Tag: Adib Khumaidi

  • Pemkab Lamongan Komitmen Perkuat Pembangunan Kesehatan Secara Kolaboratif

    Pemkab Lamongan Komitmen Perkuat Pembangunan Kesehatan Secara Kolaboratif

    Lamongan (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten Lamongan terus mendorong pembangunan sektor kesehatan secara kolaboratif untuk mewujudkan layanan kesehatan yang cepat, tepat, dan berkualitas. Bupati Lamongan Yuhronur Efendi menyampaikan, kolaborasi dengan berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan pembangunan kesehatan di daerah.

    Salah satu keberhasilan nyata adalah penanganan stunting di Kabupaten Lamongan. Melalui kerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Lamongan, TP PKK, dan stakeholder lainnya, angka stunting berhasil ditekan dari 27,5 persen pada tahun sebelumnya menjadi 9,4 persen pada 2024.

    “Pemkab Lamongan selalu merealisasikan program pemerintah pusat dan memiliki program prioritas untuk memberikan layanan berkualitas kepada masyarakat. Semua realisasi digarap secara kolaborasi agar berlangsung cepat dan tepat,” ujar Yuhronur dalam Sarasehan Kesehatan Hari Bakti IDI Cabang Lamongan di Aula Pemkab Lamongan, Jumat (23/5/2025).

    Bupati yang akrab disapa Pak Yes itu menambahkan, indeks kesehatan Lamongan mencapai angka 0,843 pada 2024, dari skala 0 sampai 1. Sementara angka harapan hidup masyarakat Lamongan juga mengalami peningkatan menjadi 73,22 tahun.

    Komitmen pembangunan kesehatan di Lamongan diwujudkan melalui program unggulan Lamongan Sehat. Salah satu inovasinya adalah Lamongan Sehat Sejahtera dengan Kunjungan Rumah (Laserku), yang telah memberikan layanan kepada 5.131 keluarga.

    “Capaian yang sudah berhasil kita wujudkan harus terus dipertahankan dan ditingkatkan, salah satunya dengan menambah kapasitas tenaga kesehatan. Mindset yang baik dari tenaga kesehatan akan berdampak positif pada kualitas layanan,” jelasnya.

    Ketua Umum PB IDI, Adib Khumaidi, dalam kesempatan yang sama menegaskan pentingnya sinergi antara IDI dan Pemkab Lamongan. Ia mendorong penyusunan peta penugasan dokter untuk menjangkau seluruh wilayah Lamongan secara merata.

    “Sehingga di seluruh wilayah Lamongan terdapat dokter. Hal tersebut akan mendekatkan pelayanan kesehatan,” tegas Adib. [fak/beq]

  • Ketua IDI: Virus HMPV Tidak Berpotensi Menjadi Pandemi, Tetap Waspada dan Jangan Panik

    Ketua IDI: Virus HMPV Tidak Berpotensi Menjadi Pandemi, Tetap Waspada dan Jangan Panik

    Jakarta, Beritasatu.com – Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi menegaskan berdasarkan data yang ada saat ini, virus Human Metapneumovirus (HMPV) tidak berpotensi menjadi pandemi.

    “Saat ini, data yang diperoleh, baik di dalam maupun luar negeri, menunjukkan situasi belum mengarah ke pandemi. Kenaikan kasus pun masih tergolong ringan dan belum menyebabkan lonjakan volume perawatan,” ujar Adib kepada Beritasatu.com beberapa waktu lalu.

    Menurutnya, situasi yang ada saat ini tidak menunjukkan lonjakan kasus yang mengkhawatirkan. Bahkan, di luar negeri, kondisi perawatan akibat virus ini masih terkendali.

    Adib juga menambahkan peningkatan jumlah pasien di unit gawat darurat di Indonesia mayoritas disebabkan oleh penyakit lain, seperti tipes, demam berdarah, diare, dan gangguan gastrointestinal, yang biasanya meningkat setelah liburan.

    “Jadi, peningkatan kasus ini tidak spesifik disebabkan oleh HMPV. Oleh karena itu, kita tidak perlu panik, meskipun tetap harus waspada,” tambahnya.

    Adib juga mengingatkan pentingnya kewaspadaan dari individu dan pemerintah. Ia menyarankan agar pemerintah memberikan edukasi kepada masyarakat untuk tetap waspada namun tidak panik. Pemerintah diharapkan dapat memperkuat pengawasan dan surveilans untuk mengantisipasi penyebaran penyakit.

    HMPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, terutama pada anak-anak dan orang dewasa dengan kekebalan tubuh yang rendah. Meskipun demikian, penyebaran virus ini hingga saat ini masih berada dalam level yang dapat dikendalikan.

  • Makanan Bergizi Gratis Kalah Pamor dengan Fast Food, Menunya Disebut Tak Enak, Ini Pendapat Ahli – Halaman all

    Makanan Bergizi Gratis Kalah Pamor dengan Fast Food, Menunya Disebut Tak Enak, Ini Pendapat Ahli – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA– Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah diluncurkan sejak Senin (6/1/2025) kemarin. 

    Menu yang diberikan pada anak-anak sekolah mengacu pada gizi seimbang. Mulai dari karbohidrat, protein, sayur-sayuran hingga buah-buahan. 

    Namun dalam pelaksanaannya, tidak sedikit anak-anak yang mengeluhkan bahwa menu makanan pada MBG yang disajikan tidak enak.

    Makanan yang disajikan bak kalah pamor dengan makanan cepat saji atau fast food yang biasa disantap anak-anak.

    Tentu ini menjadi tantangan pelaksana program ini, bagaimana agar anak tetap menikmati menu yang disajikan di makanan bergizi gratis ini? 

    Terkait hal ini, Ahli gizi Dr dr Tan Shot Yen, MHum menjelaskan pendapatnya.

    Menurutnya, ini semacam peluang bagi pemerintah untuk berkreasi bagaimana tujuan MBG ini tepat sasaran.

    Selain menyediakan makanan bergizi gratis, pemerintah juga perlu membagikan edukasi pada publik terkait seperti apa makanan sehat itu. 

    “Bagaimana pun generasi emas kita ini, harus mencintai makanan lokal, perlu mengetahui mana makanan yang sehat atau tidak,” ungkapnya pada media briefing virtual, Rabu (8/1/2025). 

    Situasi ini juga menjadi pengingat bagi orang tua untuk menyediakan makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat sejak dini. 

    Menu siswa dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 06 dan SDN 07 Pulogebang, Jakarta Timur, tidak menyertakan susu sebagai salah satu komponennya.  (Tribunnews/Mario Christian Sumampow)

    Para orang tua perlu berupaya memberikan makanan sehat sekaligus mengenalkan menu makanan lokal. 

    Di sisi lain, cara penyajian makanan sehat juga perlu diperhatikan agar anak tetap bisa menikmati. 

    Tanggapan yang sama pun disampaikan oleh Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi.

    Menurutnya, program Makan Bergizi Gratis ini harus diikuti dengan upaya edukasi kesehatan.

    Terlebih anak-anak saat ini lebih banyak mengikuti sosial media.

    Dan di media sosial umumnya lebih banyak menampilkan makanan jenis cepat saji dan mengandung gula berlebih. 

    “Makanan bergizi gratis harus diikuti dengan upaya mengedukasi. Makanan yang bergizi sehat itu seperti apa. Ini tanggung jawab kita,” tutup dr Adib.

  • Antisipasi Lonjakan HMPV, IDI Minta Pemerintah Perkuat Surveilans Epidemiologi

    Antisipasi Lonjakan HMPV, IDI Minta Pemerintah Perkuat Surveilans Epidemiologi

    Jakarta

    Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) meminta Pemerintah Indonesia untuk belajar dari negara China yang rajin membuat jurnal ilmiah periodik sebagai salah satu langkah memitigasi merebaknya berbagai penyakit seperti mengatasi penularan Human metapneumovirus (HMPV).

    “China memang cukup update, mereka bahkan sudah membuat satu jurnal ilmiah secara periodik dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) atau P2P-nya, kemudian mereka melakukan proses penelitian yang tidak hanya bicara surveilans tapi juga genetik dan musiman (seasoning),” kata Ketua Umum PB-IDI DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu.

    Dalam kesempatan yang sama, anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI Prof Dr dr Erlina Burhan, MSc, SpP(K) mengatakan setidaknya ada tiga langkah yang bisa dipertimbangkan oleh pemerintah untuk diambil untuk mengantisipasi lonjakan kasus.

    “Pada pemerintah, PB IDI mengimbau untuk memperkuat surveillance epidemiologi. Terutama kalau ditemukan (kasus) di bandara internasional kalau ada penumpang yang datang dari luar negeri apalagi China, Amerika, Jepang,” kata Prof Erlina.

    “Kalau memang mereka batuk pilek sebaiknya diperiksa, dan kalau memang agak mahal untuk deteksi virus ini (HMPV), setidaknya sampaikan ke orang-orang di bandara untuk menerapkan protokol kesehatan,” lanjut dia.

    Selanjutnya, Prof Erlina mendorong pemerintah untuk melibatkan komunitas guna mengedukasi dan menyosialisasi. Hal ini tentu akan membantu memberikan pemahaman terkait virus ini ke berbagai lapisan masyarakat.

    HMPV sendiri merupakan virus yang sudah lama ditemukan di dunia kesehatan, tepatnya pada 2001 silam. Hal ini membuat banyak dari tubuh manusia yang mungkin sebelumnya sudah terpapar dan memiliki kekebalan lebih baik untuk membunuhnya.

    “Sejauh ini dari HMPV ini belum ada laporan yang fatal atau kematian ya, karena sebagian besar ringan-ringan saja seperti flu biasa. Mengapa menjadi bahan pembicaraan, ya mungkin meningkat kasusnya,” kata Prof Erlina.

    “Mungkin karena sudah sering terinfeksi (HMPV), jadi tubuh mempunyai imunitas terhadap virus ini. Kalaupun terkena (gejalanya) ringan-ringan saja,” tutupnya.

    (dpy/kna)

  • IDI Apresiasi Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis untuk Rakyat

    IDI Apresiasi Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis untuk Rakyat

    Jakarta, Beritasatu.com – Presiden Prabowo Subianto mengumumkan program pemeriksaan kesehatan gratis bagi seluruh rakyat Indonesia. Menanggapi hal ini, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Adib Khumaidi mengatakan, program yang dicanangkan oleh Presiden tersebut merupakan langkah maju yang patut diapresiasi.

    “Program pemeriksaan kesehatan gratis ini akan memberikan dampak positif bagi masyarakat, seperti deteksi dini penyakit, peningkatan kesadaran akan pentingnya kesehatan, serta mengurangi beban biaya penyelenggaraan pengobatan atau perawatan kuratif,” ungkap dr Adib dalam pernyataan pada Kamis (7/11/2024).

    Adib menambahkan, program ini juga berkontribusi pada pencapaian target pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam hal kesehatan dan kesejahteraan. Program ini tidak hanya memberikan akses kesehatan yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat, tetapi juga menunjukkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

    Untuk itu, Adib memberikan beberapa imbauan kepada pemerintah demi optimalisasi program ini. Beberapa langkah yang disarankan antara lain:

    1. Menjamin ketersediaan tenaga medis yang kompeten dan peralatan yang memadai di setiap fasilitas kesehatan.

    2. Melakukan pelatihan berkelanjutan bagi tenaga medis untuk meningkatkan kemampuan dalam deteksi dini penyakit.

    3. Memastikan ketersediaan obat-obatan yang dibutuhkan di seluruh fasilitas kesehatan.

    4. Memperluas cakupan program ke daerah-daerah terpencil dan masyarakat marginal.

    5. Menambahkan jenis pemeriksaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta meningkatkan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaan program.

    “Selain itu, penting untuk melakukan kampanye sosialisasi secara masif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin, serta melakukan evaluasi berkala untuk mengukur efektivitas program dan melakukan perbaikan jika diperlukan. Pengumpulan data dan informasi yang relevan juga sangat penting untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat,” tuturnya.

    Adib juga menekankan pentingnya memaksimalkan fungsi dan manfaat aplikasi Satu Sehat dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dapat digunakan sebagai platform untuk mengelola data pemeriksaan kesehatan seumur hidup yang terintegrasi. 

    Menurutnya, aplikasi tersebut bertujuan untuk memantau pemeliharaan kesehatan dan menjadi sarana promosi kesehatan yang efektif, serta membantu sosialisasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan personal health record (rekam medis individu) yang berisi informasi kesehatan mereka.

    Adib menegaskan bahwa IDI percaya program ini bisa menjadi awal yang baik dalam mewujudkan Indonesia yang sehat. 

    “Mari bersama-sama kita dukung dan kawal program ini agar manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat,” tutupnya.

  • Rekomendasi IDI soal Skrining Kesehatan Gratis Warga yang Ultah Mulai 2025

    Rekomendasi IDI soal Skrining Kesehatan Gratis Warga yang Ultah Mulai 2025

    Jakarta

    Dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, Kementerian Kesehatan RI akan meluncurkan program skrining kesehatan gratis yang dapat diakses oleh seluruh warga Indonesia pada hari ulang tahunnya mulai 2025.

    Ini menjadi salah satu program yang dibuat oleh Presiden RI Prabowo Subianto yang berfokus pada deteksi dini dan mencegah berbagai macam penyakit sesuai kategori usia.

    Ketua Umum PB IDI Dr dr Mohammad Adib Khumaidi SpOT mengatakan program pemeriksaan ini merupakan langkah maju yang patut diapresiasi. Menurutnya, program ini tak hanya memberikan akses kesehatan yang lebih merata bagi masyarakat, tetapi juga menunjukkan komitmen pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

    “Program pemeriksaan kesehatan gratis ini akan berdampak positif bagi masyarakat, seperti deteksi dini penyakit, peningkatan kesadaran akan pentingnya kesehatan, dan mengurangi beban pembiayaan penyelenggaraan pengobatan atau kuratif,” kata dr Adib, dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Selasa (5/11/2024).

    “Secara luas, program ini berkontribusi pada pencapaian target pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya terkait kesehatan dan kesejahteraan,” lanjutnya.

    Guna mendukung pelaksanaan pemeriksaan kesehatan gratis, dr Adib yang juga sebagai Pengurus Besar IDI merekomendasikan sejumlah hal berikut:

    Menjamin ketersediaan tenaga medis yang kompeten dan peralatan yang memadai di setiap fasilitas kesehatan.Melakukan pelatihan berkelanjutan bagi tenaga medis untuk meningkatkan keahlian dalam deteksi dini penyakit.Memastikan ketersediaan obat-obatan yang dibutuhkan.Memperluas cakupan program ke daerah-daerah terpencil dan masyarakat marginal.Menambahkan jenis pemeriksaan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.Meningkatkan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaan program.Melakukan kampanye sosialisasi secara masif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin.Melakukan evaluasi secara berkala untuk mengukur efektivitas program dan melakukan perbaikan jika diperlukan.Mengumpulkan data dan informasi yang relevan untuk mendukung pengambilan keputusan.Memaksimalkan fungsi dan manfaat aplikasi SATU Sehat dari Kementerian Kesehatan RI sebagai platform yang mengelola data pemeriksaan kesehatan seumur hidup terpadu untuk memantau pemeliharaan dan sarana promosi kesehatan.Sosialisasi pada masyarakat untuk memanfaatkan Personal Health Record (rekam medis individu) yang berisi informasi kesehatan.

    “Mari bersama-sama kita dukung dan kawal program ini agar manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat,” tutup dr Adib.

    (suc/naf)

  • Ketum IDI: Modal atasi masalah kesehatan adalah kolaborasi

    Ketum IDI: Modal atasi masalah kesehatan adalah kolaborasi

    Modal yang seharusnya kita bangun di dalam permasalahan kesehatan itu adalah membangun kolaborasi

    Jakarta (ANTARA) – Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (Ketum IDI) Dr. dr. M. Adib Khumaidi Sp.OT menyampaikan modal yang harus dibangun bangsa Indonesia dalam mengatasi beragam persoalan kesehatan adalah kolaborasi.

    “Modal yang seharusnya kita bangun di dalam permasalahan kesehatan itu adalah membangun kolaborasi,” kata Adib saat menjadi narasumber dalam diskusi bertajuk “Isu-Isu Krusial yang Dihadapi Pemerintahan Prabowo Subianto: Bidang Kesehatan”, sebagaimana dipantau di Jakarta, Minggu malam.

    Menurut dia, pemerintah saja tidak akan dapat mengatasi beragam persoalan kesehatan di tanah air, mulai dari pendistribusian tenaga kesehatan hingga penurunan kasus tuberkulosis.

    “Pemerintah pusat tidak akan mampu kalau tanpa kolaborasi, pemerintah daerah tidak akan mampu juga kalau tanpa kolaborasi,” ujar dia.

    Lebih lanjut, Adib mencontohkan nilai penting dari peran kolaborasi itu dapat dilihat dari penanganan kasus COVID-19. Adib menyampaikan keberhasilan dalam penanganan pandemi COVID-19 di tanah air dapat digapai karena adanya kolaborasi, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga pihak swasta.

    “Kunci di dalam kita mengatasi COVID-19, itu bukan karena peran pemerintah saja, peran para dokter saja, tetapi itu peran kolaborasi sehingga modal yang seharusnya dibangun adalah kolaborasi,” ucap dia menegaskan.

    Dalam kesempatan yang sama, Adib pun mengingatkan seluruh pihak bahwa kesehatan bukan hanya menjadi domain tugas dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Masalah-masalah dalam kesehatan, kata dia melanjutkan, tidak hanya muncul karena faktor kesehatan tetapi juga dapat dipengaruhi sektor lain seperti lingkungan dan pendidikan.

    Berikutnya, Adib pun memaparkan sejumlah masalah kesehatan yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia. Di antaranya adalah angka kematian ibu yang masih belum mencapai target. Diketahui target angka kematian ibu di Indonesia untuk tahun 2024 adalah 189 per 100.000 kelahiran hidup.

    Lalu, ada pula target angka kematian bayi sebesar 16 per 1.000 kelahiran hidup yang belum tercapai.

    Pewarta: Tri Meilani Ameliya
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2024