjutan, sepuluh anjing peliharaan korban telah dievakuasi oleh petugas BPBD Surabaya dan diserahkan ke Dinas Peternakan untuk menjalani karantina.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Pria Surabaya Ditemukan Tewas di Dalam Kamar, Bagian Jasadnya Diduga Dimangsa 10 Anjing

    Pria Surabaya Ditemukan Tewas di Dalam Kamar, Bagian Jasadnya Diduga Dimangsa 10 Anjing

    Terpisah, Kapolsek Rungkut, AKP Agus Santoso membenarkan kejadian tersebut. “Kami masih menunggu hasil autopsi dari Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim untuk memastikan penyebab kematian korban,” ucap AKP Agus.

    “Apakah murni karena sakit, atau ada faktor lain yang menyebabkan kematian korban, termasuk kemungkinan dimangsa anjing peliharaannya, masih dalam penyelidikan,” imbuh AKBP Agus.

    Polisi masih menyelidiki kasus ini secara menyeluruh. Sementara itu, sepuluh anjing peliharaan korban telah dievakuasi oleh petugas BPBD Surabaya dan diserahkan ke Dinas Peternakan untuk menjalani karantina.

  • Geger Pria di Surabaya Tewas Mengenaskan: Kepala Sisa Tengkorak-Jari Hilang

    Geger Pria di Surabaya Tewas Mengenaskan: Kepala Sisa Tengkorak-Jari Hilang

    Jakarta

    Seorang pria bernama Yohanes Alexander (53) ditemukan tewas di kamar rumahnya di Jalan Rungkut Harapan, Surabaya. Korban ditemukan dengan kondisi mengenaskan.

    Kapolsek Rungkut AKP Agus Santoso mengatakan korban ditemukan dengan kondisi kepalanya tinggal tengkorak. Sedangkan pergelangan tangan kanan hingga jari-jarinya hilang.

    “Penyebabnya masih didalami. Dari visum nanti menunjukkan,” kata Agus, dilansir detikJatim (11/4/2025).

    Agus mengatakan, selama ini korban tinggal bersama anjing-anjing peliharaannya. Total di rumahnya ditemukan 10 ekor anjing saat korban ditemukan tewas dalam kamar rumahnya.

    Jenazah korban pertama kali ditemukan oleh kakak korban saat berkunjung ke lokasi. Kakak korban menaruh curiga saat anjing peliharaan di sana terus menggonggong.

    “Kakak korban sempat keluar (rumah), lalu saat kembali, anjing itu menggonggong. Terus dipanggil adiknya nggak ada suara, kan dikunci dari dalam kamarnya, mangkannya didobrak sama tetangga juga tadi, lalu kelihatan korban meninggal itu,” jelas Agus.

    (wnv/wnv)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Lansia Surabaya Diduga Dimangsa Anjing, Tewas Mengenaskan

    Lansia Surabaya Diduga Dimangsa Anjing, Tewas Mengenaskan

    Surabaya (beritajatim.com) – Seorang lansia di Surabaya Alexander Stefanus De Fretes (53) ditemukan tewas dalam kondisi yang mengenaskan, Jumat (11/04/2025). Ia tewas dalam kondisi kepala hanya menyisakan tulang tengkorak, telapak tangan kanan hilang. Dugaan sementara, bagian tubuh yang hilang karena dimakan anjing peliharaan Stefanus sendiri.

    Henry De Fretes kakak Stefanus yang pertama kali menemukan mengatakan bahwa selama ini mereka tinggal berdua. Henry berada di bagian depan rumah, Stefanus berada di belakang rumah dengan 10 anjing peliharaan.

    “Kamis malam itu saya sempat negur adik saya karena anjingnya menggonggong terus. Tapi saat itu sudah tidak ada jawaban,” kata Henry.

    Henry menjelaskan bahwa adiknya memang dalam kondisi sakit. Stefanus sempat meminta nasi pecel untuk makan sore. Ketika hendak memberikan pesanan, Henry menghubungi Stefanus lewat panggilan telepon. Namun, tidak ada jawaban sehingga ia mengintip ke kamar Stefanus dan memaksa membuka pintu.

    “Pas masuk saya kaget adik saya sudah terbujur kaku di kasur dan dikerubuti anjing,” tutur Henry.

    Henry mengatakan, saat ia masuk bersama dengan sejumlah orang untuk melihat jenazah Stefanus, anjing-anjing peliharaan bertindak agresif. Mereka harus sampai membawa balok kayu untuk mengusir anjing-anjing yang agresif.

    “Ada sekitar empat ekor di kamar waktu itu, dan akses yang dari jendela jebol langsung kami tutup dengan berbagai barang,” terangnya.

    Dirinya pun mengaku terkejut lantaran anjing tersebut terkenal jinak dan tak ada riwayat menyerang terhadap Yohanes. Namun, memang galak terhadap orang-orang lain. Posisi jasad korban ditemukan di atas kasur dengan tubuh menyamping.

    “Perkiraan saya meninggal dulu, anjing ga diberi makan dari Kamis, kelaparan. Biasanya dikasih makan saat pagi dan siang,” papar dia.

    Sementara itu, Kapolsek Rungkut AKP Agus Santoso menyampaikan, pihaknya menuju lokasi kejadian usai salat jumat dan langsung dievakuasi. Jenazah kini dibawa menuju ke RS Bhayangkara untuk dilakukan visum. Pihaknya masih menunggu hasil visum untuk memastikan waktu dan penyebab kematian pasti.

    “Apakah dia meninggal duluan lalu digigit anjing atau digigit anjing hingga meninggal dunia masih dalam penyelidikan. Namun, berdasarkan informasi keluarga, korban memang sedang sakit,” tutur Agus.

    Agus menjelaskan jika dari hasil olah TKP, pihak kepolisian tidak menemukan telapak tangan dan jari tangan kanan korban. Saat ini, pihaknya masih melakukan penyelidikan.

    “Untuk anjing-anjingnya tadi dibawa BPBD dan karantina Dinas Peternakan untuk dikarantina,” pungkas Agus. (ang/but)

  • Pasar Tradisional Rasa Modern, Pedagang Sudah Melek Digital – Halaman all

    Pasar Tradisional Rasa Modern, Pedagang Sudah Melek Digital – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chrysnha Pradipha

    TRIBUNNEWS.COM, SOLO – Siang itu terik belum begitu terang menyinari jalanan di sekitar Pasar Gede Hardjonagoro, Solo. 

    Masuk menyusuri jalanan sempit  di antara lapak dagangan, tersenyum semringah seorang pedagang bawang bernama Dalinem.

    “Bisa bayar pakai QRIS kok,” celotehnya kepada seorang perempuan yang tengah memilih beberapa bawang untuk dimasukkan dalam wadah timbangan.

    Momen tersebut menyita perhatian Tribunnews untuk mendekati lapak dan bercengkerama dengan sosok yang akrab disapa Mbah Dal itu.

    Tak lama Mbah Dal lalu menyodorkan sebuah papan kecil bergambar kode yang disebut Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

    Sembari menunjukkan papan plastik kode batang atau barcode, Mbah Dal mengaku penggunaan QRIS terbilang mudah.

    Hanya pada awal penggunaan dan pendaftaran QRIS, dirinya harus beradaptasi tentang kebiasaan baru sebagai upaya digitalisasi pasar.

    Setelahnya, transaksi nontunai dibebankan kepada pembeli dengan memindai kode QRIS melalui telepon genggamnya.

    “Ya intinya kita pedagang tinggal menunjukkan kode QRIS, pembeli tinggal memindai dan membayar lewat mobile banking sesuai biaya belanja,” katanya pada Sabtu (29/3/2025).

    Selain kemudahan cara mengoperasikan, Mbah Dal menyebutkan kelebihan dan manfaat QRIS digunakan pedagang.

    Yang pertama, lanjutnya, QRIS tak membebankan biaya tambahan kepada pedagang dengan transaksi di bawah Rp 100 ribu. 

    Kemudian informasi transaksi juga bisa diakses setiap saat kendati hari Sabtu dan Minggu saat bank tutup.

    “Yang paling penting lagi adalah saya sudah jarang bawa uang banyak, paling bawa sedikit untuk jaga-jaga uang kembalian kalau ada pembeli bayar tunai,” terang warga Boyolali yang mencoba peruntungan di Solo ini.

    Seorang pembeli bernama Putri asal Jakarta juga berbagi tentang kepuasan menggunakan QRIS untuk bertransaksi.

    Sebagai generasi milenial, Putri mengakui, QRIS memudahkan urusannya perihal berbelanja.

    “Apalagi kita yang sekarang ini sebagai turis, dengan transaksi cashless begini kan tidak perlu cari ATM untuk menarik uang. Bersyukur ya pedagang di sini sudah pakai QRIS, kita jadi mudah (belanja),” ungkapnya.

    Adapun, aktivitas transaksi nontunai termasuk menggunakan QRIS sudah menjadi hal biasa di Pasar Gede beberapa tahun belakangan.

    Hal ini berkat dorongan Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta hingga BRI sebagai perbankan yang konsen di bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menangah (UMKM).

    Masif Berdigital

    Founder Creative Space Solo, Joko Purwono menyoroti perkembangan digital di bidang UMKM kota Solo.

    Menurutnya, kesadaran para pedagang juga pelaku UMKM semakin hari semakin meningkat.

    Namun, ia menggaris bawahi tindak lanjut perbankan dan dinas terkait agar melakukan pendampingan kepada pedagang terkait pemberlakuan transaksi digital.

    “Di shelter, di pasar-pasar memang sudah banyak pakai QRIS, tapi masih ditemukan yang belum bahkan enggan pakai QRIS. Kan ada juga (pedagang) yang sepuh lalu sudah lanjut usia tak tahu caranya, jadi kita harap ada pendampingan lanjut,” pesannya diwawancarai pada Selasa (4/3/2025).

    Kepala Dinas Perdagangan Kota Solo, Agus Santoso dihubungi terpisah mengaku telah berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menyukseskan digitalisasi UMKM dan pedagang.

    Begitu juga bekerja sama dengan pengelola pasar dan perbankan.

    Dirinya mengakui, pendampingan terhadap pedagang untuk mengantisipasi halangan digitalisasi sangat penting dilakukan.

    Hal ini untuk menyelaraskan slogan Go Digital di bidang perdagangan dan usaha di Solo.

    “Saya tentu sudah menjalin komunikasi juga dengan pengelola masing-masing pasar untuk mengawasi dan mendampingi pedagang yang mungkin kesulitan untuk menerapkan digitalisasi seperti soal transaksi QRIS hingga e-Retribusi,” terangnya.

    ” Jadi bersama juga dengan perbankan tak hanya sosialisasi dan pendaftaran, pendampingan juga perlu karena banyak yang pedagang sepuh,” imbuh Agus.

    Terkait dengan digitalisasi, Dinas Perdagangan Kota Solo juga sudah menerapkan penarikan pajak dengan e-Retribusi.

    Tak hanya dengan satu bank pelat merah, e-Retribusi diterapkan juga dengan kolaborasi beberapa bank BUMN di pasar-pasar di Kota Bengawan.

    “Ini berkat kolaborasi dan sinergi Pemkot Surakarta, perbankan dan masyarakat. Sudah melek digital dan mau untuk maju mengikuti perkembangan teknologi,” urai dia.

    Sebagai upaya pengembangan ekonomi berbasis digital, perbankan kini mendorong penggunaan transaksi QRIS.

    Transaksi ini mengalami pertumbuhan pesat, yaitu mencapai 209,61 persen (yoy), dengan jumlah pengguna mencapai 53,3 juta dan jumlah merchant 34,23 juta.

    Penerapan Merchant Discount Rate (MDR) QRIS 0 persen untuk transaksi sampai dengan Rp500.000 pada merchant Usaha Mikro (UMI), yang berlaku efektif mulai 1 Desember 2024 guna menopang daya beli masyarakat kelas menengah bawah.

    BRI pun berkomitmen penuh dalam mendukung pengembangan ekonomi berbasis digital, khususnya bagi para pelaku usaha mikro.

    Dengan memberikan MDR 0 persen atau bebas biaya MDR, BRI tidak hanya meringankan beban operasional merchant, tetapi juga mendorong inklusi keuangan yang lebih luas.

    Program ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing pelaku usaha mikro di era digital, sekaligus memperluas adopsi QRIS sebagai solusi pembayaran nontunai yang efisien.

    (*)

  • Sejarah, Kenangan, dan Kesegaran dalam Semangkuk Es Dawet Bu Dermi – Halaman all

    Sejarah, Kenangan, dan Kesegaran dalam Semangkuk Es Dawet Bu Dermi – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chrysnha Pradipha

    TRIBUNNEWS.COM – Di tengah riuh Pasar Gede Hardjonagoro Solo, ada satu sudut yang tak pernah sepi dari antrean. 

    Orang-orang berjejer rapi, wajah mereka berbinar menanti semangkuk kesegaran yang sudah melegenda bernama Es Dawet Bu Dermi.

    Pasar Gede sendiri adalah salah satu ikon Solo, sebuah pasar tradisional yang tidak hanya menjadi pusat jual beli kebutuhan sehari-hari, tetapi juga menyimpan jejak sejarah yang kuat.

    Bangunannya yang masih mempertahankan gaya kolonial dengan pilar-pilar kokoh dan atap tinggi menjadi saksi bisu perjalanan waktu.

    Aroma rempah, wangi bunga dagangan, dan sahut menyahut suara pedagang berpadu menjadi harmoni khas pasar tradisional.

    Hiruk-pikuk pembeli, suara celoteh ibu-ibu yang menawar harga, serta derai tawa anak-anak kecil yang menemani orang tuanya, menjadikan suasana pasar ini begitu hidup.

    Dari suasana yang tergambar, lapak Es Dawet Bu Dermi menjadi oasis bagi para pengunjung.

    Saat matahari mulai naik dan panas mulai menyengat, banyak orang yang memilih berhenti sejenak untuk menyeruput kesegaran es dawet yang sudah dikenal turun-temurun ini.

    Antrean pelanggan mengular, menunggu giliran untuk menikmati semangkuk es dawet yang konon memiliki cita rasa yang tak tergantikan.

    Bagi warga Solo, es dawet Bu Dermi bukan sekadar kuliner, tapi nostalgia. Seperti yang dirasakan Evi Nuryanti (60), yang sejak kecil hingga kini tetap setia menikmati kelezatannya.

    “Sejak kecil saya sudah terbiasa datang ke sini. Rasa es dawetnya tak pernah berubah, tetap otentik seperti dulu. Bahkan sekarang ada tambahan durian, makin nikmat!” ujar Evi ketika berbincang pada Sabtu (29/3/2025).

    Tak hanya Evi, banyak pelanggan yang datang dari berbagai kota, hanya untuk merasakan kembali manisnya cendol hijau yang berpadu dengan gurihnya jenang sumsum, serta kesegaran selasih dan ketan hitam.

    Kini, dengan tambahan tape ketan dan durian, es dawet Bu Dermi semakin menggoda selera.

    Adapun setiap harinya, tak kurang dari 250 mangkuk es dawet terjual.

    Dengan harga Rp 12.000 per porsi, serta tambahan Rp 8.000 jika ingin menambahkan durian, siapa pun bisa menikmati segarnya es dawet legendaris ini.

    Resep Warisan yang Tetap Dijaga

    Seporsi Es Dawet Bu Dermi di Pasar Gede Solo (Tribunnews.com/Chrysnha)

    Ruth Tulus Subekti, karib disapa Uti, generasi ketiga penerus resep es dawet Bu Dermi, tak hanya menjaga resep asli sang nenek, tetapi juga berinovasi. 

    “Dulu isinya hanya cendol, selasih, ketan hitam, dan jenang sumsum. Sekarang kami tambahkan tape ketan dan durian kalau sedang musim,” ungkapnya.

    Inovasi ini terbukti sukses. Tak hanya pelanggan lama yang kembali, anak-anak muda pun mulai jatuh hati pada kelezatan es dawet Bu Dermi.

    Es dawet ini bahkan pernah menjadi langganan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo atau Jokowi saat masih menjabat Wali Kota Solo.

    Meski kini ia lebih jarang datang langsung, tetap saja, ada kalanya es dawet Bu Dermi dibawa ke istana melalui ajudan presiden.

    Di tengah perkembangan zaman yang semakin maju, Es Dawet Bu Dermi juga mengikuti arus modernisasi dengan menyediakan metode pembayaran digital melalui QRIS. 

    Pelanggan tak perlu lagi repot membawa uang tunai, cukup dengan satu kali pindai, pembayaran langsung terselesaikan.

    Penggunaan QRIS ini semakin diminati oleh pelanggan, terutama generasi muda dan wisatawan dari luar kota.

    Menurut Uti, sistem pembayaran digital ini memberikan kemudahan bagi semua pihak, baik pembeli maupun penjual.

    “Awalnya kami ragu apakah pelanggan mau beralih ke pembayaran digital. Tapi ternyata banyak yang justru lebih nyaman pakai QRIS,” tuturnya.

    Tak hanya memberikan kemudahan bagi pelanggan, sistem QRIS juga membantu pedagang  dalam mengelola keuangan usaha.

    “Dengan QRIS, semua transaksi tercatat dengan rapi. Kami jadi lebih mudah menghitung pemasukan harian tanpa harus repot menghitung uang tunai,” tambahnya.

    Banyak pelanggan yang mengapresiasi inovasi ini.

    Salah satunya adalah Dimas Brian Setio (27), seorang wisatawan dari Jakarta yang berkunjung ke Solo. 

    “Saya jarang bawa uang tunai kalau bepergian. Pas tahu di sini bisa bayar pakai QRIS, rasanya lebih praktis dan cepat,” ujarnya.

    Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan transaksi digital, jumlah pelanggan yang menggunakan QRIS untuk pembayaran semakin bertambah.

    Hampir setengah dari total transaksi harian es dawet Bu Dermi dilakukan secara cashless.

    Ini menjadi bukti bahwa kuliner tradisional pun bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan jati dirinya.

    Tantangan  Berdigital

    Keberadaan becak di depan Pasar Gede Hardjonagoro atau Pasar Gede Solo. (Ist)

    Sementara itu Founder Creative Space Solo, Joko Purwono menyoroti perkembangan digital di bidang UMKM kota Solo.

    Menurutnya, kesadaran para pedagang juga pelaku UMKM semakin hari semakin meningkat.

    Namun, ia menggaris bawahi tindak lanjut perbankan dan dinas terkait agar melakukan pendampingan kepada pedagang terkait pemberlakuan transaksi digital.

    “Di shelter, di pasar-pasar memang sudah banyak pakai QRIS, tapi masih ditemukan yang belum bahkan enggan pakai QRIS. Kan ada juga (pedagang) yang sepuh lalu sudah lanjut usia tak tahu caranya, jadi kita harap ada pendampingan lanjut,” pesannya diwawancarai pada Selasa (4/3/2025).

    Kepala Dinas Perdagangan Kota Solo, Agus Santoso dihubungi terpisah mengaku telah berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menyukseskan digitalisasi UMKM dan pedagang.

    Begitu juga bekerja sama dengan pengelola pasar dan perbankan.

    Dirinya mengatakan, pendampingan terhadap pedagang untuk mengantisipasi halangan digitalisasi sangat penting dilakukan.

    Hal ini untuk menyelaraskan slogan Go Digital di bidang perdagangan dan usaha di Solo.

    “Saya tentu sudah menjalin komunikasi juga dengan pengelola masing-masing pasar untuk mengawasi dan mendampingi pedagang yang mungkin kesulitan untuk menerapkan digitalisasi seperti soal transaksi QRIS hingga e-Retribusi,” terangnya.

    ” Jadi bersama juga dengan perbankan tak hanya sosialisasi dan pendaftaran, pendampingan juga perlu karena banyak yang pedagang sepuh,” imbuh Agus.

    Terkait dengan digitalisasi, Dinas Perdagangan Kota Solo juga sudah menerapkan penarikan pajak dengan e-Retribusi.

    Tak hanya dengan satu bank pelat merah, e-Retribusi diterapkan juga dengan kolaborasi beberapa bank BUMN di pasar-pasar di Kota Bengawan.

    “Ini berkat kolaborasi dan sinergi Pemkot Surakarta, perbankan dan masyarakat. Sudah melek digital dan mau untuk maju mengikuti perkembangan teknologi,” urai dia.

    Sebagai upaya pengembangan ekonomi berbasis digital, perbankan kini mendorong penggunaan transaksi QRIS.

    Transaksi ini mengalami pertumbuhan pesat, yaitu mencapai 209,61 persen (yoy), dengan jumlah pengguna mencapai 53,3 juta dan jumlah merchant 34,23 juta.

    Penerapan Merchant Discount Rate (MDR) QRIS 0 persen untuk transaksi sampai dengan Rp500.000 pada merchant Usaha Mikro (UMI), yang berlaku efektif mulai 1 Desember 2024 guna menopang daya beli masyarakat kelas menengah bawah.

    BRI pun berkomitmen penuh dalam mendukung pengembangan ekonomi berbasis digital, khususnya bagi para pelaku usaha mikro.

    Dengan memberikan MDR 0 persen atau bebas biaya MDR, BRI tidak hanya meringankan beban operasional merchant, tetapi juga mendorong inklusi keuangan yang lebih luas.

    Program ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing pelaku usaha mikro di era digital, sekaligus memperluas adopsi QRIS sebagai solusi pembayaran nontunai yang efisien.

    (*)

  • Banyak PHK-Daya Beli Loyo, Ekonomi RI Mentok Tumbuh 5% Tahun Ini

    Banyak PHK-Daya Beli Loyo, Ekonomi RI Mentok Tumbuh 5% Tahun Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi hanya tumbuh di kisaran 5% pada awal tahun ini, karena lemahnya daya beli masyarakat pada awal tahun. 

    “Overall pertumbuhan ekonomi di kuartal satu tahun ini kami masih optimis bisa tumbuh di sekitar 5%,” kata Ekonom Bank Mandiri Agus Santoso dalam program Power Lunch CNBC Indonesia, dikutip Selasa (25/3/2025).

    Agus Santoso mengatakan, potensi ini muncul imbas lemahnya konsumsi masyarakat. Tercermin dari perlambatan daya beli selama periode musiman, seperti Ramadan dan Lebaran akibat maraknya PHK, dan potensi turunnya mobilitas masyarakat saat mudik Lebaran.

    Data Mandiri Spending Index per Maret ini hanya tumbuh 1,4% secara mingguan atau week to week. Merosot tajam bila dibandingkan dengan pertumbuhan data indeks pada periode yang sama tahun lalu sebesar 4,7% secara mingguan.

    “Kami menghitung beberapa simulasi akibat dari berbagai dinamika yang ada di kuartal pertama ini, salah satunya kait dengan tren PHK yang meningkat, kemudian ada isu terkait dengan pelemahan daya beli,” kata Agus.

    “Itu ada potensi bisa menurunkan konsumsi domestik sebesar 1,2% poin secara qtq di kuartal satu tahun ini,” tegasnya.

    Dengan catatan itu, Agus menilai dari konsumsi masyarakat pada awal tahun ini hanya akan bergerak di kisaran 4,9%-5%.

    Namun, ia optimistis, laju pertumbuhan ekonomi tahun ini masih akan mampu terdorong dengan tren investasi, karena masih memadainya likuiditas di pasar keuangan.

    “Ada satu hal yang positif yang masih kita lihat dalam hal ini adalah likuiditas di market. Jadi kalau kita lihat dari sisi M2 real growth-nya kemudian kalau kita lihat juga data uang kuartal yang ada di cash on hand di masyarakat saat ini juga masih tumbuh positif,” tuturnya.

    Oleh sebab itu, ketika konsumsi masyarakat ternormalisasi mulai kuartal II-2025, setelah hilangnya momentum pendorong konsumsi selama Ramadan dan Lebaran yang jatuh pada kuartal I-2025, ia memperkirakan ekonomi Indonesia berpotensi melambat pada paruh kedua tahun ini.

    “Kami masih memperkirakan di kuartal II tahun ini masih tumbuh sekitar 4,9% sampai 5%. Namun kami melihat beberapa faktor di antaranya mungkin dari sisi investasi ini akan menjadi salah satu faktor pendorong yang nantinya kita bisa ekspektasi bahwa tumbuhan ekonomi di tahun ini masih steady di 5%.

    (haa/haa)

  • Warning! Ekonomi RI Rawan Tertekan di Kuartal I-2025

    Warning! Ekonomi RI Rawan Tertekan di Kuartal I-2025

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 berpotensi mengalami tekanan secara kuartalan, bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

    Ekonom Bank Mandiri Agus Santoso mengatakan, potensi ini muncul imbas lemahnya konsumsi masyarakat. Tercermin dari perlambatan daya beli selama periode musiman, seperti Ramadan dan Lebaran.

    “Kami menghitung beberapa simulasi akibat dari berbagai dinamika yang ada di kuartal pertama ini, salah satunya kait dengan tren PHK yang meningkat, kemudian ada isu terkait dengan pelemahan daya beli,” kata Agus dalam program Power Lunch CNBC Indonesia, dikutip Selasa (25/3/2025).

    “Itu ada potensi bisa menurunkan konsumsi domestik sebesar 1,2% poin secara qtq di kuartal satu tahun ini,” tegasnya.

    Realita di lapangan, yang menunjukkan pusat perbelanjaan saat Ramadan dan menjelang Lebaran 2025 tidak seramai tahun-tahun sebelumnya, terkonfirmasi juga dari data Mandiri Spending Index mingguan hingga Maret 2025.

    Menurut Agus, data Mandiri Spending Index per Maret ini hanya tumbuh 1,4% secara mingguan atau week to week. Merosot tajam bila dibandingkan dengan pertumbuhan data indeks pada periode yang sama tahun lalu sebesar 4,7% secara mingguan.

    “Ini menjadi indikasi bahwa memang konsumsi masyarakat di periode saat ini cenderung defensif,” tegasnya.

    Agus menganggap, ada sejumlah faktor yang menyebabkan fenomena tersebut muncul pada momen jelang Lebaran 2025, di antaranya adanya indikasi penurunan jumlah orang yang mudik, serta mobilitas masyarakat yang juga ada tendensi penurunan.

    “Sehingga dalam hal ini menyebabkan perputaran uang juga melambat di Lebaran tahun ini,” tutur Agus.

    (arj/haa)

  • Transformasi Digital UMKM Kota Solo, QRIS Bikin Meringis Bos Nasi Liwet Mbak Laksmi – Halaman all

    Transformasi Digital UMKM Kota Solo, QRIS Bikin Meringis Bos Nasi Liwet Mbak Laksmi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Di tengah perkembangan era digital saat ini, banyak pelaku usaha yang beradaptasi untuk tetap bertahan dan berkembang.

    Salah satu kisah inspiratif datang dari Nasi Liwet Mbak Laksmi, yang berlokasi di selter kuliner barat Stadion Manahan Solo.

    Pemiliknya, Laksmini, yang akrab disapa Laksmi, adalah wanita berusia 50 tahun yang awalnya bekerja sebagai karyawan di pabrik garmen.

    Namun, nasib tak berpihak kepadanya, dan pada tahun 1997 ia menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ketika pabriknya tutup.

    Kehilangan pekerjaan tersebut memaksa Laksmi untuk memutar otak demi mencari penghasilan.

    “Saat itu, saya teringat hobi memasak yang saya miliki,” ungkapnya ditemui pada Minggu (2/3/2025).

    Berawal dari pemikiran tersebut, Laksmi memutuskan untuk membuka lapak kaki lima yang menjual dua menu, yaitu nasi liwet dan nasi gudeg.

    Lokasi pertama ia pilih adalah kawasan selatan Stadion Manahan, dengan berbekal meja dan tenda sederhana yang ia pasang menempel di pagar stadion yang dibangun pada era Presiden Soeharto.

    Meskipun awalnya hanya berjualan di kaki lima, kegigihan dan keuletannya membawa perubahan besar.

    “Dulu saya hanya jual di depan area stadion, sekarang sudah jauh berkembang,” ucap Laksmi.

    Laksmi kini tak lagi terjebak dalam bisnis kecil, melainkan telah memiliki tempat usaha resmi dengan izin dari dinas terkait.

    Termasuk tiga warung yang tersebar di beberapa lokasi strategis di Solo, yakni di Manahan, Mangkubumen dan Gonilan.

    Tantangan Covid-19

    Di masa pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia pada tahun 2020, Laksmi seperti banyak pedagang lainnya mengalami tantangan besar.

    Pembatasan aktivitas masyarakat menjadi kendala tersendiri.

    Namun, dengan cepat ia beradaptasi.

    Dunia digital yang semakin berkembang memberikan kesempatan baru, salah satunya melalui aplikasi pemesanan makanan online.

    “Saya tidak mau kudet alias kurang update. Jadi saya belajar dan menyesuaikan diri ikuti perkembangan teknologi,” katanya.

    Laksmi mempelajari cara mengunduh dan mengoperasikan aplikasi tersebut, sebab banyak pedagang lain yang telah lebih dulu menggunakan platform digital untuk berjualan.

    Wanita berzodiak Leo ini mengakui bahwa awalnya ia merasa asing dengan aplikasi-aplikasi tersebut.

    Namun, beruntung sang anak menjadi guru pribadi untuknya.

    Ia diajari cara menerima pesanan hingga menyajikannya untuk pengemudi online.

    Laksmi memberikan pesanan kepada pembeli di warung Nasi Liwet Mbak Laksmi, Selter Barat Stadion Manahan, Solo (TribunSolo.com/Chrysnha)

    “Karena memiliki tiga warung, saya juga mengajarkan semua pegawai saya tentang aplikasi ini,” jelasnya.

    Meskipun tidak mudah, perlahan para pegawai dapat memahami pelayanan dan pembayaran secara digital, dan saat ini semua transaksi berlangsung secara online.

    Menu utama dari warung Nasi Liwet Mbak Laksmi adalah nasi liwet dan gudeg ceker khas Solo.

    Selain itu, ia juga menawarkan pilihan menu lain seperti ayam geprek, ayam kremes, ayam bakar, lele kakap, dan bubur ayam.

    “Saya mencoba menyesuaikan menu dengan kantong anak muda,” ujarnya.

    Harga menu di warungnya cukup terjangkau, mulai dari Rp 10.000.

    Demi memudahkan proses pemesanan dan pengelolaan keuangan, Laksmi memiliki dua akun di aplikasi pemesanan makanan.

    Satu akun untuk Nasi Liwet dan Gudeg Ceker, sementara akun lainnya untuk Ayam Geprek.

    Ia juga menggunakan rekening BRI untuk mengumpulkan pendapatan dari ketiga warungnya.

    “BRImo sangat membantu saya dalam mengelola keuangan. Semua pendapatan masuk ke BRImo, dan saya juga menggunakannya untuk top up saldo aplikasi makanan,” tambah Laksmi.

    Digitalisasi sangat berperan penting dalam memudahkan transaksi pembayaran.

    Laksmi menjelaskan bahwa kini banyak pelanggan yang memilih membayar dengan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) karena praktis.

    “Dengan QRIS, saya jadi tidak repot memberikan uang kembalian, jadi hemat receh-receh,” katanya.

    Setelah hampir 28 tahun berjuang sebagai pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Laksmi tak henti-hentinya mengucapkan syukur dan berterima kasih kepada BRI yang telah menjadi mitra setia dalam perjalanannya.

    BRI tidak hanya membantunya beradaptasi dengan teknologi digital, tetapi juga memberikan bantuan permodalan ketika ia memulai usaha.

    Ia berharap kerjasama ini akan terus berlanjut demi pengembangan usahanya dan juga bagi pelaku UMKM lainnya di Indonesia.

    Dalam era yang semakin terdigitalisasi, kisah Laksmi menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang terpaksa beradaptasi dengan kondisi yang berubah.

    Laksmi menunjukkan bahwa ketekunan dan kemauan untuk belajar dapat membawa keberhasilan, bahkan dari awal yang sangat sederhana.

    Digitalisasi UMKM

    Kisah Laksmi dengan Nasi Liwet Mbak Laksmi juga dirasakan oleh pedagang lain bernama Koko Kuncoro.

    Pedagang soto ayam ini terbantu dengan adanya transaksi pembayaran QRIS.

    Tak hanya anak muda, pelanggannya yang merupakan orang tua pun ikut menggunakan QRIS untuk membayar.

    “Dan 120 pedagang di shelter Manahan ini mayoritas sudah pakai QRIS,” papar Koko yang merupakan Ketua Paguyuban Pedagang Shelter Manahan ditemui Selasa (4/3/2025) sore.

    Ia menilai, pedagang sudah beradaptasi dengan digitalisasi, termasuk berlakunya QRIS untuk memudahkan pembeli juga pedagang.

    Selain membuat praktis, QRIS juga dirasa lebih efisien sebagai transaksi pembayaran untuk mengurangi pembayaran tunai.

    “Baik pembeli dan pedagang kan inginnya mudah, cepat dan aman. Ya pakai QRIS,” tegasnya.

    Lapak-lapak Shelter Manahan di kawasan barat kompleks Stadion Manahan Solo (TribunSolo.com/Chrysnha)

    Sementara itu Founder Creative Space Solo, Joko Purwono menyoroti perkembangan digital di bidang UMKM kota Solo.

    Menurutnya, kesadaran para pedagang juga pelaku UMKM semakin hari semakin meningkat.

    Namun, ia menggaris bawahi tindak lanjut perbankan dan dinas terkait agar melakukan pendampingan kepada pedagang terkait pemberlakuan transaksi digital.

    “Di shelter, di pasar-pasar memang sudah banyak pakai QRIS, tapi masih ditemukan yang belum bahkan enggan pakai QRIS. Kan ada juga (pedagang) yang sepuh lalu sudah lanjut usia tak tahu caranya, jadi kita harap ada pendampingan lanjut,” pesannya diwawancarai pada Selasa (4/3/2025).

    Kepala Dinas Perdagangan Kota Solo, Agus Santoso dihubungi terpisah mengaku telah berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menyukseskan digitalisasi UMKM dan pedagang.

    Begitu juga bekerja sama dengan pengelola pasar dan perbankan.

    Dirinya mengakui, pendampingan terhadap pedagang untuk mengantisipasi halangan digitalisasi sangat penting dilakukan.

    Hal ini untuk menyelaraskan slogan Go Digital di bidang perdagangan dan usaha di Solo.

    “Saya tentu sudah menjalin komunikasi juga dengan pengelola masing-masing pasar untuk mengawasi dan mendampingi pedagang yang mungkin kesulitan untuk menerapkan digitalisasi seperti soal transaksi QRIS hingga e-Retribusi,” terangnya.

    ” Jadi bersama juga dengan perbankan tak hanya sosialisasi dan pendaftaran, pendampingan juga perlu karena banyak yang pedagang sepuh,” imbuh Agus.

    Terkait dengan digitalisasi, Dinas Perdagangan Kota Solo juga sudah menerapkan penarikan pajak dengan e-Retribusi.

    Tak hanya dengan satu bank pelat merah, e-Retribusi diterapkan juga dengan kolaborasi beberapa bank BUMN di pasar-pasar di Kota Bengawan.

    “Ini berkat kolaborasi dan sinergi Pemkot Surakarta, perbankan dan masyarakat. Sudah melek digital dan mau untuk maju mengikuti perkembangan teknologi,” urai dia.

    Sebagai upaya pengembangan ekonomi berbasis digital, perbankan kini mendorong penggunaan transaksi QRIS.

    Transaksi ini mengalami pertumbuhan pesat, yaitu mencapai 209,61 persen (yoy), dengan jumlah pengguna mencapai 53,3 juta dan jumlah merchant 34,23 juta.

    Penerapan Merchant Discount Rate (MDR) QRIS 0% untuk transaksi sampai dengan Rp500.000 pada merchant Usaha Mikro (UMI), yang berlaku efektif mulai 1 Desember 2024 guna menopang daya beli masyarakat kelas menengah bawah.

    BRI pun berkomitmen penuh dalam mendukung pengembangan ekonomi berbasis digital, khususnya bagi para pelaku usaha mikro.

    Dengan memberikan MDR 0% atau bebas biaya MDR, BRI tidak hanya meringankan beban operasional merchant, tetapi juga mendorong inklusi keuangan yang lebih luas.

    Program ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing pelaku usaha mikro di era digital, sekaligus memperluas adopsi QRIS sebagai solusi pembayaran nontunai yang efisien.

    (*)