Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Annas Furqon Hakim
TRIBUNJAKARTA.COM, KEBAYORAN BARU – Polda Metro Jaya mengerahkan satuan tugas (satgas) untuk mengawasi distribusi gas elpiji 3 Kg.
“Ditreskrimsus Polda Metro Jaya telah menurunkan Satgas Gakkum Penyalahgunaan Distribusi BBM dan Gas bersubsidi,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi, Selasa (4/2/2025).
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi saat diwawancarai, Kamis (3/10/2024). (TribunJakarta.com/Dionisius Arya Bima Suci)
Ade Ary menjelaskan, Satgas khusus itu bakal melakukan sejumlah upaya untuk mengawasi pendistribusian gas elpiji.
Salah satunya melakukan koordinasi dengan Pertamina dan stakeholder terkait.
Ade Ary menjelaskan, koordinasi itu dilakukan untuk memastikan ketersediaan stok gas elpiji 3 Kg di wilayah hukum Polda Metro Jaya.
“Kemudian melakukan pengawasan dan pengamanan distribusi elpiji bersubsidi, agar tepat sasaran dan tidak terganggu distribusinya,” ujar Ade Ary.
Mantan Kapolres Metro Jakarta Selatan itu memastikan pihaknya akan menindak tegas pelaku penyalahgunaan gas elpiji 3 Kg.
“Melakukan penegakkan hukum secara tegas, profesional, dan proporsional apabila ditemukan penyimpangan dan penyalahgunaan elpiji bersubsidi,” ucap dia.
Sebelumnya diberitakan masyarakat mulai resah akibat kelangkaan mendapatkan gas elpiji 3 kg.
Ada emak-emak di Depok kelabakan susah dapat gas, sementara di Pamulang ada lansia meninggal dunia kelelahan mencari gas.
Dalam beberapa hari terakhir, masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia mulai mengeluhkan kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kg.
Hal ini imbas dari kebijakan pembelian gas bersubsidi yang hanya dapat dilakukan di pangkalan gas yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Kebijakan ini diberlakukan untuk mengontrol distribusi gas subsidi agar tepat sasaran dan mengurangi potensi penyalahgunaan yang bisa merugikan warga yang berhak.
Kebijakan tersebut membuat pangkalan gas elpiji di banyak titik dipadati antrean.
Warga harus lebih menyiapkan waktu dan tenaga untuk mendapatkan gas melon itu.
Bahkan di sejumlah daerah, model distribusi baru itu mengakibatkan kelangkaan.
Termasuk di wilayah penyangga Jakarta di Depok dan Pamulang, Tangerang Selatan.
Di dua tempat tersebut ada peristiwa yang membuat geger emak-emak sampai kesulitan dan menjerit meluapkan keresahan.
Seorang ibu bernama Amira (28) yang tinggal di kawasan Sukmajaya, Kota Depok, mengeluhkan sulitnya mendapatkan gas elpiji 3 kg.
ELPIJI LANGKA DI DEPOK – Sudah 2 hari Iniibu rumah tangga di kawasan Sukmajaya Kota Depok mengeluhkan sulitnya mendapatkan elpiji 3 kg. Warga membeli makanan matang ke warung untuk menu keluarga. (Warta Kota/M Rifqi)
Dia mengaku sudah dua hari mencari lokasi agen yang menjual gas elpiji isi ulang ukuran 3 kg.
Dia mengaku sudah berkeling dari pangkalan gas elpiji 3 kg ke pangkalan lainnya berharap bisa membeli isi ulang.
Tapi ibu muda itu tidak mendapatkan barang yang diinginkan.
Menurut Amira, aturan baru yang dibuat pemerintah yang mengharuskan warga membeli gas elpiji 3 kg langsung ke pangkalan resmi Pertamina menyusahkan masyarakat, terutama ibu rumah tangga seperti dirinya.
“Kalau pangkalan kan jauh, terus ibu-ibu harus cari gitu, kan kita juga harus jagain anak,” kata Amira saat ditemui sedang mencari isi ulang gas elpiji 3 kg di wilayah Sukmajaya, Kota Depok, Selasa (4/2/2025), dikutip dari Warta Kota.
“Ini sudah dua harian keliling enggak dapat sama sekali,” sambungnya.
Lansia di Pamulang Meninggal Usai Antre Gas Elpiji
Sementara di Pamulang, Tangerang Selatan lebih parah ada lansia bernama Yonih (62) meninggal karena kelelahan mencari gas elpiji 3 kg, pada Senin (3/2/2025).
Dikutip dari TribunTangerang, Yonih meninggal dunia setelah bolak-balik dan mengantre demi mendapatkan gas elpiji 3 kg.
Sang nenek sempat beberapa kali mengucap takbir dalam sakratulmautnya, hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir di perjalanan menuju rumah sakit.
Rohaya sempat menyaksikan Yonih, kerabatnya, bolak-balik untuk mendapatkan gas elpiji 3 kg.
Dari rumah Yonih, di Jalan Beringin, RT 1 RW 7, pangkalan gas elpiji berjarak 500 meter.
Rohaya melihat Yonih sedang membawa dua tabung gas kosong pada pukul 11.00 WIB.
Jarak yang cukup jauh harus ditempuh Yonih dobel.
Ilustrasi tewas (ThinkStock via Kompas)
Saat pertama datang, ia tidak diperkenankan membeli gas karena tidak membawa KTP.
“Pagi masih ketemu saya di depan, saya tanya mau kemana, dia bilang mau ngantre gas bawa tabung gas dua masih kosong tapi disuruh pulang lagi suruh pake KTP,” kata Rohaya kerabat Yonih di Pamulang, Senin (3/2/2025), dikutip dari TribunTangerang.
Yonih kembali ke rumah mengambil KTP dan sempat membeli sayur terlebih dahulu.
Tak lama kemudian, Yonih berangkat kembali untuk membeli gas dan beristirahat sejenak di laundry dekat pangkalan gas.
“(Sampai akhirnya) dijemput lah sama menantunya pas sampai di rumah langsung pingsan dia sudah bawa tabung gas dapet,” kata Rohaya.
Setibanya di rumah, Rohaya mengatakan. Yonih pingsan usai berhasil mendapatkan gas berwarna hijau itu.
Yonih langsung dilarikan ke Rumah Sakit Permata, namun sayangnya, setibanya di rumah sakit, korban dinyatakan telah meninggal dunia.
“Dia ngomong ‘Allahuakbar, Allahuakbar’, terus saya ajak ngomong udah enggak nyaut (menjawab). Saya minumin aja sudah tidak mau. Langsung dibawa ke rumah sakit Permata, sampai di sana sudah tidak ada, sudah meninggal dunia,” pungkasnya.
(TribunJakarta/Warta Kota/TribunTangerang)
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel https://whatsapp.com/channel/0029VaS7FULG8l5BWvKXDa0f.
Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya









