Tag: Agus Gumiwang Kartasasmita

  • Target Jokowi Gagal Tercapai, I-EU CEPA Masih di Meja Perundingan

    Target Jokowi Gagal Tercapai, I-EU CEPA Masih di Meja Perundingan

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA– Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menantang Uni Eropa untuk sama-sama berkomitmen dalam menyepakati Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA).

    Perjanjian dagang komprehensif merupakan isi dari komitmen ini, apabila berhasil disepakati oleh kedua belah pihak.

    “Kita harap Indonesia segera menandatangani I-EU CEPA, bahkan challenge saya apakah EU punya political will yang tinggi seperti Indonesia untuk menandatangani Indonesia-EU CEPA?” kata Agus Gumiwang, dikutip Jumat, (2/5/2025).

    Peluang ekspor produk Indonesia ke Uni Eropa akan semakin besar, dan tentu ini merupakan dampak positif, khususnya di bidang manufaktur apabila disepakati.

    “Kami berharap penandatanganan Indonesia-EU CEPA segera dilakukan karena jadi gamechanger bagi industri nasional dimana beberapa komoditas yang akan disepakati kedua belah pihak seperti tekstil, alas kaki, elektronik dan lain-lain bea masuk ke EU akan 0,” ujar Agung Gumiwang.

    Agung juga memberikan contoh, yakni negara Vietnam yang mendapatkan keuntungan dari perjanjian dagang tersebut.

    Menyinggung Vietnam, agung Gumiwang menyatakan bahwa isu yang menjadi perdebatan bukan ada di manufaktur.

    “Saya agak sulit jawab karena kalau saya jawab, saya dianggap cawe-cawe terhadap kewenangan kementerian lain,” katanya.

    Meski menaruh khawatir ia dengan tegas menyatakan semua yang berkaitan Kemenperin manufaktur I-EU CEPA telah selesai.

    “Tapi saya mau menjawab tegas bahwa semua isu berkaitan dengan Kemenperin manufaktur berkaitan dengan I-EU CEPA done, sudah selesai, kita sudah lapor ke Presiden dan tim negosiator bahwa ngga ada isu di kami,” tutupnya

  • Menteri Prabowo Jamin RI Masih Jadi Target Investasi Korea

    Menteri Prabowo Jamin RI Masih Jadi Target Investasi Korea

    Jakarta

    Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengklaim bahwa Indonesia masih menjadi target investasi dari sejumlah negara, salah satunya yakni Korea Selatan.

    Hal ini diungkapkannya usai melakukan pertemuan dengan delegasi Federation of Korean Industries (FKI) di Gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Jakarta Selatan, Selasa (29/4/2025). Pertemuan ini membahas mengenai kerja sama industri dari pihak Korea di Indonesia.

    Agus mengatakan pengusaha Korea Selatan (Korsel) berkomitmen untuk terus berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi Indonesia melalui investasi yang ditanamkan di Indonesia. Bahkan ia menyebutkan, ada beberapa perusahaan Korea yang menyatakan akan melakukan ekspansi bisnisnya dan juga melakukan investasi dengan membuat pabrik baru.

    Hanya saja, Agus tidak menjelaskan lebih rinci terkait perusahaan mana yang akan menanamkan modalnya di Indonesia.

    “Ada perusahaan yang mengatakan bahwa mereka akan membuka pabrik baru yang selama ini mereka belum pernah menyiapkan fasilitas Indonesia di Indonesia. Jadi mereka melihat prospek Indonesia sebagai negara tujuan investasi itu masih bagus,” katanya.

    Agus menambahkan, pihaknya berkomitmen untuk memastikan kelancaran investasi asing di Indonesia berjalan lancar di tengah adanya gejolak perekonomian dunia yang tak menentu.

    “Kami harus memastikan dan harus mengupayakan bahwa investasi yang mereka bawa ke Indonesia itu bisa berjalan dengan baik. Karena investasi itu kan pada dasarnya kan win-win. Indonesia harus win, juga investor dalam hal ini Korea juga harus win,” katanya.

    Agus menyampaikan pihaknya juga akan menindaklanjuti berbagai tantangan di lapangan yang dihadapi oleh pelaku usaha Korea dalam berinvestasi di Indonesia.Hal ini berkaitan dengan proses perizinan.

    “Pertemuan tadi sangat positif. Isu-isu yang tadi disampaikan mereka yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah. Kantor kami bisa mengetahui dan diinformasikan secara langsung mengenai hambatan-hambatan yang mereka alami,” katanya.

    (rrd/rrd)

  • Premanisme Ganggu Industri dan Iklim Investasi, Menperin: Harus Diberantas – Halaman all

    Premanisme Ganggu Industri dan Iklim Investasi, Menperin: Harus Diberantas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan komitmen pemerintah memberantas premanisme di lingkungan industri.

    Menurut dia, premanisme memang seharusnya tidak terjadi karena bisa menggangu upaya pemerintah menjaga iklim investasi yang baik.

    “Premanisme memang enggak boleh terjadi karena itu pasti akan mengganggu upaya kami menciptakan iklim investasi yang bagus dan baik,” katanya ketika ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (29/4/2025).

    Agus menyebut pemerintah harus memberi sinyal bahwa negara hadir dalam memberantas premanisme yang ada di industri.

    Ia menegaskan pemerintah telah berkomitmen memberantas premanisme di lapangan. 

    “Sebetulnya premanisme itu yang harus diberantas itu bukan hanya di industri, tetapi di semua sektor kehidupan harus diberantas premanisme,” ujar Agus.

    Sebelumnya, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Eddy Soeparno menyatakan prihatin atas pratik premanisme organisasi masyarakat (ormas) yang mengganggu aktivitas investasi di kawasan industri.

    Dia meminta pemerintah bertindak tegas agar tidak menjadi preseden buruk bagi investor asing di Indonesia.

    “Sempat ada permasalahan terkait premanisme, ormas yang mengganggu pembangunan sarana produksi BYD. Pemerintah perlu tegas untuk kemudian menangani permasalahan ini,” kata Eddy di akun instagramnya yang diunggah Minggu (20/4/2025).

    “Jangan sampai investor yang datang ke Indonesia tidak mendapat jaminan keamanan. Jaminan keamanan adalah hal yang paling mendasar,” lanjut Eddy.

    Investasi pabrik perakitan mobil BYD di Subang, Jawa Barat, diproyeksikan menyerap 18 ribu tenaga kerja dan mulai berproduksi di 2026.

    Aksi premanisme oleh ormas juga terjadi pada perusahaan otomotif Vietnam, Vinfast, seperti diungkap Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) Moeldoko.

    Moeldoko mengatakan dia pernah mendapat laporan bahwa pembangunan pabrik Vinfast di Subang, Jawa Barat, diganggu oleh ormas.

    Pabrik mobil listrik Vinfast ini memiliki nilai investasi 200 juta dolar AS atau setara Rp 3,2 triliun dan akan memproduksi 50 ribu kendaraan per tahun.

  • Menperin Agus Gumiwang Bertemu Delegasi Industri Korea, Bahas Apa Saja? – Halaman all

    Menperin Agus Gumiwang Bertemu Delegasi Industri Korea, Bahas Apa Saja? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia dan Korea Selatan berkomitmen untuk terus meningkatkan kerja sama yang komprehensif, termasuk dalam pengembangan di sektor industri manufaktur guna memacu perekonomian kedua negara.

    Hubungan diplomatik kedua negara telah terjalin cukup lama dan erat, di mana pada 2025 ini memasuki usia 52 tahun.

    “Kami berharap potensi kerja sama ekonomi dan industri antara Indonesia dan Korea Selatan dapat semakin meningkat dan diperkuat,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita seusai melakukan pertemuan dengan Chairman Federation of Korea Industry (FKI) Shin Dong Bin beserta delegasi di Jakarta, Selasa (29/4/2025).

    Menperin mengemukakan, sebagai pembina industri, Kementerian Perindustrian RI terus berupaya untuk turut memastikan investasi dari pelaku industri di tanah air berjalan baik. “Karena investasi yang mereka bawa harus win-win, Indonesia win, Korea juga harus win,” terangnya.

    Menperin menyampaikan, pertemuannya dengan delegasi FKI diharapkan dapat membawa dampak positif terhadap keberlangsungan usaha mereka di Indonesia. “Dari informasi mereka, kami mengetahui apa saja yang dibutuhkan atau menjadi hambatan di lapangan,” ucapnya.

    Lebih lanjut, menurut Agus, sejumlah perusahaan Korea Selatan telah memberikan kontribusi signifikan terhadap lanskap industri Indonesia, yang di antaranya meliputi sektor elektronik, otomotif, teknologi hijau, dan transformasi digital. “Pada pertemuan hari ini, kami membahas beberapa isu industri, antara lain pengembangan industri manufaktur dan industri lokal, industri hijau dan transformasi digital, serta industri halal,” ungkapnya.

    Para delegasi FKI berkomitmen akan ikut berpartipasi dalam membangun ekonomi di Indonesia melalui investasinya, ada yang ingin membangun pabrik baru dan ada pula yang ingin memperluas usahanya atau ekspansi. “Artinya, mereka melihat prospek Indonesia sebagai negara tujuan utama investasi masih sangat baik,” tandasnya.

    Bahkan, salah satu perusahaan Korea Selatan ada yang berminat akan memberikan proposal investasi ke Danantara. “Ini terkait hilirisasi, khususnya hilirisasi nikel untuk melanjutkan jadi katoda. Mereka mau ajak Danantara untuk investasi ini,” ungkapnya.

    Menperin memberikan apresiasi terhadap komitmen perusahaan-perusahaan Korea Selatan yang telah memenuhi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) secara optimal, seperti Samsung, LG, dan Hyundai. “Artinya, secara langsung, mereka telah meningkatkan partisipasi industri lokal, menyerap tenaga kerja dan menyumbang kepada pertumbuhan industri di Indonesia,” tuturnya.

    Menperin juga menyebutkan, sejumlah perusahaan industri Korea Selatan telah melakukan kolaborasi dengan kampus-kampus dalam negeri, termasuk dengan unit pendidikan vokasi milik Kemenperin RI. “Kolaborasi ini tentu sangat bermanfaat dalam pengembangan SDM industri yang kompeten dan berdaya saing untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

    Sementara itu, terkait dengan pengembangan di sektor industri otomotif, khususnya pada kendaraan listrik berbasis baterai (EV), Menperin memberikan apresiasi atas komitmen dari Hyundai yang telah membangun ekosistem EV dengan baik.

    “Khusus bagi pengembangan kendaraan berbasis listrik, kami mencatat beberapa perusahaan Korea telah menikmati beberapa insentif melalui skema produksi program sesuai persyaratan TKDN, antara lain Bea Masuk sebesar 0 persen, PPnBM sebesar 0%, dan PPN sebesar 2?ngan mengikuti program LCEV dan program PPN DTP,” paparnya. 

    Mengenai pengembangan industri hijau, Menperin mencatat adanya kerja sama yang terjalin antara Kemenperin RI dengan POSCO Research Institute untuk periode 2023-2025 dalam menyusun kebijakan dekarbonisasi di sektor industri. “Dalam mencapai target net zero di sektor industri, kami juga telah menyiapkan serangkaian kebijakan dalam negeri khususnya terkait Net Zero Emission (NZE),” imbuhnya.

    Di samping itu, Kemenperin RI terus mendorong sejumlah industri Korea Selatan ikut berpartisipasi aktif dalam pengembangan industri halal di Indonesia. Sebab, Indonesia mempunyai peluang pasar besar yang perlu dioptimalkan.

    “Kami menyambut baik perusahaan Korea yang ingin mengembangkan bisnis di sektor makanan dan minuman halal, kosmetik halal, dan produk-produk halal lainnya. Saat ini di Indonesia memiliki empat kawasan industri halal. Kami akan sangat senang apabila perusahaan Korea berminat untuk bekerja sama lebih jauh dalam kawasan industri halal tersebut,” ucap Menperin Agus.

    Adapun total perdagangan Indonesia-Korea Selatan tercatat sebesar USD20 miliar pada 2024, dengan ekspor Indonesia ke Korea Selatan mencapai USD10,76 miliar. Sementara itu, realisiasi investasi Korea Selatan di Indonesia sebesar USD2,98 miliar sepanjang tahun 2024.

  • Oknum Ormas Ganggu Pabrik BYD, Menperin Janji Berantas Premanisme

    Oknum Ormas Ganggu Pabrik BYD, Menperin Janji Berantas Premanisme

    Jakarta

    Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan aksi premanisme oknum organisasi masyarakat (ormas) harus diberantas. Isu ini belakangan menjadi sorotan, khususnya terkait oknum ormas yang mengganggu pembangunan pabrik mobil BYD di Subang, Jawa Barat.

    Agus menyatakan, aksi premanisme bisa mengganggu upaya pemerintah membangun iklim investasi yang baik. Oleh karena itu, ia menegaskan komitmen pemerintah memberantas premanisme di lapangan.

    “Premanisme memang nggak boleh terjadi, karena itu pasti akan mengganggu upaya kita untuk menciptakan investment climate yang bagus, yang baik. Jadi, pemerintah sudah mempunyai komitmen untuk memberantas premanisme yang terjadi di lapangan,” ujar Agus di Kompleks DPR RI Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (29/4/2025).

    Agus menyatakan, pemerintah siap hadir memberantas premanisme di kawasan industri. Tak hanya sebatas itu, kata dia, premanisme harus dimusnahkan di semua sektor kehidupan.

    “Kita perlu untuk memberikan sinyal bahwa negara hadir, negara hadir dalam rangka memberantas premanisme yang ada di industri. Sebenarnya premanisme itu yang harus diberantas itu bukan hanya di industri, tapi di semua sektor kehidupan,” tegas Agus.

    Diberitakan sebelumnya, Pembangunan pabrik mobil BYD di Subang, dilaporkan sempat diganggu aksi premanisme oknum ormas. Kabar ini disampaikan Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno saat memenuhi undangan Pemerintah China dalam rangkaian kunjungan di Shenzhen, China.

    Terkait ini, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Nurul Ichwan menyebut isu premanisme dan pungutan liar sangat mengganggu iklim investasi. Efek negatifnya tak hanya dirasakan oleh perusahaan melainkan dapat berdampak pada citra Indonesia di mata investor.

    Apalagi di situasi saat ini menarik investasi ke Indonesia bukan persoalan mudah. Banyak negara semakin protektif dan terus berlomba mendatangkan investasi ke negaranya.

    “Indonesia itu (dianggap) tidak aman, Indonesia itu premanisme dan segala macam, ini butuh pengertian dari banyak pihak bahwa sebenarnya ketika kita berada dalam situasi sekarang, menarik investasi tidak mudah,” tutur Nurul, Rabu (23/4/2025).

    (ily/ara)

  • Menperin Agus Gumiwang Nilai Amerika Serikat Mulai Melunak Terhadap China – Halaman all

    Menperin Agus Gumiwang Nilai Amerika Serikat Mulai Melunak Terhadap China – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menilai Amerika Serikat (AS) mulai menunjukkan sikap yang lebih lunak dalam perang dagang dengan China.

    Agus mulanya menjelaskan pandangannya mengenai latar belakang diberlakukannya tarif resiprokal oleh Presiden AS  Donald Trump terhadap produk asal China.

    Kebijakan tersebut dilatarbelakangi oleh ketimpangan dalam neraca perdagangan antara kedua negara.

    AS mengalami defisit perdagangan sebesar 318 miliar dolar AS dengan China. Impor dari China mencapai 462 miliar dolar AS, sementara ekspornya ke China hanya sekitar 143,5 miliar dolar AS.

    Menurutnya, defisit yang besar ini menjadi alasan utama AS mengambil langkah proteksionis dengan mengenakan tarif tinggi terhadap barang-barang asal China.

    Ia menduga bahwa awalnya kebijakan ini hanya ditujukan kepada China, tetapi pada akhirnya diterapkan juga ke negara-negara lain.

    “Saya tidak berani melakukan assessment, tapi kami lihat bahwa Tiongkok pun melakukan retaliasi terhadap tarif yang telah ditetapkan oleh Amerika terhadap produk-produk Tiongkok,” kata Agus dalam rapat bersama Komisi VII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (29/4/2025).

    Namun, dalam beberapa hari terakhir, Agus mengamati adanya perubahan sikap dari Donald Trump.

    Ia menilai bahwa pernyataan Donald Trump menunjukkan sisi yang lebih lunak terhadap kemungkinan penyelesaian konflik dagang ini.

    “Beberapa hari terakhir ini kami sudah bisa melihat, mudah-mudahan ada titik terang, ada beberapa pernyataan dari Presiden Trump yang tone-nya sudah mulai lenient, soft, terhadap bagaimana Amerika akan deal terhadap China,” ucap Agus.

    Pemicu dari perubahan sikap ini dinilai akibat dari masyarakat AS yang mulai merasakan dampak dari kebijakan tarif tinggi ini.

    “Kesulitan yang dihadapi bukan oleh pemerintah Amerika, tetapi oleh rakyat Amerika itu sendiri. Suka atau tidak suka, semua barang-barang yang ada, yang masuk ke supermarket yang ada di Amerika itu, sebagian besar adalah produk-produk atau kiriman dari China,” ujar Agus. 

  • Beda Pandangan Pemerintah RI Vs LG Energy Solutions Soal Proyek Baterai Kendaraan Listrik – Halaman all

    Beda Pandangan Pemerintah RI Vs LG Energy Solutions Soal Proyek Baterai Kendaraan Listrik – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah Indonesia dan LG Energy Solution berbeda pandangan tentang kelanjutan konsorsium proyek pembangunan rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi di Indonesia.

    Semula, proyek bernilai 11 triliun won atau sekitar 7,7 miliar dolar AS tersebut digarap oleh LG Energy Solution bersama LG Chem, LX International Corp., serta sejumlah mitra lainnya.

    Dalam proyek ini, konsorsium Korea Selatan menggandeng pemerintah Indonesia dan BUMN untuk membangun ekosistem industri baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir mulai dari pengadaan bahan baku, produksi prekursor katoda, hingga pembuatan sel baterai.

    Namun, proyek ambisius tersebut berantakan menyusul mundurnya LG Energy Solution dari konsorsium tersebut.

    Seperti dilaporkan kantor berita Yonhap News Agency, Jumat (18/4/2025) lalu, LG Energy Solution memutuskan tidak melanjutkan keterlibatannya di proyek ini karena terjadi perubahan lanskap industri kendaraan listrik secara global.

    Fenomena “EV chasm”, yakni perlambatan permintaan kendaraan listrik di pasar dunia, menjadi alasan utama LG memutuskan mundur.

    “Melihat kondisi pasar dan lingkungan investasi saat ini, kami memutuskan untuk keluar dari proyek tersebut,” ujar seorang eksekutif LG Energy Solution kepada Yonhap.

    Pemerintah Indonesia belakangan menyampaikan informasi yang bertentangan.

    Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani membantah konsorsium LG Energy Solution membatalkan proyek ini.

    Menurut dia, LG telah menyelesaikan rangkaian investasi yang mereka lakukan di Indonesia.

    Rangkaian investasi tersebut meliputi ekosistem pertambangan, pengolahan nickel matte, nikel sulfur, prekursor, katoda, anoda, battery cells, cells pack, hingga recycle battery. Nilainya mencapai 9,8 miliar dolar AS

    “Jadi memang berita yang kemarin mereka mundur, itu bukan mundur oh semuanya, enggak. Mereka (LG) sudah melakukan dan sudah selesai di GV nomor 4, senilai 1,1 miliar dolar,” kata Rosan dalam Konferensi Pers mengutip YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (23/4/2025).

    Rosan bilang, untuk bernegosiasi di proyek besar seperti dilakukan LG ini membutuhkan waktu yang lama. 

    Namun akhirnya proyek investasi ini digantikan partner lain meskipun komitmennya tetap sama.

    “Kami juga ingin berinvestasi ini berjalan, jadi oleh sebab itu memang diputuskan untuk proyek ini tetap berjalan, tetapi memang digantikan oleh partner lain,” ucap Rosan.

    “Dengan partner lain ini juga sudah berjalan, diskusinya, jadi kami dan pihak dari LG tetap komitmen berinvestasi di bidang-bidang lainnya, dan ini pun masih juga terbuka untuk berinvestasi di bidang yang sama,” sambungnya. 

    Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, posisi LG Energy Solution akan digantikan perusahaan China, Huayou.

    Perusahaan yang berkantor pusat di Tongxiang Zhejiang ini bergerak di kegiatan penelitian, pengembangan dan manufaktur material baterai lithium-ion energi, serta material kobalt dan digunakan untuk industri elektronik dan kendaraan listrik. 

  • LG Batal Investasi Baterai di RI, Kemenperin: Pergantian Investor Lazim Terjadi

    LG Batal Investasi Baterai di RI, Kemenperin: Pergantian Investor Lazim Terjadi

    Jakarta

    Kementerian Perindustrian merespons mundurnya LG Energy Solution dari investasi proyek kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena Indonesia sudah mendapat mitra investasi baru dari perusahaan Tiongkok, yakni Huayou.

    “Dalam sebuah konsorsium bisnis atau proyek skala besar, pergantian investor merupakan hal yang lazim terjadi. Ini tidak mengganggu dari target program pengembangan EV di Indonesia. Akselerasi pengembangan untuk ekosistem kendaraan listrik di Indonesia tetap berjalan sesuai perencanaan dan targetnya, apalagi sudah ada yang berproduksi,” tutur Menteri Perindustrian Agus Gumiwang dalam keterangannya dikutip Jumat (25/4/2025).

    Perusahaan yang berkantor pusat di Tongxiang Zhejiang ini bergerak dalam kegiatan penelitian, pengembangan, dan manufaktur material baterai lithium-ionenergi serta material kobalt. Komponen tersebut biasanya digunakan untuk elektronik hingga kendaraan listrik.

    Kemenperin menyebut saat ini sudah ada dua perusahaan yang memproduksi baterai untuk motor listrik, yaitu PT Industri Ion Energisindo yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 10.000 pcs baterai per tahun dan investasi sebesar Rp18 miliar, serta PT Energi Selalu Baru yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 12.000 pcs baterai per tahun dan investasi sebesar Rp15 miliar.

    Sementara itu, terdapat 2 industri baterai sel untuk mobil listrik, yaitu PT HLI Green Power, yang merupakan konsorsium antara Hyundai Grup dan LG sebagai produsen sel baterai, dengan kapasitas tahap pertama sebanyak 10 GWh dengan total nilai investasi mencapai USD1,1 miliar dolar AS. Industri sel baterai ini akan memasok 150.000 hingga 170.000 unit kendaraan bermotor listrik melalui PT Hyundai Energy Indonesia selaku industri baterai pack yang memiliki kapasitas produksi mencapai 120 ribu pack baterai kendaraan bermotor listrik dengan total investasi sebesar Rp674 milliar.

    Pabrik sel baterai Hyundai Grup dan LG, PT HLI Green Power di Karawang Foto: Ridwan Arifin

    Kedua, PT International Chemical Industry yang memiliki kapasitas produksi mencapai 100 MWh per tahun (setara dengan 9 juta sel), dengan target total kapasitas produksi sebesar 256 MWh per tahun (setara dengan 25 juta sel).

    Selain PT Hyundai Energy Indonesia terdapat 1 produsen baterai pack lain, yaitu PT Gotion Green Energy Solutions Indonesia yang memiliki total nilai investasi lebih dari USD8,7 juta dengan kapasitas produksi sebesar 17.952 unit per tahun.

    Kemenperin menargetkan pada tahun 2030, industri otomotif di dalam negeri dapat memproduksi 9 juta unit sepeda motor listrik roda dua dan tiga serta 600 ribu unit mobil dan bus listrik. Target tersebut diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengurangan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 21,65 juta barel atau setara pengurangan emisi CO2 sebanyak 7,9 juta ton secara total.

    Hingga saat ini, di Indonesia sudah ada 63 perusahaan yang memproduksi sepeda motor listrik roda dua dan tiga, dengan jumlah kapasitas produksi sebanyak 2,28 juta unit per tahun dan total investasi sebesar Rp1,13 triliun. Kemudian, terdapat 9 perusahaan yang memproduksi mobil listrik dengan jumlah kapasitas produksi sebanyak 70.060 unit per tahun dan investasi sebesar Rp4,12 triliun.

    Ada pula, 7 perusahaan yang memproduksi bus listrik, dengan jumlah kapasitas produksi sebanyak 3.100 unit per tahun.

    “Jadi, keseluruhan investasi tersebut sebesar Rp5,63 triliun. Investasi ini yang perlu kita jaga, karena membawa multiplier effect bagi perekonomian kita, termasuk pada peningkatan jumlah tenaga kerja di Indonesia,” ungkap Agus.

    (riar/rgr)

  • Menperin pastikan mundurnya LG tak pengaruhi pengembangan ekosistem EV

    Menperin pastikan mundurnya LG tak pengaruhi pengembangan ekosistem EV

    Dalam sebuah konsorsium bisnis atau proyek skala besar, pergantian investor merupakan hal yang lazim terjadi

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan mundurnya investasi perusahaan Korea Selatan, LG dari konsorsium proyek baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV), tidak memengaruhi pengembangan ekosistem kendaraan bersih tersebut di tanah air.

    “Dalam sebuah konsorsium bisnis atau proyek skala besar, pergantian investor merupakan hal yang lazim terjadi. Ini tidak mengganggu dari target program pengembangan EV di Indonesia. Akselerasi pengembangan untuk ekosistem kendaraan listrik di Indonesia tetap berjalan sesuai perencanaan dan targetnya, apalagi sudah ada yang berproduksi,” kata Menperin di Jakarta, Kamis.

    Menurut Menperin, saat ini, sudah ada dua perusahaan yang memproduksi baterai untuk motor listrik, yaitu PT Industri Ion Energisindo yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 10.000 baterai per tahun dengan investasi sebesar Rp18 miliar, serta PT Energi Selalu Baru yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 12.000 baterai per tahun yang memiliki nilai penanaman model Rp15 miliar.

    Sementara itu, terdapat dua industri baterai sel untuk mobil listrik, yaitu PT HLI Green Power, yang merupakan konsorsium antara Hyundai Grup dan LG sebagai produsen sel baterai, dengan kapasitas tahap pertama sebanyak 10 GWh dan total investasi mencapai 1,1 miliar dolar AS atau Rp18,5 triliun.

    Menurut Menperin, industri sel baterai ini akan memasok 150.000 hingga 170.000 unit kendaraan bermotor listrik melalui PT Hyundai Energy Indonesia selaku industri baterai yang memiliki kapasitas produksi mencapai 120 ribu pack baterai kendaraan bermotor listrik dengan total investasi sebesar Rp674 miliar.

    Selanjutnya, PT International Chemical Industry yang memiliki kapasitas produksi mencapai 100 MWh per tahun atau setara dengan 9 juta sel baterai, dengan target total kapasitas produksi sebesar 256 MWh per tahun atau setara dengan 25 juta sel baterai.

    Lebih lanjut, Menperin menyampaikan, selain Hyundai Energy Indonesia terdapat satu produsen baterai pack lain, yaitu PT Gotion Green Energy Solutions Indonesia yang memiliki total nilai investasi lebih dari 8,7 juta dolar AS atau Rp146,8 miliar dengan kapasitas produksi sebesar 17.952 unit per tahun.

    “Perkembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia ini semakin tumbuh, dengan kapasitas yang jauh melampaui perkembangan pasar. Hal ini juga didorong dari berbagai kebijakan strategis dari pemerintah, termasuk memberikan kepastian dan kemudahan usaha, penyusunan roadmap, serta pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN),” kata Menperin.

    Kemenperin menargetkan, pada 2030, industri otomotif di dalam negeri dapat memproduksi 9 juta unit sepeda motor listrik roda dua dan tiga, serta 600 ribu unit mobil dan bus listrik.

    Target tersebut diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengurangan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 21,65 juta barel atau setara pengurangan emisi CO2 sebanyak 7,9 juta ton secara total.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Arab Saudi dan Indonesia perkuat hubungan di industri pangan 

    Arab Saudi dan Indonesia perkuat hubungan di industri pangan 

    Sumber foto: Misriadi/elshinta.com.

    Arab Saudi dan Indonesia perkuat hubungan di industri pangan 
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 22 April 2025 – 16:24 WIB

    Elshinta.com – Menteri Perindustrian dan Sumber Daya Mineral Kerajaan Arab Saudi, Bandar Al-Khorayef, menyelesaikan rangkaian pertemuan tingkat tinggi minggu ini dengan para pemimpin utama di Indonesia yang berfokus pada penguatan hubungan di industri pangan.

    Yang Mulia bertemu dengan perusahaan-perusahaan manufaktur makanan terkemuka serta perwakilan pemerintah untuk memperkuat kerja sama bilateral, menjajaki peluang investasi, dan mendorong integrasi yang lebih dalam antara kedua negara di sektor pangan. 

    Kunjungan ini merupakan bagian dari transformasi industri yang lebih luas di bawah Strategi Industri Nasional milik Kerajaan Arab Saudi. Strategi ini bertujuan untuk menarik investasi bernilai tinggi, mendorong lokalisasi produksi, dan memperkuat posisi Kerajaan sebagai regional hub produksi dan distribusi pangan. 

    Selama kunjungannya, Yang Mulia mengadakan diskusi tingkat tinggi dengan pimpinan Indofood, produsen makanan terbesar di Indonesia dan Mayora Indah, perusahaan multinasional ternama di sektor konfeksi. Pertemuan ini membahas kepentingan bersama termasuk produksi lokal di Kerajaan Arab Saudi, transfer teknologi, dan ekspansi ke pasar regional. 

    Indofood, yang telah mengoperasikan tiga pabrik di Kerajaan Arab Saudi, di Jeddah dan Dammam, melalui kemitraan dengan Noor Wazran Company, menegaskan kembali komitmennya dalam menjalin hubungan jangka panjang dengan Kerajaan. Perusahaan ini memiliki kapasitas produksi tahunan yang mengesankan sebesar 400.000 ton, memproduksi berbagai produk populer seperti mi goreng, saus, dan bumbu-bumbu lainnya. 

    Perusahaan juga membagikan detail proyek ekspansi senilai SAR (Saudi Arabia Riyal) 15 juta yang tengah berjalan di salah satu fasilitasnya di Jeddah, serta mengumumkan rencana untuk mengekspor 20–30% dari produksi yang berbasis di Kerajaan Arab Saudi ke pasar-pasar tetangga seperti Mesir, Yordania, dan wilayah GCC (Gulf Cooperation Council) secara lebih luas. 

    Mayora Indah, yang saat ini mendistribusikan produknya di Kerajaan Arab Saudi, menyatakan minat kuat untuk beralih dari sekedar distribusi menuju ke produksi lokal. Apalagi, melihat meningkatnya permintaan akan produk pangan berkualitas tinggi di Kerajaan Arab Saudi dan keuntungan strategis dari produksi di dalam negeri. 

    Kunjungan ini berlangsung di tengah pencapaian hubungan dagang antara Kerajaan Arab Saudi dan Indonesia yang semakin meningkat. Pada tahun 2024 saja, nilai perdagangan di sektor pangan antara kedua negara mencapai sekitar SAR 3,4 miliar (USD 900 juta). Ekspor utama Kerajaan Arab Saudi ke Indonesia mencakup kurma dengan nilai lebih dari SAR 50 juta, sementara impor utama dari Indonesia meliputi minyak kelapa sawit mentah dan ikan kaleng.

    Kerajaan telah mengidentifikasi sejumlah peluang investasi yang menjanjikan bagi perusahaan-perusahaan Indonesia, khususnya dalam produksi saus dan celupan makanan, serta manufaktur produk konfeksi dan biskcuit. Seluruhnya adalah segmen dengan permintaan domestik dan regional yang terus tumbuh. 

    Kerajaan Arab Saudi merupakan pasar pangan terbesar di Timur Tengah, dengan nilai mencapai SAR 184 miliar pada tahun 2023 dan diperkirakan meningkat menjadi SAR 248 miliar pada 2035. Strategi Industri Nasional pemerintah mencanangkan target ambisius untuk menarik investasi baru lebih dari SAR 78 miliar, meningkatkan ekspor pangan, dan menciptakan lebih dari 170.000 lapangan pekerjaan baru di sektor ini.

    Untuk mendukung visi tersebut, Kerajaan telah memperkenalkan Standard Incentives Program, yang menawarkan insentif investasi modal hingga 35% (maksimal USD 13 juta) bagi investor lokal dan internasional. Program ini dirancang agar dapat diakses oleh berbagai struktur bisnis, termasuk LLC (Limited Liability Company) asing, usaha patungan (joint venture), dan perusahaan joint stock, dengan menawarkan fleksibilitas dan kemudahan masuk ke pasar Saudi. 

    Yang Mulia juga menyoroti Jeddah Food Cluster, klaster industri pangan pertama yang didedikasikan secara khusus di Kerajaan Arab Saudi. Klaster lebih dari 11 juta meter persegi ini terhubung secara strategis dengan Pelabuhan Islam Jeddah. Klaster ini menawarkan infrastruktur kelas dunia, logistik yang efisien, dan kedekatan dengan pasar ekspor domestik dan internasional.

    Dalam pertemuannya dengan Menteri Perindustrian Indonesia, Agus Gumiwang Kartasasmita, Yang Mulia menegaskan kembali komitmen Kerajaan Arab Saudi untuk menjalin kolaborasi jangka panjang di seluruh rantai nilai industri pangan. Kedua pihak sepakat mengenai pentingnya praktik berkelanjutan, ketahanan pangan, dan peran inovasi dalam membentuk masa depan industri ini.

    Kunjungan ini mencerminkan semakin selarasnya hubungan antara Kerajaan Arab Saudi dan Indonesia, sekaligus membuka babak baru dalam kemitraan ekonomi yang didorong oleh kepercayaan bersama, peluang yang saling menguntungkan, dan visi bersama untuk pertumbuhan industri.

    Sumber : Radio Elshinta