Tag: Ade Suryaman

  • Tercemar Limbah Debu, Ratusan Warga Blokade Jalan Proyek Tambang, Tuntut Perusahaan Perbaiki Jalan

    Tercemar Limbah Debu, Ratusan Warga Blokade Jalan Proyek Tambang, Tuntut Perusahaan Perbaiki Jalan

    TRIBUNJATIM.COM – Aktivitas proyek tambang galian C membuat warga di desa di Kecamatan Budong-Budong, Mamuju Tengah terancam kesehatannya.

    Itu karena para warga terkena dampak pencemaran limbah dembu yang disebabkan proyek tambang tersebut.

    Ratusan warga pun memblokade akses jalan desa pada Senin (23/10/2023).

    Disebutkan bahwa limba debu tersebut mereka mengalami batuk-batuk dan sesak napas.

    Warga mengeluhkan dampak pencemaran lingkungan yang dirasakan, terutama oleh anak-anak yang lebih rentan.

    Mereka menuntut pihak perusahaan untuk memenuhi janji perbaikan jalan yang dijanjikan sebelum proyek galian dimulai tiga tahun lalu.

    “Dulu katanya jalan akan diperbaiki, namun setelah beroperasi bertahun-tahun, jalan tak kunjung diperbaiki. Sementara asap debu sangat mengganggu warga. Belum lagi ganti rugi lahan untuk pelebaran jalan mobil proyek tambang,” ujar Rosanna, salah satu warga, melansir dari Kompas.com.

    Akses jalan desa tersebut merupakan jalur utama bagi angkutan proyek bendungan, yang setiap harinya menghasilkan kepulan debu tebal. Warga merasa kondisi ini sangat mengganggu kesehatan mereka.

    “Bayangkan setiap hari menghirup debu tebal akibat aktivitas kendaraan tambang,” tambah Rosanna.

    Kekecewaan warga semakin meningkat karena pihak perusahaan tidak kunjung memberikan kejelasan mengenai ganti rugi untuk tanaman dan lahan yang digunakan untuk pelebaran jalan proyek.

    “Jangankan membayar ganti rugi tanah seperti dijanjikan perusahaan sebelumnya, perbaikan atau pengaspalan jalan saja tidak dilakukan hingga kini,” keluh seorang warga lainnya.

    Warga yang awalnya berniat berdialog dengan pihak perusahaan terkait tuntutan mereka merasa kesal setelah tidak menemukan kejelasan.

    Mereka kemudian memutuskan untuk memblokade akses jalan dan menghentikan seluruh aktivitas angkutan proyek di lokasi.

    Menanggapi situasi ini, Yulius Sanusi, Ketua Komisi II DPRD Mamuju Tengah, berjanji akan mengawal persoalan ini.

    “Insya Allah kami akan mendesak semua pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan perbaikan jalan termasuk memberikan ganti rugi kepada warga yang lahannya terkena pelebaran jalan proyek,” jelas Yulius.

    Warga menegaskan akan terus memblokade akses jalan hingga pihak perusahaan merealisasikan janji mereka untuk melakukan perbaikan jalan dan pembayaran ganti rugi lahan yang telah digunakan untuk kepentingan proyek.

    Sebelumnya ramai dibicarakan di media sosial penampakan area diduga lokasi bekas tambang emas.

    Beberapa video bencana di Sukabumi akhirnya dikaitkan dengan munculnya penampakan area bekas tambang tersebut.

    Viral di media sosial penampakan lahan gundul diduga lokasi tambang emas yang diduga menjadi penyebab bencana banjir hingga longsor di wilayah Selatan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

    Foto-foto lokasi tambang di wilayah Selatan Sukabumi beredar luas.

    Bahkan terdapat video viral tayangangan Google Earth yang menunjukkan beberapa lokasi penggundulah hutan. 

    Bahkan Gubernur terpilih Dedi Mulyadi pun sudah menyoroti adanya penggalian dan pengundulan lahan. Ia sendiri menyebutnya sebagai salah satu faktor bencana.

    Dalam video beredar dilihat Tribunjabar.id, Kamis (12/12/2024) seperti dikutip TribunJatim.com, terlihat lahan gundul cukup luas.

    Saat dikonfirmasi, Sekda Kabupaten Sukabumi, Ade Suryaman, mengatakan, lokasi itu akan dilakukan kajian apakah itu menjadi penyebab bencana atau tidak.

    Namun, menurut Ade Suryaman keputusan hasil kajian itu berada di Pemerintah Pusat.

    “Nanti itu kajian dari kementerian, kalau dari kita itu ada, tapi yang memutuskan kementerian,” ujar Ade Suryaman, singkat.

    Ade Suryaman mengatakan, longsor susulan masih berpotensi terjadi karena curah hujan masih tinggi di wilayah Sukabumi.

    “Masih ada karena curah hujan yang tinggi, berarti longsornya tanah kita tanah gembur,” ucap Ade Suryaman, seperti dikutip TribunJatim.com dari TribunJabar.ID, Kamis (12/12/2024).

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Tanggap Darurat Bencana Sukabumi Diperpanjang sampai 17 Desember

    Tanggap Darurat Bencana Sukabumi Diperpanjang sampai 17 Desember

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pemerintah Kabupaten Sukabumi memperpanjang masa tanggap darurat bencana selama satu pekan atau tujuh hari ke depan terhitung dari 11 sampai 17 Desember 2024.

    “Awalnya masa tanggap darurat bencana kami berlakukan dari 4-10 Desember 2024, namun karena berbagai pertimbangan kami mengeluarkan kebijakan untuk memperpanjang masa tanggap darurat bencana ini hingga 17 Desember 2024,” kata Sekda Kabupaten Sukabumi Ade Suryaman di Sukabumi, Selasa (10/12), dikutip dari Antara.

    Menurut Ade, yang menjadi pertimbangan pihaknya memperpanjang masa tanggap darurat bencana yakni potensi hujan deras yang masih tinggi, pengungsi serta adanya korban yang belum ditemukan.

    Selain itu, kebijakan ini dibuat berdasarkan hasil rapat koordinasi pertama potensi hujan deras hingga 14 Desember yang masih tinggi sesuai prakiraan cuaca dari BMKG.

    Kemudian masih ada dua korban yang tertimbun longsor yang belum ditemukan. Saat ini jumlah pengungsi masih terus bertambah mencapai 2.988 jiwa.

    Penetapan kebijakan ini melalui rakor secara daring yang dihadiri oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Polres Sukabumi, Kodim 0620 Kabupaten Sukabumi dan Pemkab Sukabumi.

    Modifikasi cuaca

    Sementara Bupati Sukabumi Marwan Hamami meminta kepada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk melakukan modifikasi cuaca di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

    “Kami sudah mengirimkan surat kepada BMKG terkait modifikasi cuaca untuk mengurangi intensitas hujan yang turun di wilayah Kabupaten Sukabumi,” katanya di Sukabumi.

    Menurut Marwan, untuk pelaksanaan modifikasi cuaca, pihaknya belum mengetahui karena BMKG yang menentukan jadwal pelaksanaannya. Pihaknya berhadap bisa terlaksana dalam waktu dekat agar intensitas hujan bisa dikurangi.

    Tujuan dari modifikasi cuaca ini juga untuk mempercepat penanganan dan penanggulangan bencana di Kabupaten Sukabumi seperti evakuasi penyintas, penyaluran bantuan, membuka akses jalan yang terisolasi maupun mengurangi potensi terjadinya kembali bencana hidrometeorologi agar daerah terdampak tidak terus meluas.

    Modifikasi ini dilakukan dengan melakukan penyemaian awan dengan menggunakan bahan khusus dalam beberapa hari dengan menggunakan pesawat terbang sehingga bisa mengendalikan potensi dan intensitas hujan.

    Hingga Selasa daerah yang terdampak bencana banjir dan longsor yang terjadi pada Rabu (4/12) mencapai 39 kecamatan dari 47 kecamatan di Kabupaten Sukabumi.

    Akibatnya sebanyak 13.837 warga terdampak. Dari jumlah tersebut sebanyak 10 warga meninggal dan dua warga dinyatakan hilang.

    Sekitar 1.428 unit rumah rusak berat, 1.201 unit rusak sedang dan 1.272 unit rusak ringan. Selanjutnya untuk rumah terancam ada 653 unit dan terendam 1.169 unit.

    (Antara/fra)

    [Gambas:Video CNN]

  • Bencana Alam di Sukabumi Korban Meninggal Menjadi 8 Orang, Jasad Anak Perempuan 8 Tahun Baru Ditemukan

    Bencana Alam di Sukabumi Korban Meninggal Menjadi 8 Orang, Jasad Anak Perempuan 8 Tahun Baru Ditemukan

    Liputan6.com, Sukabumi – Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi menyampaikan data terkini jumlah korban jiwa dari dampak bencana alam yang terjadi sejak Selasa (3/12/2024) lalu. Hingga kini, delapan orang dinyatakan meninggal dunia, termasuk anak-anak. Sementara empat orang lainnya masih dalam pencarian.

    Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi, Ade Suryaman mengatakan, tim gabungan masih terus berupaya melakukan pencarian terhadap korban yang belum ditemukan diantara material longsor dan banjir. Pihaknya juga tengah memfokuskan pada penanganan bencana, salah satunya dengan memperbaiki akses jalan yang terputus. 

    “Kita sudah berusaha menyebar tim ke beberapa wilayah. BNPB, BPBD, TNI, dan Polri sudah berkolaborasi di lapangan. Hari ini kita fokus pada pendataan serta memperbaiki jalan-jalan yang terputus agar distribusi logistik dapat berjalan lancar,” ujar Ade Pendopo Sukabumi, Sabtu (7/12/2024).

    Ade menjelaskan bahwa bencana alam ini berdampak luas hingga 39 kecamatan, dengan 1 kelurahan dan 142 desa terdampak. Kemudian, bencana juga mengakibatkan 1.254 rumah rusak, 3.153 KK atau 4.892 warga terdampak, dan 890 KK atau 2.859 jiwa lainnya terpaksa mengungsi. 

    “Hari ini kecamatan kita bertambah jadi 39 kecamatan, 1 kelurahan 142 desa dan yang meninggal dunia ada 8 jiwa. Yang hilang masih dalam pencarian itu ada empat,” ungkapnya. 

    Korban anak-anak yang baru ditemukan jasadnya itu diketahui bernama Siti Hamidah (8), warga Kampung Cisarakan, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi.

     

    Kembali Terjadi, Sungai Serayu Keruh Akibat Flushing Lumput Bendungan Mrica

  • Ribuan Warga Sukabumi Terdampak Bencana Longsor hingga Banjir, 4 Orang Dinyatakan Hilang – Halaman all

    Ribuan Warga Sukabumi Terdampak Bencana Longsor hingga Banjir, 4 Orang Dinyatakan Hilang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Inilah kabar terbaru soal bencana yang terjadi di Sukabumi, Jawa Barat.

    Terjadi tanah longsor hingga banjir di sejumlah wilayah di Kabupaten Sukabumi.

    Dari bencana ini, lima orang meninggal dunia dan empat di antaranya masih dinyatakan hilang.

    Hal tersebut disampaikan oleh Pranata Humas Ahli Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Hadi Rahmat, Jumat (6/12/2024).

    “Meninggal dunia 5 jiwa. 4 jiwa hilang dan belum ditemukan,” ujarnya, dikutip dari TribunJabar.id.

    Ia juga menuturkan, hingga hari ini, Jumat (6/12/2024), ada 291 kejadian bencana alam yang terjadi di 38 kecamatan di Kabupaten Sukabumi.

    “Tanah longsor 131 kejadian, banjir 72 kejadian, angin kencang 24 kejadian dan pergerakan tanah 64 kejadian,” ujarnya.

    Ratusan rumah warga pun alami kerusakan, mulai dari rusak ringan hingga rusak berat.

    255 rumah rusak ringan, 123 rumah rusak sedang, dan 211 rumah rusak berat. 

    “293 rumah terancam, 473 sempat rumah terendam, 51 sarana dan 43 hektare sawah dan lahan pertanian terdampak,” katanya.

    Hadi Rahmat juga menuturkan bahwa total ada ribuan warga terdampak dan 1.400 di antaranya harus mengungsi.

    “Warga terdampak 1.487 KK dengan 3.497 jiwa dan 289 KK dengan 1.400 jiwa mengungsi dan 312 KK dengan 516 jiwa terancam,” katanya.

    34 Titik Jalan di Sukabumi Terputus

    Sementara itu, Sekda Kabupaten Sukabumi, Ade Suryaman menuturkan ada 34 titik jalan di Kabupaten Sukabumi yang terputus karena banjir dan tanah longsor.

    “Jalan yang terputus itu ada di 34,” kata Ade Suryaman.

    Kepada TribunJabar.id, jalan yang terputus tersebut membuat pengiriman logistik untuk korban bencana menjadi terhambat.

    “Kemarin kita sudah dorong (bantuan) ke wilayah Sagaranten, tapi kemarin itu saya cek belum sampai, karena kan kendaraan yang masuk susah, tadi saya minta jalannya ke mana kita kalau mau ke Sagaranten, lewat Pabuaran juga terputus, jadi kita hanya sampai ke Pabuaran balik lagi,” ujar Ade Suryaman.

    Pihak Pemda Sukabumi khawatir, jalan yang terputus ini membuat akses ke sejumlah lokasi lumpuh.

    “Terus yang paling utama sekarang adalah untuk kebutuhan bahan bakar, itu baik gas, terus (BBM) untuk kendaraan, kalau itu tidak masuk itu bisa lumpuh,” ucap Ade Suryaman.

    (Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunJabar.id, Nazmi Abdurrahman/M Rizal Jalaludin)