Tag: Achmad Zaky

  • Daftar 4 Startup Terkenal RI yang Sudah Ditinggal Pendirinya

    Daftar 4 Startup Terkenal RI yang Sudah Ditinggal Pendirinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pendiri startup tak selalu akan bertahan di perusahaan yang didirikannya. Namun ada kalanya mereka akan meninggalkan perusahaan.

    Salah satu contohnya Travis Kalanick yang memilih tak lagi di perusahaan yang dia didirikan, Uber, sejak 31 Desember 2019 lalu. Tren serupa juga terjadi di Indonesia, dengan beberapa perusahaan besar yang akhirnya ditinggal para pendirinya.

    Berikut daftar 4 perusahaan yang akhirnya ditinggal pendirinya:

    1. Bukalapak

    Tiga pendiri Bukalapak diketahui tidak lagi berada di perusahaan. Achmad Zaky meninggalkan posisinya sebagai Chief Executive Officer dan perusahaan sejak Desember 2019.

    Achmad Zaky

    Begitu juga Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid yang meninggalkan Bukalapak pada Maret dan Juni 2020.

    Fajrin diketahui pernah menjadi sebagai Direktur Digital Business Telkom. Zaky dan Nugroho melalui Init-6 memodali para pendiri startup baru.

    2. Tokopedia

    William Tanuwijaya, pendiri Tokopedia, juga memutuskan melepas posisinya sebagai CEO pada 2023. Saat itu dia berfokus pada menjalankan fungsinya sebagai Dewan Komisaris GoTo.

    Pendiri Tokopedia William Tanuwijaya. (Dok. Tokopedia)

    Dia tercatat menjabat sebagai Co-chairman bersama dengan Garibaldi Thohir. Namun jabatan itu kemudian juga ditinggalkan William pada tahun 2024.

    Sementara pendiri Tokopedia lainnya, Leontinus Alpha Edison pernah menjadi co-captain Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar pada pemilihan presiden 2024. Kemudian dia diketahui dilantik sebagai Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi masyarakat dan Perlindungan Pekerja Migran Kemenko Bidang Pemberdayaan Masyarakat.

    3. Gojek

    Pendiri Gojek, Nadiem Makarim akhirnya tak lagi berada di perusahaan dan berada di pemerintahan Joko Widodo. Dia menjadi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi tahun 2019 lalu.

    Mantan Mendikbudristek Nadiem Makarim tiba di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis (7/8/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

    Kevin Aluwi yang juga mendirikan Gojek juga tak lagi berada di sana, dan berfokus pada bisnis di bidang web 3, climate tech dan gaming.

    4. Tokocrypto

    Pang Xue Kai, salah satu yang mendirikan Tokocrypto pada 2018, telah meninggalkan posisi pengawas di Dewan Komisaris dan juga CEO. Ini dilakukan tak lama setelah Binance menjadi pemegang saham mayoritas dan berencana menjadi pemilik tunggal Tokocrypto secara bertahap. Kai sekarang merintis startup baru di bidang web3 bernama ForU.AI yang menawarkan cara bagi setiap orang untuk mengendalikan dan untung dari data pribadi masing-masing.

    Pang Xue Kai.

    Nama pendiri lainnya, Teguh Kurniawan Harmanda juga sempat terdengar menjadi salah satu calon anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dia juga menjadi penasihat startup D3 Labs dan ketua Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia dan Direktur Utama Peruri Digital Security.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Startup RI Masih Bergairah, Monit Kantongi Pendanaan Rp40,5 Miliar

    Startup RI Masih Bergairah, Monit Kantongi Pendanaan Rp40,5 Miliar

    Bisnis.com, JAKARTA — Startup manajemen pengeluaran bisnis, Monit, mengamankan pendanaan senilai US$2,5 juta atau sekitar Rp40,5 miliar (kurs Rp16.200 per dolar AS) dalam putaran terbaru yang dipimpin oleh Cento Ventures. 

    Investor strategis asal Jepang, Sansan, turut bergabung, disertai partisipasi lanjutan dari investor sebelumnya, yakni 1982 Ventures dan Init-6. 

    Co-founder dan CEO Monit, Rizki Aditya, mengatakan perusahaan dengan skala menengah hingga besar di Indonesia tengah menghadapi lanskap operasional yang semakin kompleks. 

    Menurutnya, mereka terhambat oleh proses keuangan yang manual, terfragmentasi, dan tidak transparan yang berdampak langsung pada performa dan pertumbuhan perusahaan. 

    “Platform kami dibuat khusus untuk mengatasi tantangan ini, menyediakan visibilitas dan otomatisasi yang dibutuhkan tim keuangan dengan pendekatan yang modern dan tersentralisasi. Pendanaan baru ini memungkinkan kami untuk memperdalam kemampuan Monit dan memperkuat posisi kami sebagai pemimpin pasar,” kata Aditya dalam keterangan resmi pada Selasa (1/7/2025).

    Aditya menyoroti lanskap pembayaran digital di Indonesia yang terus menunjukkan pertumbuhan pesat. Volume pembayaran berbasis kartu diproyeksikan mencapai US$87 miliar atau sekitar Rp1.409,4 triliun pada 2029, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 8,8%. 

    Di sisi lain, nilai transaksi QRIS tumbuh signifikan sebesar 192% menjadi US$36 miliar atau sekitar Rp583,2 triliun. Meski demikian, lanjut dia, banyak perusahaan masih menghadapi hambatan dalam mengakses layanan pembayaran berbasis kartu akibat proses yang rumit dan terbatasnya kontrol terhadap pengeluaran.

    “Monit hadir sebagai solusi yang menjembatani kesenjangan tersebut, dengan menawarkan integrasi kartu korporat dan perangkat lunak berbasis AI untuk pelacakan pengeluaran, kontrol finansial, dan efisiensi pengelolaan keuangan,” katanya. 

    Pengguna memarkan kartu dengan logo Monit

    Hingga saat ini, platform Monit telah memproses lebih dari US$200 juta atau sekitar Rp3,24 triliun dalam total volume pembayaran dan diproyeksikan akan mencapai US$1,4 miliar atau sekitar Rp22,68 triliun pada 2026. 

    Pertumbuhan pendapatan Monit meningkat lima kali lipat secara tahunan, dengan hampir 1.000 perusahaan terutama di sektor bisnis yang telah mengadopsi layanannya.

    Di sisi lain, Partner Cento Ventures, Boon Ping Chua, menilai Monit tengah mengatasi kesenjangan yang kritis dalam infrastruktur keuangan di Indonesia. 

    “Eksekusi yang disiplin dan komitmen kuat Monit memposisikan mereka untuk membangun category-defining company di Asia Tenggara,” katanya.

    Dukungan strategis juga datang dari Sansan. Director, Executive Officer, CFO Sansan, Muneyuki Hashimoto mengatakan pihaknya sangat antusias mendukung Monit dalam pendanaan ini karena mereka menghadirkan efisiensi yang sangat dibutuhkan bagi sektor perusahaan Indonesia. 

    “Misi mereka sangat selaras dengan visi kami untuk menjadi infrastruktur bisnis,” katanya. 

    Sementara itu,  Managing Partner 1982 Ventures, Scott Krivokopich menyatakan pihaknya telah mendukung Monit sejak awal. Menurutnya, tidak seperti pesaing dan pemain lain di kategori yang sama yang memiliki dana berlebih, Monit berkembang pesat tanpa menghabiskan banyak modal. 

    “Kami sangat gembira untuk turut berpartisipasi dalam putaran ini,” ungkapnya. 

    Sementara itu, Achmad Zaky, Founding Partner Init-6 Ventures, mengatakan pihaknya memutuskan mendukung Monit sejak awal karena melihat kombinasi yang solid antara fokus bisnis, disiplin, dan pemahaman Monit yang menyeluruh terhadap kebutuhan sektor keuangan di Indonesia. 

    “Monit tidak hanya tumbuh dengan cepat tetapi juga memecahkan masalah yang kompleks dan rumit bagi perusahaan-perusahaan Indonesia dengan cara yang efisien untuk mengelola proses keuangan sehari-hari mereka. Kami bangga melihat pertumbuhan Monit dan sepenuhnya mendukung putaran pendanaan ini, dan kami yakin ini hanyalah awal dari dampak yang lebih luas,” ucapnya.

  • Init-6 Achmad Zaky Investasi ke One% Nutrition, Dukung Ekspansi ke Pasar Asean

    Init-6 Achmad Zaky Investasi ke One% Nutrition, Dukung Ekspansi ke Pasar Asean

    Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan modal ventura, Init-6 berinvestasi dan mendukung misi one% Nutrition untuk memperluas jangkauan produknya di seluruh Asia Tenggara.

    Init-6 adalah perusahaan modal ventura yang didirikan oleh Achmad Zaky, pendiri Bukalapak, bersama Nugroho Herucahyono. Init-6 fokus pada investasi di startup tahap awal (early stage) di Indonesia, dengan tujuan untuk mendukung pertumbuhan bisnis dan ekosistem startup di negara ini. 

    Venture Partner Init-6, Rexi Christopher mengatakan, selain memperluas jangkauan produk investasi ini juga bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap konsumsi nutrisi sehari-hari.

    “one% Nutrition mewakili generasi baru produk nutrisi fungsional yang dirancang khusus untuk konsumen perkotaan yang aktif dan selalu bepergian serta untuk memenuhi kebutuhan segmen sport lifestyle akan produk yang sehat dan bernutrisi,” kata Rexi dalam keterangannya, Rabu (7/5/2025).

    Adapun, menurut Kementerian Pemuda dan Olahraga, nilai ekonomi olahraga Indonesia diperkirakan mencapai 39,45 triliun rupiah ($2,3 miliar) pada tahun lalu. 

    Angka ini menunjukkan peningkatan 5,8% dari tahun 2023, setara dengan 0,19% dari produk domestik bruto (PDB). Hal tersebut, kata Rexi menjadi salah satu alasan Init-6 melakukan investasi kepada one% Nutrition.

    “Kami telah mengikuti pertumbuhan sport!lifestyle yang memang berkembang pesat akhir akhir ini, terutama di kota-kota besar. Kami yakin bahwa pertumbuhan ini memiliki potensi untuk terus berkembang signifikan, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh pasar Asia Tenggara,” ujarnya.

    Lebih lanjut, Rexi menyampaikan dipilihnya one% Nutrition karena telah menunjukkan pertumbuhan yang pesat, lebih dari dua kali lipat penjualannya dari bulan ke bulan dan mendapatkan momentum yang kuat di jaringan online dan offline. 

    one% juga telah bermitra dengan fitness center, wellness communities, dan ritel yang berfokus untuk mendorong adopsi produk lebih optimal dan juga untuk memperluas penawaran produknya akhir tahun ini.

    “Kami terkesan dengan visi one% Nutrition, dan eksekusi tim yang strategis. one% memiliki pemahaman mendalam tentang lanskap konsumen yang terus berkembang di Asia Tenggara dan tengah membangun merek yang selaras dengan kebutuhan konsumen yang menghargai kesehatan dan gaya hidup seimbang,” ucapnya.

    Di sisi lain, CEO dan Co-Founder one% Nutrition, Ken Opamuratawongse mengatakan, saat konsumen ingin hidup lebih sehat tetapi tidak tahu harus mulai dari mana.

    Maka dari itu pihak one% memanfaatkan peluang ini untuk menghadirkan produk nutrisi fungsional berkualitas tinggi yang mudah diakses dan terintegrasi dengan rutinitas harian pengguna. 

    “kami melihat peluang yang cukup mendesak untuk menawarkan solusi yang praktis dan yang dibuat dengan lebih baik. Ini milestone penting untuk kami dan kami akan menggunakan pendanaan ini untuk memperluas portofolio produk kami, serta meningkatkan jaringan distribusi kami, dan mempercepat akselerasi pasar terutama di Asia Tenggara,” tutur Ken.

    Di Putaran pendanaan awal ini, tidak hanya Init-6 yang berpartisipasi namun juga First Move, perusahaan investasi tahap awal yang berbasis di Singapura juga ikut bergabung dengan senior management dari startup terkemuka.

  • Bukalapak Resmi Akhiri Layanan Marketplace, Pengguna Bisa Belanja hingga 9 Februari 2024

    Bukalapak Resmi Akhiri Layanan Marketplace, Pengguna Bisa Belanja hingga 9 Februari 2024

    Jakarta, Beritasatu.com – Bukalapak sebagai salah satu e-commerce di Indonesia mengumumkan secara resmi penutupan layanan marketplace, pada Selasa (7/1/2025).

    Bukalapak memutuskan untuk menutup layanan marketplace sebagai respons terhadap perubahan kebutuhan pasar dan tren digital yang terus berkembang.

    Selain menyatakan tutup secara resmi sebagai e-commerce, PT Bukalapak.com Tbk mengumumkan bahwa fokus mereka akan beralih sepenuhnya ke penjualan produk virtual, seperti pulsa dan token listrik yang dianggap lebih relevan dan menguntungkan di era digital saat ini.

    Keputusan ini juga didasarkan pada analisis bisnis yang mendalam, dengan tujuan meningkatkan profitabilitas dan menjaga keberlanjutan bisnis jangka panjang.

    Meski begitu, pengguna Bukalapak masih bisa melakukan pemesan produk fisik hingga 9 Februari 2025 dengan batas akhir penambahan produk pada 1 Februari 2025.

    Sementara itu, semua pesanan yang belum diproses hingga 2 Maret 2025 akan dibatalkan otomatis, dan dana akan dikembalikan kepada pembeli melalui BukaDompet.

    Sejarah Marketplace Bukalapak

    Bukalapak didirikan oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Fajrin Rasyid di sebuah rumah kos di Bandung pada 10 Januari 2010.

    Diketahui tujuan awal dibentuknya Bukalapak, yakni untuk memberikan wadah bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia agar dapat bertransaksi secara online.

    Eksistensi Bukalapak sebagai e-commerce mulai dikenal luas saat tren sepeda lipat dan fixed-gear meningkat, dan menjadikan platform ini banyak digunakan sebagai sarana jual beli sepeda dan aksesorisnya.

    Seiring waktu, Bukalapak menarik perhatian investor, termasuk Batavia Incubator dan GREE Ventures. Pada 2017, Bukalapak meraih status unicorn setelah mendapatkan pendanaan besar, dengan nilai transaksi yang meningkat secara signifikan.

    Pada Agustus 2021, penjualan saham Bukalapak pada masyarakat umum (Initial Public Offering/IPO) menjadi yang terbesar dalam sejarah pasar modal Indonesia, hingga berhasil mengumpulkan sebanyak Rp 21,9 triliun.

    Namun, persaingan ketat dengan platform lain seperti Shopee dan Tokopedia memaksa Bukalapak melakukan restrukturisasi. CEO Achmad Zaky digantikan oleh Muhammad Rachmat Kaimuddin pada 2019.

    Meskipun mengalami tantangan, Bukalapak mencoba terus berkomitmen untuk mendukung pelapak dan memperluas layanan.

    Walau pada akhirnya, Bukalapak memutuskan untuk menghentikan operasi marketplace pada Januari 2025 demi fokus pada produk virtual.

  • Bukalapak tutup layanan marketplace, persaingan usaha atau..

    Bukalapak tutup layanan marketplace, persaingan usaha atau..

    Logo Bukalapak. Foto: Istimewa

    Bukalapak tutup layanan marketplace, persaingan usaha atau..
    Dalam Negeri   
    Editor: Nandang Karyadi   
    Rabu, 08 Januari 2025 – 18:06 WIB

    Elshinta.com – Salah satu e-commerce di Indonesia, Bukalapak resmi menutup layanan marketplace pada, Selasa (7/1/2025). Penjualan produk fisik seperti barang elektronik, gadget, busana, dan sebagainya diganti dengan hanya menjual produk virtual seperti pulsa prabayar, token listrik, dan sebagainya. Hal ini disampaikan manajamen Bukalapak melalui blog resminya.

    “E-Commerce di Indonesia masih cukup kuat, terlepas dari Bukalapak yang menutup layanannya di bidang marketplace, ” ungkap Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda dalam wawancara di Radio Elshinta, Rabu (8/1/2025).

    “Ini adalah buah dari persaingan yang ketat. Bisa dilihat beberapa tahun terakhir mereka tidak bisa bersaing dengan E-Commerce lainnya dalam hal menyediakan lapak bagi penjual. Statement Bukalapak dalam beberapa tahun terakhir mereka fokus pada offline commerce atau mitra Bukalapak. Hal ini saya lihat menjadi tanda Bukalapak tidak bisa bertahan di tengah persaingan E-Commerce di Indonesia yang ketat, ” tambah Nailul Huda.

    Nailul juga menjelaskan, di dalam persaingan E-Commerce, Bukalapak seperti ‘hidup segan menutup pun tak mau’. Seakan mereka menjadi zombie, mereka ada tapi tidak digunakan. Yang mengakibatkan penjual malas berdagang di Bukalapak. Karena mereka tidak mendapat insentif.

    “Sementara pelanggan membutuhkan harga yang bersaing, butuh promo dan lain sebagainya, hingga menyebabkan Bukalapak semakin sepi dan kalah bersaing dengan E-Commerce lain,” kata Nailul memberikan catatan.

    Sebelum Bukalapak, pada tahun 2023 E-Commerce JD.ID pun menutup layanannya di Indonesia. Menurut Nailul, apa yang terjadi pada Bukalapak mirip dengan apa yang dialami JD.ID.

    “Mereka kekurangan pendanaan juga. Ketika itu JD.ID menyasar luxury consumer dengan tagline “Pasti Original”. Namun di platform lain juga menyediakan fitur untuk memastikan barang original. Sehingga dua E-Commerce itu tidak mampu bersaing dalam inovasi dan tidak bakar duit, ” jelas Nailul.

    Bukalapak yang menutup layanan marketplace, bisa menjadi peringatan untuk E-Commerce lainnya.

    “Namun bagi E-Commerce yang sekarang berada paling atas seperti Shopee dan Tokopedia kondisi ini justru menguntungkan bagi mereka karena kompetitor berkurang. Dan mereka bisa lebih menonjolkan diri sebagai E-Commerce yang sedang diminati. Tetapi ini perlu diwaspadai E-Commerce lain dan harus memicu mereka untuk terus berinovasi,” papar Nailul Huda.

    Bukalapak merupakan salah satu E-Commerce atau perusahaan perdagangan elektronik di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada 2010 oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Muhamad Fajrin Rasyid sebagai lokapasar untuk memfasilitasi para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

    Bukalapak pernah menjadi salah satu E-Commerce  terbesar di Indonesia dan masuk ke dalam jajaran startup unicorn. Penawaran umum perdana (IPO) pertamanya di Bursa Efek Indonesia pada 2021 menjadi yang terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia, yakni sebesar USD 1,5 miliar.

     

    Penulis: Dwi Iswanto/Ter

    Sumber : Radio Elshinta

  • Bukalapak Tutup Marketplace, Pengamat Singgung Manajemen Baru Kurang Agresif Saingi Kompetitor  – Halaman all

    Bukalapak Tutup Marketplace, Pengamat Singgung Manajemen Baru Kurang Agresif Saingi Kompetitor  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat Teknologi dan Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi berpendapat, penutupan layanan marketplace di e-commerce Bukalapak imbas kurang agresifnya inovasi dari manajemen.

    Hal tersebut merespons perubahan layanan Bukalapak dari sebelumnya menjual produk marketplace menjadi layanan penjualan produk-produk virtual.

    “Tapi memang Bukalapak sejak terjadi perubahan pimpinan, ini kan nampaknya kehilangan pamor juga Bukalapak,” ujar Heru saat dihubungi Tribunnews, Rabu (8/1/2025).

    “Karena betapapun manajemen yang baru ini kemudian tidak seagresif mungkin ya, seagresif sebelumnya. Sehingga memang posisi dari Bukalapak juga terpinggir,” imbuhnya menegaskan.

    Heru menyebut, pamor Bukalapak ini memang masih dibawah dua platform e-commerce lain yang sudah besar yakni Shopee dan Tokopedia. Sehingga dia menilai, langkah perubahan layanan ini sebagai strategi Bukalapak dalam mempertahankan eksistensi di industri start-up.

    “Dan ya dengan perubahan strategi ini ya mungkin bisa kita lihat nanti apakah ini berhasil atau tidak,” jelasnya.

    Ditutupnya bisnis marketplace di platform perdagangan online-nya mulai Selasa, 7 Januari 2025 membuat skala bisnis Bukalapak menjadi mengecil.

    Ini karena perusahaan yang didirikan oleh Achmad Zaky tersebut tidak lagi memfasilitasi para pelapak atau pemilik toko online menjual produk fisik mereka di Bukalapak.

    Selanjutnya, perusahaan akan fokus memperdagangkan produk-produk virtual/digital seperti token listrik, pulsa prabayar serta memfasilitasi pembayaran online para penggunanya.

    Persaingan di bisnis marketplace yang ketat serta lesunya perekonomian dan daya beli masyarakat diduga menjadi pemilik keputusan manajemen Bukalapak menutup layanan marketplace di platformnya.

    Dalam pemberitahuan resmi yang diunggah di blog Bukalapak, mereka menyatakan menghentikan operasional penjualan produk fisik seperti barang elektronik, gadget, busana, dan sebagainya di marketplace Bukalapak.

    Strategi ini mereka ambil sebagai transformasi untuk fokus pada produk virtual (seperti pulsa prabayar, token listrik, dan sebagainya).

    “Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada produk virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan produk fisik di Marketplace Bukalapak,” tulis Bukalapak di blognya.

    Pendiri Bukalapak 

    Adapun Bukalapak didirikan oleh entrepreneur muda Achmad Zaky pada 10 Januari 2010 bersama rekannya Fajrin Rasyid dan Nugroho Herucahyono. 

    Ia memulai bisnis e-commerce ini setelah istrinya kesulitan menemukan barang yang ingin dibelinya. Di perusahaan ini Achmad Zaky duduk sebagai Chief Executive Officer (CEO).

    Achmad Zaky mundur dari jabatan CEO Bukalapak pada 6 Januari 2020. Posisinya saat itu digantikan oleh Muhammad Rachmat Kaimuddin, sahabatnya yang lulusan MIT dan Stanford. 

    Achmad Zaky tetap menjadi pendiri, penasihat, dan mentor tech startup di Bukalapak. Posisi CEO Bukalapak kemudian digantikan oleh Willix Halim sejak 2022.

    Willix Halim resmi ditunjuk menjadi Direktur Utama/CEO PT Bukalapak.com, Tbk (BUKA) menggantikan posisi Rachmat Kaimuddin yang mengundurkan diri karena melanjutkan karirnya untuk mengabdi kepada negara. 

    Penunjukan Willix Halim disetujui oleh Jajaran Direksi, Komisaris dan Pemegang Saham Perseroan yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Rabu (16/2/2022).

    Pria kelahiran Medan 15 November 1987 ini mulai bergabung dengan Bukalapak sejak tahun 2016. Posisinya sebelumnya di Bukalapak adalah mengemban tugas sebagai Chief Operating Officer (COO).

    Pria berusia 34 tahun tersebut, juga menjadi salah satu tokoh penting dalam pertumbuhan bisnis Bukalapak. Adapun kontribusi Willix Halim yakni memajukan bisnis Bukalapak hingga menjadi perusahaan Unicorn.

     

  • Sejarah Bukalapak dari Awal Berdiri Hingga Jadi Unicorn, Kini Tutup Marketplace

    Sejarah Bukalapak dari Awal Berdiri Hingga Jadi Unicorn, Kini Tutup Marketplace

    Jakarta, Beritasatu.com – Bukalapak didirikan pada 10 Januari 2010 oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Muhammad Fajrin Rasyid, telah mencatat perjalanan panjang yang penuh inovasi di dunia digital Indonesia. Bermula sebagai platform marketplace yang mendukung UMKM, Bukalapak berkembang pesat menjadi unicorn pertama Indonesia yang melantai di bursa saham.

    Namun, persaingan yang semakin ketat dan tantangan pasar membuat Bukalapak memutuskan untuk bertransformasi, mengalihkan fokus dari marketplace ke pemberdayaan UMKM melalui solusi teknologi, warung digital, dan layanan lainnya.

    Berikut kisah perjalanan Bukalapak dari awal hingga transformasi besar yang dijalani:

    Awal Berdiri

    Bukalapak didirikan pada 10 Januari 2010 oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Muhammad Fajrin Rasyid. Platform ini dimulai sebagai marketplace online yang bertujuan membantu UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia memasarkan produk mereka secara online. Awalnya, Bukalapak beroperasi dari sebuah rumah sederhana dengan visi mendukung pedagang kecil agar menjangkau konsumen lebih luas.

    Lini Waktu Perjalanan Bukalapak

    2010: Peluncuran website Bukalapak pertama

    Sebanyak 6.500 pelapak bergabung dengan total 17.000 pengguna.

    2011: Status sebagai PT

    Bukalapak telah memiliki lima karyawan dan mengelola 20.000 pelapak dengan total 50.000 pengguna. Pada 9 September 2011, Bukalapak resmi menjadi Perseroan Terbatas (PT).

    2012: Meraup untung lewat bisnis teknologi

    Buka Komunitas merangkul 50.000 pelapak. Komunitas ini menjadi wadah untuk berbagi informasi sukses berjualan online. Area Komunitas Bukalapak mencakup Depok, Bekasi, Solo, Yogyakarta, dan Semarang.

    2013: Menggapai transaksi Rp 15 miliar per bulan

    Lebih dari 80.000 pelapak tersatukan, dengan 400.000 barang tersedia dan total 360.000 pengguna Bukalapak.

    2014: Peluncuran aplikasi Bukalapak

    Bukalapak meluncurkan aplikasi belanja online versi Android, melayani 800.000 pengguna dan memfasilitasi 250.000 pelapak.

    2015: Memayungi 250 talenta, mengayomi 500.000 pelapak

    Kantor pusat Bukalapak berpindah ke Plaza City View, Kemang. Pada tahun yang sama, Bukalapak berhasil mencatat 2 juta transaksi dalam sehari saat Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas).

    2016: Bergerak bersama Bekraf

    Bukalapak meluncurkan program “Pahlawan” untuk memberdayakan pelapak di seluruh Indonesia. Perusahaan juga bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) untuk mendorong potensi kreatif di Indonesia.

    2017: Menjadi Unicorn Indonesia

    Sebanyak 2,4 juta pelapak terdaftar di Bukalapak. Pada tahun ini, Bukalapak membangun ekosistem warung digital bernama Mitra Bukalapak.

    2018: Harbolnas Bukalapak

    Harbolnas disertai drama action yang dibintangi Dian Sastrowardoyo dan disutradarai oleh Timo Tjahjanto berhasil mencatat 5 juta transaksi dalam satu hari.

    Perkembangan dan Inovasi (2019-2023)

    2019: Achmad Zaky mengundurkan diri sebagai CEO dan digantikan oleh Rachmat Kaimuddin. Fokus bisnis diperluas ke sektor offline melalui program Mitra Bukalapak.2021: Bukalapak melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia, mengumpulkan lebih dari Rp 21,9 triliun. Bukalapak menjadi unicorn pertama di Indonesia yang melantai di bursa saham.

    Penurunan Popularitas Marketplace

    Persaingan yang ketat dengan Shopee, Tokopedia, dan Lazada membuat Bukalapak kesulitan mempertahankan pangsa pasar. Akibatnya, perusahaan mulai mengalihkan fokus ke layanan lain seperti Mitra Bukalapak, fintech, dan logistik.

    Penutupan Marketplace dan Transformasi Bisnis

    Pada Januari 2024, Bukalapak mengumumkan penutupan operasional marketplace mereka untuk fokus pada pengembangan ekosistem UMKM, warung digital, dan solusi teknologi lainnya. Bukalapak tetap beroperasi sebagai perusahaan teknologi yang mendukung pemberdayaan pelaku usaha kecil di Indonesia.

    Bukalapak memulai perjalanannya sebagai marketplace yang inovatif, tumbuh menjadi unicorn, dan akhirnya bertransformasi menjadi perusahaan teknologi yang berfokus pada UMKM. Meski menghadapi tantangan dalam persaingan e-commerce, Bukalapak tetap berkontribusi bagi ekonomi digital Indonesia melalui layanan seperti Mitra Bukalapak dan solusi pemberdayaan lainnya.

  • Bukalapak Tutup Marketplace, Pengamat Singgung Manajemen Baru Kurang Agresif Saingi Kompetitor  – Halaman all

    Lika-liku Bukalapak, 15 Tahun Beroperasi Kini Tutup Marketplace – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Situs e-commerce Bukalapak ramai diperbincangkan setelah merebaknya kabar penutupan layanan marketplace-nya pada Selasa (7/1/2025), setelah 15 tahun menjadi tempat dagang online bagi para pelapak.

    Bukalapak kini memutuskan untuk menghentikan operasional penjualan produk fisik dan beralih sepenuhnya pada penjualan produk virtual, seperti pulsa prabayar, token listrik, dan layanan lainnya.

    Sebelumnya, penjualan juga mencakup berbagai produk fisik seperti gadget, elektronik, busana, dan sebagainya.

    Lantas bagaimana lika-liku Bukalapak selama ini?

    Didirikan 2010

    Platform penjualan digital ini didirikan oleh entrepreneur muda Achmad Zaky pada 10 Januari 2010 bersama rekannya Fajrin Rasyid dan Nugroho Herucahyono. 

    Bisnis e-commerce ini terinspirasi dari istrinya yang kesulitan menemukan barang yang ingin dibeli.

    Di perusahaan ini Achmad Zaky duduk sebagai Chief Executive Officer (CEO).

    Pada tahun 6 Januari 2020, Achmad Zaky mundur dari jabatan CEO Bukalapak.

    Meski demikian, Achmad Zaky tetap menjadi pendiri, penasihat, dan mentor tech startup di Bukalapak.

    Posisinya lalu digantikan oleh Muhammad Rachmat Kaimuddin, sahabatnya yang lulusan MIT dan Stanford. 

    Di pertengahan jalan, Rachmat Kaimuddin mengundurkan diri karena melanjutkan karirnya untuk mengabdi kepada negara.

    Lalu pada 2022, posisi CEO Bukalapak kemudian digantikan oleh Willix Halim.

    Dalam naungannya, bisnis Bukalapak pun berubah menjadi perusahaan Unicorn.

    Semangat mereka tetap sama yakni untuk mendukung para pelaku UMKM, terutama warung kecil di berbagai kota di seluruh Indonesia.

    Di bawah perusahaan PT Buka Mitra Indonesia, anak usaha dari PT Bukalapak.com, Tbk, Mitra Bukalapak bertujuan untuk mendukung dan memperluas bisnis masyarakat, khususnya usaha kecil mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

    Setidaknya, situs ini dirancang untuk membantu menambah penghasilan mereka.

    Fokus utama situs ini adalah membantu warung, kios tradisional, dan agen individu agar tetap kompetitif dalam era perdagangan digital melalui model bisnis O2O (online to offline).

    Sempat Akuisisi iPrice

    Bukalapak tercatat pernah mengakuisisi iPrice, platform pembanding harga di Asia Tenggara pada Selasa (4/4/2023).

    Willix Halim mengabarkan bahwa Bukalapak menginvestasikan jumlah modal yang cukup untuk membeli saham iPrice Group.

    Akuisisi ini sengaja dilakukan setelah perkembangan e-commerce khususnya di sektor seperti gaming dan elektronik di wilayah Asia Tenggara selama satu dekade terakhir mengalami perkembangan yang pesat.

    Trend tersebut yang kemudian mendorong Bukalapak untuk mengalihkan fokus bisnisnya.

    Dari yang tadinya head-to-head dengan marketplace lain, kini akan fokus membangun target pasarnya sendiri.

    Bersama iPrice,Bukalapak akan bertransformasi agar dapat menjangkau lebih banyak konsumen di kawasan Asia Tenggara lewat penawaran serta diskon.

    iPrice diharapkan dapat membantu Bukalapak untuk membuka banyak peluang usaha baru, sehingga perusahaan e-commerce itu dapat menguasai pasar lebih cepat.

    Tutup Marketplace 2025

    Bukalapak akhirnya mengumumkan penutupan khusus layanan marketplace-nya pada Selasa (7/1/2025).

    Bukalapak kini memutuskan untuk menghentikan operasional penjualan produk fisik seperti Aksesoris Rumah, Elektronik, Evoucher, Fashion Anak, Fashion Pria, Fashion Wanita, Food, Games, Handphone Hobi & Koleksi, Industrial, Kamera, Kesehatan Komputer, Logam Mulia, Luxury Media Mobil, Part & Aksesoris, Motor Olahraga, Perawatan & Kecantikan, Perawatan Rumah Tangga, Personal Care, Rumah Tangga, Sepeda, Tiket & Voucher, Vape.

    Namun, Bukalapak tetap membuka layanan non fisik seperti Pulsa Prabayar, Paket Data, Token Listrik, Listrik Pascabayar.

    Dalam keterangan resmi yang dirilis di blog Bukalapak, perusahaan menjelaskan bahwa langkah ini diambil untuk meningkatkan fokus pada layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan digital konsumen di masa depan.

    Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual.

    Bukalapak ingin meningkatkan fokus pada layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan digital konsumen di masa depan.

    Saham

    Saham Bukalapak runtuh usai mengeluarkan pemberitahuan akan penutupan layanan marketplace.

    Saham Bukalapak dibuka Rp 119 per saham, turun dari penutupan pada hari sebelumnya sebesar Rp 122 per saham.

    Per 11.00 WIB, saham Bukalapak terpantau semakin merosot ke Rp 117 per saham.

    Pada perdagangan sesi I, harga saham Bukalapak sempat turun sampai Rp 113 per saham.

    Kapitalisasi pasar Bukalapak saat ini Rp 11,96 triliun.

    (Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Namira Yunia Lestanti/Seno Tri Sulistiyono/ Dennis Destryawan/Endrapta Ibrahim Pramudhiaz)(Kompas.com)

  • Startup di Indonesia Masih Jadi Incaran Investor

    Startup di Indonesia Masih Jadi Incaran Investor

    Jakarta

    Di tengah perkembangan ekonomi global, pasar berkembang kini semakin menjadi fokus utama bagi investor dalam mencari peluang baru, terutama dalam sektor startup, termasuk di Indonesia.

    Meski tahun 2023 mencatat penurunan signifikan dalam pendanaan modal ventura secara global, pasar berkembang seperti Indonesia terus menunjukkan potensi besar sebagai pusat inovasi baru.

    Endeavor Catalyst, salah satu modal ventura global yang berafiliasi dengan Endeavor, menduduki peringkat pertama dalam Fund Returners Index dari 50 modal ventura global, mengungguli nama-nama besar seperti Tiger Global, Accel, hingga SoftBank Group (data Kauffman Fund Returners Index, Januari 2016 – Juli 2024).

    Prestasi ini dicapai melalui keberhasilannya mencetak 59 unicorn, 13 exit unicorn, dan total valuasi exit mencapai USD 24,36 miliar. Penghargaan bergengsi yang dipublikasikan oleh Kauffman Fellows ini menegaskan dampak luar biasa yang telah dibuat oleh ekosistem global pengusaha Endeavor untuk terus mendukung perusahaan rintisan berdampak tinggi.

    “Sebagai salah satu pasar paling aktif, Indonesia nyatanya terus menjadi target strategis investor untuk mengembangkan ekosistem kewirausahaan. Meski sulit kembali ke pendanaan agresif seperti di tahun 2021, pasar berkembang seperti Indonesia memiliki potensi menjadi pusat inovasi dan pertumbuhan di pasar berkembang. Sebagai ekosistem kewirausahaan, kami terus komitmen mendukung startup di pasar ini,” kata Devina Hartono, Executive Director Endeavor Indonesia, dalam keterangan yang diterima detikINET.

    Dengan pendekatan berbasis aturan, Endeavor Catalyst hanya berinvestasi pada perusahaan yang dipimpin oleh Endeavor Entrepreneurs, khususnya di putaran pendanaan ekuitas lebih dari USD 5 juta. Endeavor Entrepreneur sendiri adalah pengusaha yang telah dipilih dan didukung oleh Endeavor untuk mendapatkan manfaat eksklusif seperti jaringan, akses ke pendanaan, dan sumber daya lainnya karena potensi pertumbuhannya.

    Portofolio Endeavor Catalyst mencakup lebih dari 300 perusahaan yang telah diinvestasikan, dengan 59 di antaranya mencapai status unicorn – perusahaan yang memiliki valuasi lebih dari USD 1 miliar. Hal ini menunjukkan 1 dari 5 investasi Endeavor Catalyst telah mencapai ambang batas yang prestisius ini.

    Beberapa Endeavor Entrepreneur dengan perusahaannya yang berhasil mendapatkan status unicorn serta mendapat investasi dari Endeavor Catalyst adalah Achmad Zaky (Bukalapak), Muhamad Fajrin Rasyid (Bukalapak), Aaron Tan (Carro), Akshay Garg (Kredivo/FinAccel) dan Gibran Huzaifah (eFishery).

    Salah satu contoh portfolio Endeavor Catalyst dari Indonesia adalah eFishery, perusahaan akuakultur yang berfokus pada pemanfaatan teknologi untuk budidaya ikan dan udang yang menjadi unicorn berkat dukungan Endeavor.

    “Pendanaan dari Endeavor Catalyst memberi kami kepercayaan lebih dalam mengembangkan usaha, sekaligus membuka peluang kolaborasi dengan jaringan internasional mereka. Dengan Endeavor Catalyst, kami tak hanya menerima modal, tetapi juga panduan strategis untuk menavigasi pasar global,” ungkap Gibran Huzaifah, CEO dan Co-Founder eFishery.

    (asj/asj)

  • Achmad Zaky (Init-6) Suntik UMA Women, Layanan Kesehatan Wanita Makin Inklusif

    Achmad Zaky (Init-6) Suntik UMA Women, Layanan Kesehatan Wanita Makin Inklusif

    Bisnis.com, JAKARTA – Init-6, perusahaan ventura capital besutan Achmad Zaky dan Xinuc, berinvestasi ke startup UMA Women untuk nilai yang tidak disebutkan, guna mendorong produk layanan kesehatan wanita ke pasar yang lebih luas. 

    Investasi ini juga diharapkan dapat memperluas pasar, mengembangkan ekosistem layanan kesehatan wanita yang lebih inklusif dan dapat diakses secara luas.

    UMA Women berupaya memenuhi permintaan pasar akan produk sanitasi organik yang ramah lingkungan, sekaligus memberdayakan konsumen wanita dengan memiliki opsi produk kewanitaan yang terpusat pada kesehatan. 

    CEO UMA Women Jeanne J mengatakan perusahaan memiliki misi menciptakan masa depan dimana konsumen wanita memiliki akses yang begitu mudah ke produk kewanitaan yang ramah lingkungan dan sangat memprioritaskan kesehatan. 

    “Tujuan kami adalah untuk menciptakan dialog dan inovasi yang lebih maju dalam rangka memajukan produk kesehatan wanita, meningkatkan kesadaran pengguna, dan pengetahuan di dalam industri ini,” kata Jeanne, dikutip Rabu (30/10/2024).

    UMA Women, kata Jeanne, berdedikasi untuk meningkatkan kualitas kesehatan wanita Indonesia dan juga lingkungan. 

    “Kami akan terus menjadi leading voice untuk memberdayakan wanita melalui produk yang berkelanjutan dan organik,” kata Jeanne. 

    Sementara itu Venture Partner Init-6 Rexi Christopher mengungkapkan bahwa Init-6 memiliki komitmen mendukung tim transformatif UMA Women yang berdedikasi memajukan kesehatan dan kesejahteraan wanita. 

    “Dengan kolaborasi ini, UMA Women akan memperluas jangkauan pasar pembalut dan pantyliner organik melalui marketplace dan gerai ritel terkemuka, seperti Watson, Guardians, dan Food Hall,” kata Rexi. 

    Sebelumnya, Asia Tenggara menduduki peringkat pertama di antara pasar negara berkembang, sebagai kawasan yang paling banyak menadah pendanaan startup dari modal ventura sepanjang semester I/2024.

    Singapura, Indonesia, dan Thailand, masing-masing mengamankan satu tempat di posisi 5 teratas. 

    Perusahaan data venture capital (VC) Magnitt dalam laporan terbaru yang dirilis Selasa (9/7/2024), menerangkan bahwa total pendanaan di pasar modal berkembang alias emerging venture markets (EVM) mengalami transformasi signifikan dengan totaal US$3.469 miliar, turun 34% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

    Asia Tenggara memimpin dengan pendanaan sebesar US$2.209 juta, meskipun mengalami penurunan 31% dari semester I/2023, yang menguasai 64% dari total pendanaan EVM pada paruh pertama tahun ini. Kawasan ini juga mengalami aktivitas transaksi tertinggi dengan 235 transaksi.