Tag: Adhi S Lukman

  • PMI Manufaktur Berpotensi Menurun setelah Idulfitri 2025

    PMI Manufaktur Berpotensi Menurun setelah Idulfitri 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – S&P Global merilis data purchasing managers index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan Januari 2025 jatuh pada level 51,9. Angka ini naik dari 51,2 pada bulan sebelumnya dan tercatat sebagai level tertinggi sejak Mei 2024.

    Ketua Bidang Industri Manufaktur Apindo Adhi S Lukman mengatakan, industri manufaktur Indonesia menunjukan progress dan semangatnya memasuki tahun 2025.

    Ia mengatakan, pada Desember dan Januari menunjukkan adanya pesanan-pesanan baru yang muncul baik dari dalam negeri dan luar negeri. Pertumbuhan permintaan barang didorong oleh faktor musim bulan Ramadan dan Idulfitri beberapa bulan mendatang.

    Meskipun secara statistik posisi PMI Manufaktur Indonesia menunjukan posisi yang masih bertengger di zona ekspansif, Adhi melihat adanya potensi perlambatan yang disebabkan oleh berbagai tantangan dari dalam dan luar negeri.

    “Ada banyak tantangan yang harus kita hadapi. Sekarang sudah mencapai level 51 dan kalau kita lihat di indeks kepercayaan industri (IKI) pun juga meningkat ke 53,1, tetapi kita harus sampaikan bahwa tidak semua sektor manufaktur sudah mengalami ekspansif,” kata Adhi kepada Beritasatu.com secara daring, Jumat (7/2/2025).

    Adhi menyampaikan optimismenya bahwa PMI manufaktur masih akan tumbuh positif hingga Idulfitri 2025. Namun, Adhi menyebutkan beberapa potensi yang dapat mendorong pelemahan PMI Manufaktur ke depan.

    “Secara seasonal, PMI Manufaktur akan mengalami penurunan usai Idulfitri. Terutama pada sektor sandang, makanan, minuman, industri kemasan, dan industri-industri penunjang lainnya akan sangat terpengaruh. Kita harus waspada. Ada juga tantangan yang berkenaan dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, tantangan harga bahan-bahan lainnya cukup tinggi, dan juga ketidakpastian. Kami melihat ada banyak sekali perubahan yang terjadi dengan cepat,” tambah Adhi.

    Secara jelas, Adhi menyebutkan beberapa tantangan yang menghantui industri manufaktur Indonesia tahun ini di antaranya adalah daya beli masyarakat dan ketersediaan bahan baku. Menurut Adhi, penurunan daya beli masyarakat berpengaruh secara langsung terhadap perputaran barang di pasar. Selain itu, minimnya ketersediaan bahan baku menghambat produksi sehingga Indonesia “kalah” dari negara-negara lain.

    “Bagaimana kita harus menumbuhkan ekosistem perindustrian dengan mendorong penerapan yang bisa mendorong agar industri manufaktur ini menjadi satu unggulan dengan mendorong penerapan teknologi. Kita harus dukung industri manufaktur sebagai lokomotif pertumbuhan yang didukung oleh semua sektor, semua kementerian lembaga, agar bisa fokus di dalam menumbuhkan kontribusi kita di dalam PDB kita,” pungkas Adhi dalam menanggapi PMI manufaktur Indonesia.

  • CEO Pizza Hut Buka-Bukaan Soal Dampak Kenaikan PPN 12%

    CEO Pizza Hut Buka-Bukaan Soal Dampak Kenaikan PPN 12%

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Pizza Hut Indonesia, Boy Lukito mengungkap bahwa kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikhawatirkan dapat berdampak kepada konsumen. Sehingga hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pihaknya untuk mendorong bisnis lebih baik lagi ke depan.

    “Pastinya (berdampak) karena apa pun itu yang berdampak konsumen. Saya melihatnya sebagai tantangan. Tetapi karena masih berlangsung polemik itu, kami tunggu saja,” ungkap dia dalamRoad to CNBC Indonesia Awards 2024 Best Consumer, Kamis (28/11/2024).

    Untuk diketahui, pemerintah berencana menaikkan tarif PPN menjadi 12% pada 2025. Kenaikan PPN menjadi 12% merupakan amanat yang ada dalam UU HPP yang disahkan Presiden Jokowi pada Oktober 2021.

    Aturan ini memerintahkan PPN naik menjadi 11% pada April 2022 dan dilanjutkan dengan kenaikan menjadi 12% paling lambat 1 Januari 2025.

    Boy memaparkan tantangan semacam ini pernah terjadi saat kenaikan PPN dari 10% menjadi 11% beberapa waktu lalu. Namun, dirinya tetap optimis dapat melewati tantangan itu.

    “Tetapi, kami sudah lalui waktu PPN 10% ke 11%. Dalam 40 tahun ini sudah banyak (tantangan). dan kami yakin dapat melaluinya,” pungkas Boy.

    Sebagai informasi rencana kenaikan PPN mendapatkan penolakan dari kalangan baik ekonom maupun pengusaha. Dengan kenaikan ini, Indonesia akan menjadi segelintir negara dengan tarif PPN paling tinggi di ASEAN.

    Para ekonom dan pengusaha khawatir, kenaikan ini akan semakin menekan daya beli masyarakat yang belum pulih dari pandemi Covid-19.

    Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan, kenaikan PPN akan berdampak besar pada rantai pasok, serta kenaikan bahan baku dan biaya produksi.

    “Ujungnya akan terjadi kenaikan harga jasa/produk, yang melemahkan daya beli masyarakat, sehingga utilitas penjualan tidak optimal. Terlebih pada produk pangan yang sangat sensitif terhadap harga, masyarakat akan mengerem konsumsinya. Hal ini akan memperlambat laju konsumsi rumah tangga,” kata Adhi.

    Padahal, imbuh dia, konsumsi rumah tangga adalah penopang pertumbuhan ekonomi dengan berkontribusi sebesar 53,08% terhadap PDB nasional. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga saat ini sedang menunjukkan tren pelemahan.

    GAPMMI berharap pemerintah akan memilih langkah lain untuk meningkatkan penerimaan negara.

    “Misal dengan menerapkan ekstensifikasi PPN yang masih berpotensi besar, dibandingkan menaikkan tarif,” paparnya.

    (dpu/dpu)

  • Video: Warga RI Siap-Siap! PPN Naik Jadi 12% di Januari 2025

    Video: Warga RI Siap-Siap! PPN Naik Jadi 12% di Januari 2025

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman buka suara terkait pemberlakuan tarif pajak pertambahan nilai sebesar 12% mulai tahun 2025 nanti.

    Simak informasi selengkapnya dalam program Closing Bell CNBC Indonesia (Senin, 18/11/2024) berikut ini.

  • Gappmi Harap Kebijakan Ekonomi Prabowo Ramah pada Sektor Makanan Minuman

    Gappmi Harap Kebijakan Ekonomi Prabowo Ramah pada Sektor Makanan Minuman

    Jakarta, Beritasatu.com – Ketua umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman berharap, kebijakan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan mendukung sektor makanan minuman. Langkah ini penting untuk menciptakan iklim yang mendukung perekonomian nasional.

    “Gapmmi mendukung upaya pemerintahan Prabowo Subianto dalam memajukan perekonomian, terutama bagi pelaku usaha di sektor makanan dan minuman,” ujar Adhi dalam sebuah pertemuan di kawasan Senayan, Jakarta, seperti dikutip dalam keterangannya Rabu (6/11/2024).

    Menurut Adhi, target pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8% dapat memberikan harapan besar bagi pelaku bisnis di sektor makanan dan minuman.

    Gapmmi juga berharap agar pemerintahan baru dapat mempermudah perizinan untuk penyelenggaraan pameran produk makanan dan minuman, khususnya yang melibatkan produsen atau peserta dari luar negeri. Menurutnya, pameran ini bukan hanya sebagai ajang promosi, tetapi juga sebagai penggerak ekonomi lokal dan nasional.

    “Dengan memberikan dukungan berupa fasilitas, promosi, dan insentif kepada peserta pameran, ekosistem yang kondusif untuk perkembangan UMKM dapat tercipta,” kata Adhi.

    Melalui pameran-pameran tersebut, produk lokal memiliki peluang besar menembus pasar internasional, menciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri.